Anda di halaman 1dari 5

REVIEW JURNAL TENTANG

BUDAYA MARITIM

OLEH :

SUTOMO MADANI ARMIANTO


M011191203
KEHUTANAN C
A. Jurnal Pertama
PENGENALAN JENIS - JENIS IKAN LAUT EKONOMI
Judul Jurnal
PENTING DI INDONESIA
Nama Penulis Abdul Samad Genisa
Nama Jurnal Oseana
Volume dan NO
Volume XXIV, Nomor 1
Halaman 17 – 38 (21 Hal)
Tahun 1999
ISSN 0216-1877
file:///D:/Downloads/PENGENALAN_JENIS_-
Alamat WEB
_JENIS_IKAN_LAUT_EKONO.pdf

Hasil Review
Berdasarkan jurnal yang ini diketahui tidak kurang dari 3.000 jenis ikan yang hidup di
Indonesia. Dari 3.000 jenis tersebut sebanyak 2.700 jenis (90 %) hidup di perairan laut dan sisanya 300
jenis (10 %) hidup di perairan air tawar dan payau. Dari jumlah sebaran ikan tersebut, tidak semuanya
tergolong ikan ekonomis penting, yaitu ikan yang memiliki kualitas, dan nilai harga yang baik
pula.Sampekalo & Harikedua (1982), menyatakan bahwa di Indonesia terdapat 68 jenis-jenis ikan
ekonomis penting yang tersebar di seluruh perairan Nusantara. Jenis-jenis ikan ekonomis penting yang
ada di Indonesia tidak semua laku di pasaran luar negeri. Sedangkan Balai Penelitian Perikanan Laut
(1994) mencatat sebanyak 82 jenis ikan laut ekonomis penting di Indonesia. Angka ini belum
mencakup ikan yang berasal dari air tawar dan air payau. Jumlah 82 jenis tersebut masih sedikit dan
belum menggambarkan jumlah sebenamya ikan-ikan ekonomis penting di perairan Indonesia.
Adapun tujuan penulisan jurnal ini ialah karena penulis melihat adanya peluang untuk
melengkapi kekurangan data,. Metodologi yang digunakan penulis pada penelitian jurnal ini ialah
pengambilan data yang di himpun dari data yang telah tersedia di Puslitbang Oseanologi - LIPI, hasil-
hasil penelitian Balai Penelitian Perikanan Laut (BPPL), maupun yang dikumpulkan dari Tempat
Pendaratan Ikan (TPI), dan informasi yang diperoleh dari literatur-literatur. Klasifikasi ikan didasarkan
pada buku: FISHER, W & P.J.P. WHITEHEAD, 1974; WEBER, M & L.F. DE BEAUFORT, 1929;
IAN S.R. MUNRO, 1955, 1967; dan J.L.B. SMI1H 1950.
Dilansir dari hasil penelitian yang dilakukan penulis, terdapat 129 klasifikasi ikan yang
tergolong ikan ekonomis penting, dan memiliki ukuran rata – rata yang terkecil diatas 10 cm dan
terbesar yakni sampai 200 cm. Adapun cara penangkapan ikan – ikan ini ialah dengan cara pukat tepi,
payang, pursesiene, jala, sowla giob, bagan, jaring insang, sero, payang oras, payang tepi, jermal, togo,
soma dampar, pancing, bubu, trawl, ambai, dan centrang, tergantung dari ukuran dan jenis ikan yang
akan di tangkap. Adapun pemasaran ikan – ikan pada penelitian ini ialah dalam bentuk ikan segar,
dikalengkan, diasap, asin rebus, dan kebanyakan dijadikan ikan asin. Dari klasifikasi ikan ini juga,
didapatkan bahwa kebanyakan ikan – ikan yang ada di indonesia masih terjual dalam harga yang
sedang dan lebih cenderung murah.
Menurut saya sebagai pembaca, jurnal ini sangatlah membantu dalam memberikan informasi
jenis – jenis ikan yang dapat dikonsumsi maupun di jual oleh masyarakat Indonesia. Penulisannya
terperinci dan konsisten dengan apa yang penulis bahas. Dilansir dari Academia.edu kepopuleran
jurnal ini terlihat dari jumlah pembaca dan pendownloadnya yang mencapai 8125 ribu. Adapun
kekurangan dari jurnal ini menurut saya ialah, kurangnya gambar sebagai pelengkap pembahasan,
sehingga pembaca sulit untuk mengetahui jenis ikan yang dimaksud. Adapun kekurangan kedua ialah
penulis tak menuliskan sedari awal bagaimana klasifikasi harga penjualan ikan (nominal per jenis
harga). Dalam pembahasannya penulis hanya menuliskan murah, agak murah, sedang, mahal, sehingga
pembaca sulit memahami bagaimana nominal harga yang dimaksud.
B. Jurnal Kedua
PENDEKATAN SISTEM DALAM PEMANFAATAN
Judul Jurnal SUMBERDAYA DAN PEMANFAATAN RUANG PESISIR DAN
LAUTAN
Nama Penulis Mahfud Effendy
Nama Jurnal Jurnal KELAUTAN,
Volume dan NO
Volume 2, No.2
Halaman 141 - 149 (9 Hal)
Tahun Oktober 2009
ISSN 1907-9931
http://oaji.net/articles/2015/2599-1447765337.pdf
Alamat WEB

Hasil Review

Wilayah pesisir dan lautan tersusun dari berbagai macam ekosistem, ekosistem yang dimaksud
ialah ekosistem alami dan ekosistem buatan serta sumberdaya yang dapat pulih maupun tidak.
Keseluruhan ekosistem dan sumberdaya yang menyusun wilayah pesisir dan lautan ini satu sama lain
saling terkait dan tidak berdiri sendiri. Perubahan atau kerusakan yang menimpa satu ekosistem dan
sumberdaya akan menimpa pula ekosistem dan sumberdaya lainnya. Kondisi seperti ini mengharuskan
pembangunan wilayah pesisir dan lautan secara optimal serta berkelanjutan, yang hanya dapat
dilakukan melalui pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan secara terpadu. Pemanfaatan yang
dimaksud ialah pemanfaatan sumberdaya, ruang dan jasa-jasa lingkungan yang terdapat di wilayah
pesisir dan lautan dengan mempertimbangkan segenap aspek sosial, ekonomi, budaya dan peran
masyarakat pengguna wilayah pesisir dan lautan dengan maksud untuk mengatasi
permasalahan pembangunan pesisir dan lautan yang berlangsung saat ini dan masa yang akan datang.
Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan Menggunakan metode pendekatan sistem,
dengan mencari interaksi atau hubungan untuk memperoleh penjelasan yang akurat dan tersusun secara
sistematis dengan memanfaatkan sistem informasi berbasis komputer. Berdasarkan jurnal ini
pendekatan sistem yang dilakukan dimaksudkan agar seluruh kegiatan pengumpulan, pengolahan,
penyajian dan penyimpanan data dari subsistem-subsistem penyusun sistem sumberdaya pesisir dan
lautan terintegrasi terutama dalam memudahkan aksesibilitas dan pembaharuan data secara berkala
sehingga kebutuhan akan data dan informasi yang tepat jenis, tepat tempat dan tepat waktu dapat
dipenuhi.
Dengan memanfaatkan sumber daya perairan secara tepat dimaksudkan agar dapat
meningkatkan pendapatan nelayan serta mengurangi biaya penangkapan dalam kurun waktu yang
lama. Namun dalam perkembangan pemanfaatan sumberdaya dan pemanfaatan ruang pesisir dan
lautan telah banyak menimbulkan konflik, dimana pemanfaatannya sebatas untuk menguras tanpa
memperhatikan efek kelanjutannya. Teknik pemenfaatan yang baik seharusnya memperhatikan banyak
aspek diantaranya pemanfaatan ruang yang baik dan benar yang mencakup lokasi penangkapan. Untuk
mendukung tata ruang tersebut dibutuhkan ketersediaan sumberdaya yang merupakan indikator atau
dasar bagi pemanfaatan perairan . Selain itu juga harus memperhatikan jenis alat yang digunakan yang
harus sesuai kondisi perairan dan dengan mempertimbangkan dampak dari penggunaan alat tersebut.
Hal selanjutnya ialah memperhatikan jumlah unit usaha dan pembatasan kapasitas/jumlah
penangkapan ikan. Analisis biaya juga menjadi acuan penting yang harus dipertimbangkan dimana
jumlah pemasukan diusahakan lebih banyak dari jumlah pengeluaran, namun tetap dengan alat yang
praktis dan efisien serta berbanding lurus dengan dampak positifnya. Peningkatan pemanfaatan
sumberdaya di wilayah pesisir mendorong peningkatan aktivitas ekonomi dan menjadikan
pemanfaatan ruang juga meningkat dan semakin intensif. Dengan tidak memperhatikan aspek – aspek
yang dimaksud diatas akan mempercepat konflik yang telah di jelaskan diatas.
Menurut saya sebagai pembaca, jurnal ini memberikan informasi yang kompleks serta akurat.
Namun disisi lain penggunaan kata yang baku dan banyaknya kata – kata yang sulit di pahami,
membuat pembaca yang awam sulit untuk mengerti maksud dari penulis. Adapun kekurangan lain
ialah penulis hanya berpatokan pada aspek – aspek seperti tata ruang, jenis alat, analisis biaya dan
faktor internal lain menurut saya seharusnya ditambahkan faktor eksternal yakni misalnya kondisi
masyarakatnya, bagaimana kondisi ruang yang baik, jumlah atau kapasitas hasil tangkapan yang benar
dan seharusnya, kurangnya penjelasan bagaimana akibat jika ekositem mengalami perubahan atau
kerusakan dan lain – lain. Dengan penjelasan – penjelasan ini menurut saya akan melengkapi
pembahasan serta memudahkan pembaca memahami maksud penulis.

C. Jurnal Ketiga

Judul Jurnal Profil Terumbu Karang Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep,


Indonesia
Nama Penulis Apri Arisandi, Badrud Tamam, dan Achmad Fauzan
Nama Jurnal JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Volume dan NO
Volume 10 No 2.
Halaman 141 - 149 (9 Hal)
Tahun November 2018
ISSN e- ISSN:2528-0759; p-ISSN:2085-5842
Alamat WEB file:///D:/Downloads/10516-38089-1-PB.pdf

Hasil review

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai panjang pantai lebih
dari 81.000 km, pulau lebih dari 17.508 dan ekosistem terumbu karang yang luas (± 51.000 km2).
Terumbu karang mempunyai fungsi antara lain untuk rekreasi (wisata bahari), produksi yakni sumber
bahan pangan dan ornamental, nilai konservasi yaitu sebagai pendukung proses ekologis dan
penyangga kehidupan pesisir, sumber sedimen pantai, dan melindungi pantai dari ancaman abrasi,
obat-obatan dan pariwisata. Ekosistem terumbu karang dapat terbentuk dari 480 spesies karang, dan di
dalamnya hidup lebih dari 1.650 spesies ikan, molusca, crustacean, sponge, algae dan seagrass. Secara
ekonomi nilai harga terumbu karang di Indonesia bisa mencapai 4,2 milyar USD.
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis yakni metode Line Intercept Transect, dengan
dengan mencatat jumlah genus yang terdapat di perairan Pulau Kangean. Data ikan karang yang
diambil menggunakan metode pencacahan langsung.
Kangean mempunyai potensi wisata bahari yang sangat besar yaitu taman laut dengan
ekosistem terumbu karang sangat indah, tetapi terancam mengalami kerusakan akibat aktivitas
manusia. kerusakan ekosistem terumbu karang disebabkan oleh dua faktor yaitu alam dan aktivitas
manusia . Cara menangkap ikan yang tidak ramah lingkungan diduga menjadi sebab utama kerusakan
tersebut terjadi. Penggunaan bom ikan dan sianida oleh nelayan saat menangkap ikan di masa lalu
menjadi penyebab utama kerusakan ekosistem terumbu karang., misalnya upaya penangkapan ikan
yang tidak ramah lingkungan. Salah satu upaya yang ditempuh untuk keberlangsungan ekosistem laut
ialah dengan memanfaatkan kekayaan alam itu sendiri khususnya terumbu karang, guna menunjang
perekonomian masyarakat kepulauan. Ekowisata merupakan salah satu kegiatan yang tepat untuk
pengembangan wisata bahari, sekaligus mendukung konservasi ekosistem terumbu karang di Pulau
Kangean.
Hasil pengamatan di perairan bagian utara Pulau Kangean pada kedalaman 3-10 meter, rata-
rata mempunyai tutupan karang lebih dari 60%. Perairan Pulau Kangean pada kedalaman 3 meter
secara umum memiliki lifeforn komunitas terumbu karang yang relatif sama, rata-rata terdapat 11
lifeforn yang didominasi oleh Acropora. Sedangkan pada kedalaman 10 meter secara umum memiliki
lifeforn komunitas terumbu karang yang relatif lebih sedikit dibanding kedalaman 3 meter, yaitu 7
lifeforn yang didominasi oleh coral massive dan coral branching. Empat faktor dominan yang secara
umum mempengaruhi lifeform, yaitu cahaya, tekanan hidrodinamis (gelombang dan arus), sedimen
dan subareal exposure. Perbedaan lifeform karang tersebut yang menjadi suatu acuan untuk melihat
tutupan karang di satu wilayah. Tingkat kerusakan ekosistem terumbu karang yang ditemukan pada
kedalaman 3 meter berada pada kisaran 2-13%, sedangkan pada kedalaman 10 meter berada pada
kisaran 15-20%. Karang. kerusakan dipengaruhi oleh kecerahan perairan dan faktor kedalaman
perairan. Namun sebagain besar kerusakannya diakibatkan oleh aktivitas manusia. Kualitas perairan
yang sangat jernih mendukung interaksi yang harmonis antara terumbu karang, ikan-ikan karang dan
lingkungannya. Spesies ikan karang yang ditemukan di perairan Pulau Kangean pada kedalaman 3
meter dengan luas area pengamatan 125 meter, rata-rata adalah 10 spesies dengan 30 individu dan di
kedalaman 10 meter rata-rata adalah 8 spesies 22 individu. Secara keseluruhan Persentase tutupan
karang yang berada pada kisaran 60-73% menunjukkan bahwa kondisi ekosistem terumbu karang di
Pulau Kangean adalah baik, dan merupakan habitat yang nyaman bagi ikan-ikan karang.
Menurut saya sebagai pembaca, jurnal ini sangat lengkap dan terperinci dibuktikan dengan
banayaknya pengunaan literatur dari berbagai sumber, yang membuat jurnal ini dapat dipercaya
kebenarannya. Penggunaan tata bahasa yang tepat dan mudah di mengerti, memudahkan pembaca
mengambil intisari dari isi jurnal ini. Dalam jurnal ini hampir tidak ada kesalahan yang menonjol,
namun apabila ditambahkan foto atau gambar perairan di Pulau Kangean secara utuh, tentunya akan
sangat melengkapi jurnal ini, sehingga pembaca dengan mudah membayangkan dan mengerti keadaan
di pulau yang dimaksud. Dalam jurnal ini pula tak ditemukan 1 pun foto jenis ikan yang dimaksudkan
penulis. Seandainya penulis melampirkan setidaknya salah satu jenis ikan yang dominan di perairan
Pulau Kangean, tentunya akan sangat melengkapi jurnal ini.

Anda mungkin juga menyukai