BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usaha penangkapan ikan di Indonesia sangat berkembang pesat, tidak lagi terbatas
sebagai usaha peningkatan pendapatan rumah tangga, tetapi merupakan usaha
industri penangkapan ikan yang berorientasi pada peningkatan pendapatan devisa
negara. Sektor perikanan termasuk salah satu sektor penentu masa depan bangsa
Indonesia, hal ini cukup beralasan mengingat Indonesia mempunyai perairan luas
dengan potensi sumberdaya perikanan yang sangat besar dan telah banyak
memberikan kontribusi yang begitu besar terhadap peningkatan devisa negara dari
tahun ketahun.
Indonesia mempunyai perairan laut seluas 5,8 juta km² yang terdiri dari
perairan kepulauan dan teritorial seluas 3,1 juta km² serta perairan Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia (ZEEI) seluas 2,7juta km² dengan potensi lestari sumber daya
ikan sebesar 6,4 juta ton/tahun. Sumber daya ikan ini pada kenyataannya tidak
tersebar merata di seluruh perairan Indonesia. Hal tersebut antara lain dikarenakan
perbedaan kondisi lingkungan perairan dan perbedaan tingkat pemanfaatan sumber
daya ikan di beberapa wilayah.
Desa Terong Kec. Adonara Timur Kab. Flores Timur Provinsi NTT
memiliki potensi perikanan dan kelautan yang sangat besar. Dengan dikelilingi
Samudera Indonesia di wilayah laut Flores terdiri dari perairan teritorial dan
kepulauan 15.531 Km persegi, serta perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)
238.657 Km persegi. Potensi lestari diperkirakan 14276 ton/tahun, jumlah kapal
penangkapan ikan yang sangat banyak unit dan mata pencarian masyarakat rata-
rata di bidang Nelayan. Potensi tersebut sepenuhnya dapat dimanfaatkan dengan
optimal, hal ini dapat dilihat pada Sumber daya laut yang sangat potensial
mendorong untuk melakukan suatu pemanfaatan dan pengolahan yang efektif.
Munculnya alat penangkapan ikan merupakan suatu bentuk pemanfaatan sumber
daya laut yang digunakan.
2
Purse seine merupakan alat penangkapan yang penting baik untuk perikanan
pantai maupun perikanan lepas pantai dengan tujuan penangkapan adalah ikan-
ikan yang tingkah lakunya antara lain membentuk shoal (gerombolan), dan berada
dekat dengan permukaan air (sea surface), (Ayodhyoa, 1976 dalam Sudirman dan
Mallawa 2004).
Purse seine (pukat cincin) digunakan pada untuk menangkap ikan yang
bergerombol (schooling)di permukaan laut. Ikan yang tertangkap dengan alat
penangkapan purse seine adalah jenis-jenis ikan pelagis pelagis besar yang
hidupnya bergerombol ikan dencis, cakalang dan ikan-ikan lain yang jenis pelagis
besar. Ikan tersebut tertangkap oleh purse seine karena gerombolan ikan tersebut
dikurung oleh jaring yang telah membentuk kantong. Jenis ikan tersebut dapat
ditangkap di perairan Indonesia.
Purse seine banyak dimiliki oleh masyarakat desa terong penangkapan
ikan salah satu pekerjaan utama bagi masyarakat desa terong . Ditinjau dari jumlah
alat dan kapasitas hasil tangkapan, purse seine sangat dominan posisinya. Hampir
70% ikan yang ada di pelabuhan perikanan larang tuka dihasilkan oleh alat
tangkap purse seine , dengan demikian kedudukan alat tangkap ini penting dalam
sistem produksi perikanan laut. Karena perikanan laut merupakan peranan penting
dalam memajukan ekonomi daerah.
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Adapun tujuan melakukan PKL adalah sebagai berikut :
1. Untuk membandingkan teori yang dapat di kuliah dengan praktek langsung
kelapangan tentang operasi alat tangkap purse seine.
2. Untuk menentukan daerah penangkapan yang ekonomis dan menguntungkan.
3. Untuk mengetahui alat bantu apa saja yang digunakan dalam penangkapan ikan
mengunakan purse seine.
4. Untuk mengetahui cara pengoperasian alat tangkap purse seine khusus nya di
Desa Terong, kec. Adonara Timur Kab.Flores Timur NTT.
5. Sebagai salah satu syarat untuk lulus di mata kuliah praktek kerja lapangan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA.
2.1 Sejarah Purse Seine
Purse seine adalah alat (gear) yang digunakan untuk menangkap ikan
pelagisyang membentuk gerombolan. Purse seine pertama kali digunakan di perairan
Rhode Island untuk menangkap ikan menhaden (brevoortia tyrannus). Selanjutnya,
purse seine dipatenkan atas nama barent velder dari Bergen di Norwegia pada tanggal
12 Maret 1859. Pada tahun 1860 alat ini telah digunakan diseluruh Pantai Atlantik dan
Amerika Serikat. Kemudian pada tahun 1870 panjang purse seine diubah dari 65 fathon
menjadi 250 fathon (1 fathon = 1,825 m). Dari bentuk inilah purse seine diperkenalkan
kenegara-negara Scandinavia pada tahun yang sama (Uktolseja dalam Rahardjo, 1978).
Dalam jurnal penelitian perikanan laut di Indonesia, Subani (1989) mengatakan
bahwa alat tangkap purse seine banyak digunakan di Pantai Utara Jawa, seperti Jakarta,
Batang, Pemalang, Tegal, Pekalongan, Juwana, Muncar dan Pantai Selatan, seperti
Cilacap dan Perigi. Alat tangkap purse seine ada yang menamakannya dengan
kursin, jaring kolor, pukat cincin, janggutan dan jaring slerek. Pukat cincin
diperkenalkan di Pantai Utara Jawa sejak tahun 1970-an dan ternyata mengalami
perkembangan yang pesat dibanding dengan alat tangkap yang lain.
Prinsip menangkap ikan dengan purse seine ialah melingkari gerombolan ikan
dengan jaring, sehingga jaring tersebut membentuk dinding vertikal, dengan demikan
gerakan ikan kearah horisontal dapat dihalangi. Setelah itu, bagian bawa jaring
dikerucutkan untuk mencegah ikan lari kearah bawah jaring (Mallawa dan Sudirman,
2004).
2.2. Deskripsi Puse Seine
Jaring “purse seine” terdiri atas kantong (bag), badan jaring (main net), dua
sayap (wings), pelampung (float), pemberat (sinker), cincin (rings) dan tali temali
seperti tali pelampung (float line), tali kolor (purse line), tali ris atas (head rope), tali
ris bawah (ground rope) dan sebagainya. Pada awalnya bahan pembuat jaring “purse
seine” dengan benang kapas (cotton), kemudian setelah diketemukannya benang
sintetis, benang nilon banyak digunakan untuk pembuatan jaring purse seine. Fungsi
5
jaring pada purse seine adalah sebagai penghadang ikan sehingga benturan ikan yang
akan melarikan diri ke jaring perlu diperhatikan dalam pembuatannya. Ukuran mata
jaring (mesh size) dan ukuran benang harus disesuaikan dengan jenis dan ukuran ikan
tujuan penangkapan (Mallawa, 2012).
Panjang jaring purse seine dipengaruhi oleh ukuran dan kecepatan kapal yang
digunakan, tingkah laku jenis ikan yang ditangkap khususnya kecepatan renang
dan cara menemukan/menarik gerombolan ikan. Panjang minimum kantong tergantung
dari kapal dimana panjang minimum purse seine sama dengan 15 kali panjang kapal.
Untuk menangkap ikan pelagis kecil seperti ikan layang, ikan kembung, atau
pelagis besar seperti ikan cakalang dan ikan tuna, apabila menggunakan rumpon atau
lampu dalam pengoperasian purse seine maka panjang jaring yang dianjurkan sekitar
400 meter, tetapi apabila dalam operasinya memburu gerombolan ikan (scouting) maka
panjang jaring yang dianjurkan sekitar 850 meter (Mallawa, 2012).
Sayap (wing), badan jaring (main net) dan kantong (bag) merupakan bagian
utama dari pukat cincin, biasanya bagian ini dibuat dengan menggunakan benang nylon
(PA) atau bahan lainnya.Ukuran mata jaring (mesh size) biasanya sama tetapi kadang
kala berbeda. Hal ini disesuaikan dengan ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Pada
setiap bagian jaring purse seine yang menggunakan ukuran jaring yang berbeda,
biasanya pada bagian sayap menggunakan ukuran mata jaring yang paling besar dan
makin kearah kantong semakin mengecil (Baskoro dan Taurusman, 2011).
Bagian-bagian purses seine adalah sebagai berikut :
a) Pelampung (buoy)
Pelampung merupakan alat untuk mengapungkan seluruh jaring ditambah
dengan kelebihan daya apung (extraboyancy), sehingga alat ini tetap mampu
mengapung walaupun didalamnya ada ikan hasil tangkapan. Bahan yang dipergunakan
sebagai pelampung biasanya memiliki berat jenis (bj) yang lebih kecil dibandingkan
dengan berat jenis air laut, selain itu bahan tersebut tidak menyerap air. Bahan
pelampung terbuat dari plastik, sehingga daya apung yang didapat cukup besar. Selain
itu plastik tidak menhisap air dan tidak cepat rusak (Baskoro dan Taurusman, 2011)
6
b) Pemberat (Sinker)
Pemberat berfungsi untuk menenggelamkan badan jaring sewaktu
dioperasikan, semakin berat pemberat maka jaring utama akan semakin cepat
tenggelam, namun daya tenggelam ini tidak sampai menenggelamkan pelampung
jaring. Pemberat dibuat dari benda yang berat jenisnya (bj) lebih besar dari bj ai laut,
sehingga benda ini tenggelam didalamair laut. Bahan pemberat adalah timah. Timah
mempunyai sifat daya tenggelam lebih besar, tidak mudah berkarat dan tidak perlu
membuka tali dan tidak perlu membuka tali pada waktu operasi alat tangkap (Baskoro
dan Taurusman, 2011).
c) Tali Ris
Tali Ris adalah tali pengikat tali pelampung dan pemberat terhadap jaring, tali
ris terdiri dari tali ris atas dan tali ris bawah, tali ris atas berfungsi sebagai pengikat tali
pelampung dan tali ris bawah berfungsi sebagai pengikat tali pemberat. Tali ris atas dan
bawah mengunakan arah pintalan yang berlawanan dengan tali pelampung dan tali
pemberat. Penciutan (shrinkage) pada umumnya berkisar antara 30% - 15% bahkan ada
yang menggunakan shrinkage 10%. Shrinkage pada tali ris atas kadang- kadang berbeda
dengan shrinkage pada bagian bawah jaring, dimana pada bagian bawah lebih kecil
yang berarti tali ris bawah akan lebih panjang dari tali ris atas
(http://manajemensplendidus.blogspot.co.id).
d). Mata Penguat (Selvage)
Selvage merupakan mata jaring penguat yang berfungsi untuk melindungi
bagian pingir dari jaring utama agar tidak mudah rusak atau robek pada saat ditarik,
selvadge terletak di sekeliling jaring utama. Bahan Selvedge biasanya lebih kaku dari
bahan jaring utama seperti polyethylene (PE) 380d/12 dengan ukuran mata jaring 1,5
inchi atau lebih besar. Ukuran mata selvedge selalu lebih besar dari jaring utama,
demikian juga nomor benang yang dipergunakan
(http://manajemensplendidus.blogspot.co.id).
e). Tali rin
Tali ring adalah tali yang dipergunakan untuk menggantungkan cincin pada tali
ris bawah. Tali ring ini juga kadang-kadang disebut juga dengan tali kang. Tali kang
7
lampu) pencarian fishing ground bebas dengan mengikuti kebiasaan ikan dalam suatu
areal tertentu. Hal ini tentu saja memerlukan pengalaman yang cukup lama untuk
mengenal daerah tersebut (Baskoro dan Taurusman, 2011).
2.4. Faktor-Faktor Yang Mepengaruhi Operasi Penangkapan
2.4.1. Cahaya
Gunarso (1985) mengemukakan bahwa cahaya dengan segala aspek yang
dikandungnya seperti intensitas sudut penyebaran, polarisasi, komposisi spektural,
arah gelombang serta panjang gelombangnya, lama penyinaran harian dan musim,
semuanya akan berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap
tingkah laku dan fisiologi dari setiap ikan. Selanjutnya dikemukakan bahwa, kebiasaan
bagi ikan, adanya cahaya merupakan indikasi adanya makanan. Dari data-data yang
menunjukkan bahwa ikan-ikan yang ada dalam keadaan lapar lebih terpikat oleh
cahaya dibanding ikan-ikan yang dalam keadaan tidak lapar.
2.4.2. Arus
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian pursei seine
yaitu arah angin, arah arus dan panjang jaring. Pada penurunan jaring, posisi kapal
harus diperhatikan sedemikian rupa, sehingga setelah diturunkan jaring diupayakan
berada di bawah angin dan arus. Demikian juga dengan panjang jaring, harus diketahui
sebelumnya, bahwa ada kemungkinan pelingkaran jaring dapat berakhir pada posisi
jaring utama diturunkan (Maman, 1991).
Gunarso (1985), ikan ternyata memanfaatkan arus laut untuk melakukan proses
pemijahan, mencari makan ataupun segala yang berhungan dengan proses
perkembangannya. Sebagai contoh, larva ikan akan hanyut secara pasif mengikuti arus
dari daerah pemijahan (spawning ground) menuju daerah pembesaran (nursery ground)
yang berdekatan dengan daerah makanan (feeding ground ).
2.4.3. Suhu
Suhu merupakan faktor yang penting dan sangat berpengaruh terhadap migrasi
ikan laut. Karena ikan menyenangi hidup pada kisaran suhu tertentu, maka suhu
termasuk salah satu faktor yang menyebabkan penyebaran ikan di laut. Perubahan suhu
dapat pula mempengaruhi kondisi lingkungan seperti kelarutan gas-gas, tekanan
9
osmosis, kepadatan dan kecepatan arus (Baskoro dan Taurusman, 2011). Selanjutnya
ditambahkan suhu juga berpengaruh terhadap musim, migrasi dan kecepatan
metabolisme didalam tubuh ikan.
2.4.4. Musim
Pola angin yang sangat berperan di Indonesia adalah angin musim (muson).
Angin musim bertiup kearah tertentu pada suatu periode dan pada periode lainnya
angin musim bertiup kearah yang berlainan (Nontji, 1986).
2.4.5. Kontruksi Kapal
Badawi (1993), jenis kapal yang termasuk dalam kelompok kapal perikanan
adalah kapal yang khusus dipakai dalam menangkap dan mengumpulkan sumber-
sumber hayati perairan. Kapal-kapal yang termasuk dalam jenis ini adalah kapal pukat
udang, kapal pukat kantong perahu jaring insang, perahu payang, perahu pancing
tonda, kapal rawai, kapal huhate, dan sampan yang dipakai dalam mengumpulkan
rumput laut. Kapal-kapal tersebut harus memiiki karakteristik tersendiri.
Kapal-kapal yang digunakan dalam pengoperasian purse seine umumnya
terbuat dari bahan baja dan kayu. Kapal purse seine ini bervariasi mulai dari yang
berukuran kecil sampai yang berukuran besar dengan menggunakan alat atau tampa
menggunakan alat bantu modern. Daerah operasi penangkapannya mulai dari perairan
pantai sampai lepas pantai (Saleng, 1996).
2.5. Metode Pengoperasian Alat Tangkap Purse Seine
Pengoperasian purse seine dapat dilakukan pada siang hari dan malam hari.
Penangkapan yang dilakukan pada malam hari ternyata hasilnya akan lebih baik bila
dibandingkan waktu lainya (Dirjen Perikanan, 1991).
Metode pengoperasian purse seine ditekankan pada kecepatan tenggelam
jaring, dalam arti cepat mengurung ikan dari sisi atas dan bawah. (Mallawa dan
Sudirman, 2004).
Hal-hal yang harus di perhatikan dalam menangkap ikan adalah sebagai
berikut:
10
dengan cara melompati tali pelampungnya dan dalam penarikan jaring, hal-hal yang
harus diperhatikan yaitu :
1. Setelah tali kolor tertarik semua, maka sedikit demi sedikit bagian-bagin jaring
dinaikkan keatas kapal yang mulai dari ujung-ujung sayap.
2. Setelah sebagian jaring dinaikkan keatas kapal, ikan-ikan yang terkurung dapat
langsung diambil atau dinaikkan keatas kapal dengan menggunakan serok.
3. Kemudian jaring yang dinaikkan keatas kapal disusun di tempat yang telah
ditentukan seperti pada waktu mulai operasi dengan tujuan agar jaring langsung
dapat dipergunakan untuk operasi berikutnya.
2.6. Mengumpulkan Ikan dengan Alat Bantu Penangkapan ikan
1. Rumpon
Rumpon biasa juga disebut dengan Fish Agregation Device (FAD) yaitu suatu
alat bantu penangkapan yang berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul dalam
suatu areal penangkapan (catchble area) (Mallawa dan Sudirman, 2014).
Ada beberapa prediksi mengapa ikan senang berada disekitar rumpon :
a. Rumpon tempat berkumpulnya plankton dan ikan-ikan kecil lainnya,
sehingga mengundang ikan-ikan yang lebih besar untuk tujuan feeding;
b. Merupakan suatu tingkah laku dari berbagai jenis ikan untuk berkelompok di
sekitar kayu terapung (seperti jenis-jenis tuna dan cakalang (Monintja,
1993). Dengan demikian, tingkah laku ikan ini dimanfaatkan untuk tujuan
penangkapan.
Penggunaan rumpon secara tradisional di Indonesia telah lama dilakukan terutama
para nelayan dari Mamuju, Sulawesi Selatan dan Jawa Timur, sedangkan penggunaan
rumpon secara modern baru dimulai pada tahun 1980 oleh Lembaga Penelitian
Perikanan Laut (Monintja, 1993).
2. Lampu (cahaya)
Ikan tertarik pada cahaya melalui penglihatan (mata) dan rangsangan melalui
otak (pineal region pada otak). Peristiwa tertariknya ikan pada cahaya disebut
phototaxis positif (Ayodhyoa, 1976; 1981).
12
BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek kerja lapangan (PKL)
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) berlokasi di laut Flores Timur. selama
1 bulan, mulai pada bulan Juli - bulan Agustus 2023 berlokasi di, Desa Terong
Kecamatan Adonara Timur Kab.Flores Timur Provinsi Nusa Tengara Timur
2. Jika terlihat ada gerombolan ikan pada sekitar kapal, nahkoda langsung mengambil
tindakan untuk memerintahkan penurunan sekoci lampu terlebih dahulu dan
pengecekan arah arus .
3. Kemudian awak lampu atau dikenal sebagai awak kapal yang bertugas pada sekoci
lampu langsung mempersiapkan generator, lampu neon, untuk dimasukkan
kedalam sekoci, dan kemudian. Lalu lampu-lampu pada sekoci dipasang dan di
nyalakan
4. Setelah sekoci selesai diturunkan, tindakan selanjutnya melakukan kasi mati lampu
pada kapal sehingga gerombolan ikan (schooling) langsung beralih kepada lampu
yang ada pada sekoci lampu.
5. Setelah sekoci menjauh dari kapal purse seine maka nahkodah memerintakan abk
kapal untuk menarik jangkar kapal
6. Kemudian. Nahkoda memerintahkan kembali kepada masinis untuk menghidupkan
mesin kapal (main engine).
7. Tindakan seanjutnya kapal berolah gerak mengeilingi sekoci lampu dan menunggu
kode keberadaan ikan. (awak kapal yang berada pada sekoci lampu mengamati
gerombolan ikan naik keatas permukaan atau mendekati lampu pada skoci) tersebut
8. Jika gerombolan ikan (schooling) telah mendekati permukaan air atau naik keatas
mendekati lampu pada sekoci, awak sekoci atau tukang lampu langsung memberi
kode kepada nahkoda dengan cara berteriak pertanda penurunan jaring (setting)
sudah bisa dilakukan.
9. Setelah mendengar kode dari tukang lampu, nahkoda langsumg mengambil tindakan
untuk melakukan melingkari jaring (penurunan jaring/setting). Dan nahkoda
memerintahkan pada awak kapal untuk menjatuhkan jaring. dan nahkoda pun
mengolah gerakkan kapal melingkari jaring (olah gerak William son).
4.4.4 Houling (Penarikan Jaring)
Houling adalah dimana suatu proses kegiatan penarikan jaring setelah jaring
dilingkari. Proses penarikan jaring (houling) sebagai berikut:
1. Setelah selesai nahkoda melingkari jaring, semua awak kapal mengambil posisi
disebelah kanan lambung kapal secara ber-saff sampai keburitan ( pada bagian
buritan yang bertugas tarik pelampung). Kecuali awak kapal yang bertugas pada
bagian kapstan dan nahkoda. Awak kapal pada bagian kapstan bekerja mengatur
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Tempat Praktek Kerja Lapangan ( PKL)
Adapun lokasi Praktek Kerja Lapangan ( PKL) berlokasi di :
Adonara Timur bertepatan di Desa Terong ,Kec. Adonara Timur Kab.Flores
Timur,Dusun terong barat RT.001 RW001 NTT. Desa terong terletak di pulau adonara,
Kab. Flores Timur.desa ini berada di pingir pantai sehinga masyarakat yang ada di
sana sebagian besar mata pencariyannya sebagai nelayan sehinga di desa terong
banyak sekali kapal/perhu parah nelayan, untuk mencari ikan seperti, kapal Purse
seine,kapal mancing dll. Desa terong terdiri dari tiga dusun. Terong timur,terong
tengah,terong barat.
4.2 Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
1. Mencari tempat Praktek Kerja Lapangan (PKL)
2. Mengunduh format permohonan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di
fe.unesa.ac.id
3. Mengambil surat pengantar di fakultas
4. Menghubungi coordinator Praktek Kerja Lapangan (PKL) untuk pengurusan
dosen pembimbing.
5. Menyusun proposal dan konsultasi ke dosen pembimbing.
6. Mengirim surat pengantar dan proposal ke tempat Prakatek Kerja Lapangan
(PKL)
7. Proposal diterima
8. Mengambil dan menyampaikan surat balasan dari tempat Praktek Kerja
Lapangan (PKL) ke coordinator dan dosen pembimbing
9. Mengikuti pembekalan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
10. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
11. Menyusun laporan kemajuan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dengan
didampingi dosen pembibing.
12. Menyerahkan laporan Praktek Kerja Lapangan ke kordinator Praktek Kerja
Lapangan (PKL)
21
4.4 Pembahasan
Berdasarkan hasil dari tabel di atas menujukan bahwa hasil tangkapan kami
selama melakukan praktek kerja lapangan di kecamatan adonara kabupaten Flores
Timur Desa Terong pada KM.Tawakal berjumlah 40 bak ikan, dengan jenis ikan.
kombong ,lajang dll. Di lihat dari tabel di atas bahwah kami melakukan pengoperasian
hanya 16 hari di karenakan banyak nya kendala pada kapal , seperti mesin induk
rusak,jaring robek dll. Dilihat dari tabel diatas bahwa kami melakukan pengoperasian
hanya 14 hari dikarenakan banyak kendala pada kapal.
22
.Adapun kebiasaan kami dalam melakukan fishing trip. pukul 16:10 menuju
fishing base pukul 16: 25 naik kapal, pukul 16 :40 menuju fishing grond samapi pukul
17:20. pukul 18:00 lampu di nyakan pukul 22:00 lampu di matikan dan mulai
melakukan penangkapan ikan , dalam 1 malam biasanya kami melakukan penagkapan
ikan 2 kali yairtu pada pukul 22:00 dan pukul 04 :00 pukul 06: 00 kembali ke fishing
base.
4.4.1 Pengelolaan Hasil Tangkapan Pada Km Tawakal
Adapun pengelolaan hasil tangkapan ikan pada KM.Tawakal, ikan hasil
tangkapan lansung di over/jual pada kapal penges dan di jual di pelabuhan ikan
larangtuka serta sebagianya di bawah pulang untuk di konsumsi dan di jual ke pasar
Adonara/ waiwerang
4.4.2 Kapal
a. kapal
Kapal perikanan didefinisikan sebagai kapal atau perahu atau alat apung
lainnya yang digunakan untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan
termasuk melakukan survei atau eksplorasi perikanan. Kapal penangkap
ikan adalah kapal yang secara khusus dipergunakan untuk menangkap ikan
termasuk menampung, menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan.
Kapal pengangkut ikan adalah kapal yang secara khusus dipergunakan untuk
mengangkut ikan termasuk memuat, menampung menyimpan,
mendinginkan atau mengawetkan. Berdasarkan defenisi-definisi tersebut di
atas, maka dapat diketahui bahwa kapal ikan sangat beragam dari
kekhususan penggunaannya hingga ukurannya. Kapal-kapal ikan tersebut
terdiri dari kapal atau perahu berukuran kecil berupa perahu sampan (perahu
tanpa motor) yang digerakkan dengan tenaga dayung atau layar, perahu
motor tempel yang terbuat dari kayu hingga pada kapal ikan berukuran besar
yang terbuat dari kayu, fibre glass maupun besi baja dengan tenaga
penggerak mesin diesel. Jenis dan bentuk kapal ikan ini berbeda sesuai
dengan tujuan usaha, keadaan perairan, daerah penangkapan ikan (fishing
23
(Gambar 2. Kapstan)
b. Sekoci
Sekoci lampu yang merupakan kapal kecil yang menggunakan mesin temple
yang terdapat lampu-lampu warna hijau dan merah. Fungsi dari sekoci
lampu adalah untuk menarik perhatian gerombolan ikan pada sekoci dengan
25
dibantu oleh cahaya lampu dan rumpon kecil pada sekoci tersebut. Sehingga
kapal dapat melingkari jaring.
( Gambar 3. Sekoci)
c. Lampu
Lampu pada kapal adalah lampu yang paling utama dilakukan untuk menarik
perhatian ikan-ikan. Dimana cahaya yang pada lampu kapal akan
menghasilkan perangsang atau penarik perhatian gerombolan ikan
(schooling) yang bersifat phototaxis positif (tertarik pada cahaya) sehingga
gerombolan ikan akan berkumpul dibawah cahaya lampu.
(Gambar 4. Lampu)
d. Serok
Serok adalah sebuah alat bantu penangkapan yang terdapat pada kapal purse
seine yang berfungsi sebagai pengangkat hasil tangkapan ikan dari jaring ke
atas kapal. serok terbuat dari besi putih dan gagang serok terbuat dari kayu.
Mata jaring pada serok berukuran 1 Inch.
( Gambar 5. Serok)
26
Alat bantu pengumpul ikan berupa lampu digunakan pada waktu malam hari,
sedangkan rumpon digunakan pada waktu siang hari. Pengoperasian yang
lebih efektip dan efisien dengan menggunakan alat bantu pengumpul ikan
tersebut dengan cara mengkombinasikan pemanfaatan rumpon dan lampu
sekaligus.
4.4.5 Sejarah Perkembangan Purse Seine
Purse seine pertama kali dipatenkan atas nama Barent Velder dari Bergent,
Norwegia pada tanggal 12 Maret 1858, Tahun 1860 alat tangkap ini
diperkenalkan di seluruh Pantai Atlantik, Amerika Serikat terutama di
perairan Rhode Island. Alat tangkap ini umumnya digunakan untuk
menangkapn ikan menhaden (Brevortia Tyranus). Tahun 1870 bentuk purse
seine diperkenalkan di Negara Skandivaria. Selanjutnya dari Skandivaria
purse seine menjadi popular tahun 1880 di Norwegia, Swedia. Negara
Denmark dan Jerman mengenal alat tangkap purse seine pada Tahun 1913.
(Susanti dalam Hidayat, 2014).
Purse seine pertama kali di Indonesia diperkenalkan di pantai
utara Jawa oleh Balai Penelitian Perikanan Laut (BPPL) pada Tahun 1970,
kemudian diterapkan di Muncar dan berkembang pesat sampai sekarang. Pada
awal pengembangannya di Muncar sempat menimbulakan konflik sosial
antara nelayan tradisional nelayan pengusaha yang menggunakan purse seine.
Namun akhirnya dapat diterima juga. Purse seine ini memang potensial dan
produktivitas hasil tangkapannya tinggi. Dalam perkembangannya terus
mengalami penyempurnaan tidak hanya bentuk (kontruksi) tetapi juga bahan
dan perahu / kapal yang digunakan untuk usaha perikanannya. (fiqrin, 2010).
4.4.6 Sejarah Purse Seine di Indoneia
Purse seine, pertama kali diperkenalkan di pantai utara Jawa oleh BPPL
(LPPL) pada tahun 1970 dalam rangka kerjasama dengan pengusaha
perikanan di Batam (Bpk. Djajuri) dan berhasil dengan baik. Kemudian
diaplikasikan di Muncar (1973 / 1974) dan berkembang pesat sampai
sekarang. Pada awal pengembangannya di Muncar sempat menimbulakan
29
3. Kantong (Bunt)
Sebenarnya pukat cincin merupakan jaring yang berbentuk empat persegi
panjang dan tidak mempunyai kantong, tetapi pada jaring tersebut ada bagian
sebagai tempat mengumpulkan atau mengonsentrasikan ikan yang tertangkap.
Bagian ini merupakan bagian yang terpenting, pada beberapa tipe, terletak
ditengah-tengah atau pada bagian akhir (ujung). Pada bagian tersebut dibuat
sedemikian rupa sehingga mempunyai ukuran benang yang lebih tebal
dibandingkan bagian yang lain. Dibagian kantong harus menggunakan bahan
yang kuat. Hal ini disebabkan karena pada bagian kantong tempat akhir
terkumpulnya ikan tangkapan yang akan memberikan tekanan beban sehingga
membutuhkan jaring kantong digunakan bahan yang lebih kuat dan tahan.
Jaring kantong terbuat dari benang karet no.210 D/12 berwarna biru tua.
Ukuran mata jaring bagian kantong 1 Inch.
4.4.9 Tali-Temali
1. Tali Pelampung (Float Line)
Tali pelampung merupakan tali yang digunakan untuk mengikan atau
memasang pelampung pada alat tangkap purse seine. Tali pelampung terbuat
dari bahan polyethylene (PE).
6. Tali Kolor
Untuk mengumpulkan ring atau jaring bagian bawah pada waktu operasi
digunakan tali kolor yang ditarik setelah jaring dilingkarkan. Karena dengan
terkumpulnya ring maka bagian bawah jaring akan terkumpul pula menjadi
satu dan jaring akan berbentuk seperti kantong.
Ukuran tali kolor adalah merupakan ukuran yang terbesar di antara ukuran
tali-tali yang lain pada alat tangkap purse seine. Hal ini karena tali kolor
memerlukan kekuatan yang cukup besar bila dibandingkan dengan tali-tali
yang lain. Oleh karena itu, pada purse seine yang besar kadang-kadang
menggunakan tali kolor dari labrang (pintalan kawat baja).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Purse seine atau pukat cincin merupakan alat tangkap yang efektif untuk menangkap
ikan pelagis yang memiliki tingkah laku hidup berkelompok dalam
ukuran besar, baik di daerah perairan pantai maupun lepas pantai.
2. Pengoperasian purse seine dilakukan dengan melingkari gerombolan ikan
sehingga membentuk sebuah dinding besar yang selanjutnya jaring akan ditarik
dari bagian bawah membentuk seperti sebuah kolam.
3. Adapun hasil tangkapan yang didapat yaitu ikan bajara dan katombo dengan jumlah
yang banyak.
B. Saran
Agar perikanan di Indonesia bisa maju seperti perikanan yang khususnya perikanan
yang menggunakan alat tangkap purse seine harus mengembangkan kapal dan alat
bantu penangkapan yang digunakan. Karena dengan alat bantu penangkapan yang
canggih dan modern akan lebih memudahkan dalam melakukan penangkapan ikan
dan memperoleh hasil tangkapan yang maksimal. Dengan waktu penangkapan yang
singkat dan hasil tangkapan ikan yang melimpah, akan lebih menguntungkan
nelayan dan ikan lebih segar ketika akan diteruskan kepada konsumen atau
dikonsumsi oleh masyarakat.
38
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
(Gambar 13. Foto bersama anak SD ) (Gambar 14.foto bersama aparat desa )