Anda di halaman 1dari 40

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usaha penangkapan ikan di Indonesia sangat berkembang pesat, tidak lagi terbatas
sebagai usaha peningkatan pendapatan rumah tangga, tetapi merupakan usaha
industri penangkapan ikan yang berorientasi pada peningkatan pendapatan devisa
negara. Sektor perikanan termasuk salah satu sektor penentu masa depan bangsa
Indonesia, hal ini cukup beralasan mengingat Indonesia mempunyai perairan luas
dengan potensi sumberdaya perikanan yang sangat besar dan telah banyak
memberikan kontribusi yang begitu besar terhadap peningkatan devisa negara dari
tahun ketahun.
Indonesia mempunyai perairan laut seluas 5,8 juta km² yang terdiri dari
perairan kepulauan dan teritorial seluas 3,1 juta km² serta perairan Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia (ZEEI) seluas 2,7juta km² dengan potensi lestari sumber daya
ikan sebesar 6,4 juta ton/tahun. Sumber daya ikan ini pada kenyataannya tidak
tersebar merata di seluruh perairan Indonesia. Hal tersebut antara lain dikarenakan
perbedaan kondisi lingkungan perairan dan perbedaan tingkat pemanfaatan sumber
daya ikan di beberapa wilayah.
Desa Terong Kec. Adonara Timur Kab. Flores Timur Provinsi NTT
memiliki potensi perikanan dan kelautan yang sangat besar. Dengan dikelilingi
Samudera Indonesia di wilayah laut Flores terdiri dari perairan teritorial dan
kepulauan 15.531 Km persegi, serta perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)
238.657 Km persegi. Potensi lestari diperkirakan 14276 ton/tahun, jumlah kapal
penangkapan ikan yang sangat banyak unit dan mata pencarian masyarakat rata-
rata di bidang Nelayan. Potensi tersebut sepenuhnya dapat dimanfaatkan dengan
optimal, hal ini dapat dilihat pada Sumber daya laut yang sangat potensial
mendorong untuk melakukan suatu pemanfaatan dan pengolahan yang efektif.
Munculnya alat penangkapan ikan merupakan suatu bentuk pemanfaatan sumber
daya laut yang digunakan.
2

Purse seine merupakan alat penangkapan yang penting baik untuk perikanan
pantai maupun perikanan lepas pantai dengan tujuan penangkapan adalah ikan-
ikan yang tingkah lakunya antara lain membentuk shoal (gerombolan), dan berada
dekat dengan permukaan air (sea surface), (Ayodhyoa, 1976 dalam Sudirman dan
Mallawa 2004).
Purse seine (pukat cincin) digunakan pada untuk menangkap ikan yang
bergerombol (schooling)di permukaan laut. Ikan yang tertangkap dengan alat
penangkapan purse seine adalah jenis-jenis ikan pelagis pelagis besar yang
hidupnya bergerombol ikan dencis, cakalang dan ikan-ikan lain yang jenis pelagis
besar. Ikan tersebut tertangkap oleh purse seine karena gerombolan ikan tersebut
dikurung oleh jaring yang telah membentuk kantong. Jenis ikan tersebut dapat
ditangkap di perairan Indonesia.
Purse seine banyak dimiliki oleh masyarakat desa terong penangkapan
ikan salah satu pekerjaan utama bagi masyarakat desa terong . Ditinjau dari jumlah
alat dan kapasitas hasil tangkapan, purse seine sangat dominan posisinya. Hampir
70% ikan yang ada di pelabuhan perikanan larang tuka dihasilkan oleh alat
tangkap purse seine , dengan demikian kedudukan alat tangkap ini penting dalam
sistem produksi perikanan laut. Karena perikanan laut merupakan peranan penting
dalam memajukan ekonomi daerah.
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Adapun tujuan melakukan PKL adalah sebagai berikut :
1. Untuk membandingkan teori yang dapat di kuliah dengan praktek langsung
kelapangan tentang operasi alat tangkap purse seine.
2. Untuk menentukan daerah penangkapan yang ekonomis dan menguntungkan.
3. Untuk mengetahui alat bantu apa saja yang digunakan dalam penangkapan ikan
mengunakan purse seine.
4. Untuk mengetahui cara pengoperasian alat tangkap purse seine khusus nya di
Desa Terong, kec. Adonara Timur Kab.Flores Timur NTT.
5. Sebagai salah satu syarat untuk lulus di mata kuliah praktek kerja lapangan.
3

1.3 Manfaat PKL


Manfaat praktek kerja lapangan adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan serta memahami permasalahan yang timbul dalam teknik
pengoperasional alat tangkap purse seine sehingga diharapkan mampu dalam hal
melakukan pengoperasian alat tangkap dilapangan dan menguasai dalam bidang
teori. Serta mampu mengatasi permasalahan yang timbul dan juga dapat
menambah informasi lebih lanjut tentang pengoperasional alat tangkap purse
seine.
Manfaat lainnya adalah untuk mengembangkan dan melestarikan perikanan
tangkap. Dengan adanya praktek kerja lapangan, selain untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan dilapangan juga bisa merubah sikap dan perilaku
yang tidak baik kearah yang lebih baik dan menjurus, dan dapat memahami prinsip
kerja operasional penangkapan ikan dengan alat tangkap purse seine di Desa.
Terong Kec.Adonara Timur Kab.Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur
(NTT).
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA.
2.1 Sejarah Purse Seine
Purse seine adalah alat (gear) yang digunakan untuk menangkap ikan
pelagisyang membentuk gerombolan. Purse seine pertama kali digunakan di perairan
Rhode Island untuk menangkap ikan menhaden (brevoortia tyrannus). Selanjutnya,
purse seine dipatenkan atas nama barent velder dari Bergen di Norwegia pada tanggal
12 Maret 1859. Pada tahun 1860 alat ini telah digunakan diseluruh Pantai Atlantik dan
Amerika Serikat. Kemudian pada tahun 1870 panjang purse seine diubah dari 65 fathon
menjadi 250 fathon (1 fathon = 1,825 m). Dari bentuk inilah purse seine diperkenalkan
kenegara-negara Scandinavia pada tahun yang sama (Uktolseja dalam Rahardjo, 1978).
Dalam jurnal penelitian perikanan laut di Indonesia, Subani (1989) mengatakan
bahwa alat tangkap purse seine banyak digunakan di Pantai Utara Jawa, seperti Jakarta,
Batang, Pemalang, Tegal, Pekalongan, Juwana, Muncar dan Pantai Selatan, seperti
Cilacap dan Perigi. Alat tangkap purse seine ada yang menamakannya dengan
kursin, jaring kolor, pukat cincin, janggutan dan jaring slerek. Pukat cincin
diperkenalkan di Pantai Utara Jawa sejak tahun 1970-an dan ternyata mengalami
perkembangan yang pesat dibanding dengan alat tangkap yang lain.
Prinsip menangkap ikan dengan purse seine ialah melingkari gerombolan ikan
dengan jaring, sehingga jaring tersebut membentuk dinding vertikal, dengan demikan
gerakan ikan kearah horisontal dapat dihalangi. Setelah itu, bagian bawa jaring
dikerucutkan untuk mencegah ikan lari kearah bawah jaring (Mallawa dan Sudirman,
2004).
2.2. Deskripsi Puse Seine
Jaring “purse seine” terdiri atas kantong (bag), badan jaring (main net), dua
sayap (wings), pelampung (float), pemberat (sinker), cincin (rings) dan tali temali
seperti tali pelampung (float line), tali kolor (purse line), tali ris atas (head rope), tali
ris bawah (ground rope) dan sebagainya. Pada awalnya bahan pembuat jaring “purse
seine” dengan benang kapas (cotton), kemudian setelah diketemukannya benang
sintetis, benang nilon banyak digunakan untuk pembuatan jaring purse seine. Fungsi
5

jaring pada purse seine adalah sebagai penghadang ikan sehingga benturan ikan yang
akan melarikan diri ke jaring perlu diperhatikan dalam pembuatannya. Ukuran mata
jaring (mesh size) dan ukuran benang harus disesuaikan dengan jenis dan ukuran ikan
tujuan penangkapan (Mallawa, 2012).
Panjang jaring purse seine dipengaruhi oleh ukuran dan kecepatan kapal yang
digunakan, tingkah laku jenis ikan yang ditangkap khususnya kecepatan renang
dan cara menemukan/menarik gerombolan ikan. Panjang minimum kantong tergantung
dari kapal dimana panjang minimum purse seine sama dengan 15 kali panjang kapal.
Untuk menangkap ikan pelagis kecil seperti ikan layang, ikan kembung, atau
pelagis besar seperti ikan cakalang dan ikan tuna, apabila menggunakan rumpon atau
lampu dalam pengoperasian purse seine maka panjang jaring yang dianjurkan sekitar
400 meter, tetapi apabila dalam operasinya memburu gerombolan ikan (scouting) maka
panjang jaring yang dianjurkan sekitar 850 meter (Mallawa, 2012).
Sayap (wing), badan jaring (main net) dan kantong (bag) merupakan bagian
utama dari pukat cincin, biasanya bagian ini dibuat dengan menggunakan benang nylon
(PA) atau bahan lainnya.Ukuran mata jaring (mesh size) biasanya sama tetapi kadang
kala berbeda. Hal ini disesuaikan dengan ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Pada
setiap bagian jaring purse seine yang menggunakan ukuran jaring yang berbeda,
biasanya pada bagian sayap menggunakan ukuran mata jaring yang paling besar dan
makin kearah kantong semakin mengecil (Baskoro dan Taurusman, 2011).
Bagian-bagian purses seine adalah sebagai berikut :
a) Pelampung (buoy)
Pelampung merupakan alat untuk mengapungkan seluruh jaring ditambah
dengan kelebihan daya apung (extraboyancy), sehingga alat ini tetap mampu
mengapung walaupun didalamnya ada ikan hasil tangkapan. Bahan yang dipergunakan
sebagai pelampung biasanya memiliki berat jenis (bj) yang lebih kecil dibandingkan
dengan berat jenis air laut, selain itu bahan tersebut tidak menyerap air. Bahan
pelampung terbuat dari plastik, sehingga daya apung yang didapat cukup besar. Selain
itu plastik tidak menhisap air dan tidak cepat rusak (Baskoro dan Taurusman, 2011)
6

b) Pemberat (Sinker)
Pemberat berfungsi untuk menenggelamkan badan jaring sewaktu
dioperasikan, semakin berat pemberat maka jaring utama akan semakin cepat
tenggelam, namun daya tenggelam ini tidak sampai menenggelamkan pelampung
jaring. Pemberat dibuat dari benda yang berat jenisnya (bj) lebih besar dari bj ai laut,
sehingga benda ini tenggelam didalamair laut. Bahan pemberat adalah timah. Timah
mempunyai sifat daya tenggelam lebih besar, tidak mudah berkarat dan tidak perlu
membuka tali dan tidak perlu membuka tali pada waktu operasi alat tangkap (Baskoro
dan Taurusman, 2011).
c) Tali Ris
Tali Ris adalah tali pengikat tali pelampung dan pemberat terhadap jaring, tali
ris terdiri dari tali ris atas dan tali ris bawah, tali ris atas berfungsi sebagai pengikat tali
pelampung dan tali ris bawah berfungsi sebagai pengikat tali pemberat. Tali ris atas dan
bawah mengunakan arah pintalan yang berlawanan dengan tali pelampung dan tali
pemberat. Penciutan (shrinkage) pada umumnya berkisar antara 30% - 15% bahkan ada
yang menggunakan shrinkage 10%. Shrinkage pada tali ris atas kadang- kadang berbeda
dengan shrinkage pada bagian bawah jaring, dimana pada bagian bawah lebih kecil
yang berarti tali ris bawah akan lebih panjang dari tali ris atas
(http://manajemensplendidus.blogspot.co.id).
d). Mata Penguat (Selvage)
Selvage merupakan mata jaring penguat yang berfungsi untuk melindungi
bagian pingir dari jaring utama agar tidak mudah rusak atau robek pada saat ditarik,
selvadge terletak di sekeliling jaring utama. Bahan Selvedge biasanya lebih kaku dari
bahan jaring utama seperti polyethylene (PE) 380d/12 dengan ukuran mata jaring 1,5
inchi atau lebih besar. Ukuran mata selvedge selalu lebih besar dari jaring utama,
demikian juga nomor benang yang dipergunakan
(http://manajemensplendidus.blogspot.co.id).
e). Tali rin
Tali ring adalah tali yang dipergunakan untuk menggantungkan cincin pada tali
ris bawah. Tali ring ini juga kadang-kadang disebut juga dengan tali kang. Tali kang
7

dibuat dengan menggunakan bahan kuralon atau polyethylene dengan ukuran


diameternya = 10 mm. Dan ukuran panjangnya ± 150 cm. Ada tiga tipe tali ring yaitu
bentuk kaki tunggal, bentuk kaki ganda dan bentuk dasif
(http://manajemensplendidus.blogspot.co.id)
f). Cincin (Ring)
Fungsi cincin adalah untuk tempat lewatnya tali kerut sewaktu ditarik agar
bagian bawah jaring dapat terkumpul. Bahan cincin biasanya dari kuningan atau
tembaga atau kadang-kadang digunakan bahan besi yang dilapisi dengan kuningan.
Cincin yang dipergunakan biasanya mempunyai ukuran diameter 10 cm dengan berat
sekitar 400 gram (http://manajemensplendidus.blogspot.co.id).
g). Tali kolor (Purse Line)
Tali kolor (purse line); berfungsi untuk menyatukan cincin yang terdapat di
bagian bawah, sehingga ikan yang berada di dalam akan terkurung jaring yang
berbentuk kantong. Bahan tali kolor umumnya menggunakan polyethylene (PE) akan
tetapi kadang-kadang ada juga yang menggunakan kuralon (PVA). Ukuran tali kolor
adalah merupakan ukuran yang terbesar di antara ukuran tali-tali yang lainnya, yaitu
garis tengah kurang lebih 25 mm. Hal ini karena tali kolor memerlukan kekuatan yang
cukup besar bila dibandingkan dengan tali-tali lain
2.3. Daerah Penangkapan
Daerah penangkapan adalah daerah perairan yang banyak berkumpulnya ikan-
ikan dan merupakan tempat yang paing baik melakukan operasi penangkapan.
Menurut Sadori (1985), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam keberhasilan
penangkapan ikan antara lain:
1. Kondisi fishing ground
2. Jenis habitat ikan
3. Daerah perairan yang subur
4. Cara mengumpulkan ikan
Untuk operasi penangkapan yang menggunakan rumpon kapal dapat langsung
menuju lokasi rumpon yang telah dipasang sebelumnya untuk menangkap ikan.
Sedangkang operasi penangkapan yang tidak menggunakan rumpon (menggunakan
8

lampu) pencarian fishing ground bebas dengan mengikuti kebiasaan ikan dalam suatu
areal tertentu. Hal ini tentu saja memerlukan pengalaman yang cukup lama untuk
mengenal daerah tersebut (Baskoro dan Taurusman, 2011).
2.4. Faktor-Faktor Yang Mepengaruhi Operasi Penangkapan
2.4.1. Cahaya
Gunarso (1985) mengemukakan bahwa cahaya dengan segala aspek yang
dikandungnya seperti intensitas sudut penyebaran, polarisasi, komposisi spektural,
arah gelombang serta panjang gelombangnya, lama penyinaran harian dan musim,
semuanya akan berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap
tingkah laku dan fisiologi dari setiap ikan. Selanjutnya dikemukakan bahwa, kebiasaan
bagi ikan, adanya cahaya merupakan indikasi adanya makanan. Dari data-data yang
menunjukkan bahwa ikan-ikan yang ada dalam keadaan lapar lebih terpikat oleh
cahaya dibanding ikan-ikan yang dalam keadaan tidak lapar.
2.4.2. Arus
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian pursei seine
yaitu arah angin, arah arus dan panjang jaring. Pada penurunan jaring, posisi kapal
harus diperhatikan sedemikian rupa, sehingga setelah diturunkan jaring diupayakan
berada di bawah angin dan arus. Demikian juga dengan panjang jaring, harus diketahui
sebelumnya, bahwa ada kemungkinan pelingkaran jaring dapat berakhir pada posisi
jaring utama diturunkan (Maman, 1991).
Gunarso (1985), ikan ternyata memanfaatkan arus laut untuk melakukan proses
pemijahan, mencari makan ataupun segala yang berhungan dengan proses
perkembangannya. Sebagai contoh, larva ikan akan hanyut secara pasif mengikuti arus
dari daerah pemijahan (spawning ground) menuju daerah pembesaran (nursery ground)
yang berdekatan dengan daerah makanan (feeding ground ).
2.4.3. Suhu
Suhu merupakan faktor yang penting dan sangat berpengaruh terhadap migrasi
ikan laut. Karena ikan menyenangi hidup pada kisaran suhu tertentu, maka suhu
termasuk salah satu faktor yang menyebabkan penyebaran ikan di laut. Perubahan suhu
dapat pula mempengaruhi kondisi lingkungan seperti kelarutan gas-gas, tekanan
9

osmosis, kepadatan dan kecepatan arus (Baskoro dan Taurusman, 2011). Selanjutnya
ditambahkan suhu juga berpengaruh terhadap musim, migrasi dan kecepatan
metabolisme didalam tubuh ikan.

2.4.4. Musim
Pola angin yang sangat berperan di Indonesia adalah angin musim (muson).
Angin musim bertiup kearah tertentu pada suatu periode dan pada periode lainnya
angin musim bertiup kearah yang berlainan (Nontji, 1986).
2.4.5. Kontruksi Kapal
Badawi (1993), jenis kapal yang termasuk dalam kelompok kapal perikanan
adalah kapal yang khusus dipakai dalam menangkap dan mengumpulkan sumber-
sumber hayati perairan. Kapal-kapal yang termasuk dalam jenis ini adalah kapal pukat
udang, kapal pukat kantong perahu jaring insang, perahu payang, perahu pancing
tonda, kapal rawai, kapal huhate, dan sampan yang dipakai dalam mengumpulkan
rumput laut. Kapal-kapal tersebut harus memiiki karakteristik tersendiri.
Kapal-kapal yang digunakan dalam pengoperasian purse seine umumnya
terbuat dari bahan baja dan kayu. Kapal purse seine ini bervariasi mulai dari yang
berukuran kecil sampai yang berukuran besar dengan menggunakan alat atau tampa
menggunakan alat bantu modern. Daerah operasi penangkapannya mulai dari perairan
pantai sampai lepas pantai (Saleng, 1996).
2.5. Metode Pengoperasian Alat Tangkap Purse Seine
Pengoperasian purse seine dapat dilakukan pada siang hari dan malam hari.
Penangkapan yang dilakukan pada malam hari ternyata hasilnya akan lebih baik bila
dibandingkan waktu lainya (Dirjen Perikanan, 1991).
Metode pengoperasian purse seine ditekankan pada kecepatan tenggelam
jaring, dalam arti cepat mengurung ikan dari sisi atas dan bawah. (Mallawa dan
Sudirman, 2004).
Hal-hal yang harus di perhatikan dalam menangkap ikan adalah sebagai
berikut:
10

a. Penurunan alat tangkap (Setting)


Setting merupakan kegiatan penurunan alat tangkap mengitari dan membentuk
suatu lingkaran penuh untuk mengelilingi dan mengurung gerombolan ikan yang telah
terkumpul.
Menurut (Sadhori, 1985) bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dengan
cermat sebelum penurunan jaring meliputi :
a. Kecepatan dan arah angin.
b. Kecepatan dan arah arus.
c. Arah renang gerombolan ikan.
d. Kedalaman dasar perairan.
Proses Setting dimulai dengan komando Nakhoda, pelampung besar (buoy)
dilepas kelaut, kapal dijalankan dengan cepat hampir searah dengan arus, kemudian
jaring dilingkarkan pada gerombolan ikan, dengan memperhitungkan jari-jari
lingkaran jaring dan gerombolan ikan maka setelah selesai penawuran jaring maka
pelampung besar sudah berada di haluan kapal dan segera dinaikan ke atas kapal
(Sadhori, 1985).
b. Penarikan Tali Kolor
Menurut Gardjito dkk (2000), sebaiknya penarikan tali Kolor tidak memakan
waktu yang lama kira-kira berkisar 30 menit. Untuk menghindari ikan-ikan meloloskan
diri kearh bawah ataupun horizontal maka kecepatan penarikan
tali Kolor harus diperhatikan setelah jarring dilingkarkan. penarikan tali Kolor
harus dilakukan sehalus dan secepat mungkin sampai seluruh cincin-cincin purse seine
terkumpul dan muncul dari laut, atau sampai dirasa cukup semakin cepat proses
penarikan tali Kolor, maka semakin cepat pula cincin purse seine akan terkumpul
sehingga jaring akan membentuk sebuah kantong dan kawanan ikan tidak dapat
meloloskan diri lagi. Hal ini dimaksudkan demi efisiensi dan tingkat keberhasilan
operasi penangkapan yang tinggi.
c. Penarikan Isi Jaring
Menurut Tomasila dan Usemahu (2004), penarikan isi jaring harus dilakukan
dengan cepat namun berhati-hati mengingat ikan masih dapat lolos atau melarikan diri
11

dengan cara melompati tali pelampungnya dan dalam penarikan jaring, hal-hal yang
harus diperhatikan yaitu :
1. Setelah tali kolor tertarik semua, maka sedikit demi sedikit bagian-bagin jaring
dinaikkan keatas kapal yang mulai dari ujung-ujung sayap.
2. Setelah sebagian jaring dinaikkan keatas kapal, ikan-ikan yang terkurung dapat
langsung diambil atau dinaikkan keatas kapal dengan menggunakan serok.
3. Kemudian jaring yang dinaikkan keatas kapal disusun di tempat yang telah
ditentukan seperti pada waktu mulai operasi dengan tujuan agar jaring langsung
dapat dipergunakan untuk operasi berikutnya.
2.6. Mengumpulkan Ikan dengan Alat Bantu Penangkapan ikan
1. Rumpon
Rumpon biasa juga disebut dengan Fish Agregation Device (FAD) yaitu suatu
alat bantu penangkapan yang berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul dalam
suatu areal penangkapan (catchble area) (Mallawa dan Sudirman, 2014).
Ada beberapa prediksi mengapa ikan senang berada disekitar rumpon :
a. Rumpon tempat berkumpulnya plankton dan ikan-ikan kecil lainnya,
sehingga mengundang ikan-ikan yang lebih besar untuk tujuan feeding;
b. Merupakan suatu tingkah laku dari berbagai jenis ikan untuk berkelompok di
sekitar kayu terapung (seperti jenis-jenis tuna dan cakalang (Monintja,
1993). Dengan demikian, tingkah laku ikan ini dimanfaatkan untuk tujuan
penangkapan.
Penggunaan rumpon secara tradisional di Indonesia telah lama dilakukan terutama
para nelayan dari Mamuju, Sulawesi Selatan dan Jawa Timur, sedangkan penggunaan
rumpon secara modern baru dimulai pada tahun 1980 oleh Lembaga Penelitian
Perikanan Laut (Monintja, 1993).
2. Lampu (cahaya)
Ikan tertarik pada cahaya melalui penglihatan (mata) dan rangsangan melalui
otak (pineal region pada otak). Peristiwa tertariknya ikan pada cahaya disebut
phototaxis positif (Ayodhyoa, 1976; 1981).
12

Penangkapan ikan dengan menggunakan alat bantu cahaya biasa disebut


dengan light fishing(Yami, 1987). Prinsip penangkapan ikan dengan light fishing
adalah menyalurkan keinginan ikan sesuai dengan nalurinya. Dengan demikian, ikan
yang datang disekitar lampu tersebut merupakan pemanfaatan dari tingkah laku
(behaviour) ikan tersebut (Mallawa dan Sudirman, 2004).
Ayodhyoa (1976;1981) mengatakan bahwa peristiwa tertariknya ikan dibawah
cahaya dapat dibagi atas dua macam :
a. Peristiwa langsung, yaitu ikan tertarik oleh cahaya lalu berkumpul. Ini
tentu berhubungan langsung dengan peristiwa phototaxis.
b. Peristiwa tak langsung, yaitu karena adanya cahaya
makaplankton, ikan- ikan kecil dan sebagainya berkumpul, dengan tujuan
“feeding”.
13

BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek kerja lapangan (PKL)
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) berlokasi di laut Flores Timur. selama
1 bulan, mulai pada bulan Juli - bulan Agustus 2023 berlokasi di, Desa Terong
Kecamatan Adonara Timur Kab.Flores Timur Provinsi Nusa Tengara Timur

Gambar 3.1 Peta Desa Terong


3.2 Alat Dan Bahan
Adapun alat dan bahan praktek kerja lapangan adalah sbb:
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini
meliputi 1 unit Kapal purse, Mesin Derek, Mesin Generator, Jaring purse
seine, Lampu, Serok, pemberat pengecek arah arus , Bak ikan, kamera,alat
tulis,jam,roller,kapstan ,tonkat kait jaring, bambu.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan/di persiapkan dalam pengoperasian alat tangkap
purse seine adalah sebagai berikut :
1. Bahan bakar: solar, pertalite, oli dan minyak tanah.
2. Bahan makana:beras,air,minum ,kopi,gula .minyak goreng,garam,
masako,bawang putih,bawang merah.
3. Alat tulis meliputi : buku dan pulpen
14

3.3 Metode Pengambilan Data


Metode yang dilakukan dalam pengumpulan data praktek kerja lapangan ( PKL )
ada 2 metode yaitu:
1. Metode wawancara
Pengumpulan data dengan wawancara dilakukan tatap muka secara langsung
dengan
Nelayan dengan melakukan 2 teknik wawancara yaitu:
a) Wawancara terstruktur, dimana dalam pengambilan data wawancara
dilakukan dengan menanyakan pertanyaan yang sudah disiapkan
sebelumnya.
b) Wawancara tidak terstruktur, dimana dalam teknik wawancara
mengajukan pertanyaan dilakukan secara bebas.
2. Metode observasi
Metode pengumpulan data observasi dalam metode yang dilakukan dengan cara
melakukan pengamatan secara langsung pada objek/ kapal purse seine pada Km.
Tawakal di Desa Terong Kec. Adonara Timur Kab. Flores Timur.
3.4 Langkah-langkah Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
Metode pelaksanaan pengoperasian alat tangkap purse seine di desa terong
ada beberapa tahap:
3.4.1 Persiapan.
Ada beberapa persiapan yang dilakukan sebelum melakukan berlayar menuju
fishing ground untuk melakukan pengoperasian penangkapan ikan yaitu:
a. Persiapan kapal
Kapal yang digunakan KM.Tawakal GT.7 terlebih dahulu melakukan
pengecekan keseluruhan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan sebagai
contoh kapal bocor akibat kayu yang tidak layak pakai lagi. Maka dari itu
harus dilakukan pengecekan seperti pengecekan body kapal dan hal-hal lain
yang berhubungan dengan badan kapal.
15

b. Persiapan Administrasi (Dokumen)


Sebelum melakukan berlayar kapal penangkapan ikan haruslah
melengkapi dokumen-dokumen sebagai berikut:
1. SPB (Surat Persetujuan Berlayar)
2. SLO (Surat Laik Operasi)
3. SKN ( Surat Kecakapan Nahkoda)
4. SIPI (Surat Izin Penangkapan Ikan)
5. SKKP ( Sertifikat Kelayakan Kapal Penangkapan Ikan)
6. Surat Ukur
c. Persiapan Ransum Makanan
Bahan makanan adalah bahan yang paling penting dalam melakukan
operasional penangkapan ikan selama berada di laut. Bahan makan telah
siapkan oleh pihak pemilik kapal untuk awak kapal. adapun kebutuhan
makanan yang disiapkan oleh pemilik kapal adalah sebagai berikut:
Tabel 3. 1 . Rincian persiapan ransum makanan
Jumlah Kg/Krjg/Ppn/
No Ransum Jumlah (Rp)
(Kg) Krds/ Tbg/ltr
1 Beras 5 kg Rp.13.00.000 Rp. 65.00.000
2 Kopi 1 papan Rp. 15.00.000 Rp. 15.00.000
3 Gula 1 kg Rp. 10.00.000 Rp. 10.00.000
4 Garam 1 bunkus Rp.5.00.000 Rp. 5.00.000
5 Bawang Merah 1 Kg Rp. 35.00.000 Rp. 35.00.000
6 Bawang Putih 1 Kg Rp. 45.00.000 Rp. 45.00.000
7 Minyak tanah 5 liter Rp. 7.00.000 Rp. 45.00.000
8 Roko 12 bunkus Rp. 17.00.000 Rp. 204.00.000
9 Minyak Goreng 1 liter Rp.15.00.000 Rp.15.00.000
10 Air tawar 50 liter Rp.- Rp.-
Jumlah Rp.439.00.000
16

d. Persiapan BBM dan Pelumas


Bahan bakar minyak dan pelumas yang diperlukan selama operasi
penangkapan ikan telah disiapkan oleh pemilik kapal, sehingga mesin sudah
siap untuk dioperasi penggerak kapal dan awak kapal tinggal berangkat.
Adapun bahan bakar minyak dan pelumas yang telah disiapkan
berupa:
Tabel 3. 2 . Rincian persiapan bahan bakar minyak dan pelumas
No BBM dan Pelumas Jumlah (Liter) Harga/Ltr Harga (Rp)
1 Solar 15 Rp.7000 Rp.105000
2 Bensin 15 Rp.10.000 Rp.150.000
3 Oli 12 Rp.36.000 Rp.372.000
Rp.630.000

e. Persiapan Alat Tangkap


Alat tangkap harus disusun dengan baik, dengan susunan alat tangkap di
lambung kanan. Terhadap bagian alat tangkap atau jaring yang rusak atau robek
dilakukan perbaikan sebelum pengoperasian. Penyusunan alat tangkap yaitu
meliputi penyusunan pelampung dibagian buritan, bagian jaring di sisi lambung
kanan kapal serta penyusunan tali kerut disusun daerah dekat haluan kapal
disebelah kiri lambung kapal. dan pengikatan cincin di bagian sisi lambung
kanan depan. Adapun cara penyusunan yang dilakukan yaitu setiap cincin yang
disusun dilambung kanan kapal maka terlebih dahulu ujung tali kerut
dimasukkan cincin sampai cincin selesai. Bila semua proses penyusunan alat
tangkapan selesai maka semua ABK istirahat.
f. Penentuan Daerah Penangkapan Ikan(Fishing Ground)
Daerah Penangkapan Ikan (Fishing Ground) adalah Suatu daerah perairan
dimana ikan yang menjadi sasaran penangkapan tertangkap dalam jumlah yang
maksimal dan alat tangkap dapat dioperasikan serta ekonomis. Suatu wilayah
perairan laut dapat dikatakan sebagai “daerah penangkapan ikan” apabila
terjadi interaksi antara sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan
17

dengan teknologi penangkapan ikan yang digunakan untuk menangkap ikan.


Hal ini dapat diterangkan bahwa walaupun pada suatu area perairan terdapat
sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan tetapi alat tangkap tidak
dapat dioperasikan yang dikarenakan berbagai faktor, seperti antara lain
keadaan cuaca, maka kawasan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai daerah
penangkapan ikan demikian pula jika terjadi sebaliknya.
Syarat-syarat fishing ground:
1. Daerah penangkapan tersebut memiliki banyak gerombolan ikan;
2. Daerah penangkapan ikan memiki kedalam melebihi dalam jaring purse
seine;
3. Tidak daerah jalur pelayaran kapal niaga ataupun kapal lain;
Pada umumnya daerah penangkapan ikan (fishing grounds) dilakukan
operasi dimana sering melakukan penangkapan ikan yang jumlah nya
banyak. Seperti pada kapal KM.TAWAKAL yang menjadi fishing
ground adalah dimana lokasi tersebut sering melakukan penangkapan dalam jumlah
yang banyak dan informasi dari kapal nelayan yang lain.
Setelah melakukan penetuan daerah fising ground maka kapal akan menuju
fising based ke fising ground. Km Tawakal sering melakukan penangkapan ikan di perairan
desa terong. Sampai di daerah fising groung maka kapal akan berlabu. Dan siap melakukan
operasi pengkapan
3.4.2 Penerangan lampu / Cahaya
Hal yang pertama di lakukan ketika sampai di lokasi fising ground adalah
menyalakan lampu pada kapal purse seine yang bertujuan untuk menarik perhatian
ikan.
3.4.3 Setting (Penurunan Jaring)
Setting adalah suatu kegiatan dimana penurunan jaring (melingkari gerombolan
ikan. Setting dilakukan dengan cara bertahap sampai jaring melingkari gerombolan
ikan (schooling):
1. Sebelum melakukan tindakan oleh nahkoda untuk menurunkan jaring, nahkoda
terlebih dahulu melihat gorembolan ikan di sekitar kapal
18

2. Jika terlihat ada gerombolan ikan pada sekitar kapal, nahkoda langsung mengambil
tindakan untuk memerintahkan penurunan sekoci lampu terlebih dahulu dan
pengecekan arah arus .
3. Kemudian awak lampu atau dikenal sebagai awak kapal yang bertugas pada sekoci
lampu langsung mempersiapkan generator, lampu neon, untuk dimasukkan
kedalam sekoci, dan kemudian. Lalu lampu-lampu pada sekoci dipasang dan di
nyalakan
4. Setelah sekoci selesai diturunkan, tindakan selanjutnya melakukan kasi mati lampu
pada kapal sehingga gerombolan ikan (schooling) langsung beralih kepada lampu
yang ada pada sekoci lampu.
5. Setelah sekoci menjauh dari kapal purse seine maka nahkodah memerintakan abk
kapal untuk menarik jangkar kapal
6. Kemudian. Nahkoda memerintahkan kembali kepada masinis untuk menghidupkan
mesin kapal (main engine).
7. Tindakan seanjutnya kapal berolah gerak mengeilingi sekoci lampu dan menunggu
kode keberadaan ikan. (awak kapal yang berada pada sekoci lampu mengamati
gerombolan ikan naik keatas permukaan atau mendekati lampu pada skoci) tersebut
8. Jika gerombolan ikan (schooling) telah mendekati permukaan air atau naik keatas
mendekati lampu pada sekoci, awak sekoci atau tukang lampu langsung memberi
kode kepada nahkoda dengan cara berteriak pertanda penurunan jaring (setting)
sudah bisa dilakukan.
9. Setelah mendengar kode dari tukang lampu, nahkoda langsumg mengambil tindakan
untuk melakukan melingkari jaring (penurunan jaring/setting). Dan nahkoda
memerintahkan pada awak kapal untuk menjatuhkan jaring. dan nahkoda pun
mengolah gerakkan kapal melingkari jaring (olah gerak William son).
4.4.4 Houling (Penarikan Jaring)
Houling adalah dimana suatu proses kegiatan penarikan jaring setelah jaring
dilingkari. Proses penarikan jaring (houling) sebagai berikut:
1. Setelah selesai nahkoda melingkari jaring, semua awak kapal mengambil posisi
disebelah kanan lambung kapal secara ber-saff sampai keburitan ( pada bagian
buritan yang bertugas tarik pelampung). Kecuali awak kapal yang bertugas pada
bagian kapstan dan nahkoda. Awak kapal pada bagian kapstan bekerja mengatur
19

penggilingan/penarikan tali kolor menggunakan kapstan. Nahkoda hanya


mengawasi para awak kapal bekerja sambil merokok.
2. Hal yang paling utama dilakukan dalam proses penarikan jaring adalah melakukan
penarikan tali kolor yang ditarik menggunakan kapstan. Tali kolor yang ditarik
menggunakan kapstan akan jalan melalu roller (dua buah roller dipasang terlebih
dahulu sebelum melakuakn penarikan tali kolor)
3. Setelah tali kolor ditarik, cincin dan batu semua terangkat. Tindakan selanjutnya
para awak kapal melakukan penarikan jaring serta pelampung keatas deck kapal.
setelah jaring bagian sayap, dan badan ditarik dan disusun rapi oleh awak kapal.
gerombolan ikan (schooling) telah terkumpul pada bagian kantong.
4. Selanjutnya ikan-ikan yang telah terkumpul pada jaring bagian kantong diangkat
keatas kapal menggunakan serok. Dan lansung di simpan dalam palka kapal
es/pengawet
4.4.5 Penanganan Hasil Tangkapan di Atas kapal
Setelah selesai melakukan penangkapan ikan. Tahap akhir yang dilakukan
oleh awak kapal adalah melakukan penanganan ikan hasil tangkapan dengan cara
ikan lansung over/jual ke kapal pengesan ikan dan lansung di dingin kan dalam
palka .
4.4.6 pemasaran hasil tangkapan
Pemasaran hasil tangkapan ikan KM.TAWAKAL ada dua model yaitu:
1) Ikan hasil tangkapan lansung di jual ke kapal es dengan harga Rp. 600.000-
Rp.8.00.000 dan lansung di bawa ke pelabuhan ikan larang tuka.
2) Ikan hasil tangkapan di bawa pulang dan di jual di pasar adonara oleh ibu-
ibu yang bertugas sebagai penjual ikan
20

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Tempat Praktek Kerja Lapangan ( PKL)
Adapun lokasi Praktek Kerja Lapangan ( PKL) berlokasi di :
Adonara Timur bertepatan di Desa Terong ,Kec. Adonara Timur Kab.Flores
Timur,Dusun terong barat RT.001 RW001 NTT. Desa terong terletak di pulau adonara,
Kab. Flores Timur.desa ini berada di pingir pantai sehinga masyarakat yang ada di
sana sebagian besar mata pencariyannya sebagai nelayan sehinga di desa terong
banyak sekali kapal/perhu parah nelayan, untuk mencari ikan seperti, kapal Purse
seine,kapal mancing dll. Desa terong terdiri dari tiga dusun. Terong timur,terong
tengah,terong barat.
4.2 Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
1. Mencari tempat Praktek Kerja Lapangan (PKL)
2. Mengunduh format permohonan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di
fe.unesa.ac.id
3. Mengambil surat pengantar di fakultas
4. Menghubungi coordinator Praktek Kerja Lapangan (PKL) untuk pengurusan
dosen pembimbing.
5. Menyusun proposal dan konsultasi ke dosen pembimbing.
6. Mengirim surat pengantar dan proposal ke tempat Prakatek Kerja Lapangan
(PKL)
7. Proposal diterima
8. Mengambil dan menyampaikan surat balasan dari tempat Praktek Kerja
Lapangan (PKL) ke coordinator dan dosen pembimbing
9. Mengikuti pembekalan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
10. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
11. Menyusun laporan kemajuan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dengan
didampingi dosen pembibing.
12. Menyerahkan laporan Praktek Kerja Lapangan ke kordinator Praktek Kerja
Lapangan (PKL)
21

13. Mengikuti ujian atau seminar Praktek Kerja Lapangan (PKL)


14. Setelah ujian merevisi laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
15. Nilai Praktek Kerja Lapangan (PKL) dimasukan ke SIAKAD UNESA

4.3 Hasil yang di dapatkan selama Praktek Kerja Lapangan (PKL)


No Hari /Tanggal Hasil tangkapan/bak Jenis ikan
1 Sabtu, 15 Juli 2023 3 bak Ikan layang
2 Selasa, 18 Juli 2023 1 bak Ikan kombong
3 Rabu, 19 Juli 2023 2 bak Ikan layang
4 Kamis, 20 Juli 2023 4 bak Ikan layang
5 Jumat, 21 Juli 2023 5 bak Ikan kombong
6 Sabtu, 22 Juli 2023 3 bak Ikan kombong
7 Minggu, 23 Juli 2023 3 bak Ikan layang
8 Senin, 24 Juli 2023 5 bak Ikan kombong
9 Selasa, 25 Juli 2023 3 bak Ikan layang
10 Rabu, 26 Juli 2023 4 bak Ikan kombong
11 Kamis, 27 Juli 2023 3 bak Ikan kombong
12 Jumat, 28 Juli 2023 1 bak Ikan layang
13 Sabtu, 29 Juli 2023 2 bak Ikan layang
14 Minggu, 30 Juli 2023 1 bak Ikan kombong

4.4 Pembahasan
Berdasarkan hasil dari tabel di atas menujukan bahwa hasil tangkapan kami
selama melakukan praktek kerja lapangan di kecamatan adonara kabupaten Flores
Timur Desa Terong pada KM.Tawakal berjumlah 40 bak ikan, dengan jenis ikan.
kombong ,lajang dll. Di lihat dari tabel di atas bahwah kami melakukan pengoperasian
hanya 16 hari di karenakan banyak nya kendala pada kapal , seperti mesin induk
rusak,jaring robek dll. Dilihat dari tabel diatas bahwa kami melakukan pengoperasian
hanya 14 hari dikarenakan banyak kendala pada kapal.
22

.Adapun kebiasaan kami dalam melakukan fishing trip. pukul 16:10 menuju
fishing base pukul 16: 25 naik kapal, pukul 16 :40 menuju fishing grond samapi pukul
17:20. pukul 18:00 lampu di nyakan pukul 22:00 lampu di matikan dan mulai
melakukan penangkapan ikan , dalam 1 malam biasanya kami melakukan penagkapan
ikan 2 kali yairtu pada pukul 22:00 dan pukul 04 :00 pukul 06: 00 kembali ke fishing
base.
4.4.1 Pengelolaan Hasil Tangkapan Pada Km Tawakal
Adapun pengelolaan hasil tangkapan ikan pada KM.Tawakal, ikan hasil
tangkapan lansung di over/jual pada kapal penges dan di jual di pelabuhan ikan
larangtuka serta sebagianya di bawah pulang untuk di konsumsi dan di jual ke pasar
Adonara/ waiwerang
4.4.2 Kapal
a. kapal
Kapal perikanan didefinisikan sebagai kapal atau perahu atau alat apung
lainnya yang digunakan untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan
termasuk melakukan survei atau eksplorasi perikanan. Kapal penangkap
ikan adalah kapal yang secara khusus dipergunakan untuk menangkap ikan
termasuk menampung, menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan.
Kapal pengangkut ikan adalah kapal yang secara khusus dipergunakan untuk
mengangkut ikan termasuk memuat, menampung menyimpan,
mendinginkan atau mengawetkan. Berdasarkan defenisi-definisi tersebut di
atas, maka dapat diketahui bahwa kapal ikan sangat beragam dari
kekhususan penggunaannya hingga ukurannya. Kapal-kapal ikan tersebut
terdiri dari kapal atau perahu berukuran kecil berupa perahu sampan (perahu
tanpa motor) yang digerakkan dengan tenaga dayung atau layar, perahu
motor tempel yang terbuat dari kayu hingga pada kapal ikan berukuran besar
yang terbuat dari kayu, fibre glass maupun besi baja dengan tenaga
penggerak mesin diesel. Jenis dan bentuk kapal ikan ini berbeda sesuai
dengan tujuan usaha, keadaan perairan, daerah penangkapan ikan (fishing
23

ground) dan lain-lain, sehingga menyebabkan ukuran kapal yang berbeda


pula (Purbayanto et al, 2004).
Salah satu kapal yang penulis ikut berlayar dan melakukan operasional
pada saat mengikuti praktek kerja lapangan adalah kapal purse seine.
Kapal Purse seine adalah kapal yang digunakan untuk menangkap ikan
dengan menggunakan alat tangkap jaring yang dilngkarkan (purse seine).
Pada setiap jenis ikan penangkapan ikan pasti akan ada perbendaan, baik dari
segi bentuk maupun dari segi alat bantu yang digunakan. Contoh yang paling
umum yang mudah untuk kita ketahui kapal purse seine yaitu menggunakan
tiang lewang. Kapal purse seine di desa terong terbuat dari kayu dengan
ukuran yang berbeda-beda. Baik dari gross tone maupun segi ukuran.
Adapun penulis telah melakukan Praktikum pada salah satu kapal purse
seine yang ada di desa terong yaitu dengan kapal KM.TAWAKAL Adapun
bentuk, ukuran dan identidas kapal KM.TAWAKAL adalah sebagai berikut:
Nama kapal : KM.TAWAKAL
Nama pemilik/nahkoda : MUHAMAD IWAN
Tanda selar : GT.7 No.315/00
Berat kotor (GT) : 41 GT
Berat Bersih (NT) : 13 NT
Main engine : a. Merek :DOMPEN
b. No.seri : 224/N
c. Kekuatan : 26 PK
Asal kapal : DESA TERONG
Negara asal : Indonesia
Komposisi ABK : 12 orang
Panjang kapal : 13. meter
Lebar kapal : 3 meter
Dalam kapal : 1.30 meter
Fishing ground : < 1 mil laut ADONARA
Pelabuhan pangkalan : PANTAI ASCOLY
24

Jenis alat tangkap : Purse seine

( Gambar 1. Kapal purse seiene)


4.4.3.Alat bantu Penangkapan Ikan
Adapun beberapa alat bantu penangkapan yang digunakan pada kapal
Purse seine KM.TAWAKAL yaitu:
a. Kapstan
Kapstan pada kapal purse seine digunakan untuk menarik tali kolor (tali
kerut) pada saat melakukan houling (penarikan jarring) agar jaring terbentuk
sebuah kantong. Disamping itu kapstan juga berfungsi pula untuk hal-hal
lain seperti pengangkatan ikan dari jaring ke atas kapal menggunakan serok
(Brailling). Kapstan terdapat dua buah yang terdapat sebelah kiri dan kanan
yang terletak didepan ruang mesin tepatnya dibelakang tiang lewang.

(Gambar 2. Kapstan)
b. Sekoci
Sekoci lampu yang merupakan kapal kecil yang menggunakan mesin temple
yang terdapat lampu-lampu warna hijau dan merah. Fungsi dari sekoci
lampu adalah untuk menarik perhatian gerombolan ikan pada sekoci dengan
25

dibantu oleh cahaya lampu dan rumpon kecil pada sekoci tersebut. Sehingga
kapal dapat melingkari jaring.

( Gambar 3. Sekoci)
c. Lampu
Lampu pada kapal adalah lampu yang paling utama dilakukan untuk menarik
perhatian ikan-ikan. Dimana cahaya yang pada lampu kapal akan
menghasilkan perangsang atau penarik perhatian gerombolan ikan
(schooling) yang bersifat phototaxis positif (tertarik pada cahaya) sehingga
gerombolan ikan akan berkumpul dibawah cahaya lampu.

(Gambar 4. Lampu)
d. Serok
Serok adalah sebuah alat bantu penangkapan yang terdapat pada kapal purse
seine yang berfungsi sebagai pengangkat hasil tangkapan ikan dari jaring ke
atas kapal. serok terbuat dari besi putih dan gagang serok terbuat dari kayu.
Mata jaring pada serok berukuran 1 Inch.

( Gambar 5. Serok)
26

e. Mesin Generator (Generator Engine)


Suatu instalasi mesin / unit penggerak generator atau pembangkit tenaga
listrik, merupakan salah satu mesin bantu yang paling penting dikapal untuk
menghasilkan tenaga / energi listrik. Agar lampu-lampu pada kapal dapat
berfungsi atau hidup sehingga dapat untuk menarik perhatian pada
gerombolan ikan yang bersifat phototaxis positif. Jenis mesin generator pada
kapal KM. TAWAKAL menggunakan mesin Diesel.

(Gambar 6. Mesin Generator)

f. Mesin Generator Pada Sekoci


Pada skoci lampu juga membutuhkan mesin generator untuk dihubungkan
ke lampu sehingga lampu-lampu pada sekoci yang dipasang disekeliling
sekoci hingga dapat hidup. Mesin generator pada sekoci lebih kecil
dibandingkan dengan generator pada kapal. hal ini dikarenakan lampu-
lampu pada skoci tidak membutuhkan watt yang besar. Namun, untuk lampu
yang dipasang dibawah air pada sekoci tidak menggunakan mesin generator.
Tetapi menggunakan baterai.

(Gambar 7. Mesin generator pada sekoci)


27

4.4.4 Alat Tangkap Purse Seine


Alat tangkap purse seine merupakan alat tangkap yang dioperasikan dengan
melingkari gerombolan ikandengan jaring seteh itu jaring pada bagian bawah
dikerutkan, dengan demikian ikan-ikan akan terkurung dan berkumpul
dibagian kantong (Ayodhya, 1981).
Menurut Subani dan Barus, (1989) menyatakan bahwa disebut pukat cincin
karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin’’ (purse line) atau tali’’
kerut’’ dilakukan didalamnya. Fungsi cincin dan tali kerut tersebut jaring yang
semula tidak berkantong akan berbentuk kantong pada tiap akhir
penangkapan.
Pada dasarnya alat tangkap purse seine sama persis dengat alat tangkap
gill net. Namun yang membedakan kedua alat tangkap tersebuat hanya pada
teknik pengoperasian. Namun alat tangkap purse seine lebih efesien karena
dilengkapi dengan ring (cincin), tali kolor, dan tali ring.yang berfungsi untuk
mebuat alat tangkap terbentuk sebuah kantong saat operasional. Alat tangkap
purse seine juga lebih unggul jika kita lihat dari segi hasil tangkapan.
Purse seine terbagi dalam beberapa bentuk, yaitu :
a. Persegi panjang
b.Trapesium
c. Kacamata (BH)
Di Indonesia alat tangkap purse seine hanya terdapat bentuk persegi panjang
dan trapezium. Daerah sumatera khususnya daerah Aceh menggunakan purse
seine yang berbentuk persegi panjang. Bentuk trapesium digunakan oleh
kapal-kapal daerah pulau jawa.
Alat ini digunakan untuk menangkap ikan pelagis yang biasa membentuk
gerombolan yang padat dan sampai saat ini merupakan jenis alat penangkap
ikan yang paling efektip dan efisien bagi penangkapan ikan pelagis. Dalam
pengoperasiannya dapat dilakukan dengan mengejar gerombolan ikan, atau
dengan menggunakan alat bantu pengumpul ikan berupa lampu atau rumpon.
28

Alat bantu pengumpul ikan berupa lampu digunakan pada waktu malam hari,
sedangkan rumpon digunakan pada waktu siang hari. Pengoperasian yang
lebih efektip dan efisien dengan menggunakan alat bantu pengumpul ikan
tersebut dengan cara mengkombinasikan pemanfaatan rumpon dan lampu
sekaligus.
4.4.5 Sejarah Perkembangan Purse Seine
Purse seine pertama kali dipatenkan atas nama Barent Velder dari Bergent,
Norwegia pada tanggal 12 Maret 1858, Tahun 1860 alat tangkap ini
diperkenalkan di seluruh Pantai Atlantik, Amerika Serikat terutama di
perairan Rhode Island. Alat tangkap ini umumnya digunakan untuk
menangkapn ikan menhaden (Brevortia Tyranus). Tahun 1870 bentuk purse
seine diperkenalkan di Negara Skandivaria. Selanjutnya dari Skandivaria
purse seine menjadi popular tahun 1880 di Norwegia, Swedia. Negara
Denmark dan Jerman mengenal alat tangkap purse seine pada Tahun 1913.
(Susanti dalam Hidayat, 2014).
Purse seine pertama kali di Indonesia diperkenalkan di pantai
utara Jawa oleh Balai Penelitian Perikanan Laut (BPPL) pada Tahun 1970,
kemudian diterapkan di Muncar dan berkembang pesat sampai sekarang. Pada
awal pengembangannya di Muncar sempat menimbulakan konflik sosial
antara nelayan tradisional nelayan pengusaha yang menggunakan purse seine.
Namun akhirnya dapat diterima juga. Purse seine ini memang potensial dan
produktivitas hasil tangkapannya tinggi. Dalam perkembangannya terus
mengalami penyempurnaan tidak hanya bentuk (kontruksi) tetapi juga bahan
dan perahu / kapal yang digunakan untuk usaha perikanannya. (fiqrin, 2010).
4.4.6 Sejarah Purse Seine di Indoneia
Purse seine, pertama kali diperkenalkan di pantai utara Jawa oleh BPPL
(LPPL) pada tahun 1970 dalam rangka kerjasama dengan pengusaha
perikanan di Batam (Bpk. Djajuri) dan berhasil dengan baik. Kemudian
diaplikasikan di Muncar (1973 / 1974) dan berkembang pesat sampai
sekarang. Pada awal pengembangannya di Muncar sempat menimbulakan
29

konflik sosial antara nelayan tradisional nelayan pengusaha yang


menggunakan purse seine. Namun akhirnya dapat diterima juga. Purse seine
ini memang potensial dan produktivitas hasil tangkapannya tinggi. Dalam
perkembangannya terus mengalami penyempurnaan tidak hanya bentuk
(kontruksi) tetapi juga bahan dan perahu / kapal yang digunakan untuk usaha
perikanannya.
4.4.7 Konstruksi Alat Tangkap Purse seine
Konstruksi alat tangkap purse seine pada kapal KM.TAWAKAL sama dengan
umumnya alat tangkap purse seine daerah daerah lainya yaitu berbentuk
empat persegi panjang. Konstruki alat tangkap purse seine secara umum
terdiri dari jaring bagian sayap, badan, kantong dan jaring penguat, tali ris
atas, tali ris bawah, tali pelampung, tali pemberat, cincin, tali cincin, tali
pelimping dan tali kerut. Adapun konstruksi purse seine pada
KM.TAWAKAL adalah sebagai berikut:

(Gambar 8. Konstruksi purse seine)


Keterangan:
a. Sayap (wing) e. Tali ris atas i. Pemberat
b. Badan (webbing) f. Tai ris bawah j. Tali cincin
c. Kantong (bunt) g. Tali kolor k. Tali pelimping
d. Serampat (Selvadge) h. Pelampung (Buoy) l. Cincin (Ring)
30

Berdasarkan konstruksinya, alat tangkap purse seine secara teknis


memiliki bagian-bagian mulai dari jaring, tali-temali sampai kebutuhan alat
tangkap purse seine. Adapun bagian-bagiannya sebagai berikut.
4.4.8 Bagian Jaring
1. Sayap (wing)
Jaring pada bagian sayap berfungsi sebagai penggiring gerombolan ikan
kebagian badan jaring yang nantinya akan diteruskan oeh badan jaring
kebagian kanntong. Bahan jaring bagian sayap terbuat dari benang poliyamide
(PA) no.210 D/6 berwarna biru muda dengan ukuran mata jarring 3 Inch.

( Gambar 9 Jaring Sayap)


2. Badan (Webbing)
Badan jaring berfungsi sebaga penggiring geromboan ikan agar ikan
berkumpul pada bagian akhir yaitu pada bagian kantong jaring. Bahan yang
digunakan pada bagian badan jaring yaitu poliyamide (PA) no.210 D/9
berwarna biru muda dengan ukuran mata jaring 2 Inch.

(Gambar 10. Jaring badan (jaring bagian tengah)


31

3. Kantong (Bunt)
Sebenarnya pukat cincin merupakan jaring yang berbentuk empat persegi
panjang dan tidak mempunyai kantong, tetapi pada jaring tersebut ada bagian
sebagai tempat mengumpulkan atau mengonsentrasikan ikan yang tertangkap.
Bagian ini merupakan bagian yang terpenting, pada beberapa tipe, terletak
ditengah-tengah atau pada bagian akhir (ujung). Pada bagian tersebut dibuat
sedemikian rupa sehingga mempunyai ukuran benang yang lebih tebal
dibandingkan bagian yang lain. Dibagian kantong harus menggunakan bahan
yang kuat. Hal ini disebabkan karena pada bagian kantong tempat akhir
terkumpulnya ikan tangkapan yang akan memberikan tekanan beban sehingga
membutuhkan jaring kantong digunakan bahan yang lebih kuat dan tahan.
Jaring kantong terbuat dari benang karet no.210 D/12 berwarna biru tua.
Ukuran mata jaring bagian kantong 1 Inch.

(Gambar 11. Jaring Kantong)


Tabel 4. 4 . Rincian Kebutuhan bahan jaring (webbing)
Nama Bagian dan Jenis Jaring Ukuran mata jaring dan nomor benang
No
Bagian jaring Jenis bahan Ukuran mata jaring Nomor benang
1 Selvadge atas Polyethylene 1 Inch 380 D/91
2 Selvadge bawah Polyethylene 1 Inch 380 D/91
3 Kantong Tali Karet 1 Inch 210 D/12
4 Badan Polyamide 1 Inch 210 D/9
5 Sayap Polyamide 1 Inch 210 D/6
32

4.4.9 Tali-Temali
1. Tali Pelampung (Float Line)
Tali pelampung merupakan tali yang digunakan untuk mengikan atau
memasang pelampung pada alat tangkap purse seine. Tali pelampung terbuat
dari bahan polyethylene (PE).

(Gambar 12. Tali pelampung)


2. Tali Ris Atas
Tali ris atas berfungsi sebagai tempat menggantungkan jaring bagian atas.
Dan merupakan penghubung antara tali pelampung juga berfungsi sebagai
tempat untuk mengikat pepetan tai pelampung.

(Gambar 13. Tali ris atas)


3. Tali Ris Bawah
Tali ris bawah berfungsi sebagai tempat untuk meleketkan tali pemberat
dan juga pemberat agar konstruksi alat tangkap bagian bawak menjadi
sempurna.
33

(Gambar 14. Tali ris bawah)


4. Tali Pemberat
Tali pemberat berfungsi untuk menempatkat/memasang pemberat
yang satu dengan yang lain, serta berfungsi sebagai penghubung dengan
jarring pada tepi bagian bawah.

Gambar 15. Tali pemberat)


5.Tali Cincin
Tali cincin yang dipergunakan untuk menggantungkan cincin (ring), tali ring
ini kadang-kadang juga disebut dengan tali kang.bentuk tali cincin pada kapal
KM.TAWAKAL adalah bentuk tali cincin tunggal. Tali cincin yang
digunakan terbuat dari bahan kuralon.

(Gambar 16. Tali cincin)


34

6. Tali Kolor
Untuk mengumpulkan ring atau jaring bagian bawah pada waktu operasi
digunakan tali kolor yang ditarik setelah jaring dilingkarkan. Karena dengan
terkumpulnya ring maka bagian bawah jaring akan terkumpul pula menjadi
satu dan jaring akan berbentuk seperti kantong.
Ukuran tali kolor adalah merupakan ukuran yang terbesar di antara ukuran
tali-tali yang lain pada alat tangkap purse seine. Hal ini karena tali kolor
memerlukan kekuatan yang cukup besar bila dibandingkan dengan tali-tali
yang lain. Oleh karena itu, pada purse seine yang besar kadang-kadang
menggunakan tali kolor dari labrang (pintalan kawat baja).

(Gambar 17. Tali kolor)

Tabel 4. 5. Rincian Kebutuhan tali-temali


Nama dan jenis bahan Ukuran dan panjang tali
No
Nama tali Bahan Ukuran Panjang (m)
1 Tali pelampung Polyethylene 15 mm 450 meter
2 Tali ris atas Polyethylene 15 mm 420 meter
3 Tali ris bawah Polyethylene 15 mm 420 meter
4 Tali pemberat Polyethylene 15 mm 420 meter
5 Tali cincin Kuralon 15 mm - cm
6 Tali kolor Kuralon 45 mm 500 meter
35

4.4.10 Perlengkapan Bahan Alat Purse Seine


1. Pemberat
Agar jaring bagian bawah cepat tenggelam waktu dioperasikan, pada tali ris
bawah perlu diberi pemberat. Pemberian pemberat tidak boleh terlalu
berlebihan karena disamping merupakan pemborosan juga akan mengurangi
daya apung dan membuat jaring terlalu tegang.
Bahan pemberat umumnya menggunakan timah atau timbal (timah hitam).
Bila akan menggunakan bahan lain sebaiknya bahan pemberat adalah dari
bahan yang tidak berkarat bila terkena pengaruh air laut dan mudah dibentuk
serta harganya murah.

(Gambar 18. Pemberat sinker)


2. Pelampung
Peampung (buoy) berfungsi untuk mengapungkan jaring bagian atas.
Ada beberapa fungsi pelampung pada purse seine yaitu:
a) Sebagai pengapung untuk memberikan adanya daya apung pada alat
secara keseluruhan jaring bagian atas yang dioperasikan dipermukaan air.
b) Sebagai material pengapung untuk mempertahankan jaring pukat cincin
agar selalu berada dipermukaan air.
c) Sebagai tanda atau batas mengurung ikan pada saat operasi penangkapan
ikan, sehingga ikan tidak dapat lolos melewati permukaan air.
36

(Gambar 19. Pelampung (buoy)


3. Cincin (Ring)
Cincin pada alat tangkap purse seine berfungsi sebagai tempat lewatnya
tali kolor pada saat melakukan houling. Cincin yang terletak tepat ditengah
jaring. cincin terbuat dari bahan besi putih.

(Gambar 20. Cincin (ring)


Tabel 4.6 Rincian Kebutuhan pelengkap
Nama dan jenis bahan Ukuran bahan
No Jumlah
Nama Bahan Lebar Panjang
1 Pelampung Synthetic rubber 12 cm 18 cm 1200
2 Pemberat Timah hitam 3.5 cm 7 cm 2800
3 Cincin Besi kuning 20 cm 20 cm 140
37

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Purse seine atau pukat cincin merupakan alat tangkap yang efektif untuk menangkap
ikan pelagis yang memiliki tingkah laku hidup berkelompok dalam
ukuran besar, baik di daerah perairan pantai maupun lepas pantai.
2. Pengoperasian purse seine dilakukan dengan melingkari gerombolan ikan
sehingga membentuk sebuah dinding besar yang selanjutnya jaring akan ditarik
dari bagian bawah membentuk seperti sebuah kolam.
3. Adapun hasil tangkapan yang didapat yaitu ikan bajara dan katombo dengan jumlah
yang banyak.
B. Saran
Agar perikanan di Indonesia bisa maju seperti perikanan yang khususnya perikanan
yang menggunakan alat tangkap purse seine harus mengembangkan kapal dan alat
bantu penangkapan yang digunakan. Karena dengan alat bantu penangkapan yang
canggih dan modern akan lebih memudahkan dalam melakukan penangkapan ikan
dan memperoleh hasil tangkapan yang maksimal. Dengan waktu penangkapan yang
singkat dan hasil tangkapan ikan yang melimpah, akan lebih menguntungkan
nelayan dan ikan lebih segar ketika akan diteruskan kepada konsumen atau
dikonsumsi oleh masyarakat.
38

DAFTAR PUSTAKA

Buku panduan praktek kerja lapangan


Susanti dalam Hidayat, 2014 dan (fiqrin, 2010).).sejarah perkembangan pursein Dalam
kutipan Muqtamar Effendi 9 apri 2017
Muqtamar Effendi 9 apri 2017 PENGOPERASIAN ALAT TANGKAP PURSE SEINE
DENGAN KM.HIDAYAT-2000 DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS)
LAMPULO BANDA ACEH
SANDI 2017
Uktolseja dalam Rahardjo, 1978).DALAM kutipan SANDI 2017
Ayodhyoa, 1976 dalam Sudirman dan Mallawa 2004).dalam kutipan sandi 2017
https://www.studocu.com/id/document/politeknik-negeri-manado/perikanan/laporan-
fieldtrip-alat-tangkap-purse-seine/45296357. Nurul aspiah.
39

LAMPIRAN

(Gambar .1 kapal purse seine ) (Gambar .2 fishing base)

(Gambar .3 Foto ABK menjahit jaring) (Gambar .4 mesin Derek, kapstan )

(Gambar . 5 pelampung ) (Gambar .6 lampu )


40

(Gambar 7. Kapal bantu penangkapan ) (Gambar 8.skoci pada saat pengoperasia )

(Gambar 9. Pelampung ) (Gambar 10.Ikan hasil tangkapan )

(Gambar 11. Lampu pada skoci ) (Gambar 12. Jaring )

(Gambar 13. Foto bersama anak SD ) (Gambar 14.foto bersama aparat desa )

Anda mungkin juga menyukai