Anda di halaman 1dari 7

TATA KELOLA PARIWISATA

BAHARI DALAM PERSPEKTIF


COLLABORATIVE GOVERNANCE
Collaborative Governance Dalam
Pengelolaan Wisata Pantai Kasap Pacitan di
Masa Pandemi

Dinda Nova Amalia


20190510046
Tata Kelola Pariwisata Bahari Dalam Perspektif Collaborative
Governance

Collaborative Governance Dalam Pengelolaan


Wisata Pantai Kasap Pacitan di Masa Pandemi

Collaborative Governance dibutuhkan dalam tata kelola pariwisata bahari


agar pelaksanaan pembangunan wisata sesuai dengan yang diharapkan khususnya
di masa pandemi Covid-19. Menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Sandiaga Uno dibutuhkan beberapa strategi untuk pengelolaan wisata bahari di
Indonesia yang berkaitan dengan PPKM, ada 3 pilar yaitu inovasi, adaptasi, dan
kolaborasi. Pemkab Pacitan menerapkan beberapa strategi utama guna
pengembangan wisata bahari di Pacitan salah satunya Pantai Kasap yang sedang
sepi pengunjung saat pandemi. Strategi kolaboratif dalam pengelolaan pantai
kasap saat pandemi dapat dilakukan dengan model pentahelix. Peran masyarakat
dan dinas pariwisata, dinas kominfo, sektor swasta diperlukan dalam
mempromosikan destinasi pariwisata. Perguruan Tinggi bisa bekerjasama dengan
pelaku wisata untuk perubahan pengelolaan wisata bahari yang lebih baik dan
terciptanya standarisasi pelayanan wisata bahari yang prima dan sesuai protokol
Covid-19.
Collaborative Governance merupakan salah satu cara untuk merespon
keinginan para pemangku kepentingan yang terlibat dalam pelaksanaan
pembangunan dan merespon keterbatasan pendanaan pemerintah yang tidak bisa
mengikuti perkembangan tuntutan masyarakat akan kinerja pemerintah yang
semakin baik dengan tujuan mendapatkan sumber daya guna melaksanakan
pembangunan sesuai harapan para pemangku kepentingan tersebut. Collaborative
Governance dibutuhkan dalam tata kelola pariwisata bahari agar pelaksanaan
pembangunan wisata sesuai dengan yang diharapkan khususnya di masa pandemi
Covid-19.

Menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno


dibutuhkan beberapa strategi untuk pengelolaan wisata bahari di Indonesia yang
berkaitan dengan PPKM, ada 3 pilar yaitu inovasi, adaptasi, dan kolaborasi. Yang
pertama inovasi, ditengah tantangan pandemi ini kita harus berinovasi
menggunakan teknologi digital antara pemerintah kota dan pemerintah daerah
terhubung dengan Kemenparekraf menggunakan teknologi yang diharapkan
pariwisata menjadi berkembang. Kedua adaptasi Kemenparekraf hadir dengan
pariwisata berbasis Kesehatan, ekonomi, dan kemanusiaan. Ketiga kolaborasi, kita
sekarang tidak hanya bekerja sendiri-sendiri, tetapi harus bekerja secara
pentahelix.

Pandemi Covid-19 memberikan dampak pada sektor pariwisata, salah


satunya wisata bahari. Perubahan perilaku dan pemanfaatan teknologi menjadi
kunci bagi industri pariwisata dalam menghadapi pandemi ini. Selain itu, adanya
pandemi COVID-19 ini memaksa kita untuk bisa merefleksikan dan memikirkan
kembali tentang arah pembangunan pariwisata yang ideal.

Pantai Kasap adalah salah satu wisata bahari di pesisir selatan Kabupaten
Pacitan yang terdampak pandemi Covid-19. Pantai Kasap menjadi salah satu
obyek wisata andalan Pacitan. Pantai ini bahkan memiliki julukan sebagai Raja
Ampat di Pacitan. Gugusan karang yang sekilas mirip Raja Ampat ini berada di
antara Pantai Kasap dan Watu Karung. Spot terbaik untuk menyaksikan panorama
ini adalah dari puncak bukit karang yang tepat berada di sebelah barat kawasan
pantai pasir putih. Pantai dengan pasir putih dan air yang biru jernih merupakan
gambaran umum dari obyek wisata pantai di Pacitan. Keindahan pantai di sana
menjadikannya sebagai tujuan terbaik untuk liburan. Pantai Kasap juga memiliki
karakteristik khas pantai-pantai di Pacitan.

Saat hari libur, banyak wisatawan dari berbagai daerah yang berkunjung,
namun saat pandemi jumlah pengunjung berkurang apalagi masa PPKM. Untuk
itu dibutuhkan strategi pembangunan guna peningkatan daya tarik pariwisata
bahari pantai kasap. Pemkab Pacitan menerapkan strategi utama berupa penguatan
destinasi branding dan pengembangan destinasi prioritas “Pacitan
Paradise of Java”, penguatan promosi melalui media sosial yang diberitakan
kominfo setiap satu minggu sekali, dan penguatan pelaku usaha pariwisata yang
bisa dilakukan para pelaku usaha pariwisata bekerja sama dengan Pemkab Pacitan
menyampaikan tentang destinasi wisata Pacitan. Hal tersebut dilakukan guna
peningkatan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara agar bisa bersaing
dengan dunia luar, peningkatan long of stay agar wisatawan berkunjung lebih
lama di Pacitan dan memberikan dampak yang dapat dirasakan oleh masyarakat
Pacitan, dan peningkatan tenaga kerja diberbagai sektor. Tujuan akhir dari straregi
tersebut adalah meningkatkan kontribusi pariwisata terhadap PAD. Sebagai
contoh Kabupaten Pacitan pada tahun 2018 mendapatkan PAD sebesar 9,8 miliar,
2019 naik menjadi 13 miliar, dan 2020 turun menjadi 5,2 miliar, saat ini 2021
mendapat PAD 3,6 miliar. Selanjutnya meningkatkan kesejahteraan di wilayah
destinasi, selain homestay, warung juga berkembang dan tentunya menjadikan
pendapatan masyarakat bertambah. Dan terakhir penyerapan tenaga kerja.

Pengembangan wisata bahari tidak hanya bisa dilakukan oleh dinas


Pariwisata, tetapi menjadi urusan bersama. Maka butuh dukungan atau support
stakeholder agar wisata dapat berjalan dan tumbuh lebih baik. Potensi pariwisata
bahari perlu dukungan dari pemangku kepentingan lainnya. Strategi penataan
pariwisata yang dilakukan oleh Pemkab Pacitan adalah menggandeng masyarakat
dan pihak swasta untuk pariwisata bahari berkelanjutan.

Strategi kolaboratif dalam pengelolaan pantai kasap saat pandemi dapat


dilakukan dengan model pentahelix. Model Pentahelix pertama kali dicanangkan
oleh menteri pariwisata Arief Yahya serta dituangkan ke dalam Peraturan Menteri
(Permen) Pariwisata Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2016 Tentang
Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan, bahwa untuk menciptakan
orkestrasi dan memastikan kualitas aktivitas, fasilitas, pelayanan, dan untuk
menciptakan pengalaman dan nilai manfaat kepariwisataan agar memberikan
keuntungan dan manfaat pada masyarakat dan lingkungan, maka diperlukan
pendorong sistem kepariwisataan melalui optimasi peran bussiness, government,
community, academic, and media (BGCAM).

Pertama peran masyarakat dan dinas pariwisata, dinas kominfo perlu


mempromosikan secara gencar destinasi wisata Pantai Kasap melalui Digital
Tourism yaitu media sosial, website, dsb. Sektor swasta mempromosikan dengan
membuat paket-paket wisata yang menarik, sesuai dengan segmen pasar.
Tentunya dilengkapi dengan standarisasi protokol Covid-19. Menyelenggarakan
kembali event-event secara rutin dan massive tetap dengan protokol Covid-19 dan
tentunya dilakukan setelah PPKM.

Selain itu dibutuhkan peran penting dari Perguruan Tinggi khususnya


berbasis IPTEK untuk perubahan pengelolaan wisata bahari. Juga perlu riset awal,
kepemimpinan yang fasilitatif keterbukaan penerimaan Perguruan Tinggi untuk
bisa bekerja sama. Fokus pada destinasi wisata bahari perlu standarisasi layanan
destinasi wisata berbasis Online agar terwujud layanan prima. Selain itu
diperlukan standar harga, standarisasi sanitasi, layanan kesehatan, dan layanan
hospitality. Beberapa standarisasi tersebut perlu ditingkatkan khususnya di masa
pandemi saat ini.

Dari penulisan diatas dapat disimpulkan bahwa wisata bahari menjadi


salah satu sektor yang terdampak pandemi. Salah satu wisata bahari yang ada di
Pacitan adalah Pantai Kasap, semenjak pandemi Covid-19 pengunjung pantai
kasap menurun. Oleh karena itu perlu dilakukan strategi tata kelola wisata bahari.
Pemkab Pacitan menerapkan strategi utama berupa penguatan destinasi branding
dan pengembangan destinasi prioritas “Pacitan Paradise of Java”, penguatan
promosi melalui media sosial yang diberitakan kominfo setiap satu minggu sekali,
dan penguatan pelaku usaha pariwisata yang bisa dilakukan para pelaku usaha
pariwisata bekerja sama dengan Pemkab Pacitan menyampaikan tentang destinasi
wisata Pacitan.

Selain itu strategi kolaboratif dalam pengelolaan pantai kasap saat


pandemi dapat dilakukan dengan model pentahelix yang memerlukan pendorong
sistem kepariwisataan melalui optimasi peran bussiness, government, community,
academic, and media. Peran masyarakat dan dinas pariwisata, dinas kominfo,
sektor swasta diperlukan dalam mempromosikan destinasi pariwisata. Peran
penting dari Perguruan Tinggi khususnya berbasis IPTEK bisa bekerjasama
dengan pelaku wisata untuk perubahan pengelolaan wisata bahari yang lebih baik
dan terciptanya standarisasi pelayanan wisata bahari yang prima dan sesuai
protokol Covid-19.
DAFTAR PUSTAKA

Andy, H. (2020). Pariwisata Indonesia Pascapandemi Covid-19.


https://eticon.co.id/pariwisata-indonesia-pasca-covid-19/

Prasetya, A. W. (2019). Sepotong Raja Ampat di Pacitan.


https://travel.kompas.com/read/2019/10/23/081821327/keindahan-pantai-
kasap-sepotong-raja-ampat-di-pacitan

Surya, I, et al. (2021). Collaborative Governance Dalam Pengelolaan Wisata


Berkelanjutan di Kabupaten Kulon Progo. Jurnal Pemerintahan dan
Politik Islam, Vol. 6, No. 2. file:///C:/Users/user/Downloads/4948-14411-
1-SM%20(2).pdf

Aribowo, H, et al. (2019). IMPLEMENTASI KOLABORASI MODEL


PENTAHELIX DALAM RANGKA MENGEMBANGKAN POTENSI
PARIWISATA DI JAWA TIMUR SERTA MENINGKATKAN
PEREKONOMIAN DOMESTIK. Jurnal Mebis.
file:///C:/Users/user/Downloads/21-Article%20Text-12-1-10-
20180815.pdf

Anda mungkin juga menyukai