b. Uraikan menurut pemahaman anda, makna strategis pesisir dan laut di Indonesia?
Jawab :
- Secara sosial, wilayah pesisir dihuni tidak kurang dari 110 juta jiwa atau
sekitar 60% dari total penduduk Indonesia yang bertempat tinggal dalam
radius 50 km dari garis pantai. kondisi inilah yang merupakan cikal bakal
perkembangan urbanisasi Indonesia di masa yang akan datang.
- Secara administratif, kurang lebih daerah Kota dan daerah Kabupaten berada
di pesisir, dimana dengan konsep otonomi daerah, maka kewenangan Kota dan
Kabupaten menjadi lebih luas dalam pengelolaan dan pemanfaatan wilayah
pesisir.
- Secara fisik, terdapat pusat sosial ekonomi yang tersebar Sabang-Merauke
dimana di dalamnya, terkandung berbagai aset sosial (Social Overhead
Capital) dan ekonomi yang memiliki nilai finansial sangat besar.
- Secara ekonomi, hasil sumberdaya pesisir memberikan kontribusi terhadap
pembentukan PDB nasional sebesar 24% pada tahun 1989. Selain itu,terdapat
berbagai sumber daya masa depan (future resources) dengan memperhatikan
potensinya yang saat ini belum dikembangkan secara optimal, diantaranya
perikanan yang masih 58,5 %.
- Secara biofisik, wilayah pesisir Indonesia merupakan pusat biodiversity,
laut tropis dunia, karena hampir 30%/ hutan mangrove dan terumbu karang
dunia terdapat di Indonesia.
- Secara Politik & Hankam, pesisir merupakan wilayah perbatasan antara
Negara maupun antar daerah yang sensitive dan memiliki implikasi terhadap
pertahanan dan keamanan NKRI.
b.
a. Uraikan persoalan dalam wilayah pesisir dan laut di Indonesia.
Jawab :
- Ekonomi kelautan, masih banyak pulau-pulau kecil yang belum terkelola dan
dimanfaatkan secara optimal.belum adanya pengaturan tata Kelola mineral
dasar laut.
- Tata Kelola laut, belum diatur dan rencana zonasi pesisir belum tuntas.
- Batas laut dengan negara tetangga yang masih belum selesai perundingannya
dan keamanan laut, masih maraknya praktek illegal fishing.
- Konektivitas antar pulau, sarana prasarana Pelabuhan perintis yang belum
memadai, terutama di wilayah timur. Rute dan moda angkutan perintis yang
masih terbatas.
- Bencana dan pencemaran laut dan pesisir, kelembagaan dan mekanisme
penanganan penegakan hukumnya masih kurang.
- SDM dan Iptek kelautan, kualitas dan kuantitas SDM Kelautan yang belum
optimal. Masih kurangnya inovasi dan sosialisasi iptek kelautan yang tepat
guna dan masih belum berkembangnya wawasan kebangsaan Indonesia
sebagai negara kepulauan.
c. Jelaskan pula urgensi pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu.
Jawab :
1. Kawasan pesisir memiliki produktifitas hayati tertinggi.
- 85% kehidupan biota laut tropis bergantung pada ekosistem pesisir (Odumand
Teal, 1976; Berwick,1982)
- 90% hasil tangkap ikan berasal dari laut dangkal/pesisir (FAO, 1998)
- Lumbung pangan pada umumnya terdapat di lahan pesisir (coastal lands),
seperti pantai timur Sumatera, Pantura, dan Sulsel.
2. Kawasan pesisir merupakan multiple-use zone:
- Kemudahan akses transportasi
- Lahan darat dan perairan yang subur
- Relatif mudah dan murah sebagai pembuangan limbah
- Kemudahan akses mendapatkan water cooling untuk industri
- Keindahan Panorama
Oleh karena itu:
- 50%-70% dari jumlah penduduk dunia (5,3 milyar) tinggal di Kawasan pesisir
(Edgren, 1993)
- 2/3 kota-kota besar dunia terdapat di wilayah pesisir (Cicin-Saindan Knecht,
1998)
3. Kawasan pesisir menerima dampak negative berupa pencemaran, sedimentasi, dan
perubahan regimhidrologi akibat aktivitas manusia & pembangunan di daratan.
4. Pengalaman empiris di berbagai negara menunjukkan bahwa pengelolaan wilayah
pesisir secara sectoral cenderung mengarah pada pembangunan yang tidak berkelanjutan
(unsustainable development) / gagal yang dicirikan oleh: pencemaran, over eksploitasi SDA,
degradasi fisik habitat, abrasi, dll.
c.
a. Buatlah matriks kategorisasi nelayan berdasar literatur yang anda ketahui.
Jawab :
Industrial fisher
atau nelayan
industry, di
organisasi dengan
cara-cara yang
mirip dengan
perusahaan agro-
industri di negara-
negara maju,
b. Buatlah matriks kategorisasi pola bagi hasil nelayan pada 3 daerah/wilayah yang
anda ketahui.
Jawab :
Penulis
Ruslan H.S. Tawari, dkk
Reviewer Dinda Nova Amalia
PASAL 1 (1) Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah suatu
proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian
Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil antarsektor, antara
Pemerintah dan Pemerintah Daerah, antara ekosistem darat dan laut,
serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
(23) Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh Orang dalam rangka
meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan
dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau
drainase.
Bab IV Perencanaan
BAB V Pemanfaatan
d. rekomendasi kebijakan.
BAB IX Kewenangan
Dalam upaya mendorong percepatan pelaksanaan otonomi daerah di Wilayah
PASAL 52 Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Pemerintah dapat membentuk unit pelaksana
(Ayat 3) teknis pengelola Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sesuai dengan
kebutuhan.
(1) Setiap Orang yang berada di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
wajib melaksanakan mitigasi bencana terhadap kegiatan yang
PASAL 59
berpotensi mengakibatkan kerusakan Wilayah Pesisir dan PulauPulau
Kecil.
PASAL 61 (1) Dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Masyarakat
mempunyai hak untuk:
1) Pemanfaatan ruang dan sumber daya Perairan Pesisir dan perairan pulau-
pulau kecil pada wilayah Masyarakat Hukum Adat oleh Masyarakat
Hukum Adat menjadi kewenangan Masyarakat Hukum Adat setempat.
PASAL 21
(2) Pemanfaatan ruang dan sumber daya Perairan Pesisir dan perairan pulau-
pulau kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
mempertimbangkan kepentingan nasional dan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(1) Menteri berwenang memberikan dan mencabut Izin Lokasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) dan Izin Pengelolaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) di wilayah Perairan Pesisir
dan pulau-pulau kecil lintas provinsi, Kawasan Strategis Nasional, Kawasan
Strategis Nasional Tertentu, dan Kawasan Konservasi Nasional.
PASAL 50 (2) Gubernur berwenang memberikan dan mencabut Izin Lokasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) dan Izin Pengelolaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) di wilayah Perairan Pesisir
dan pulau-pulau kecil sesuai dengan kewenangannya.
(3) Bupati/wali kota berwenang memberikan dan mencabut Izin Lokasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) dan Izin Pengelolaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) di wilayah Perairan
Pesisir dan pulau-pulau kecil sesuai dengan kewenangannya.
(1) Dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Masyarakat
mempunyai hak untuk:
PASAL 60
a. Memperoleh akses terhadap bagian Perairan Pesisir yang sudah
diberi Izin Lokasi dan Izin Pengelolaan;
b. Mengusulkan wilayah penangkapan ikan secara tradisional ke dalam
RZWP-3-K;
c. Mengusulkan wilayah Masyarakat Hukum Adat ke dalam RZWP-3-
K;
d. Melakukan kegiatan pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil berdasarkan hukum adat yang berlaku dan tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Memperoleh manfaat atas pelaksanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil;
f. Memperoleh informasi berkenaan dengan Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
g. Mengajukan laporan dan pengaduan kepada pihak yang berwenang
atas kerugian yang menimpa dirinya yang berkaitan dengan
pelaksanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
h. Menyatakan keberatan terhadap rencana pengelolaan yang sudah
diumumkan dalam jangka waktu tertentu;
i. Melaporkan kepada penegak hukum akibat dugaan pencemaran,
pencemaran, dan/atau perusakan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil yang merugikan kehidupannya;
j. Mengajukan gugatan kepada pengadilan terhadap berbagai masalah
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang merugikan
kehidupannya;
k. Memperoleh ganti rugi; dan
l. Mendapat pendampingan dan bantuan hukum terhadap permasalahan
yang dihadapi dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
a. kedaulatan;
b. kemandirian;
c. kearifan lokal
d. keterpaduan
e. kesejahteraan
Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan
Petambak Garam bertujuan untuk:
a. perencanaan;
b. penyelenggaraan perlindungan;
c. penyelenggaraan pemberdayaan;
e. pengawasan; dan
f. partisipasi masyarakat.
b. bahan bakar minyak atau sumber energi lainnya, induk, benih, bibit,
pakan, dan obat Ikan kepada Pembudi Daya Ikan Kecil; dan
c. bahan bakar minyak atau sumber energi lainnya kepada Petambak Garam
Kecil.
Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
berupa:
PASAL 46 Pergaraman;
(Ayat 2) b. pemberian beasiswa dan/atau bantuan biaya pendidikan untuk
mendapatkan pendidikan di bidang Perikanan atau Pergaraman; atau
f. Kapal Perikanan;
g. KepelabuhananPerikanan;
d. Keselamatan pelayaran;
e. Pelindungan lingkungan;
a. Pemotongan sebagian;
PASAL 40 Dalam rangka mendukung kebijakan pengelolaan sumber daya ikan yang
(Ayat 1) berkelanjutan berbasis WPPNRI, Pemerintah menetapkan estimasi potensi
sumber daya ikan, jumlah tangkapan lkan yang diperbolehkan, tingkat
pemanfaatan sumber daya ikan, dan alokasi sumber daya ikan di setiap
WPPNRI.
PASAL 45 Dalam rangka pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya secara
(Ayat 1) bertanggung jawab, Pemerintah Pusat mengatur jenis alat bantu penangkapan
Ikan di WPPNRI.
PASAL 46 Dalam rangka meningkatkan pengelolaan sumber daya ikan secara tertib dan
(Ayat 1) bertanggung jawab serta meminimalisasi potensi konflik, Pemerintah
melakukan penataan andon penangkapan Ikan.
(Ayat 2) Penataan andon penangkapan Ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dituangkan dalam norma, standar, prosedur, dan kriteria.
PASAL 49 SPKP digunakan untuk mengetahui pergerakan dan aktivitas Kapal Perikanan
(Ayat 1) yang memperoleh Perizinan Berusaha atau persetujuan dari Menteri.
(Ayat 3) Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi
kapal latih perikanan dan kapal penelitian / eskplorasi perikanan.
c. Kearifan lokal.
PASAL 72 Penangkapan Ikan Berbasis Budi Daya dilakukan dengan menggunakan alat
penangkapan Ikan yang ramah lingkungan.
(Ayat 2) Pengaturan dan pembinaan tata pemanfaatan air dan Lahan Pembudidayaan
Ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam rangka menjamin
kuantitas dan kualitas air untuk kepentingan pembudidayaan.