JANGAN KI LUPA
LOGONYA AYUNDA
DISUSUN OLEH:
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat, karunia, dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Potensi Hutan Indonesia
dan Penerapannya dapam Mendukung Pembangunan Nasional” dan kami juga tak pula
kirimkan salam serta salawat kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul
pembawa kebenaran dari semua aspek diantaranya ilmu pengetahuan.
Kemudian, makalah ini dapat terselesaikan berkat kerja sama teman-teman
kelompok 2 dengan tujuan untuk lebih mengetahui tentang manajemen dan perencanaan
hutan serta menyelesaikan salah satu tugas kuliah sebagai tanggung jawab pelajar dan juga
memperluas pengetahuan tentang sistematis penyusunan makalah.
Demikian proses penyusunan makalah ini, namun perlu teman-teman ketahui bahwa
kami sebagai penyusun menyadari betul kekurangan dalam penyusunan laporan ini, maka
dari itu kami sangat mengharapkan saran dari para pembaca sebagai langkah baru untuk
menuju kedepan yang lebih baik. Semoga laporan ini dapat memberikan mamfaat bagi
kami khususnya serta para pembaca pada umumnya.
Penyusun:
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
3.2 Potensi Sumber Daya Hutan Yang Harus Dimanfaatkan Secara Efektif Dan
Indonesia
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
1. Mengetahui potensi hutan di Indonesia
2. Mengetahui potensi sumber daya hutan yang harus dimanfaatkan secara efektif dan
optimal untuk mendukung pembangunan nasional
3. Mengetahui aplikasi pemanfaatan potensi hasil hutan di indonesia
4. Mengetahui Faktor penghambat optimalnya pemanfaatan potensi sumber daya hutan
di indonesia
5. Bagaimana Peranan hutan dalam pembangunan nasional
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
3.2 Potensi Sumber Daya Hutan Yang Harus Dimanfaatkan Secara Efektif Dan
Optimal Untuk Mendukung Pembangunan Nasional
5. Nilai hutan dalam kaitannya dengan Perubahan Iklim Global secara Ekstrim
Salah satu peran hutan yang sangat potensial adalah sebagai pencegah terjadinya perubahan
iklim secra ekstrim dalam waktu yang sangat singkat. Fungsi hutan dalam mencegah
perubahan iklim hutan dikenal melalui peranannya dalam menyerap (sequester) dan
menyimpan (store) kelebihan karbon atmosfer dalam bentuk biomassa. Dalam keadaan ini
hutan berfungsi sebagai rosot (sink) karbon atmosfer. Namun demikian jika simpanan karbon
dalam bentuk biomassa, ini mengalami kerusakan (degradasi, kebakaran dan deforestasi),
maka hutan akan menjadi sumber (source) emisi karbon.
Hutan merupakan suatu wilayah yang mana menjadi tempat tumbuhnya pohon-
pohon dan jenis tanaman yang lain. Pengertian hutan tidak hanya berhenti sesederhana itu.
Hutan juga bisa dikatakan sebagai ekosistem yang mejadi tempat hidup dan berinteraksi bagi
hewan maupun tumbuh- tumbuhan. Hutan terdiri dari tiga bagian utama, yakni bagian atas,
bagian permukaan tanah dan bagian di bawah tanah. Hutan bisa ditemukan di wilayah dengan
iklim tropis, dataran rendah dan juga dataran tinggi. Terdapat berbagai jenis hutan diantaranya
adalah hutan gugur, hutan sabana, hutan heterogen, hutan homogen, hutan mangrove, hutan
buatan dan hutan hujan tropis. Indonesia sebagai negara yang berada di garis khatulistiwa
mempunyai hutan hujan tropis yang selalu lembab sepanjang tahun.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa hutan ditumbuhi oleh pepohonan berkayu.
Potensi hutan berupa kayu ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, bahan baku
kertas, bahan baku industri meubel dan lain sebagainya. Setidaknya terdapat 4000 jenis kayu
yang keberadaannya tersebar di nusantara. Lebih dari 250 jenis kayu tersebut merupakan kayu
dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi. Diantara jenis – jenis kayu tersebut adalah :
a) Kayu jati
Potensi hutan berupa kayu yang pertama adalah kayu jati. Nama latin dari pohon yang
menghasilkan jenis kayu ini adalah Tectona grandis. Pohon jati tumbuh di hutan buatan
maupun hutan alami yang memiliki curah hujan berkisar antara 1.500 sampai 2000 mm per
tahun. Jati dapat tumbuh di dataran tinggi maupun dataran rendah yang tidak digenangi air.
Persebaran hutan jati di nusantara meliputi beberapa daerah seperti Pulau Jawa, Nusa
Tenggara dan Bali. Di Pulau Jawa sendiri, persebaran jati paling banyak terdapat di Jawa
Tengah dan Jawa Timur.
Kayu jati memiliki tekstur yang keras dan awet karena terdapat minyak di dalamnya. Hal
ini membuat kayu jati banyak dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat interior rumah.
Selain sebagai interior rumah, kayu jati juga digunakan sebagai atap dan tiang penyangga
rumah- rumah tradisional jawa. Kayu jati yang sudah diolah juga bisa dimanfaatkan untuk
membuat kapal dan konstruksi jembatan. Semua manfaat yang bisa diperoleh dari kayu jati
membuat kayu ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
b) Kayu meranti
c) Kayu cendana
Kayu cendana dihasilkan dari pohon dengan nama latin Santalum album yang
ditemukan di Nusa Tenggara Timur. Meski demikian, persebaran cendana sekarang sudah
meliputi hutan- hutan di daerah Jawa dan keseluruhan Nusa Tenggara. Kayu cendana ini
sudah menjadi barang langka sehingga harganya menjadi begitu mahal. Kayu cendana
memiliki aroma yang wangi. Itulah nilai lebih dari kayu cendana dibandiingkan jenis kayu
lainnya. Pemanfaatan kayu cendana diantaranya adalah sebagai bahan pembuatan dupa &
aroma terapi, sebagai campuran parfum, serta bahan pembuatan sarung keris.
d) Kayu akasia
Akasia memiliki nama latin Acacia mangium. Kayu akasia banyak ditemukan di
hutan- hutan Jawa Barat. Pada awalnya, kayu akasia dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan
kertas. Banyak pabrik kertas yang mencari pohon akasia dengan usia berkisar antara 3 sampai
5 tahun. Perkembangan selanjutnya, kayu akasia juga digunakan sebaga bahan baku
pembuatan furnitur. Hal ini membuat permintaan kayu akasia oleh industri meubel maupun
kertas semakin meningkat.
Meskipun potensi hutan dominan dengan kayu, tetapi ada juga potensi lain dari hutan
yang tak kalah bermanfaat. Potensi hutan ini juga termasuk dalam sumber daya alam biotik
yang dapat terus diperbaharui Beberapa hasil hutan non kayu adalah madu, buah- buahan,
jamur, damar, rotan, sagu, sutera dan lain sebagainya. Berikut adalah penjelasan singkat dari
masing- masing contoh potensi hutan non kayu.
a) Buah- buahan – Terdapat berbagai jenis buah- buahan yang bisa diperoleh dari hutan.
Diantara buah- buahan yang bisa ditemukan di hutan adalah buah durian, buah bery,
buah kaktus pir berduri, jambu monyet, buah ara, markisa, buah keramu dan lain
sebagainya.
b) Madu – Cairan kental yang diperoleh dari sarang lebah ini kaya akan manfaat. Madu
asli hutan biasanya dijadikan obat herbal dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
c) Karet – Potensi hutan non kayu yang satu ini sebenarnya adalah getah dari pohon yang
biasa kita sebut pohon karet. Penghasil karet ini sebetulnya adalah para atau Hevea
brasillensis. Nilai ekonomis karet juga tergolong tinggi karena karet banyak
digunakan diberbagai industri seperti industri pembuatan ban.
d) Rempah- rempah – Jenis rempah- rempah yang dihasilkan hutan diantaranya adalah
kayu manis, pala, cengkih dan vanila. Hutan di Maluku banyak menghasilkan rempah-
rempah yang sering diperdagangkan sejak zaman dahulu. Karena rempah- rempah ini
lah dulu Indonesia menjadi negara tujuan penjajahan Portugis dan Belanda.
e) Rotan – Batang rotan mempunyai panjang puluhan meter dan banyak dimanfaatkan
untuk membuat interior rumah. Sebelum diolah, rotan harus dibersihkan terlebih
dahulu karena rotan mempunyai pelepah yang berduri. Sebagian besar rotan di
Indonesia dihasilkan dari hutan yang berada di daerah Sumatera, Jwa, Kalimantan,
Sulawesi dan Nusa Tenggara.
f) Sagu – Potensi hutan non kayu yang berbentuk tepung ini berasal dari proses
pengolahan batang pohon sagu. Penduduk Indonesia bagian timur menjadikan sagu
sebagai bahan makanan pokok. Masyarakat Maluku dan Papua biasanya memanen
sagu dari hutan kemudian mengolahnya menjadi masakan bernama papeda.
Manfaat SDH sendiri tidak semuanya memiliki harga pasar, sehingga perlu digunakan
pendekatan-pendekatan untuk mengkuantifikasi nilai ekonomi SDH dalam satuan moneter.
Sebagai contoh manfaat hutan dalam menyerap karbon, dan manfaat ekologis serta
lingkungan lainnya. Karena sifatnya yang non market tersebut menyebabkan banyak manfaat
SDH belum dinilai secara memuaskan dalam perhitungan ekonomi.
c) Kegiatan dalam industri hasil hutan meliputi industri penggergajian, industri pulp dan
kertas, industri wood working, industri plywood, industri gondorukem, dan industri-industri
yang bahan baku utamanya dari hasil hutan seperti gula aren.
d) Kegiatan jasa sektor kehutanan antara lain perdagangan hasil hutan, rekreasi hutan,
transportasi, pendidikan dan jasa konsultan pembangunan sektor kehutanan.
Peranan Sektor Kehutanan di Indonesia dalam penyerapan tenaga kerja diperkirakan
mencapai jumlah 21,5 juta orang. Masing-masing 15,09 juta orang di kawasan hutan
produksi, 4,31 juta di kawasan suaka alam dan pelestarian alam. Sementara perkiraan jumlah
tenaga kerja langsung pada kegiatan pengusahaan hutan alam seluas 15,6 juta hektar
mencapai 4,56 juta orang kerja, yang terdiri dari kegiatan pembangunan hutan tanaman
industri (HTI) seluas 5 juta hektar dibutuhkan tenaga kerja 2,5 juta orang kerja. Selain di
hutan produksi, kegiatan ekonomi di kawasan taman wisata seluas 300 ribu hektar
membutuhkan 60 ribu orang kerja. Sedangkan kegiatan pada hutan lindung dan kawasan
konservasi seluas 39 juta hektar membutuhkan tenaga kerja sekitar 3,9 juta orang kerja.
4. Peranan Sumberdaya Hutan dalam Meningkatkan Pendapatan Nasional
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) merujuk pada semua penerimaan yang
diberikan pada negara yang bukan bersumber dari pajak. Dari Tahun 2011 sampai 2017,
sumber PNBP dari sektor kehutanan termasuk pembayaran-pembayaran berupa Dana
Reboisasi (DR), Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH), Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan (Iuran IUPHH), Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan (Iuran IUPJL), dan
Denda Pelanggaran Eksploitasi Hutan dan Ganti Rugi Tegakan (GRT).
Total jumlah PNBP dari sektor kehutanan selama kurun waktu Tahun 2011 sampai
2017 adalah sebesar Rp.20,68 trilyun, dari target sebesar Rp.23,35 trilyun. Berbagai pustaka
dan publikasi ilmiah menyebutkan bahwa nilai HHBK dapat mencapai 90% dari nilai hasil
hutan, sedangkan kayu hanya 10% saja, namun HHBK sebesar 90% tersebut tidak akan ada
apabila kayu (pohon) sebagai pembentuk ekosistem hutan tidak ada. Data Produksi HHBK
dalam kurun waktu Tahun 2015 – 2017 melebihi target yang ditetapkan dalam IKK Dit.
UJLHHBK, yaitu Tahun 2015 sebesar 251.088,96 ton (107,30%), Tahun 2016 sebesar
443.837,52 ton (182,65%) dan Tahun 2017 sebesar 316.955,59 ton (125,78%). Produksi
terbesar pada jenis kelompok getah, kelompok buah, kelompok bijibijian dan kelompok daun.
Data pendapatan PSDH dari HHBK pada periode Tahun 2015 - 2017 menunjukkan angka
yang relatif sama, yakni Tahun 2015 sebesar Rp. 15.854.299.007,00; Tahun 2016 sebesar
Rp.15.441.784.274,40 dan Tahun 2017 sebesar Rp.15.766.710.821,20. Sumber produksi
HHBK sebagian besar berasal IUPHHK-HTI dan Perhutani, yakni berupa getah-getahan dan
daun kayu putih, sedangkan dari KPH masih sangat kecil (1%), walaupun sudah ada
peningkatan dari sebelumnya. Hal ini dimungkinkan bahwa beberapa KPH yang sudah
produksi HHBK belum melaporkannya. Produksi HHBK s.d Bulan Agustus 2018 yang
berasal dari KPH sebesar 1.436,14 ton, 29.000 batang dan 740,01 liter.
Di samping itu, produk-produk sektor kehutanan memiliki rasio keunggulan
komparatif yang lebih tinggi dibandingkan produk-produk lain di dalam negeri. Antara lain
dibandingkan dengan produk tekstil, produk kulit, pakaian jadi maupun makanan olahan.
Selain unggul dibanding produk lain di dalam negeri, untuk produk sejenis di Asia Tenggara,
produk kayu dan produk sektor kehutanan indonesia memiliki struktur keunggulan komparatif
yang lebih baik.
5. Peranan Sumberdaya Hutan dalam Pelayanan Jasa Lingkungan
Peranan sumberdaya hutan ini tidak menghasilkan langsung nilai uang, tetapi
menghasilkan nilai uang bagi sektor pariwisata. Di masa depan peranan jasa lingkungan
berupa perbaikan tata air, pembersih udara, nilai estetika mempunyai peranan yang sangat
besar dalam keberlanjutan ekonomi jangka panjang tentunya apabila dikelola dengan baik.
Selain itu jasa lingkungan juga bisa dimanfaatkan untuk menambah devisa negara yang
tentunya mendukung laju pembangunan di Indonesia. Sebagai contoh dengan membuat taman
wisata alam, taman buru, taman safari, dan sebagainya yang dapat menjadi sarana wisata bagi
turis asing maupun lokal yang tentunya menambah penghasilan negara.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Secara kuantitatif, daratan indonesia seluas ± 189,15 juta hektar memiliki kawasan hutan
seluas 143,57 juta hektar atau sekitar 76 %.dengan 13 tipe ekosistem daratan dan enam
tipe ekosistem perairan . Sembilan belas tipe ekosistem tersebut kemudian terbagi menjadi
74 tipe vegetasi. Indonesia tercatat memiliki 1.605 jenis burung, 723 jenis reptil, 5.137
jenis arthropoda (termasuk jenis-jenis arachnida), serta 181.847 jenis serangga termasuk
30.000 diantaranya dari ordo hymenoptera (tawon, lebah dan semut). 91.251 jenis
tumbuhan berspora, 120 jenis gymnospermae, serta sekitar 30.000-40.000 jenis tumbuhan
berbunga (angiospermae), yang hingga saat ini baru terindentifkasi 19.112 jenis.
2. Potensi sumber daya hutan yang harus dimanfaatkan secara efektif dan optimal untuk
mendukung pembangunan nasional yakni diantaranya landscaping (jasa
lingkungan/fenomena alam), hutan dan transfer nilai karbon, pemanfaatan keragaman
hayati hutan, hutan dan transfer nilai air, nilai hutan dalam kaitannya dengan perubahan
iklim global secara ekstrim, pemanfaatan hasil hutan kayu, transfer nilai hutan sebagai
sumber dana mandiri dalam pengelolaan hutan.
3. Aplikasi pemanfaatan potensi hasil hutan di Indonesia yakni diantaranya dengan
mengelola hasil hutan berupa kayu dan non kayu.
4. Faktor penghambat optimalnya pemanfaatan potensi sumber daya hutan di indonesia
yakni Produksi besar – besaran yang berujung pada deforestasi, adanya produksi tanpa
adanya izin atau landasan hukum, proses pemanenan dengan cara merusak ekosistem
hutan, kurang tegasnya hukum pada pelaku pengerusakan, pengendalian dan pengawasan
hutan yang tidak merata pada suatu daerah, produksi asal –asalan yang berdampak pada
nilai harga rendah.
5. Peranan hutan dalam pembangunan nasional yakni, sebagai penghasil devisa, penggerak
sektor ekonomi lainnya, penyediaan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan nasional
Serta berperan dalam pelayanan jasa lingkungan
4.2 Saran
Dengan menjaga kelestarian hutan di Indonesia maka kita telah memberikan andil
besar untuk pembangunan Indonesia menjadi negara maju. Oleh karenanya mari kita semua
saling bahu-membahu melestarikan dan menjaga alam kita dimulai dari lingkungan sekitar
kita demi generasi yang lebih baik dimasa yang akan datang. Berproseslah dengan baik
karena kepemimpinan berikutnya generasi kitalah yang menjalankannya, mari kita ubah
tatanan Indonesia ini menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Ruandha, dkk. 2018. Status Hutan Dan Kehutanan Indonesia 2018. Kementrian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia : Jakarta
Alam, Syamsu, dkk. 2009. Ekonomi Sumber Daya Hutan. Laboratorium Kebijakan dan
Kewirausahaan Kehutanan. Fakultas Kehutanan. Universitas Hasanuddin : Makassar
Hediman, dkk. 2014. Potensi Sumber Daya Hutan Dari Plot Inventarisasi Hutan Nasional.
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Direktorat Jendral Planologi
Kehutanan
Maryono, Koesnan. 2000. Buku Pintar Penyuluhan Kehutanan dan Pekebunan Edisi Kedua (
Kumpulan Informasi Kehutanan ). Departemen Kehutanan dan Perkebunan Pusat Bina
Penyuluhan Kehutanan dan Perkebunan : Jakarta
Mulyana, Yaman. 1999. Materi Penyuluhan Kehutanan II. Departemen Kehutanan Dan
Perkebunan Pusat Penyuluhan Kehutanan Dan Perkebunan : Jakarta
Nurfatriani, Fitri. 2014. Konsep Nilai Ekonomi Total Dan Metode Penilaian Sumberdaya
Hutan. Jurnal Slit Sosial Ekonomi Dan Kebijakan Kehutanan. Vol 5 No.17 : 2-16
Nursalam. 2010. Kebijakan Pelestarian Sumber Daya Hutan Dalam Rangka Pembangunan
Berkelanjutan. Jurnal Geografi GEA.Vol 10. No 1 : 1-14
Setiawati,T.dkk.2014.Neraca Sumber Daya Hutan Nasional. Direktorat Jenderal Planologi
Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan
Sinaga, Gabriella Joana.2017. Analisis Pemanfaatan Sumber Daya Hutan Untuk
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Sekitar Hutan. Jurnal Analisis
Perkemangan Ekonomi. Vol 4 ( 2 ) : 121-127
Sitohang K Oridi, dkk. 2019. Potensi Ekosisitem Hutan Mangrove Terhadap Keberadaan
Madu Hutan Sebagai Jasa Lingkungan Di Desa Batu Ampar Kabupaten Kubu Raya.
Jurnal Hutan Lestari. Vol. 7 No. 1: 335-348
Soesilo, Indroyono, dkk .2018. Penerapan Silin Wujudkan Pengelolaan Sumber Daya Alam
Hutan yang Berkelanjutan. Arivicho. Divisi Media Service Bisnis Indonesia
Sumargo, Wirendro. 2011. Potret Keadaan Hutan Indonesia Periode Tahun 2000-2009.
Forest Watch Indonesia :Jakarta Pusat.
Supono. 2017. Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (Phbm) Perum
Perhutanisebagai Implementasi Tanggung Jawab Sosialperusahaan(Studi Pada
Perum Perhutani Kph Kedu Selatan). Jurnal Hukum Perhutanan. Vol 4 No. 12 : 21-34
Syafrinna, Yenny, dkk. 2014. Potensi Sumberdatya Hutan Dari Plot Inventarisasi Hutan
Nasional. Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup
Dan Kehutanan : Jakarta
Taati, La. 2019. Analisis Komposisi Dan Potensi Hutan Produksi Di Wilyah Kesatua
Pengelolaan Hutan (KPH) Dampelas Tinombo Kecamatan Dampelas Kabupaten
Donggala. Jurnal Katalogis. Vol. 3 No. 11: 203-216