Anda di halaman 1dari 10

Pengharus Utamaan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan Dibidang Pariwisata:

Pentingnya Terumbu Karang Untuk Wisata Bahari

Pendahuluan

Pergerakkan aktivitas manusia dewasa ini menghasilkan mobilitas yang tinggi hingga pada
akhirnya penggunaan sumber daya alam serta energi pun menjadi semakin meningkat dari hari
ke hari guna menopang segala kegiatan yang ada tersebut. Pertumbuhan ekonomi, pembangunan
daerah, ataupun kebutuhan primer-tersier manusia yang bervariasi adalah tuntutan yang “harus”
dipenuhi dengan cara mengambil dari alam. Pemanfaatan yang tidak berkelanjutan cenderung
eksploitasi kemudian menguras bumi yang sudah tidak lagi muda. Tak heran, sumber daya alam
(SDA) yang tak terbaharukan berangsur-angsur menipis ketersediaannya sedangkan yang masuk
dalam kategori terbaharukan sebagian kondisinya masih terseok-seok untuk kembali pulih karena
penggunaan dan pencemaran alam yang melebihi batas maksimum. Jika keadaan ini tetap
berlanjut, kerusakan alam akan berdampak buruk bagi kelangsungan hidup manusia di masa
yang akan datang. Segala aktivitas manusia akan terhambat, kebutuhan pangan sulit terpenuhi,
dan peradaban manusia yang terancam punah adalah beberapa akibat yang akan dirasakan dalam
jangka waktu yang panjang sebab pada dasarnya kita manusia sangatlah bergantung kepada apa
yang dipunyai alam. Lantas apa yang dilakukan warga bumi untuk mencegah dystopia di masa
mendatang itu? Berbagai upaya pun dilakukan agar alam dapat diselamatkan, baik yang berupa
aksi nyata secara langsung terhadap alam maupun penggalangan sadar lingkungan yang
menyeluruh kepada setiap individu yang hidup. Bumi yang sehat merupakan harga mati yang
perlu diperjuangkan agar berbagai bidang pekerjaan dapat berjalan lancar dan memajukan
kehidupan manusia di masing-masing daerah lingkungannya.

Pariwisata, bidang yang mendorong manusia untuk melakukan berbagai jenis aktivitas
rekreasi, memberikan beberapa kontribusi terhadap suatu daerah. Hal yang paling tenar kita
ketahui yaitu pendapatan diranah ekonomi. Daerah tujuan wisata yang ramai dikunjungi akan
merangsang pertumbuhan kegiatan transaksi ekonomi di dalamnya yang kemudian pembangunan
infrastruktur pun dilakukan guna menyokong perekonomian dan perkembangan daerah yang
dituju. Bukan hanya pertumbuhan dari segi moneter, transfer informasi dan pendidikan kepada
tempat baru yang aksesibilitasnya telah dibuka akan mendorong peningkatan kualitas sumber
daya manusia yang memiliki pengetahuan, ide, serta kreativitas dalam pengelolaan destinasi.
Pengharus Utamaan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan Dibidang Pariwisata:
Pentingnya Terumbu Karang Untuk Wisata Bahari
Indonesia, negara yang diketahui kaya akan kepulauan, keaneka ragaman SDA, dan juga budaya,
mempunyai ke khasan yang menarik minat wisatawan manca negara maupun domestik untuk
datang berkunjung. Salah satu contoh gambaran paling nyata yang dapat dilihat adalah Bali,
daerah tujuan wisata internasional yang dikenal diseluruh penjuru dunia karena pesona alam dan
budayanya. Kontribusi sebesar 40 persen kepada pendapatan pariwisata nasional yang diberikan
oleh pulau dewata ini tentu bukanlah angka yang terhitung sedikit mengingat Indonesia memiliki
ribuan pulau yang diantaranya sudah dikembangkan untuk menjadi destinasi tujuan wisata
ataupun beberapa yang masih diklasifikasikan sebagai potensi wisata. Kemajuan dibidang
pariwisata dimulai sejak tahun 1960an yang dialami bali ini merupakan salah satu hal yang
cukup beralasan bahwasanya Indonesia tidak semata-mata mendapat sumbangan ekonomi hanya
dari hasil industrialisasi, tambang, ataupun minyak bumi. Pada tahun 2009, pariwisata
menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa setelah komoditi minyak dan gas
bumi serta minyak kelapa sawit. Berdasarkan inilah pemerintah kemudian turut menyertakan
pariwisata ke dalam rencana percepatan pembangunan daerah masing-masing provinsi.

Penetapan dan pengembangan destinasi wisata yang dilakukan pada tiap daerah tentu
berbeda sebab baik dari segi topografi, keunggulan, dan potensi yang dimiliki terbilang beragam.
Misalnya saja kota Jakarta dan Semarang yang identik dengan kota tua peninggalan jaman
Belanda, pantai yang menawan di Bangka Belitung, wisata ziarah ke Toraja, kemudian
Jogjakarta untuk wisata pedesaan, dan Bandung dengan wisata perkotaannya. Semua tempat
tersebut berada dalam kategori aktivitas rekreasi yang tidaklah sama. Pada tahun 2012
pemerintah menetapkan alam bawah laut sebagai daya tarik utama yang akan dioptimalkan
pengelolaannya. Tema yang diusung dan masuk dalam program DMO tahun itu adalah wisata
bahari dengan lokus yaitu Pangandaran, Komodo, Tanjung Putin, Derawan, Bunaken, Wakatobi,
dan Raja Ampat. Sebagian besar wilayah Indonesia adalah lautan, sehingga secara alamiah
bangsa Indonesia merupakan bangsa bahari. Hal ini ditambah lagi dengan letak wilayah
Indonesia yang strategis diwilayah tropis. Dengan begitu dapat dikatakan sekali lagi bahwa
melalui pariwisata, Indonesia menjadikan alam sebagai penggerak utama untuk pertumbuhan
ekonomi dan daerah.

Sebagai bangsa bahari yang memiliki wilayah laut yang luas dan dengan ribuan pulau
besar dan kecil yang tersebar didalamnya, maka derajat keberhasilan bangsa Indonesia juga
Pengharus Utamaan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan Dibidang Pariwisata:
Pentingnya Terumbu Karang Untuk Wisata Bahari
ditentukan dalam memanfaatkan dan mengelola wilayah laut yang luas tersebut. Keunikan dan
keindahan serta keanekaragaman kehidupan bawah laut dari kepulauan Indonesia yang
membentang luas di cakrawala khatulistiwa masih banyak menyimpan misteri dan tantangan
terhadap potensinya. Salah satu dari potensi tersebut atau sumberdaya hayati yang tak ternilai
harganya dari segi ekonomi atau ekologinya adalah sumberdaya terumbu karang, apabila
sumberdaya terumbu karang ini dikaitakn dengan pengembangan wisata bahari mempunyai andil
yang sangat besar. Laut merupakan hal yang akan dibicarakan jika menyangkut aktivitas wisata
bahari. Menurut Hidayat (2000), ini meliputi berbagai aktivitas wisata yang menyangkut
kelautan. Aktivitas tersebut diantaranya adalah santai di pantai/menikmati lingkungan alam
sekitar, berenang, tour keliling (boat tour, cruising/extended boat tour), surfing, diving, water
sky dan sailing. Beberapa atraksi wisata bahari sekaligus merupakan potensi laut sebagai
medium wisata adalah taman laut (terumbu karang dan biota laut). Formasi karang buatan
(artificial reef), obyek purbakala, ikan-ikan buruan dan pantai yang indah.
Pendayagunaan laut sebagai wisata memerlukan persyaratan tertentu, antara lain:
 Keadaan musim/cuaca yang cukup baik sepanjang tahun.
 Lingkungan laut yang bersih, bebas pencemaran
 Kedaan pantai yang bersih dan alami yang disertai peraturan-peraturan tertentu akan
bangunan dan macam kegiatan.
 Kedaan dasar laut yang masih alami, misalnya taman laut yang merupakan habitat dari
berbagai flora dan fauna.
 Gelombang dan arus yang relatif tidak terlalu besar serta aksesibilitas yang tinggi.

Melihat syarat utama yang dipentingkan dalam keberlanjutan wisata bahari, ekosistem laut
adalah prioritas utama yang perlu untuk dijaga, khususnya terumbu karang. Ini merupakan pusat
keanekaragaman hayati laut yang telah berperan sebagai sumber perekonomian bagi jutaan
penduduk yang hidup dipesisir, khususnya diperairan ASEAN (Connell, 1978). Nilai ekonomi
yang dihasilkan mencapai sekitar USD 30 milyar per tahun dibeberapa bidang salah satunya
ialah pariwisata (Caesar et al, 2003). Sesungguhnya adalah wajar bila orientasi pengembangan
aktivitas wisata mengarah kepada pemanfaatan daya tarik alam bawah laut sebab keindahan
tropis indonesia ialah sebuah anugerah oleh yang maha kuasa dan memiliki nilai jual tinggi bagi
Pengharus Utamaan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan Dibidang Pariwisata:
Pentingnya Terumbu Karang Untuk Wisata Bahari
wisatawan. Karenanya, pengelolaan yang berkelanjutan menjadi landasan penting agar
kelestarian alam dan pemenuhan kebutuhan hidup tetap terjaga.

Terumbu Karang Bagi Kehidupan Wilayah Pesisir dan Pariwisata

Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis


tumbuhan alga yang disebut  zooxanhellae. Terumbu karang termasuk dalam jenis
filum Cnidaria kelas Anthozoa yang memiliki tentakel1. Ini menyediakan habitat ekologis yang
menyokong kehidupan hewan dengan kepadatan tertinggi di bumi dan merupakan lingkungan
yang sangat produktif, membentuk hotspot biologis bagi spesies terumbu karang dan pelagis 2
yang penting secara komersial khususnya pada tempat di mana spesies tropis dan wilayah
beriklim sedang hidup berselingkupan. Ini adalah sumber pangan dan pendapatan yang penting
bagi jutaan penduduk yang hidup dekat pesisir, menjadi tempat asuhan bagi berbagai spesies
ikan yang diperdagangkan, menjadi daya tarik wisatawan penyelam dan pengagum terumbu
karang dari seluruh dunia, memungkinkan terbentuknya pasir di pantai pariwisata, dan
melindungi garis pantai dari hantaman badai. Terumbu karang memasok 9 juta dari 75-100 juta
ton hasil tangkapan ikan komersial dunia. Lebih dari 1 milyar orang hidup di dalam radius 60 km
dari terumbu karang di daerah tropis dan separuhnya bergantung kepada terumbu karang sebagai
sumber pangan dan pendapatan. Di daerah tersebut, ikan karang merupakan sumber protein
penting, yang menyumbang sebanyak seperempat dari jumlah tangkapan ikan di beberapa negara
berkembang. Berdasarkan peta keanekaragaman terumbu dunia, indonesia mempunyai lebih dari
500 juta jenis karang yang sebagian besarnya yaitu terumbu tepi yang dekat dengan garis pantai
dan mudah dijangkau oleh masyarakat yang berada di sepanjang pantai. Potensi manfaatnya bagi
indonesia secara umum diperkirakan mencapa 1,6 milyar USD per tahun dari perikanan
berkelanjutan (contoh: budi daya ikan kerapu), perlindungan pantai dan pariwisata dengan
terumbu karang yang sehat berkisar 23.100-270.000 USD untuk akomodasi, penyelaman, dan
pemancingan rekreai sebagai basis pendapatan ekonomi ini.

1
Organ tubuh yang dapat memanjang dan fleksibel. Dimiliki oleh hewan-hewan tertentu, terutama hewan tak
bertulang belakang. Kegunaan utamanya adalah untuk makan, meraba, dan menggengam.
2
Ikan yg hidup di lapisan permukaan perairan pantai atau di perairan pantai
Pengharus Utamaan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan Dibidang Pariwisata:
Pentingnya Terumbu Karang Untuk Wisata Bahari
Pariwisata bahari yang berkembang mempunyai nilai ekonomi berupa perolehan devisa,
sumbangan terhadap PDB, peningkatan pendapatan masyarakat, penciptaan lapangan kerja, dan
sejumlah multiplier effects sangat besar. Sebagai perbandingan adalah Negara Bagian
Queensland, Australia dengan panjang garis pantai hanya 2100 km dapat meraup devisa dari
pariwisata bahari sebesar US$ 2,1 milyar pada tahun 2003. Demikian juga halnya dengan
Malaysia, Thailand, Maladewa, Mauritius, Jamaica, dan Negara lainnya yang telah menikmati
nilai ekonomi cukup besar dari pariwisata bahari. Sampai saat ini devisa dari sektor pariwisata
bahari di Indonesia baru mencapai sekitar US 1 milyar per tahun.

Wilayah pesisir sebagai salah satu kekayaan dari sumber daya alam yang sangat penting
bagi rakyat dan pembangunan nasional tersebut haruslah dikelola secara terpadu dan
berkelanjutan serta optimal. Kawasan pesisir adalah wilayah pesisir tertentu yang ditunjuk dan
atau ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan kriteria tertentu seperti karakter fisik, biologi, sosial
dan ekonomi untuk dipertahankan keberadaannya sedangkan kawasan bahari adalah jenis
pariwisata alternatif yang berkaitan dengan kelautan, baik di atas permukaan laut maupun
kegiatan yang dilakukan di bawah permukaan laut. Rencana pengembangan kawasan bahari
harus dikaitkan dengan berbagai kepentingan yang mendasar, yaitu pemberdayaan masyarakat
pesisir. Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang memiliki banyak pengetahuan tentang
kondisi obyektif wilayahnya, oleh karena itu dalam pengembangan kawasan wisata bahari,
senantiasa hendaknya di mulai pendekatan terhadap masyarakat setempat sebagai suatu model
pendekatan perencanaan partisipatif yang menempatkan masyarakat pesisir memungkinkan
saling berbagi, meningkatkan dan menganalisa pengetahuan mereka tentang bahari dan
kehidupan pesisir, membuat rencana dan bertindak.

Di banyak negara tropis, terumbu karang menjadi objek pariwisata yang sangat penting.
Terumbu karang menarik bagi penyelam, perenang yang menggunakan snorkel, dan pemancing
sebagai hiburan, dan juga memungkinkan tersedianya pasir putih di pantai. Di seluruh dunia,
lebih dari 100 negara/wilayah mendapatkan keuntungan dari pariwisata yang berhubungan
dengan terumbu karang. Pariwisata menyumbang lebih dari 15% PDB di lebih dari 20 negara
seperti Malaysia dan kepulauan Solomon.
Pengharus Utamaan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan Dibidang Pariwisata:
Pentingnya Terumbu Karang Untuk Wisata Bahari

Ancaman Yang Dihadapi

Manfaat terumbu karang yang dirasakan oleh lintas sektor secara langsung maupun tidak
langsung memban Namun demikian, terumbu karang menghadapi sederet panjang ancaman
yang semakin hebat termasuk penangkapan berlebihan, pembangunan pesisir, limpasan dari
pertanian, dan pelayaran. Disamping itu, ancaman perubahan iklim dunia telah mulai
melipatgandakan ancaman setempat tersebut dalam banyak cara. Bertambahnya buangan gas
rumah kaca memanaskan atmosfer dan mengakibatkan naiknya suhu permukaan laut. Air laut
yang naik suhunya telah menyebabkan kerusakan terumbu karang secara luas. Suhu air laut yang
tinggi memicu reaksi atas tekanan yang disebut pemutihan karang, yaitu karang kehilangan
mikroalga simbionnya, sehingga menyingkap kerangka putihnya, dan menjadikannya rentan
terhadap penyakit dan kematian. Pemutihan karang secara besar-besaran, sebagai akibat dari
perairan yang memanas yang dapat membuat karang lemah atau mati, telah terjadi di setiap
kawasan terumbu karang. Gejala ini diprakirakan bertambah dalam beberapa dasawarsa
mendatang. Disamping itu, buangan CO2 yang bertambah, secara perlahan menyebabkan laut di
dunia lebih masam. Pengasaman laut akan menurunkan laju pertumbuhan karang dan, apabila
tidak dikendalikan, dapat mengurangi kemampuan terumbu karang untuk mempertahankan
struktur fisiknya. Gabungan dari ancaman setempat ditambah ancaman dari kenaikan suhu dan
pengasaman laut di dunia menyebabkan semakin rusaknya terumbu karang. Tanda-tandanya
antara lain ialah berkurangnya luas karang hidup, bertambahnya tutupan makroalga,
berkurangnya keanekaragaman spesies, dan berkurangnya kelimpahan ikan. Kerusakan karang
sering dipercepat oleh dampak setempat lain akibat badai, sering didatangi oleh banyak orang,
dan penyakit. Meski disadari oleh masyarakat luas bahwa terumbu karang di dunia terancam
berat, informasi terbatas tentang ancaman mana yang menimpa terumbu karang sehingga
menghambat upaya konservasi.

El-Nino, gejala gangguan iklim dengan karakteristik peningkatan suhu permukaan air laut di
atas rata-rata suhu terpanas dan dalam jangka waktu yang relatif lama, ditenggarai sebagai salah
satu penyebab utama. Terumbu karang sendiri sebenarnya menyumbangkan nilai ekonomi yang
tidak sedikit bagi Indonesia. Dari data World Resources Institute 2012, sektor pariwisata
terumbu karang menyumbang US$ 127 juta dan sektor perikanan terumbu karang menyumbang
Pengharus Utamaan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan Dibidang Pariwisata:
Pentingnya Terumbu Karang Untuk Wisata Bahari
US$ 1,5 juta. Nominal ini tentu akan berkurang apabila masyarakat dan pemerintah tidak segera
tanggap terhadap fenomena pemutihan karang di Indonesia. Indonesia sendiri memiliki 550 jenis
terumbu karang dimana jumlah itu merupakan 76 persen dari jumlah yang ada di dunia. Selain
fenomena El-Nino, efek rumah kaca akibat konsentrasi karbondioksida ke dalam atmosfer bumi,
ekses pembakaran, yang telah meningkat tajam sebesar 135 persen sejak revolusi industri juga
sangat berperan dalam peningkatan suhu global. Kemampuan laut menyerap sekitar sepertiga
bagian dari karbondioksida di atmosfer mengakibatkan perubahan susunan kimiawi laut yang
menjadikannya lebih asam. Dampak langsung peningkatan keasaman laut pun turut
memengaruhi pertumbuhan terumbu karang dan membuat proses pembentukan batu kapur yang
merupakan dasar utama terumbu karang menjadi terganggu.

Aktifitas manusia yang tidak berkelanjutan mengakibatkan lebih dari 60% terumbu karang
dunia menerima ancaman langsung dari sumber penyebab setempat seperti penangkapan
berlebih, penangkapan yang merusak, pembangunan pesisir, pencemaran yang berasal dari
daerah aliran sungai, atau pencemaran dan kerusakan yang berasal dari laut (lihat peta di sampul
depan bagian dalam). Kira-kira 75% terumbu karang dunia dinilai terancam apabila ancaman
setempat digabung dengan tekanan akibat panas. Hal ini menunjukkan bahwa dampak kenaikan
suhu laut sekarang ini berkaitan dengan melemahnya dan matinya karang di perairan yang luas
akibat pemutihan karang secara besar-besaran. Melihat bahwa kegiatan pariwisata seperti
berperahu, menyelam, sampah wisatawan atau bahan lainnya dapat berpengaruh pada
keberlangusungan ekosistem terumbu karang. Hal ini didasarkan pada sifat karang yang sensitif
terhadap kondisi luar (Rokhmin, et al, 1996:185) seperti:
• Aliran air tawar yang berlebihan yang dapat menurunkan nilai salinitas perairan
• Beban sedimen dapat mengganggu biota yang mencari makan melalui proses penyaringan
(filter feeder)
• Suhu ekstrim, yaitu suhu diluar batas suhu toleransi terumbu karang
• Polusi seperti biosida dari aktivitas pertanian yang masuk ke perairan lokal
• Kerusakan terumbu, seperti yang disebabkan oleh jangkar perahu
• Beban nutrien yang berlebihan yang menyebabkan berkembangnya alga secara berlebihan
sehingga dapat menutupi dan membunuh organisme koral.
Pengharus Utamaan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan Dibidang Pariwisata:
Pentingnya Terumbu Karang Untuk Wisata Bahari
KKLD Untuk Perlindungan Ekosistem Laut
Pengembangan dan pengelolaan kawasan konservasi perairan merupakan bagian dari upaya
pengelolaan atau konservasi ekosistem. Apabila ditinjau berdasarkan tipe ekosistem yang
dimiliki, kawasan konservasi perairan dapat meliputi: kawasan konservasi perairan tawar,
perairan payau atau perairan laut. Kawasan konservasi diwilayah tersebut dikenal sebagai
Kawasan Konservasi Laut (KKL). Konservasi ekosistem yang dilakukan pada semua tipe
ekosistem yang terkait dengan sumber daya ikan yang terdiri atas: laut; padang lamun; terumbu
karang; mangrove; estuari; pantai; rawa; sungai; danau; waduk; embung; dan ekosistem perairan
buatan. Satau atau beberapa tipe ekosistem yang terkait dengan sumber daya ikan tersebut dapat
ditetapkan sebagai kawasan konservasi laut. Secara umum, tujuan dari pengelolaan KKL adalah
untuk konservasi habitat dan proses-proses ekologi, dan perlindungan nilai sumberdaya sehingga
kegiatan perikanan, pariwisata penelitian, pendidikan dapat dilaksanakan secara berkelanjutan.
KKL juga disebutkan dengan KKP yaitu Kawasan Konservasi Perairan.
Dalam pengelolaan kawsan konservasi perairan dapat dibentuk jejaring kawasan konservasi
perairan, baik pada tingkat lokal, nasional, regional, maupun global. Jejaring kawasan konservasi
perairan dibentuk berdasarkan kterkaitan biofisik antarkawasan konservasi perairan disertai bukti
ilmiah yang meliputi aspek oceonagrafi, limnologi, bioekologi perikanan, daya tahan
lingkungan3. Jejaring kawasan konservasi perairan pada tingkat lokal maupun nasional
dilaksanakan melalui kerja sama antar unit organisasi pengelola sedangkan kerja sama pada
tingkat regional maupun global dilaksanakan melalui kerja sama antar negara. Untuk
pengembangan daerah, kawasan konservasi perairan di wilayah laut yang dikembangkan
pemerintah daerah sering disebut sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD).
Pengelolaan kawasan konservasi perairan dilakukan berdasarkan rencana pengelolaan
kawasan konservasi perairan yang disusun oleh satuan unit pengeloladan didalamnya harus
memuat zonasi kawasan konservasi perairan. Zonasi kawasan konservasi perairan terdiri atas:
 Zona inti diperuntukkan bagi perlindungan mutlak habitat dan populasi ikan; penelitian,
dan pendidikan.

3
Oceonografi merupakan ilmu mengenai laut dengan segala fenomenanya. Limnology merupakan ilmu tentang
perairan tawar/darat yang berguna bagi habitat ikan. Bioekolog perikanan merupakan ilmu yang mempelajari
lingkungan kehidupan ikan. Daya tahan lingkungan merupakan kemampuan daya tahan biota perairan terhadap
pengaruh perubahan lingkungan
Pengharus Utamaan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan Dibidang Pariwisata:
Pentingnya Terumbu Karang Untuk Wisata Bahari
 Zona perikanan berkelanjutan diperuntukkan bagi perlindungan habitat dan populasi
ikan; penangkapan ikan dengan alat dan cara yang ramah lingkungan; budidaya ramah
lingkungan; pariwisata dan rekreasi; penelitian dan pengembangan; dan pendidikan.
 Zona pemanfaatan diperuntukkan bagi perlindungan habitat dan populasi ikan;
pariwisata dan rekreasi; penelitian dan pengembangan; dan pendidikan.
 Zona lainnya merupakan zona diluar ketiga zona diatas yang karena fungsi dan
kondisinya ditetapkan sebagai zonasi tertentu antara lain: zona perlindungan, zona
rehabilitasi dan sebagainya.

Kesimpulan
Aktifitas manusia yang berpotensi mengganggu ekosistem lingkungan tentu dapat kita lihat
secara nyata mulai dari skala yang terkecil hingga yang paling besar dan mengglobal. Keadaan
ini tidak jarang menyulut penggalangan lingkungan yang ekstrim, dimana keyakinan bahwa alam
seyogyanya tidak diganggu dan dibiarkan sebagaimana adanya saja. Namun keyakinan dan
tindakan seperti ini tidak tepat mengingat masalah kemanusiaan serta kebutuhan untuk bertahan
hidup merupakan hal yang tidak kalah pentingnya sehinggal jalan tengah yang perlu diambil
adalah pemanfaatan dan pengelolaan yang beretika juga berkelanjutan. Kondisi terumbu karang
yang sehat dan kelangsungan wisata bahari merupakan kedua hal yang saling memberikan
pengaruh di mana ketika terumbu karang yang sehat terjaga maka daya tarik yang dimiliki dapat
mengundang minat berkunjung para wisatawan. Hingga kemudian semakin banyak pengunjung
bawah laut serta berkembang pesatnya aktivitas dalam dan sekitaran pesisir memungkinkan
ekosistem laut terganggu akibat pembangunan infrastruktut yang tidak memperhatikan struktur
dan daya lingkungan, limbah padat dan cair, maupun pengerukkan sumber daya alam laut demi
memenuhi kebutuhan yang ada. Ancaman ini mengarah langsung pada terumbu karang yang
notabene sebagai penyokong kehidupan laut dan pengendali emisi karbon yang berasal dari
bahan bakar transportasi maupun industrilalisasi. Kerusakan yang terjadi pada akhirnya berakibat
pada hilang atau berkurangnya daya tarik terumbu karang semula, sehingga minat wisatawan pun
berangsur-angsur menurun untuk datang berkunjung. Lingkaran timbal balik ini bukanlah
sesuatu yang hanya terbatas pada pengelolaan dua lingkup tadi yaitu pariwisata dan lingkungan
hidup namun juga membutuhkan sistem pengelolaan terpadu dari tiap aspek dan instansi yang
Pengharus Utamaan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan Dibidang Pariwisata:
Pentingnya Terumbu Karang Untuk Wisata Bahari
turut berkontribusi terhadap kelangsungan kehidupan laut. Maka sejatinya, pembangunan daerah
bukanlah cuma berbicara tentang peningkatan ekonomi saja melainkan berorientasi kepada
prinsip berkelanjutan yang sekaligus memajukan kualitas hidup masyarakat sekitar melalui
pembinaan budi pekerti.

Referensi

Ayiful Ramadhan (2004) Strategi Pengembangan Kegiatan Pariwisata di Taman Nasional


Kepulauan Wakatobi Sulawesi Tenggara. Universitas Diponegoro
Budpar (2013) DMO Raja Ampat Untuk Menjadi Raja Wisata Dunia
Craig R, Justin M, Dave L, Diana K (2011) Terumbu Karang dan Perubahan Iklim. The
Unversity of Quensland. Australia
Lauretta B, Kathleen R, Mark S, Allison Perry (2012) Menengok Kembali Terumbu Karang
yang Terancam di Segitiga Terumbu Karang. World Reources Institute
Priti Swasti et al (2011) CRITC LIPI dan Kabupaten Raja Ampat. Jakarta
www.beritasatu.com/kesra/147738-perubahan-iklim-ancam-ekosistem-terumbu-karang
www.coraltriangleinitiative.org
www.dishidros.go.id/buletin/oseanografi/274-terumbu-karang-potensi-besar-bagi-negara-bahari
www.id.wikipedia.org
www.p2par.itb.ac.id
www.repository.ipb.ac.id
www.realclimate.org
www.okhmindahuri.wordpress.com/tag/pariwisata-bahari

Anda mungkin juga menyukai