Anda di halaman 1dari 23

POTENSI HUTAN INDONESIA DAN PENERAPANNYA DALAM

MENDUKUNG PEMBANGUNAN NASIONAL.

JANGAN KI LUPA
LOGONYA AYUNDA

DISUSUN OLEH:

1. ADHYAKSA ARDAUS (M011191186)


2. ANDI MUSDALIFAH (M011191181)
3. AURA AULIA ASLAN (M011191161)
4. GREYS ENAFIL NIPI (M011191201)
5. MUH. FITRAYADI ILHAM (M011191174)
6. NUR RAHMA DAMAYANTI B (M011191167)
7. RIFKY NUR ILHAM (M011191217)
8. SUTOMO MADANI ARMIANTO (M011191203)

FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019/2020
KATA PENGANTAR

               Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat, karunia, dan  hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Potensi Hutan Indonesia
dan Penerapannya dapam Mendukung Pembangunan Nasional” dan kami juga tak pula
kirimkan salam serta salawat kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul
pembawa kebenaran dari semua aspek diantaranya ilmu pengetahuan.
               Kemudian, makalah ini dapat terselesaikan berkat kerja sama teman-teman
kelompok 2 dengan  tujuan untuk lebih mengetahui tentang manajemen dan perencanaan
hutan serta menyelesaikan salah satu tugas kuliah sebagai tanggung  jawab pelajar dan juga
memperluas pengetahuan tentang sistematis penyusunan makalah.
               Demikian proses penyusunan makalah ini, namun perlu teman-teman ketahui bahwa
kami sebagai penyusun menyadari betul kekurangan dalam penyusunan laporan ini, maka
dari  itu kami sangat mengharapkan saran dari para pembaca sebagai langkah  baru untuk
menuju  kedepan  yang  lebih baik.  Semoga laporan ini dapat memberikan mamfaat bagi
kami khususnya serta para pembaca pada umumnya.

Makassar, 6 April 2020

Penyusun:
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Potensi Hutan Di Indonesia

3.2 Potensi Sumber Daya Hutan Yang Harus Dimanfaatkan Secara Efektif Dan

Optimal Untuk Mendukung Pembangunan Nasional

3.3 Aplikasi Pemanfaatan Potensi Hasil Hutan Di Indonesia

3.4 Faktor Penghambat Optimalnya Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan Di

Indonesia

3.5 Peranan Hutan Dalam Pembangunan Nasional

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Hutan mempunyai kedudukan dan peran yang sangat penting dalam menunjang
pembagunan nasional. Hutan sebagai modal pembagunan nasional memiliki manfaat yang
nyata bagi kehidupan dan penghidupan bangsa Indonesia, baik manfaat ekologi, sosial
budaya maupun ekonomi secara seimbang dan dinamis. Indonesia memiliki hutan yang
didalamnya terdapat banyak keanekaragaman hayati yang dimulai banyaknya flora dan fauna.
Hutan Indonesia terkenal sebagai hutan hujan tropis, hutan yang secara umum dikenal sebagai
hutan lebat. Indonesia memiliki hutan yang sangat beragam jenisnya, mulai dari hutan primer
hingga hutan mangrove. Salah satu potensi hutan Indonesia adalah keragaman flora yang
dapat di jadikan sebagai bahan industri, pulp dan lainya. Selain hasil hutan berupa kayu
indonesia juga memiliki hasil hutan bukan kayu seperti rotan, kantong semar, madu hutan dan
lain sebagainya.
Undang-undang 41 tahun 1999 pasal 17 mengamanatkan bahwa pembentukan wilayah
pengelolaan hutan dilaksanakan untuk tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota dan unit
pengelolaan. Menurut PP 34 tahun 2002 pasal 2, kegiatan pengelolaan hutan dilaksanakan
pada wilayah hutan dalam bentuk Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi ( KPHK ),
Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi
(KPHP). Untuk mewujudkan pengelolaan hutan lestari, maka seluruh kawasan hutan terbagi
ke dalam Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH). Wilayah pengelolaan hutan Provinsi dan
Kabupaten/Kota merupakan merupakan wilayah pengurusan hutan yang mencakup kegiatan-
kegiatan perencanaan kehutanan, pengelolaan hutan, penelitian dan pengembangan
pendidikan dan latihan serta penyuluhan kehutanan. Hutan sebagai modal pembangunan
nasional memiliki manfaat yang nyata bagi kehidupan dan penghidupan bangsa indonesia,
baik manfaat ekologi sosial budaya maupun ekonomi, secara seimbang dan dinamis. Untuk
itu hutan harus diurus dan kelola, dilindungi dan dimanfaatkan secara berkesinambungan bagi
kesejahteraan masyarakat Indonesia, baik generasi sekarang maupun yang akan datang.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana potensi hutan di Indonesia ?
2. Bagaimana potensi sumber daya hutan yang harus dimanfaatkan secara efektif dan
optimal untuk mendukung pembangunan nasional ?
3. Bagaimana aplikasi pemanfaatan potensi hasil hutan di indonesia ?
4. Apa Faktor penghambat optimalnya pemanfaatan potensi sumber daya hutan di
indonesia ?
5. Bagaimana Peranan hutan dalam pembangunan nasional?

1.2 TUJUAN
1. Mengetahui potensi hutan di Indonesia
2. Mengetahui potensi sumber daya hutan yang harus dimanfaatkan secara efektif dan
optimal untuk mendukung pembangunan nasional
3. Mengetahui aplikasi pemanfaatan potensi hasil hutan di indonesia
4. Mengetahui Faktor penghambat optimalnya pemanfaatan potensi sumber daya hutan
di indonesia
5. Bagaimana Peranan hutan dalam pembangunan nasional
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hutan adalah suatu lapangan bertumbuhan pohon-pohon yang secara keseluruhan


merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya dan yang ditetapkan
pemerintah sebagai hutan. Jika pengertian hutan ditinjau dari sudut pandang sumberdaya
ekonomi terdapat sekaligus tiga sumberdaya ekonomi, yaitu: lahan, vegetasi bersama semua
komponen hayatinya serta lingkungan itu sendiri sebagai sumberdaya ekonomi yang pada
akhir-akhir ini tidak dapat diabaikan. Sedangkan kehutanan diartikan sebagai segala
pengurusan yang berkaitan dengan hutan, mengandung sumberdaya ekonomi yang beragam
dan sangat luas pula dari kegiatan-kegiatan yang bersifat biologis seperti rangkain proses
silvikultur sampai dengan berbagai kegiatan administrasi pengurusan hutan. Hal ini berarti
kehutanan sendiri merupakan sumberdaya yang mampu menciptakan sederetan jasa yang
bermanfaat bagi masyarakat (Alam, Syamsu 2009)
Secara kuantitatif, daratan indonesia seluas ± 189,15 juta hektar memiliki kawasan
hutan seluas 143,57 juta hektar atau sekitar 76 %. Berdasarkan TGHK tahun 1983, kawasan
hutan tersebut terdiri dari hutan lindung ± 30.316.218 ha (16%), Hutan Konservasi ±
18.725.324 ha (10%), Hutan Produksi ± 64.391.990 (34%) dan Hutan Produksi yang dapat di
konversi ± 30.131.716 ha (16%). Kawasan hutan tersebut merupakan aset yang memiliki
potensi sosial ekonomi yang sangat besar bagi indonesia (Alam, Syamsu 2009). Dengan
daerah yang seluas ini maka tak heran Indonesia memiliki kekayaan yang berlimpah. Apabila
potensi ini dapat dikelola dengan baik, maka tentunya akan memeberikan andil yang besar
dalm pembangunan nasional di Indonesia.
Hutan merupakan sumberdaya alam yang mempunyai peranan penting dalam
kehidupan baik secara langsung (tangible) maupun tidak langsung (intangible), peranan hutan
secara langsung dapat terlihat dengan bukti adanya keberadaan hutan sebagai sumber
pemenuhan bahan baku kayu serta berbagai keanekaragaman hayati lainnya yang dapat
langsung kita manfaatakan. Peranan hutan secara tidak langsung dapat kita rasakan dengan
bukti bahwa hutan merupakan penyedia oksigen, pengatur tata air, berperan sebagai pengatur
tata air, penyedia oksigen, sumber pemenuhan. Sumberdaya hutan berperan sebagai
penggerak ekonomi dapat teridentifikasi dalam beberapa hal, yaitu: pertama, penyediaan
devisa untuk membangun sektor lain yang membutuhkan teknologi dari luar negeri; kedua,
penyediaan hutan dan lahan sebagai modal awal untuk pembangunan berbagai sektor,
terutama untuk kegiatan perkebunan, industri dan sektor ekonomi lainnya; dan yang ketiga,
peran kehutanan dalam pelayanan jasa lingkungan hidup dan lingkungan sosial masyarakat.
Ketiga bentuk peranan tersebut berkaitan dengan peranan sumberdaya hutan sebagai
penggerak ekonomi yang sangat potensial, sangat kompleks dan saling terkait. Peran SDH
tersebut dikarenakan sifat produk SDH, sebagai berikut: Kayu merupakan produk multiguna,
sehingga diperlukan banyak jenis industri dan produk kayu hampir selalu berperan pada setiap
tahapan perkembangan teknologi dan perekonomian. Sumberdaya hutan sangat penting
artinya dalam mendorong tersedianya lapangan kerja, karena sektor kehutanan memiliki
banyak lapangan usaha antara lain kegiatan penanaman, pemeliharaan dan perlindungan
hutan, kegiatan pemanenan hasil hutan (penebangan dan pengangkutan), kegiatan dalam
industri hasil hutan meliputi industri penggergajian, industri pulp dan kertas, industri wood
working, industri plywood, industri gondorukem, dan industri-industri yang bahan baku
utamanya dari hasil hutan seperti gula aren ( Hediman, dkk, 2014)
Hasil hutan juga jelas merupakan sumberdaya ekonomi potensial yang beragam yang
didalam areal kawasan hutan mampu menghasilkan hasil hutan kayu, non kayu dan hasil
hutan tidak kentara (intangible) seperti perlindungan tanah, pelestarian sumberdaya air dan
beragam hasil wisata. Uraian tersebut di atas terungkap bahwa hutan, kehutanan dan hasil
hutan sesungguhnya menjadi sumberdaya (resources) yang mempunyai potensi menciptakan
barang, jasa serta aktifitas ekonomi yang sangat bermanfaat bagi masyarakat. Kajian ekonomi
akan meliputi semberdaya sendiri-sendiri atau secara majemuk sehingga disebut sumberdaya
hutan (Wirahadikusumah, 2003, dalam Alam, Syamsu 2009).
Memasuki abad 21, pembangunan kehutanan Indonesia dihadapkan pada
permasalahan yang makin kompleks. Menurut Nurfatriani dan Sukadri (2000: 2 dalam
Nursalam 2010) menyatakan bahwa: Salah satu permasalahan yang dihadapi adalah masalah
deforestasi hutan dengan laju yang tinggi. berdasarkan data Ditjen RLPS pada tahun 2000
mencapai 1,6 juta hektar/tahun. Dengan laju kerusakan yang tinggi tersebut luas hutan
Indonesia mengalami penurunan yang signifikan, hal tersebut mengakibatkan sumber daya
hutan Indonesia mengalami penurunan potensiyang sangat berarti.
Permasalahan yang kerap terjadi ialah karena kurang optimalnya pemnafaatan potensi
sumber daya alam hutan yang berujung pada deforestasi. Cara pengelolaan yang kurang tepat
merupakan salah satu kendala utama. Dilansir dari majalah Kehutanan (2018), tentang Hutan
Indonesia, Menurut Gusti Hardyansyah, ekternalitas negatif terjadi karena sistem pegelolaan
hutan di Indonesia, khusunya kawasan hutan alam produksi sangat berorientasi kepada
pengambilan nilai manfaat langsung, seperti kayu dan gagal untuk mulai melakukan
penanaman. Dis-orientasi yang terjadi mengakibatkan sistem kelola hutan alam produksi
cenderung bias terhadap nilai manfaat tidak langsung seperti jasa lingkungan penyerapan
karbon yang sangat berperan dalam perlindungan lingkungan global . Disisi lain kurangnya
koordinasi para pengusaha hasil hutan dalam bekerjasama juga merupakan faktor kurang
optimalnya pemanfaatan potensi Sumberf Daya Hasik Hutan. Menurut Hartono Prabowo
Apabila kesatuan bisnis kehutanan berjalan dengan baik maka posisi tawae menawar di
Indonesia untuk produk olahan kayu olahan akan lebih kuat dibandingkan dengan buyer.
Pengelolaan Hutan alam harus disesuaikan dengan kondisi ekologis yang ada, serta perlu
adanya alternatif olahan komoditas kayu hutan alam agar dapat menjadi produk olahan kayu.
Sedangkan menurut sugijanto Soewadi, Kawasan atau areal hutan jika diharapkan dari hasil
kayu semata dan mengabaikan fungsi dan manfaat yang lain maka akan semakin
merendahkan manfaat dan fungsi hutan. Artinya selain untuk menghasilkan kayu, areal hutan
produksi sangat berpeluang untuk diusahakan bisnis lainnya dengan pilihan bisnis yang masih
gayut bahkan yang akan menguatkan keberadaan hutannya sendiri sebagai bisnis utama.
BAB III
PEMAPARAN DAN ANALIS MATERI

3.1 Potensi Hutan Di Indonesia

A. Potensi Keanekaragaman Flora dan Fauna di Hutan Indonesia


Indonesia menjadi negara mega biodiversity terbesar ketiga setelah Brazil dan
Kolombia (Butler, 2016), dengan 13 tipe ekosistem daratan dan enam tipe ekosistem perairan
(ekosistem perairan darat dan ekosistem perairan laut). Sembilan belas tipe ekosistem tersebut
kemudian terbagi menjadi 74 tipe vegetasi.19 Mengacu pada Indonesian Biodiversity Strategy
and Action Plan (IBSAP) 2015-2020 (BAPPENAS, 2016), Indonesia tercatat memiliki 1.605
jenis burung, 723 jenis reptil, 5.137 jenis arthropoda (termasuk jenis-jenis arachnida), serta
181.847 jenis serangga termasuk 30.000 diantaranya dari ordo hymenoptera (tawon, lebah dan
semut). Dalam dunia flora, Indonesia tercatat memiliki 91.251 jenis tumbuhan berspora, 120
jenis gymnospermae, serta sekitar 30.000-40.000 jenis tumbuhan berbunga (angiospermae),
yang dari perkiraan tersebut, hingga saat ini baru terindentifkasi 19.112 jenis. Banyak diantara
keanekaragaman jenis fauna Indonesia yang sudah sangat dikenal secara global. Flagship
species tersebut antara lain Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), Gajah Sumatera
(Elephas maximus sumatrensis), Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), Badak Jawa
(Rhinoceros sondaicus), Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus), Orangutan Sumatera
(Pongo abelii), Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis), Anoa (Bubalus quarlesi dan B.
depressicornis), Komodo (Varanus komodoensis), serta jenis-jenis burung Cenderawasih
(keseluruhan jenis dari famili Paradisaeidae).
B. Neraca Sumber Daya Hutan (NSDH)
Berdasarkan Setiawati.T, dkk (2014), NSDH didefenisikan sebagai suatu informasi
yang dapat menggambarkan cadangan sumber daya hutan, kehilangan dan penggunaan
sumber daya hutan, sehingga pada waktu tertentu dapat diketahui kecenderungannya, apakah
surplus atau defisit jika dibandingkan dengan waktu sebelumnya. Dari buku NSDH tersebut
disajikan data potensi Sumber daya alam hutan di Indonesia pada tahun 2013 sebagai berikut.
1. Luas Kawasan Hutan
Luas awal kawasan hutan Indonesia pada awal 2013 sebesar 126.159.053,43
Ha terdapat perubahan (pengurangan) seluas 2.395.857,20 Ha, luas kawasan hutan
menjadi 123.763.196,23 Ha
Perubahan luas kawasan hutan disebabkan :
a. Perubahan peruntukan kawasan hutan
b. Pelepasan kawasan hutan untuk transmigrasi dan perkebunan
c. Adanya Lahan pengganti/kompensasi dan areal yang ditukar,
d. Koreksi data dan re-strukturisasi batas kawasan hutan
2. Potensi dan Estimasi Nilai Ekonomi Kayu Semua Jenis Diameter ≥ 20 cm
Neraca potensi kayu semua jenis diameter ≥ 20 cm tahun 2013 (tidak termasuk
Hutan Mangrove) sebesar 17.399,34 juta M3,dengan estimasi nilai ekonomi potensi
kayu semua jenis sebesar Rp. 5.767,90 trilyun,
3. Potensi Kayu Semua Jenis Diameter ≥ 5 cm
Potensi kayu semua jenis diamater ≥ 5 cm sebesar 23.111,42 juta M3.
4. Potensi dan Estimasi Nilai Ekonomi Non Kayu (Rotan)
Potensi non kayu dalam penyusunan NSDH Tahun 2013 hanya untuk jenis
rotan, didasarkan pada potensi rata-rata seluruh Indonesia (kecuali P. Jawa) yakni
sebesar 7.351,87 ribu Ton, dengan nilai potensi ekonomis sebesar Rp. 3.675,65 milyar.
5. Potensi Satwa
Potensi satwa yang disajikan berupa data perkiraan populasi satwa spesies
prioritas dilindungi. Jumlah jenis satwa yang merupakan prioritas sebanyak 14 jenis,
dengan jumlah 30.526 satwa prioritas dilindungi.

3.2 Potensi Sumber Daya Hutan Yang Harus Dimanfaatkan Secara Efektif Dan
Optimal Untuk Mendukung Pembangunan Nasional

1. Landscaping (Jasa Lingkungan/Fenomena Alam)


Jasa lingkungan merupakan produk alami dari keseluruhan kawasan hutan berupa
keindahan panorama alam, udara bersih dan segar dan keindahan biota yang terdapat di
dalamnya. Pemanfaatan jasa lingkungan dapat dilaksanakan pada kawasan hutan konservasi
dan hutan lindung serta hutan produksi. Selain itu dalam kaitannya menunjang devisa negara
jasa lingkungan yang berpotensi sebagai objek wisata dapat diaplikasikan.

2. Hutan dan Transfer Nilai Karbon


Vegetasi hutan merupakan cadangan karbon (carbon stock) terestrial yang sangat
penting. Ekosistem hutan memiliki potensi dalam memberikan jasa (services) lingkungan
global dalam mengendalikan iklim bumi yang sangat dipengaruhi oleh konsentrasi CO 2.
Hutan, khususnya pohon dapat menyerap emisi CO 2 sehingga secara langsung dapat
mencegah terjadinya pemanasan global lebih cepat

3. Pemanfaatan Keragaman Hayati Hutan


Indonesia dengan kawasan hutan yang mempunyai keanekaragaman sumber daya
hayati sangat besar sangat potensial untuk mendapatkan transfer nilai dari keanekaragaman
tersebut. Keberadaan suatu jenis yang langka dan eksotik akan menarik orang-orang terutama
orang asing untuk datang dan melihat/meneliti, yang sekaligus membawa devisa dan
menghidupkan bisnis hotel atau penginapan. Bentuk-bentuk pemanfaatan jenis tumbuhan dan
satwa liar diantaranya berupa: (1) pengkajian penelitian dan pengembangan, (2) penangkaran,
(3) perburuan, (4) perdagangan, (5) peragaan, (6) pertukaran, (7) budidaya tanaman obat-
obatan dan tanaman hias serta (8) pemeliharaan untuk kesenangan atau hoby yang
pelaksanaannya diatur melalui peraturan perundang-undangan.

4. Hutan dan Transfer Nilai Air


Transfer nilai air melalui pemanfaatan sumber-sumber air secara makro meliputi (1)
upaya pengembangan elemen pengendalian banjir, (2) pemanfaatan air untuk irigasi, (3)
pemanfaatan air untuk pembangkit tenaga listrik, (4) memperoleh air domestik untuk air
minum dan industri, (5) pengelolaan watersheed, (6) lalu lintas air, (7) rekreasi, (8) perikanan,
(9) pengendalian pencemaran air, (10) pengendalian tanaman air dan serangga, (11) drainase
dan pengembangan rawa, (12) pengendalian sedimen, (13) pengendalian intrusi air asin, (14)
pengendalian kekeringan dan pengembangan air tanah. Selain manfaat dari sumber air secara
langsung yang sering dilupakan adalah nilai kerusakan oleh banjir yang dapat dihindari
sebagai hasil dari konservasi kawasan hutan yang menjadi daerah hulu dari suatu DAS

5. Nilai hutan dalam kaitannya dengan Perubahan Iklim Global secara Ekstrim
Salah satu peran hutan yang sangat potensial adalah sebagai pencegah terjadinya perubahan
iklim secra ekstrim dalam waktu yang sangat singkat. Fungsi hutan dalam mencegah
perubahan iklim hutan dikenal melalui peranannya dalam menyerap (sequester) dan
menyimpan (store) kelebihan karbon atmosfer dalam bentuk biomassa. Dalam keadaan ini
hutan berfungsi sebagai rosot (sink) karbon atmosfer. Namun demikian jika simpanan karbon
dalam bentuk biomassa, ini mengalami kerusakan (degradasi, kebakaran dan deforestasi),
maka hutan akan menjadi sumber (source) emisi karbon.

6. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu


Secara kuantitatif, daratan indonesia seluas ± 189,15 juta hektar memiliki kawasan
hutan seluas 143,57 juta hektar atau sekitar 76 %. Berdasarkan TGHK tahun 1983, kawasan
hutan tersebut terdiri dari hutan lindung ± 30.316.218 ha (16%), Hutan Konservasi ±
18.725.324 ha (10%), Hutan Produksi ± 64.391.990 (34%) dan Hutan Produksi yang dapat di
konversi ± 30.131.716 ha (16%). Kawasan hutan tersebut merupakan aset yang memiliki
potensi sosial ekonomi yang sangat besar bagi indonesia. Berdasarkan data Baplan Dephut,
hingga tahun 2000 potensi kayu siap tebang mencapai 3,9 milyar meter kubik dengan
keseluruhan total potensi semua jenis mencapai 8,85 milyar meter kubik. Potensi rata-rata
kayu berdiri pada hutan alam di Indonesia pada diameter batang di atas 50 cm untuk seluruh
jenis mencapai 56,23 m3/ha dan 24,61 m3/ha untuk jenis niagawi. Untuk diameter batang di
atas 20 cm, potensi rata-rata kayu berdiri mencapai 105,17 m3/ha untuk seluruh jenis dan
39,41 m3/ha untuk jenis niagawi.
7. Transfer Nilai Hutan sebagai Sumber Dana Mandiri dalam Pengelolaan Hutan
Dalam jangka panjang perlu dipikirkan sumber-sumber pendanaan mandiri bagi
pengelolaan sektor kehutanan. Sumber-sumber pendanaan tersebut diantaranya berasal dari
iuran-iuran atas manfaat hutan dalam bentuk
a) transfer nilai hutan (transfer nilai kayu, CO2, dan oksigen, landscaping,
biodiversity, dan transfer nilai air),
b) dana jaminan reklamasi tambang, maupun
c) dana-dana yang berasal dari dalam dan luar negeri yang peduli terhadap
lingkungan.
Sebagai ilustrasi dana reboisasi atau DR dapat ditafsirkan sebagai dana yang berasal
dari iuran transfer nilai kayu. Dana-dana tersebut digunakan sebagai dana abadi untuk
memperbaiki kualitas sumber daya hutan sesuai dengan asal dana tersebut.

3.3 Aplikasi Pemanfaatan Potensi Hasil Hutan Di Indonesia

Hutan merupakan  suatu wilayah yang mana menjadi tempat tumbuhnya pohon-
pohon dan jenis tanaman yang lain. Pengertian hutan tidak hanya berhenti sesederhana itu.
Hutan juga bisa dikatakan sebagai ekosistem yang mejadi tempat hidup dan berinteraksi bagi
hewan maupun tumbuh- tumbuhan. Hutan terdiri dari tiga bagian utama, yakni bagian atas,
bagian permukaan tanah dan bagian di bawah tanah. Hutan bisa ditemukan di wilayah dengan
iklim tropis, dataran rendah dan juga dataran tinggi. Terdapat berbagai jenis hutan diantaranya
adalah hutan gugur, hutan sabana, hutan heterogen, hutan homogen, hutan mangrove, hutan
buatan dan hutan hujan tropis. Indonesia sebagai negara yang berada di garis khatulistiwa
mempunyai hutan hujan tropis yang selalu lembab sepanjang tahun.

Upaya peningkatan nilai sumberdaya hutan sangat tergantung kepada kemampuan


pengelolaan sumberdaya hutan mulai dari kegiatan produksi hasil hutan dan pemasarannya.
Pengelolaan sumberdaya hutan harus mampu meningkatkan nilai tambah ekonomi dan
ekologi dari hutan. Ini berarti memproduksi hasil hutan berupa jasa dan barang yang bermutu
tinggi dan beraneka ragam, mengurangi kesenjangan ekonomi antara penduduk masyarakat
sekitar hutan dengan masyarakat lain yang mendapat manfaat dari hutan, memelihara akses
tradisional terhadap hutan bagi masyarakat lokal, meningkatkan lapangan kerja dan
kesempatan berusaha bagi seluruh masyarakat. berikut merupakan hasil hutan yang memiliki
andil besar dalam perekonomian Indonesia apabila dikelola dengan baik ialah sebagai berikut
:

1. Hasil Hutan Berupa Kayu

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa hutan ditumbuhi oleh pepohonan berkayu.
Potensi hutan berupa kayu ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, bahan baku
kertas, bahan baku industri meubel dan lain sebagainya. Setidaknya terdapat 4000 jenis kayu
yang keberadaannya tersebar di nusantara. Lebih dari 250 jenis kayu tersebut merupakan kayu
dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi. Diantara jenis – jenis kayu tersebut adalah :

a) Kayu jati

Potensi hutan berupa kayu yang pertama adalah kayu jati. Nama latin dari pohon yang
menghasilkan jenis kayu ini adalah Tectona grandis. Pohon jati tumbuh di hutan buatan
maupun hutan alami yang memiliki curah hujan berkisar antara 1.500 sampai 2000 mm per
tahun. Jati dapat tumbuh di dataran tinggi maupun dataran rendah yang tidak digenangi air.
Persebaran hutan jati di nusantara meliputi beberapa daerah seperti Pulau Jawa, Nusa
Tenggara dan Bali. Di Pulau Jawa sendiri, persebaran jati paling banyak terdapat di Jawa
Tengah dan Jawa Timur.
Kayu jati memiliki tekstur yang keras dan awet karena terdapat minyak di dalamnya. Hal
ini membuat kayu jati banyak dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat interior rumah.
Selain sebagai interior rumah, kayu jati juga digunakan sebagai atap dan tiang penyangga
rumah- rumah  tradisional jawa. Kayu jati yang sudah diolah juga bisa dimanfaatkan untuk
membuat kapal dan konstruksi jembatan. Semua manfaat yang bisa diperoleh dari kayu jati
membuat kayu ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

b) Kayu meranti

Kayu meranti terkenal di kalangan pertukangan dan perdagangan kayu. Terdapat


berbagai jenis pohon meranti yang diantaranya adalah meranti hitam batang, balangeran,
tengkawang gunung, dan meranti buaya bukit. Jenis- jenis pohon meranti tersebut
menghasilkan kayu meranti merah. Persebarannya meliputi hutan- hutan di Pulau Kalimantan
dan Sumatera. Kayu meranti sering dimanfaatkan sebagai kayu konsrtuksi, penyekat ruangan
dalam bangunan, bahan pembuatan meubel dan berbagai interior dalam rumah. Selain
menghasilkan kayu, pohon meranti juga menghasilkan resin, yaitu sejenis getah yang keluar
dari batang pohon. Resin ini selanjutnya akan dibahas dalam potensi hutan non kayu.

c) Kayu cendana

Kayu cendana dihasilkan dari pohon dengan nama latin Santalum album yang
ditemukan di Nusa Tenggara Timur. Meski demikian, persebaran cendana sekarang sudah
meliputi hutan- hutan di daerah Jawa dan keseluruhan Nusa Tenggara. Kayu cendana ini
sudah menjadi barang langka sehingga harganya menjadi begitu mahal. Kayu cendana
memiliki aroma yang wangi. Itulah nilai lebih dari kayu cendana dibandiingkan jenis  kayu
lainnya. Pemanfaatan kayu cendana diantaranya adalah sebagai bahan pembuatan dupa &
aroma terapi, sebagai campuran parfum, serta bahan pembuatan sarung keris.

d) Kayu akasia

Akasia memiliki nama latin Acacia mangium. Kayu akasia banyak ditemukan di
hutan- hutan Jawa Barat. Pada awalnya, kayu akasia dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan
kertas. Banyak pabrik kertas yang mencari pohon akasia dengan usia berkisar antara 3 sampai
5 tahun. Perkembangan selanjutnya, kayu akasia juga digunakan sebaga bahan baku
pembuatan furnitur. Hal ini membuat permintaan kayu akasia oleh industri meubel maupun
kertas semakin meningkat.

2. Hasil Hutan Bukan Kayu (Non Kayu)

Meskipun potensi hutan dominan dengan kayu, tetapi ada juga potensi lain dari hutan
yang tak kalah bermanfaat. Potensi hutan ini juga termasuk dalam sumber daya alam biotik
yang dapat terus diperbaharui Beberapa hasil hutan non kayu adalah madu, buah- buahan,
jamur, damar, rotan, sagu, sutera dan lain sebagainya. Berikut adalah penjelasan singkat dari
masing- masing contoh potensi hutan non kayu.

a) Buah- buahan – Terdapat berbagai jenis buah- buahan yang bisa diperoleh dari hutan.
Diantara buah- buahan yang bisa ditemukan di hutan adalah buah durian, buah bery,
buah kaktus pir berduri, jambu monyet, buah ara, markisa, buah keramu dan lain
sebagainya.
b) Madu – Cairan kental yang diperoleh dari sarang lebah ini kaya akan manfaat. Madu
asli hutan biasanya dijadikan obat herbal dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
c) Karet – Potensi hutan non kayu yang satu ini sebenarnya adalah getah dari pohon yang
biasa kita sebut pohon karet. Penghasil karet ini sebetulnya adalah para atau Hevea
brasillensis. Nilai ekonomis karet juga tergolong tinggi karena karet banyak
digunakan diberbagai industri seperti industri pembuatan ban.
d) Rempah- rempah – Jenis rempah- rempah yang dihasilkan hutan diantaranya adalah
kayu manis, pala, cengkih dan vanila. Hutan di Maluku banyak menghasilkan rempah-
rempah yang sering diperdagangkan sejak zaman dahulu. Karena rempah- rempah ini
lah dulu Indonesia menjadi negara tujuan penjajahan Portugis dan Belanda.
e) Rotan – Batang rotan mempunyai panjang puluhan meter dan banyak dimanfaatkan
untuk membuat interior rumah. Sebelum diolah, rotan harus dibersihkan terlebih
dahulu karena rotan mempunyai pelepah yang berduri. Sebagian besar rotan di
Indonesia dihasilkan dari hutan yang berada di daerah Sumatera, Jwa, Kalimantan,
Sulawesi dan Nusa Tenggara.
f) Sagu – Potensi hutan non kayu yang berbentuk tepung ini berasal dari proses
pengolahan batang pohon sagu. Penduduk Indonesia bagian timur menjadikan sagu
sebagai bahan makanan pokok. Masyarakat Maluku dan Papua biasanya memanen
sagu dari hutan kemudian mengolahnya menjadi masakan bernama papeda.
Manfaat SDH sendiri tidak semuanya memiliki harga pasar, sehingga perlu digunakan
pendekatan-pendekatan untuk mengkuantifikasi nilai ekonomi SDH dalam satuan moneter.
Sebagai contoh manfaat hutan dalam menyerap karbon, dan manfaat ekologis serta
lingkungan lainnya. Karena sifatnya yang non market tersebut menyebabkan banyak manfaat
SDH belum dinilai secara memuaskan dalam perhitungan ekonomi.

3.4 Faktor Penghambat Optimalnya Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan Di


Indonesia
Keberhasilan sektor kehutanan dalam menunjang pertumbuhan ekonomi ternyata
membawa dampak terhadap kerusakan lingkungan, diindikasikan dengan semakin rusaknya
hutan atau telah terjadi deforestasi. Menurut laporan FAO setiap tahun rata-rata 1,871 juta
hektar yang hancur atau 2 % dari luas hutan yang tersisa pada tahun 2005, yakni 88,495 Juta
hektar (kompas, 5 Mei 2007 dalam Nursalam, 2010). Indonesia dinilai merupakan negara
yang paling parah laju deforestasinya di dunia. Tingkat kerusakan ini telah menempatkan
Indonesia pada pengelolaan yang tidak lestari. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa
setidaknya ada 2 faktor yang menyebabkan kerusakan lingkungan dan sumberdaya hutan
yaitu;
a) tidak berimbangnya porsi kegiatan pemanfaatan dengan kegiatan rehabilitasi hutan
dalam kebijakan pengelolaan hutan
b) jumlah konsumsi berbanding terbalik dengan laju produktifitas sumber daya
c) pemanfaatan yang lebih terkonsentrasi pada pemanfaatan hasil hutan kayu.
Ada banyak faktor penyebab kurang optimalnya pemanfaatan potensi sumber daya
diantaranya:
1. Produksi besar – besaran yang berujung pada deforestasi
2. Adanya produksi tanpa adanya izin atau landasan hukum
3. Proses pemanenan dengan cara merusak ekosistem hutan
4. Kurang tegasnya hukum pada pelaku pengerusakan
5. Pengendalian dan pengawasan hutan yang tidak merata pada suatu daerah
6. Produksi asal –asalan yang berdampak pada nilai harga rendah
Menurut Nursalam (2010), untuk menyikapi persoalan ini pemerintah harus berperan
besar untuk menyelesaikan problema yang tak kunjung usai ini, menurutnya pemerintah tak
boleh hanya mengurusi kebijakan kebijakan tapi penting adanya pendekatan secara langsung
terhadap pelaku produksi, pelaku konsumsi, semua elemen masyarakat yang terkait, terutama
yang tinggal di sekitar area hutan. Dengan ini diharapkan laju deforestasi untuk kedepannya
bisa berkurang. Potensi Hutan di Indonesia menghasilkan berbagai manfaat yang dapat
dirasakan pada tingkatan lokal, nasional, maupun global. Manfaat tersebut terdiri atas
manfaat nyata yang terukur (tangible) berupa hasil hutan kayu, hasil hutan non kayu seperti
rotan, bambu, damar dan lain-lain, serta manfaat tidak terukur (intangible) berupa manfaat
perlindungan lingkungan, keragaman genetik dan lain-lain. Saat ini berbagai manfaat yang
dihasilkan tersebut masih dinilai secara rendah sehingga menimbulkan terjadinya eksploitasi
SDH yang berlebih. Hal tersebut disebabkan karena masih banyak pihak yang belum
memahami nilai dari berbagai manfaat SDH secara komperehensif. Dengan diketahuinya
manfaat dari SDH ini maka hal tersebut dapat dijadikan rekomendasi bagi para pengambil
kebijakan untuk mengalokasikan sumberdaya alam (SDA) yang semakin langka dan
melakukan distribusi manfaat potensi hutan yang adil. Terlebih dengan meningkatnya
pertambahan penduduk saat ini yang menyebabkan timbulnya tekanan yang serius terhadap
SDH, menyebabkan perlunya penyempurnaan pengelolaan SDA melalui penilaian akurat
terhadap nilai ekonomi sumberdaya alam yang sesungguhnya.

3.5 Peranan Hutan Dalam Pembangunan Nasional


Hutan mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting dalam menunjang
pembangunan nasional. Hutan mempunyai manfaat yang amat besar bagi kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat. Manfaat tersebut terdiri dari manfaat langsung dan manfaat tidak
langsung serta manfaat hasil hutan yang berupa barang dan jasa. Manfaat langsung hutan
berupa: kayu, buah-buahan, binatang untuk diburu,keindahan untuk rekreasi alam, udara yang
segar untuk kenyamanan dan kesehatan. Sedangkan manfaat tidak langsungnya berupa:
pemeliharaan keanekaragaman hayati, pengendalian erosi dan banjir, pengendalian penyakit
tanaman atau tanah hutan industri. Hasil hutan berupa barang meliputi: kayu, rotan, getah,
buah, kayu bakar, satwa liar, air bersih, dan sebagainya. Sedangkan hasil hutan berupa jasa
meliputi: pemandangan alam, menyerap dan menyimpan karbon, iklim mikro/iklim setempat
(lokal), memelihara kesuburan tanah, dan mengendalikan debit sungai, dan lainnya.
Disamping memiliki manfaat yang disebut diatas, hutan juga memiliki nilai fungsi yang
berupa fungsi produksi/ekonomis, fungsi ekologis dan fungsi sosial budaya.
1) Fungsi produksi/ekonomis meliputi keseluruhan hasil hutan yang dapat dipergunakan
untuk memenuhi kehidupan manusia dalam melakukan berbagai tindakan ekonomi
seperti hasil hutan untuk bahan baku industri, kayu bakar serta hasil hutan yang berupa
air bersih untuk dijual secara komersial.
2) Fungsi ekologis hutan berupa berbagai bentuk jasa hutan yang diperlukan dalam
memelihara dan meningkatkan kualitas lingkungan seperti mengendalikan erosi,
memelihara kesuburan tanah, habitat flora dan fauna serta mengendalikan penyakit
tanaman pertanian.
3) Fungsi sosial budaya dapat berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh hutan yang
dapat memenuhi kepentingan umum, terutama masyarakat di sekitar hutan untuk
berbagai kepentingan dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya, seperti lapangan
pekerjaan, lahan untuk bercocok tanam, persediaan kayu bakar, pendidikan, penelitian,
budaya dan keagamaan.
Menurut Alam,S.dkk (2009) peranan hutan dalam mendukung pembangunan nasional
1. Peranan Sumberdaya Hutan sebagai Penghasil Devisa
Fakta yang mencerminkan kinerja sektor kehutanan dalam perolehan devisa adalah
kemampuan sektor kehutanan dalam menyerap investasi. Sejak mulai dilakukan pengusahaan
hutan dan industri kehutanan, sektor kehutanan telah berhasil menyerap total investasi senilai
US$ 27,77 milyar. Tertinggi adalah investasi dalam industri pulp dan kertas yang mencapai
nilai US$ 16 milyar (58%), diikuti investasi kayu lapis dan HPH masing-masing senilai US$
3,3 (12%) dan US$ 3,28 milyar (12%), investasi HTI senilai US$ 3,00 milyar (11%), kayu
gergajian dan kayu olahan senilai US$ 1,03 milyar (4%), meubel senilai US$ 0,80 milyar
(3%) perekat dan kerajinan masing-masing senilai US$ 0,19 milyar (1%) dan US$ 0,17
milyar (1%). Dengan besaran nilai investasi tersebut, jelas sektor kehutanan merupakan asset
nasional yang harus dirawat dan dijaga sekaligus diupayakan pengembangannya (Nugraha
dan Rudiantoro,2008 dalam Alam.S 2009).

2. Peranan Sumberdaya Hutan sebagai Penggerak Sektor Ekonomi Lainnya


Sebagai penggerak sektor ekonomi lainnya, maka hasil hutan memberi dukungan
modal bagi pembangunan infrastruktur industri dalam negeri dan untuk penyediaan teknologi
yang berasal dari impor. Dukungan lainnya adalah banyak kegiatan yang dibiayai langsung
dari hasil kayu tebangan untuk mendorong kegiatan perkebunan, sebagai hasil konversi hutan.

3. Peranan Sumberdaya Hutan dalam Penyediaan Lapangan Kerja


Sumberdaya hutan sangat penting artinya dalam mendorong tersedianya lapangan
kerja, karena sektor kehutanan memiliki banyak lapangan usaha antara lain:
a) Kegiatan penanaman, pemeliharaan dan perlindungan hutan.
b) Kegiatan pemanenan hasil hutan (penebangan dan pengangkutan)

c) Kegiatan dalam industri hasil hutan meliputi industri penggergajian, industri pulp dan
kertas, industri wood working, industri plywood, industri gondorukem, dan industri-industri
yang bahan baku utamanya dari hasil hutan seperti gula aren.

d) Kegiatan jasa sektor kehutanan antara lain perdagangan hasil hutan, rekreasi hutan,
transportasi, pendidikan dan jasa konsultan pembangunan sektor kehutanan.
Peranan Sektor Kehutanan di Indonesia dalam penyerapan tenaga kerja diperkirakan
mencapai jumlah 21,5 juta orang. Masing-masing 15,09 juta orang di kawasan hutan
produksi, 4,31 juta di kawasan suaka alam dan pelestarian alam. Sementara perkiraan jumlah
tenaga kerja langsung pada kegiatan pengusahaan hutan alam seluas 15,6 juta hektar
mencapai 4,56 juta orang kerja, yang terdiri dari kegiatan pembangunan hutan tanaman
industri (HTI) seluas 5 juta hektar dibutuhkan tenaga kerja 2,5 juta orang kerja. Selain di
hutan produksi, kegiatan ekonomi di kawasan taman wisata seluas 300 ribu hektar
membutuhkan 60 ribu orang kerja. Sedangkan kegiatan pada hutan lindung dan kawasan
konservasi seluas 39 juta hektar membutuhkan tenaga kerja sekitar 3,9 juta orang kerja.
4. Peranan Sumberdaya Hutan dalam Meningkatkan Pendapatan Nasional
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) merujuk pada semua penerimaan yang
diberikan pada negara yang bukan bersumber dari pajak. Dari Tahun 2011 sampai 2017,
sumber PNBP dari sektor kehutanan termasuk pembayaran-pembayaran berupa Dana
Reboisasi (DR), Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH), Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan (Iuran IUPHH), Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan (Iuran IUPJL), dan
Denda Pelanggaran Eksploitasi Hutan dan Ganti Rugi Tegakan (GRT).
Total jumlah PNBP dari sektor kehutanan selama kurun waktu Tahun 2011 sampai
2017 adalah sebesar Rp.20,68 trilyun, dari target sebesar Rp.23,35 trilyun. Berbagai pustaka
dan publikasi ilmiah menyebutkan bahwa nilai HHBK dapat mencapai 90% dari nilai hasil
hutan, sedangkan kayu hanya 10% saja, namun HHBK sebesar 90% tersebut tidak akan ada
apabila kayu (pohon) sebagai pembentuk ekosistem hutan tidak ada. Data Produksi HHBK
dalam kurun waktu Tahun 2015 – 2017 melebihi target yang ditetapkan dalam IKK Dit.
UJLHHBK, yaitu Tahun 2015 sebesar 251.088,96 ton (107,30%), Tahun 2016 sebesar
443.837,52 ton (182,65%) dan Tahun 2017 sebesar 316.955,59 ton (125,78%). Produksi
terbesar pada jenis kelompok getah, kelompok buah, kelompok bijibijian dan kelompok daun.
Data pendapatan PSDH dari HHBK pada periode Tahun 2015 - 2017 menunjukkan angka
yang relatif sama, yakni Tahun 2015 sebesar Rp. 15.854.299.007,00; Tahun 2016 sebesar
Rp.15.441.784.274,40 dan Tahun 2017 sebesar Rp.15.766.710.821,20. Sumber produksi
HHBK sebagian besar berasal IUPHHK-HTI dan Perhutani, yakni berupa getah-getahan dan
daun kayu putih, sedangkan dari KPH masih sangat kecil (1%), walaupun sudah ada
peningkatan dari sebelumnya. Hal ini dimungkinkan bahwa beberapa KPH yang sudah
produksi HHBK belum melaporkannya. Produksi HHBK s.d Bulan Agustus 2018 yang
berasal dari KPH sebesar 1.436,14 ton, 29.000 batang dan 740,01 liter.
Di samping itu, produk-produk sektor kehutanan memiliki rasio keunggulan
komparatif yang lebih tinggi dibandingkan produk-produk lain di dalam negeri. Antara lain
dibandingkan dengan produk tekstil, produk kulit, pakaian jadi maupun makanan olahan.
Selain unggul dibanding produk lain di dalam negeri, untuk produk sejenis di Asia Tenggara,
produk kayu dan produk sektor kehutanan indonesia memiliki struktur keunggulan komparatif
yang lebih baik.
5. Peranan Sumberdaya Hutan dalam Pelayanan Jasa Lingkungan
Peranan sumberdaya hutan ini tidak menghasilkan langsung nilai uang, tetapi
menghasilkan nilai uang bagi sektor pariwisata. Di masa depan peranan jasa lingkungan
berupa perbaikan tata air, pembersih udara, nilai estetika mempunyai peranan yang sangat
besar dalam keberlanjutan ekonomi jangka panjang tentunya apabila dikelola dengan baik.
Selain itu jasa lingkungan juga bisa dimanfaatkan untuk menambah devisa negara yang
tentunya mendukung laju pembangunan di Indonesia. Sebagai contoh dengan membuat taman
wisata alam, taman buru, taman safari, dan sebagainya yang dapat menjadi sarana wisata bagi
turis asing maupun lokal yang tentunya menambah penghasilan negara.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Secara kuantitatif, daratan indonesia seluas ± 189,15 juta hektar memiliki kawasan hutan
seluas 143,57 juta hektar atau sekitar 76 %.dengan 13 tipe ekosistem daratan dan enam
tipe ekosistem perairan . Sembilan belas tipe ekosistem tersebut kemudian terbagi menjadi
74 tipe vegetasi. Indonesia tercatat memiliki 1.605 jenis burung, 723 jenis reptil, 5.137
jenis arthropoda (termasuk jenis-jenis arachnida), serta 181.847 jenis serangga termasuk
30.000 diantaranya dari ordo hymenoptera (tawon, lebah dan semut). 91.251 jenis
tumbuhan berspora, 120 jenis gymnospermae, serta sekitar 30.000-40.000 jenis tumbuhan
berbunga (angiospermae), yang hingga saat ini baru terindentifkasi 19.112 jenis.
2. Potensi sumber daya hutan yang harus dimanfaatkan secara efektif dan optimal untuk
mendukung pembangunan nasional yakni diantaranya landscaping (jasa
lingkungan/fenomena alam), hutan dan transfer nilai karbon, pemanfaatan keragaman
hayati hutan, hutan dan transfer nilai air, nilai hutan dalam kaitannya dengan perubahan
iklim global secara ekstrim, pemanfaatan hasil hutan kayu, transfer nilai hutan sebagai
sumber dana mandiri dalam pengelolaan hutan.
3. Aplikasi pemanfaatan potensi hasil hutan di Indonesia yakni diantaranya dengan
mengelola hasil hutan berupa kayu dan non kayu.
4. Faktor penghambat optimalnya pemanfaatan potensi sumber daya hutan di indonesia
yakni Produksi besar – besaran yang berujung pada deforestasi, adanya produksi tanpa
adanya izin atau landasan hukum, proses pemanenan dengan cara merusak ekosistem
hutan, kurang tegasnya hukum pada pelaku pengerusakan, pengendalian dan pengawasan
hutan yang tidak merata pada suatu daerah, produksi asal –asalan yang berdampak pada
nilai harga rendah.
5. Peranan hutan dalam pembangunan nasional yakni, sebagai penghasil devisa, penggerak
sektor ekonomi lainnya, penyediaan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan nasional
Serta berperan dalam pelayanan jasa lingkungan
4.2 Saran
Dengan menjaga kelestarian hutan di Indonesia maka kita telah memberikan andil
besar untuk pembangunan Indonesia menjadi negara maju. Oleh karenanya mari kita semua
saling bahu-membahu melestarikan dan menjaga alam kita dimulai dari lingkungan sekitar
kita demi generasi yang lebih baik dimasa yang akan datang. Berproseslah dengan baik
karena kepemimpinan berikutnya generasi kitalah yang menjalankannya, mari kita ubah
tatanan Indonesia ini menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Agung, Ruandha, dkk. 2018. Status Hutan Dan Kehutanan Indonesia 2018. Kementrian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia : Jakarta
Alam, Syamsu, dkk. 2009. Ekonomi Sumber Daya Hutan. Laboratorium Kebijakan dan
Kewirausahaan Kehutanan. Fakultas Kehutanan. Universitas Hasanuddin : Makassar
Hediman, dkk. 2014. Potensi Sumber Daya Hutan Dari Plot Inventarisasi Hutan Nasional.
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Direktorat Jendral Planologi
Kehutanan
Maryono, Koesnan. 2000. Buku Pintar Penyuluhan Kehutanan dan Pekebunan Edisi Kedua (
Kumpulan Informasi Kehutanan ). Departemen Kehutanan dan Perkebunan Pusat Bina
Penyuluhan Kehutanan dan Perkebunan : Jakarta
Mulyana, Yaman. 1999. Materi Penyuluhan Kehutanan II. Departemen Kehutanan Dan
Perkebunan Pusat Penyuluhan Kehutanan Dan Perkebunan : Jakarta
Nurfatriani, Fitri. 2014. Konsep Nilai Ekonomi Total Dan Metode Penilaian Sumberdaya
Hutan. Jurnal Slit Sosial Ekonomi Dan Kebijakan Kehutanan. Vol 5 No.17 : 2-16
Nursalam. 2010. Kebijakan Pelestarian Sumber Daya Hutan Dalam Rangka Pembangunan
Berkelanjutan. Jurnal Geografi GEA.Vol 10. No 1 : 1-14
Setiawati,T.dkk.2014.Neraca Sumber Daya Hutan Nasional. Direktorat Jenderal Planologi
Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan
Sinaga, Gabriella Joana.2017. Analisis Pemanfaatan Sumber Daya Hutan Untuk
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Sekitar Hutan. Jurnal Analisis
Perkemangan Ekonomi. Vol 4 ( 2 ) : 121-127
Sitohang K Oridi, dkk. 2019. Potensi Ekosisitem Hutan Mangrove Terhadap Keberadaan
Madu Hutan Sebagai Jasa Lingkungan Di Desa Batu Ampar Kabupaten Kubu Raya.
Jurnal Hutan Lestari. Vol. 7 No. 1: 335-348
Soesilo, Indroyono, dkk .2018. Penerapan Silin Wujudkan Pengelolaan Sumber Daya Alam
Hutan yang Berkelanjutan. Arivicho. Divisi Media Service Bisnis Indonesia
Sumargo, Wirendro. 2011. Potret Keadaan Hutan Indonesia Periode Tahun 2000-2009.
Forest Watch Indonesia :Jakarta Pusat.
Supono. 2017. Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (Phbm) Perum
Perhutanisebagai Implementasi Tanggung Jawab Sosialperusahaan(Studi Pada
Perum Perhutani Kph Kedu Selatan). Jurnal Hukum Perhutanan. Vol 4 No. 12 : 21-34
Syafrinna, Yenny, dkk. 2014. Potensi Sumberdatya Hutan Dari Plot Inventarisasi Hutan
Nasional. Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup
Dan Kehutanan : Jakarta
Taati, La. 2019. Analisis Komposisi Dan Potensi Hutan Produksi Di Wilyah Kesatua
Pengelolaan Hutan (KPH) Dampelas Tinombo Kecamatan Dampelas Kabupaten
Donggala. Jurnal Katalogis. Vol. 3 No. 11: 203-216

Anda mungkin juga menyukai