Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Alat
Tangkap: Kabam dan Lunta ini tepat waktu dan dengan sebagimana mestinya. Makalah Alat
Tangkap: Kabam dan Lunta ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat mempelancar pembuatan laporan
ini. Untuk itu kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya saya kepada semua pihak
yang memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa tugas besar ini masih jauh
dari kata sempurna baik dari segi materi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu dengan
lapang dada dan tang terbuka saya menerima segala saran dan kritikan yang membangun dari
teman-teman semua. Akhir kata saya berharap semoga Makalah Tugas Hidrologi ini dapat
bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang Daerah Aliran Sungai bagi
semua pihak.

Banjarbaru, Maret 2019

Tim penyusun
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas perairan lebih kurang dua pertiga
dari seluruh wilayah negara, 7.508 buah pulau besar dan kecil dengan panjang garis pantai
mencapai 81.000 km (Bengen, 2002).Memiliki perairan umum pedalaman lebih kurang 54
juta hektar, perairan umum pedalaman terluas yang ada diantara negara-negara ASEAN. Dari
luasan perairan umum pedalaman tersebut 71,63 % atau 39,4 juta hektar terdiri dari perairan
rawa, sungai dan lebak 22,13%, danau alam dan buatan 3,89%, sebagian besar (60%)dari
luasan perairan tersebut berada di Kalimantan. Potensi sumberdaya hayati yang terkandung
didalamnyamemberikan kontribusi dan manfaat yang besar terutama sebagai sumber
pangan,sumber protein hewanidan lapangan usaha masyarakatnelayan perairan umum daratan
(PUD) khususnya. 

Alat tangkap yang umum digunakan oleh nelayan yang tinggal di pesisir pantai
Kalimantan adalah gillnet, pancing rawei, bengkirai (trap), pancing, jala, anco (lift nets) dan
rempa (encircling nets). Alat tangkap rempa merupakan salah satu alat yang baru digunakan
oleh nelayan setempat dimana pengoperasiannya hampir sama dengan “beach seine nets”.
Biasanya alat ini digunakan pada saat musim kering dengandasar perairan yang rata dan
berpasir serta landai. Alat ini terbuat dari jaring yang dioperasikan dengan cara dilingkarkan
mengurung gerombolan ikan untuk kemudian ditarik kearah pantai (Umar, 2016).

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimakdud dengan alat tangkap kabam?


2. Bagaimana alat tangkap kabam di operasikan?
3. Bagaimana rupa dari alat tangkap kabam ?

4. Ikan apa yang dapat ditangkap oleh kabam ?

1.3. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk dapat mengetahui fungsi dari alat tangkap: kabam dan lunta.
2. Untuk dapat mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan alat tangkap: kabam dan
lunta.
BAB 2. PEMBAHASAN

Alat penangkapan ikan sebagai sarana utama dalam usaha perikanan tangkap diatur
sedemikian rupa sehingga tidak berdampak negatif pada pengguna sumberdaya perikanan dan
lingkungan perairan serta pengguna jasa perairan lainnya. Penggunaan alat penangkapanikan
harus memperhatikan keseimbangan dan meminimalkan dampak negatif bagi biota lain. Hal
ini menjadi penting untuk dipertimbangkan mengingat hilangnya biota dalam struktur
ekosistem akan mempengaruhi secara keseluruhan ekosistem yang ada. Radarwati (2010)
menjelaskan bahwa kesalahan dalam mengantisipasi dinamika alat tangkap juga telah
menyebabkan punahnya sumberdaya ikan. Hendiarti (2005) menandaskan bahwa nilai
pemanfaatan dengan melihat produksi perikanan bukan angka mutlak dan perlu kehati-hatian
dalam penggunaannya, karena ada bisa yang besar. Walaupun demikin nilai tersebut tetap
bisa dijadikan bahan diskusi dalam rangka pengelolaan perikanan. Penggunaan alat
penangkapan ikan harus memperhatikan keseimbangan dan meminimalkan dampak negatif
bagi biota lain. Hal ini penting untuk dipertimbangkan mengingat hilangnya biota dalam
struktur ekosistem akan mempengaruhi secara keseluruhan ekosistem yang ada. Sejarah juga
mencatat bahwa kesalahan dalam mengantisipasi dinamika alattangkap juga menyebabkan
punahnya sumberdaya ikan. Bangkrutnya perikanan anchovy di Peru telah memberi pelajaran
bahwa kesalahan dalam mengantisipasi stok sumberdaya ikan telah merusak keberlanjutan
kegiatan perikanan pelagis (Wiyono 2005). Bertolak dari pengalaman tersebut maka jika
ingin melakukan pengembangan perikanan tangkap agar lebih optimal perlu
mempertimbangkan nilai lainnya agar keberlanjutan perikanan tangkap dapat
dilakukan.Sumberdaya ikan, meskipun termasuk sumberdaya yang dapat pulih kembali
(renewable).

Kabam merupakan alat tangkap yang terbuat dari bambu dan termasuk dalam kategori
perangkap (Trap). Berbagai macam upaya yang dilakukan oleh masyarakat dalam membuat
alat tangkap yang diharapkan bisa meningkatkan hasil tangkapan dan ramah lingkungan,
salah satunya dengan melakukan modifikasi alat tangkap. Pada dasarnya kabam yang terbuat
dari bambu yang umum digunakan oleh masyarakat harganya relatif mahal karna dalam
pembuatannya cukup rumit. Di Dayak Ngaju cara tangkap seluang yang saya tahu memiliki
konsep “secukupnya” dan terserah yang punya kehidupan memberikannya kepada kita.
Kenapa saya tuliskan demikian? Begini. Karakter perburuan dengan alat bernama kabam ini
menurut saya sangat statis, tidak dinamis. Dari sini saja kita melihat bahwa apapun hasil yang
didapatkan, bukan hasil kita mengacak-acak seluruh habitat ikan. Karena setelah dimasukkan
dedak ke dalam moncong bambunya kabam, kita cukup menyimpan kabam ini di sebatang
ranting yang kita tancapkan di tepi arus sungai-sungai kecil. Jadi terserah berapapun hasil
ikan yang masuk perangkap ya itulah sudah rejeki yang diberikan kepada kita pada hari itu.
Bisanya sekali menancapkan kabam, maka akan diambil lagi satu atau dua hari kemudian.
Tetapi jika secara pengamatan kita ternyata sudah dapat cukup banyak, maka kabam akan
diambil secepatnya. Pun kalaupun kemudian dengan waktu yang ada hanya didapatkan
puluhan ekor ikan seluang saja, hasil tetap dibawa pulang, atau bisa juga malah dilepaskan
kembali ke air semuanya. Yang menarik dari kabam ini, ikan yang terperangkap kondisinya
akan tetap sehat karena arus tetap mengalir dengan baik, serta tidak ada bilah-bilah bambu
yang runcing/tajam sehingga ikan tidak akan terluka ketika berontak.

Di beberapa daerah di Kalimantan Selatan banyak di jumpai alat penangkap ikan


tradisional yang digunakan oleh nelayan dalam usaha penangkapan ikan. Baik dengan alat
tangkap yang bersifat aktif maupun pasif. Salah satunya adalah Kabam yang merupakan alat
penangkap ikan seluang (Rasbora sp). Kontruksi bagian luarnya terbuat dari bilah bambu
yang dijalin dengan anyaman rotan berbentuk selinder. Pintu masuk ikan di buat dari bambu
bulat yang pada lubangnya diberi hinjap. Prinsip penangkapan dengan menggunakan alat ini
sama saja dengan alat golongan perangkap lainnya yaitu ikan dapat masuk dengan mudah
tapi keluarnya sulit (aminah, 2015). 
BAB 3. PENUTUP

1. Kesimpulan

Kabam adalah alat tangkap ikan trandisional yang terbuat dari bambu Cara
menggunakan alat tangkap kabam adalah dengan memasangnya dia bambu sebagai peyangga
dan setelah itu alat tangkap ditaruh ke sungai sebagian dari alat penangkap kelihatan walau
sedikit. Kabam dapat menangkap ikan yang berukuran sedang saja seperti ikan seluang, ikan
wader dan lain-lain.

2. Saran
Alat tangkap ikan yangdilarang pasti akan menimbulkan kerugian pada masa yang
akan datang seperti contoh trawl dan diindonesia alat tangkap yang juga dilarang oleh
menteri susi yaitu alat tangkap cantarang. Segala hal yang dilarang itu pasti akan
menimbulkan hal yang berbahaya pada kedepannya akan lebih baik jika memakai alat
tangkap yang aman bagi lingkungan seperti alat tang kap tradisional, alat tangkap tradisional
akan lebih baik terhadap lingkunagan, namun mendapatkan hasil yang kurang memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA

Hendriati N, Suwarso E, Aldrian K, Amri R, Andiastuti SI, Shacoemar, Wahyono IB. 2005.
Seasional Variation of Pelagic Fish Catch Around Java. Oceanography. 18(4);112-
123).

Radarwati S,Basoro MS, Monintja DR, Purbayanto A. 2010.Alokasi Optimumdan Wilayah


Pengembangan Berbasis Alat Tangkap Potensial Teluk Jakarta. Marine Fisheries.
1(2): 189-198.

Wiyono. E.S., 2005. Pengembangan Teknologi Penangkapan Dalam Pengelolaan


Sumberdaya Ikan (http://www.beritaiptek.com) yang direkam pada 22 Sep 2010.

Aminah, Siti. 2005. Pengaruh Modifikasi Kabam (Trap) Terhadap Hasil Tangkapan Ikan
Seluang (Rasbora sp.). Fish Scientiae. 5(9) hlm: 38.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Alat tangkap kabam


MAKALAH ALAT TANGKAP IKAN
KABAM

Dosen Pengampu:
Siti Aminah, S.Pi, M.Si.

Oleh:
Kelompok 10:
1. Aulia Putri
2. Khansa Bara Salsabila (1810715220024)
3. Meilinda Zuliffa (1810715320030)
4. Mentari Aulia Anida (181071522022)
5. Viona Rana Kusumawati (1810716220007)

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2019

Anda mungkin juga menyukai