Anda di halaman 1dari 8

Aktivitas Masyarakat dan

Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir

Muhammad Farhan – D091191070


Program Studi Teknik Sistem Perkapalan,
Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Indonesia.
mfarhan580@gmail.com

Abstrak

Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang tinggal dan melakukan aktivitas sosial ekonomi
yang berkaitan dengan sumber daya wilayah pesisir dan lautan. Dengan demikian secara sempit
masyarakat pesisir memiliki ketergantungan yang cukup tinggi terhadap potensi dan kondisi
sumber daya pesisir dan lautan. Kondisi mereka sangat berkaitan dengan bagaimana keadaan
sumber daya yang ada disekitarnya. Masyarakat di kawasan pesisir Indonesia sebagain besar
berprofesi sebagai nelayan yang diperoleh secara turun-temurun dari nenek moyang mereka.
Masyarakat pesisir memiliki aktivitas sosial ekonomi yang beragam, mulai dari bertani,
berdagang, dan nelayan. namun masyarakat pesisir cenderung melakukan aktivitas bekerja
sebagai nelayan. Aktivitas ini menjadikan sumber daya perairan di laut sebagai sasaran utama
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik pemenuhan kebutuhan konsumsi keluarga
maupun untuk komersil. Aktivitas ekonomi masyarakat pesisir cenderung bekerja sebagai
nelayan. Selain dihadapkan langsung dengan sumber dayanya yang berada di laut, nelayan
sudah menjadi turun temurun di kalangan masyarakat pesisir. Tujuan penulisan kali ini untuk
mengetahui bagaimana aktivitas masyarakat pesisir pada aspek sosial ekonomi masyarakat.
Metode penulisan yang saya gunakan adalah studi pustaka berupa jurnal-jurnal ilmiah yang
berkaitan dengan rumusan masalah.
Kata kunci : Masyarakat pesisir, Nelayan, Pesisir, Sosial Ekonomi

I. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki daerah perairan yang luas
sehinggan secara otomatis negara ini memiliki lingkungan pantai yang sangat banyak.
Indonesia seperti yang kita ketahui merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia
memiliki sekitar 17.508 buah pulau yang terbentang sepanjang 5.120 km dari timur ke barat
sepanjang khatulistiwa dan 1.760 km dari utara ke selatan. Luas dataran Negara Indonesia
mencapai 1,9 juta km2 dan luas perairan laut Indonesia mencapai sekitar 7,9 juta km2. Indonesia
mempunyai garis pantai sepanjang 81.791 km.
Di sepanjang garis pantai ini terdapat wilayah pesisir yang relatif kecil tetapi memiliki
potensi sumber daya alam hayati dan non hayati yang besar, sumber daya buatan, serta jasa
lingkungan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Daerah pertemuan antara
ekosistem darat dan laut secara ekologis disebut sebagai wilayah pesisir. Wilayah pesisir atau
perairan pantai ini merupakan perairan yang sangat produktif, maka panjangnya pantai
Indonesia merupakan potensi sumber daya alam (hayati) yang besar untuk pembangunan
ekonomi di negara ini. Secara umum, aktivitas masyarakat pesisir meliputi aktivitas ekonomi,
yang berupa kegiatan perikanan yang memanfaatkan lahan darat, lahan air, dan laut terbuka;
kegiatan pariwisata dan rekreasi yang memanfaatkan lahan darat dan alokasi ruang di laut
untuk jalur pelayaran, kolam pelabuhan, dan lain lain sebagainya; kegiatan industri yang
memanfaatkan lahan darat; kegiatan pertambangan yang memanfaatkan lahan darat dan laut;
kegiatan pembangkit energi yang menggunakan lahan darat dan laut; kegiatan industri maritim
yang memanfaatkan lahan darat dan laut, pemukiman yang memanfaatkan lahan darat untuk
perumahan dan fasilitas pelayanan umum; dan kegiatan pertanian dan kehutanan yang
memanfaatkan lahan darat.

Aktivitas ekonomi yang dilakukan ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan


masyarakat dengan ketergantungannya terhadap kondisi lingkungan dan sumber daya alam
yang ada di sekitarnya, pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup dan sumber daya
alam, lembaga sosial aktivitas, ekonomi pendidikan, kesehatan, dan lain-lain (Bengen, 2002).

Masyarakat pesisir pada umumnya telah mennjadi bagian masyarakat yang pluralistik
tetapi masih tetap memiliki jiwa kebersamaan yang erat. Artinya bahwa struktur masyarakat
pesisir rata-rata merupakan gabungan karakteristik masyarakat perkotaan dan pedesaan. Hal
menarik bahwa bagi masyarakat pesisir, hidup di dekat pantai merupakan keadaan yang paling
diinginkan untuk dilakukan mengingat segenap aspek kemudahan dapat mereka peroleh dalam
berbagai aktivitas kesehariannya yang lebih terjamin, mengingat sebagian besar masyarakat
pesisir menggantungkan kehidupannya pada pemanfaatan potensi perikanan dan laut yang
terdapat di sekitarnya. Misalnya saja penangkapan ikan, pengumpulan dan budidaya rumput
laut, dan pemanfaatan potensi-potensi sumber daya perairan atau perikanan lainnya.
Potensi sumber daya alam wilayah pesisir tersebut haruslah didukung oleh pengelolaan
pemanfaatan sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan yang terdapat di kawasan pesisir.
Wilayah pesisir dan lautan tropis, ditinjau dari beberapa peruntukannya, merupakan wilayah
yang sangat produktif, karenanya wilayah ini pada umumnya merupakan pemusatan bagi
berbagai kegiatan. Fungsi dan peran wilayah pesisir dan lautan sekarang ini berkembang pesat
dan lebih bervariasi.
Wilayah pesisir selain berfungsi sebagai wilayah penangkapan ikan, juga digunakan
untuk kegiatan penambangan minyak, gas bumi dan mineral-mineral lain untuk pembangunan
ekonomi. Selain itu, wilayah pesisir dan lautan juga digunakan untuk keigatan usaha aquakultur
(budidaya lautan), rekreasi dan pariwisata, argoindustri, transportasi dan pelabuhan,
pengemangan industri, permukiman dan juga sebagai lokasi pembuangan sampah. Akibat multi
keigatan manusia tersebut, bagi yang menggunakan teknologi maupun tradisional, maka pada
pengembangannya sering kali menimbulkan dampak terhadap lingkungan di sekitarnya.
Masyarakat pesisir didefinisikan sebagai kelompok orang yang tinggal di daerah pesisir
dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung pada pemanfaatan
sumber daya laut dan pesisir. Kelompok ini secara langsung mengusahakan dan memanfaatkan
sumber daya ikan melalui kegiatan penangkapan dan budidaya. Kelompok ini pula yang
mendominasi pemukiman di wilayah pesisir di seluruh Indonesia, di pantai pulau-pulau besar
dan kecil. Sebagian masyarakat nelayan pesisir ini adalah pengusaha skala kecil dan menengah.
Namun lebih banyak dari mereka yang bersifat subsisten, yaitu menjalani usaha dan kegiatan
ekonominya untuk menghidupi keluarganya sendiri, dengan skala yang begitu kecil sehingga
hasilnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan jangka waktu yang sangat pendek.
Berdasarkan tulisan diatas, rumusan masalah yang saya ambil adalah (1) Bagaimana kondisi
masyarakat pesisir pada umumnya dan (2) Seperti apa aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh
masyarakat pesisir?

II. PEMBAHASAN
II.1 Kondisi Masyarakat Pesisir
Seperti yang kita ketahui bahwa masyarakat pesisir adalah masyarakat yang tinggal dan
melakukan aktivitas sosial ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya wilayah pesisir dan
lautan. Dengan demikian secara sempit masyarakat pesisir memiliki ketergantungan yang
cukup tinggi terhadap potensi dan kondisi sumber daya pesisir dan lautan. Kondisi mereka
sangat berkaitan dengan bagaimana keadaan sumber daya yang ada disekitarnya. Masyarakat
pesisir adalah sekumpulan masyarakat (nelayan, pembudidaya ikan, pedagang ikan, dan lain-
lain sebagainya) yang hidup bersama-sama mendiami wilayah pesisir membentuk dan
memiliki kebudayaan yang khas yang terkait dengan ketergantungannya pada pemanfaatan
sumber daya pesisir.

Wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara laut dan daratan, kearah
darat mencakup daerah yang masih terkena pengaruh percikan air laut atau pasang surut, dan
ke arah laut meliputi daerah paparan benua. Wilayah ini merupakan tempat menumpuknya
berbagai bahan, baik berasal dari hulu atau setempat akibat berbagai aktivitas manusia. Oleh
karena itu, dengan adanya pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut secara intensif, optimal
dan terkendali dapat mendorong adanya pertumbuhan ekonomi lokal yang tinggi serta dapat
memberikan efek keuntungan yang besar bagi kesejateraan masyarakat pesisir. Namun pada
kenyataannya, sampai sekarang wilayah pesisir dan laut belum menjadi prioritas utama bagi
pertumbuhan ekonomi secara nasional dan belum dapat memberikan kesejahteraan bagi
masyarakatnya, sehingga pada saat ini dapat dilihat bahwa sebagian besar masyarakat pesisir
masih berada dibawah garis kemiskinan.
Ciri khas wilayah pesisir jika ditinjau dari aspek biofisik wilayah, ruang pesisir dan laut
serta sumber daya yang terkadung di dalamnya bersifat khas sehingga adanya intervensi
manusia pada wilayah tersebut dapat mengakibatkan perubahan yang signifikan, seperti
bentang alam yang sulit diubah, proses pertemuan air tawar dan air laut yang menghasilkan
ekosistem yang khas. Ditinjau dari aspek kepemilikan, wilayah pesisir dan laut serta sumber
daya yang terkandung di dalamnya sering memilki sifat terbuka.
Masyakarat pesisir termasuk sebagai masyarakat yang masih terbelakang dan berada
dalam posisi marginal. Posisi marginal disini maksudnya adalah posisi dimana suatu kelompok
yang jumlahnya sangat kecil atau dapat kita artikan sebagai kelompok pra-sejahtera dimana
identik dengan masyarakat kecil ataupun kaum yang terpinggirkan. Selain itu banyak dimensi
kehidupan yang tidak diketahui oleh orang luar tentang karakteristik masyarakat pesisir.
Mereka mempunyai cara yang berbeda dalam aspek pengetahuan, kepercayaan, peranan sosial,
dan struktur sosial lainnya. Sementara itu dibalik kemarginalannya masyarakat pesisir tidak
mempunyai banyak cara dalam mengatasi masalah yang hadir.

Karakteristik sosial ekonomi masyarakat pesisir yaitu bahwa sebagian besar pada
umumnya masyarakat pesisir bermata pencaharian di sektor kelautan seperti nelayan,
pembudidaya ikan, penambangan pasir dan transportasi laut. Dari segi tingkat pendidikan
masyarakat pesisir sebagian besar masih tergolong rendah. Serta kondisi lingkungan
pemukiman masyarakat pesisir, khususnya nelayan masih belum tertata dengan baik dan
terkesan kumuh. Dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang relatif berada dalam tingkat
kesejahteraan rendah, maka dalam jangka panjang tekanan terhadap sumber daya pesisir akan
semakin besar guna pemenuhan kebutuhan masyarakat pesisir.
Masyarakat di kawasan pesisir Indonesia sebagain besar berprofesi sebagai nelayan
yang diperoleh secara turun-temurun dari nenek moyang mereka. Karakteristik masyarakat
nelayan terbentuk mengikuti sifat dinamis sumber daya yang digarapnya, sehingga untuk
mendapatkan hasil tangkapan yang maksimal, nelayan harus berpindah-pindah. Selain itu,
resiko usaha yang tinggi menyebabkan masyarakat nelayan hidup dalam suasana alam yang
keras dimana selalu diliputi oleh adanya ketidakpastian dalam menjalankan usahanya.
Kondisi masyarakat nelayan atau masyarakat pesisir merupakan kelompok masyarakat
yang relatif tertinggal secara ekonomi, sosial (khususnya dalam hal akses pendidikan dan
layanan kesehatan), dan kultural dibandingkan dengan kelompok masyarakat lain. Kondisi
masyarakat pesisr atau masayarakat nelayan diberbagai kawasan pada umumnya ditandai oleh
adanya beberapa ciri, seperti kemiskinan, keterbelakangan sosial budaya, rendahnya kualitas
sumber daya manusia (SDM).
Dalam masyarakat nelayan, struktur yang terkonstruksi merupakan aktualisasi dari
organisasi kehidupan perahu. Sistem organisasi nelayan memberi ruang yang luas bagi
tumbuhnya penghargaan terhadap nilai-nilai prestatif, kompetitif, berorientasi keahlian,
tingkatan solidaritas sosial karena faktor nasib dan tantangan alam, serta loyalitas terhadap
pemimpin yang cerdas. Karena itu, posisi sosial sorang nelayan atau pedagang yang sukses
secara ekonomis dan memilki modal kultural, seperti suka memberi bantuan, sudah berhaji,
sangat dihormati oleh masyarakat di lingkungannya dan diikuti pendapatnya. Mereka ini
merupakan modal sosial berharga yang bisa didayagunakan untuk mencapai keberhasilan
program pemberdayaan masyarakat pesisir.

Kehidupan sosial masyarakat pesisir berbeda dengan kehidupan sosial masyarakat


perkotaan. Kehidupan sosial masyarakat pesisir memiliki hubungan kekerabatan yang sangat
terbuka, baik antar sesama maupun dengan orang di luar komunitasnya. Tidak hanya
keterkaitannya dengan sesama komunitas, aktivitas sosial masyarakat pesisir juga terlihat
melalui partisipasinya dalam pengelolaan sumber daya perairan laut yang menjadi lahan
ekonomi utama dalam kehidupan mereka. Hasil jerih payahnya (produksi perikanan) bukan
hanya dinikmati oleh keluarganya namun menjadi kebutuhan utama bagi seluruh masyarakat
secara luas. Ini membuktikan bahwa masyarakat pesisir masih memiliki hubungan yang erat
antar masyarakat pesisir dan tidak bersifat menutup diri.

Masyarakat pesisir masih menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan, dimana nilai ini
telah diwariskan secara turun temurun. Kebiasaan gotong-royong ketika suatu rumah tangga
melakukan pekerjaan pekerjaan yang sulit untuk diselesaikan sendiri, biasanya spontanitas
masyarakat di sekitarnya cukup tinggi untuk membantu menyelesaikan pekerjaan tersebut
tanpa mengharapkan adanya imbalan apapun dari orang yang dibantunya. Contoh yang
berkaitan dengan kegiatan gotong-royong ini ialah ketika sebuah rumah tangga yang akan
menyelenggarakan pernikahan anak atau saudaranya, gotong royong saat pembangunan rumah
warga, penyediaan sarana dan prasarana serta infrastruktur lingkungan desa, gotong royong
ketika rumah tangga mengalami kedukaan, dan masih banyak lagi relasi sosial yang tumbuh
dan berkembang dalam masyarakat pesisir.
Masyarakat pesisir pada umumnya telah menjadi bagian masyarakat yang pluralistik
tapi masih tetap memiliki jiwa kebersamaan. Artinya bahwa struktur masyarakat pesisir rata-
rata merupakan gabungan karakteristik masyarakat perkotaan dan pedesaan. Karena, struktur
masyarakat pesisir sangat plurar, sehingga mampu membentuk sistem dan nilai budaya yang
merupakan akulturasi budaya dari masing-masing komponen yang membentuk struktur
masyarakatnya.
Hal menarik adalah bahwa bagi masyarakat pesisir, hidup di dekat pantai merupakan
hal yang paling diinginkan untuk dilakukan mengingat segenap aspek kemudahan dapat
mereka peroleh dalam berbagai aktivitas kesehariannya. Dua contoh sederhana dari
kemudahan-kemudahan tersebut diantaranya: Pertama, bahwa kemudahan aksesibiltas dari dan
ke sumber mata pencaharian lebih terjamin, mengingat sebagian masyarakat pesisir
menggantungkan kehidupannya pada pemanfaatan potensi perikanan dan laut yang terdapat di
sekitarnya. Kedua, bahwa mereka lebih mudah mendapatkan kebutuhan akan MCK (mandi,
cuci, dan kakus), dimana mereka dapat dengan serta merta menceburkan dirinya untuk
membersihkan tubuhnya; mencucui segenap peralatan dan perlengkapan rumah tangga, seperti
pakaian, gelas, piring, dan sebagainya; bahkan mereka lebih mudah untuk membuang air (kecil
maupun besar). Selain itu, mereka juga dapat dengan mudah membuang limbah domestiknya
langusng ke pantai/laut.

II.2 Aktivitas Ekonomi Masyarakat Pesisir


Aktvitas ekonomi merupakan suatu kegiatan penduduk yang didorong oleh motif
tertentu untuk memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya denganmemanfaatkan
lingkungan (biotik, abiotik, dan sosial). Benda-benda yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan manusia terbagi dua, yaitu barang dan jasa. Barang ialah segala benda dalam bentuk
fisik yang berguna untuk memenuhi kebutuhan manusia, sedangkan jasa ialah benda dalam
bentuk non fisik yang berguna untuk memenuhi kebutuhan manusia. Secara umum aktivitas
ekonomi dikelompokkannya menjadi yakni aktivitas utama produksi, distribusi dan konsumsi
(Crayonpedia, 2009)
Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, penduduk berusaha mencari lapangan
kerja yang sesuai dengan kemampuannya, secara umum aktivitas ekonomi yang dilakukan
masyarakat dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu berdasarkan tempat (desa dan
kota) dan berdasarkan jenis pekerjaan (pertanian dan bukan pertanian). Berdasarkan jenis
pekerjaan, yang termasuk pekerjaan disektor pertanian antara lain pertanian, perkebunan,
perikanan, peternakan, dan kehutanan. Sedangkan yang termasuk non pertanian adalah
pertambangan, perindustrian, pariwisata, dan jasa.

Nelayan umumnya terbagi dua, yaitu nelayan modern dan nelayan tradisional atau
nelayan kecil. Nelayan modern yaitu nelayan yang melakukan kegiatan perikanan dengan alat
dan perlengkapan yang canggih dan modern sehingga hasil tangkapannya banyak. Sedangkan
nelayan tradisional atau nelayan kecil yaitu nelayan yang melakukan kegiatan perikanan
dengan alat dan perlengkapan yang masih sangat sederhana dan tradisional sehingga hasil
tangkapannya lebih sedikit, hal ini dikarenakan masyarakat nelayan lebih cenderung
menjalankan teknik lama dan peralatan sederhana yang telah mereka lakukan, sehingga
kurangnya antusiasme mereka terhadap inovasi-invoasi baru yang ditawarkan melalui
kegiatan-kegiatan penyuluhan yang sebenarnya bertujuan untuk lebih memberi “warna” dari
keseharian aktivitas ekonomi yang mereka lakukan.
Salah satu sifat usaha perikanan yang sangat menonjol adalah bahwa keberlanjutan atau
keberhasilan usaha tersebut sangat bergantung pada kondisi lingkungan, khususnya air.
Keadaan ini membuat implikasi yang sangat penting bagi kondisi kehidupan sosial ekonomi
masyarakat pesisir. Kehidupan masyarakat pesisir menjadi sangat tergantung pada kondisi
lingkungan itu dan sangat rentan terhadap kerusakan lingkungan, khususnya pencemaran,
karena limbah industri maupun tumpahan minyak, misalnya, dapat menggoncang sendi-sendi
kehidupan sosial ekonomi masyarakat pesisir.

Karakteristik lain yang sangat menyolok di kalangan masyarakat pesisir khususnya


masyarakat nelayan, adalah ketergantungan mereka pada musim. Ketergantungan pada musim
ini semakin besar bagi para nelayan kecil. Pada musim penangkapan para nelayan sangat sibuk
melaut. Sebaliknya pada musim paceklik kegiatan melaut menjadi berkurang sehinga banyak
nelayan yang terpaksa menganggur.

Kondisi ini mempunyai implikasi besar pula terhadap kondisi sosial ekonomi
masyarakat pantai secara umum dan kaum nelayan khususnya. Mereka mungkin mampu
membeli barang-barang mahal seperti kursi, meja, lemari, dan sebagainya. Sebaliknya pada
musim paceklik, pendapatan mereka menurun drastis, sehingga membuat kehidupan mereka
semakin memburuk.
Secara umum pendapatan nelayan memang sangat berfluktuasi dari hari ke hari. Pada
satu hari mungkin memperoleh tangkapan yang sangat tinggi, namun pada hari berikutinya bisa
saja “kosong”. Hasil tangkapan, dan pada gilirannya pendapatan nelayan, juga sangat
dipengaruhi oleh jumlah nelayan yang beroprasi di suatu daerah penangkapan (fishing ground).
Di daerah yang padat penduduknya seperti daerah pantai utara Jawa, misalnya, sudah terjadi
kelebihan tangkap (overfishing). Hal ini mengakibatkan volume hasil tangkapan para nelayan
menjadi semakin kecil, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi pendapatan mereka.
Karakteristik lain dari usaha perikanan yang dilakukan oleh masyarakat pesisi ini
adalah ketergantungan terhadap pasar. Tidak seperti petani padi, para nelayan dan petani
tambak ini sangat bergantung kepada keadaan pasar. Hal ini disebabkan karena komoditas yang
dihasilkan oleh mereka itu harus dijual baru bisa digunakan untuk memenuhi keperluan hidup.
Jika petani padi yang bersifat tradisional bisa hidup tanpa menjual produknya atau hanya
menjual sedikit saja, maka nelayan dan petani tambak harus menjual sebagian besar hasilnya.
Setradisional atau sekecil apapun nelayan dan petani tambak tersebut, mereka harus menjula
sebagian besar hasilnya demi mememuhi kebutuhan hidup.
III. KESIMPULAN

Masyarakat pesisir memiliki aktivitas sosial ekonomi yang beragam, mulai dari bertani,
berdagang, dan nelayan. namun masyarakat pesisir cenderung melakukan aktivitas bekerja
sebagai nelayan. Aktivitas ini menjadikan sumber daya perairan di laut sebagai sasaran utama
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik pemenuhan kebutuhan konsumsi keluarga
maupun untuk komersil. Aktivitas ekonomi masyarakat pesisir cenderung bekerja sebagai
nelayan. Selain dihadapkan langsung dengan sumber dayanya yang berada di laut, nelayan
sudah menjadi turun temurun di kalangan masyarakat pesisir. Namun aktivitas ini memiliki
ketergantungan pada kondisi lingkungan, musim, dan pasar. Masyarakat pesisir perlu merubah
kebiasaan bagaimana mereka melakukan pekerjaan mereka dengan metode yang lebih modern
dan efektif namun tidak mengabaikan metode tradisional yang sudah lama diterapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Fyka, S A. 2017. Studi Aktivitas Sosial dan Ekonomi Masyarakat Wilayah Pesisir Di
Kabupaten Wakatobi. Buletin Soek. 35, 37-49. Diakses pada 20 Mei 2020,
https://media.neliti.com/media/publications/275506-studi-aktivitas-sosial-dan-ekonomi-
masya-d6eed072.pdf
Julkrismi, E. 2018. Pengaruh Pola Kehidupan Masyarakat Pesisir Terhadap Pola
Pemukiman Dipantai Pasar Bawah. 170-181. Diakses pada 20 Mei 2020,
http://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/download/169/165/
kompasiana.com. (26 Maret 2018). Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir. Diakses pada 21 Mei
2020, https://www.kompasiana.com/nawawimnoer/5ab89b56dd0fa868be7e2612/sosial-
ekonomi-masyarakat-pesisir?page=1

Lubis, Y A. (2014). Studi Tentang Aktivitas Ekonomi Masyarakat Pesisir Pantai Pelabuhan.
Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA, 2(2), 133-140. Diakses pada 21 Mei
2020, https://ojs.uma.ac.id/index.php/jppuma/article/view/918
Pinto, Z. (2015). Kajian Perilaku Masyarakat Pesisir yang Mengakibatkan Kerusakan
Lingkungan (Studi Kasus di Pantai Kuwaru, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan,
Kabupaten Bantul, Provinsi DIY). Jurnal Wilayah dan Lingkungan, 3(3), 163-174.
https://doi.org/10.14710/jwl.3.3.163-174
Wahyudin, Yudi. (2015). Sistem Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Pesisir.
10.13140/RG.2.1.2522.6965. Diakses pada 20 Mei 2020,
https://www.researchgate.net/profile/Yudi_Wahyudin2/publication/282662169_Sistem
_Sosial_Ekonomi_dan_Budaya_Masyarakat_Pesisir/links/5616cd5d08ae90469c611602
/Sistem-Sosial-Ekonomi-dan-Budaya-Masyarakat-Pesisir.pdf?origin=publication_detail

Anda mungkin juga menyukai