Anda di halaman 1dari 21

TUGAS

MATA KULIAH TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN


MENENTUKAN ALAT TANGKAP BERDASARKAN
STATISTIK

Disusun Oleh:
Nama : Martin Mario Rosario Da Gama
Nim : 031200026

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN


UNIVERSITAS NUSA NIPA MAUMERE
2022

BAB I

I.I Latar belakang

Indonesia memiliki sekitar 17.000 pulau, dikenal sebagai Negara


kepulauan terbesar di dunia selain itu Indonesia juga merupakan negara
maritime karena 75% dari wilayah Indonesia (5,8 juta km2) merupakan laut
penetapan kawasan konservasi perairan sebesar 800 ribu hektar (Ha) dan
menargetkan luas kawasan konservasi perairan menjadi 24,6 juta Ha letak
Indonesia juga sangat strategis, yaitu berada sekitar garis khatulistiwa dan
diantara dua samudera yakni Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, Oleh
sebab itu di Indonesia memiliki kekayaan dan keragaman hayati laut yang
tertinggi atau mega diversity di dunia dengan potensi sumber daya kelautan
dan perikanan tidak mengherankan jika banyak penduduk Indonesia yang
mempunyai mata pencaharian berkaitan dengan kelautan berdasarkan mata
pencahariannya salah satu bentuk keluarga di Indonesia adalah keluarga
nelayan, yaitu keluarga yang kehidupannya didukung oleh usaha perikanan
laut Sebagai negara maritim sebagian besar penduduk pesisir di Indonesia
beberapa Negara di dunia mulai mengembangkan teknologi dalam menangkap
ikan modernisasi alat tangkap ikan dimaksudkan untuk mengoptimalkan
aktivitas penangkapan, Negara di benua Eropa, seperti Polandia, Belanda,
Inggris, Swedia, Perancis merupakan negara yang telah maju dalam aktivitas
penangkapan. Sedangkan di Asia, salah satunya adalah Jepang merupakan
negara yang sangat maju di bidang penangkapan ikan. menurut klasifikasi atau
penggolongan alat penangkapan ikan dunia yang distandarisasi oleh
Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) Food and Agriculture
Organization berada di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

BAB II
BAB III

III.I.a RUMPON
Sejarah Penggunaan rumpon tradisional di Indonesia banyak ditemukan di
daerah Mamuju (Sulawesi Setatan) dan Jawa Timur. Menurut Monintja (1993)
rumpon banyak digunakan di Indonesia pada tahun 1980, sedangkan Negara yang
sudah mengoperasikan rumpon diantaranya Jepang, Philipina, Srilanka, Papua
Nugini dan Australia.
Rumpon adalah salah satu jenis alat bantu penangkapan ikan yang dipasang
dilaut, baik laut dangkal maupun laut dalam. Pemasangan tersebut dimaksudkan
untuk menarik gerombolan ikan agar berkumpul disekitar rumpon, sehingga ikan
mudah untuk ditangkap.

a.Terdapat 3 jenis rumpon, yaitu:

1. Rumpon Perairan Dasar adalah alat bantu penangkapan ikan yang dipasang
dan ditempatkan pada dasar perairan laut.
2. Rumpon Perairan Dangkal adalah alat bantu penangkapan ikan yang
dipasang dan ditempatkan pada perairan laut dengan kedalaman sampai
dengan 200 meter.
3. Rumpon Perairan Dalam adalah alat bantu penangkapan ikan yang dipasang
dan ditempatkan pada perairan laut dengan kedalaman diatas 200 meter.

b.Beberapa alasan mengapa ikan sering ditemukan disekitar rumpon:

Banyak ikan- ikan kecil dan plankton yang berkumpul disekitar rumpon dimana
ikan dan plankton tersebut merupakan sumber makanan bagi ikan besar.
Ada beberapa jenis ikan seperti tuna dan cakalang yang menjadikan rumpon
sebagai tempat untuk bermain sehingga nelayan dapat dengan mudah untuk
menangkapnya.
Nelayan dapat mengetahui banyak ikan di daerah rumpon dengan beberapa ciri
yang khas yaitu:
Banyaknya buih-buih atau gelembung udara dipermukaan air. warna air akan
terlihat lebih gelap dibandingkan dengan warna air disekitarnya karena banyak ikan
yang bergerombol.
Gambar rumpon
III.I.b Pole and Line/ Huhate

Sejarah menyatakan penangkapan ikan cakalang dengan alat tangkap huhate


berkembang di jepang sejak tahun 1919, kemudian di kenal pula di California,
Amerika, dimana Data menggunakan. Pada tahun1950, sekitar 70% dari seluruh
penangkapan ikan di Amerika, dihasilkan oleh Pole and Line, sedangkan di jepang,
tahun 1954-1958 hampir 100% hasi tangkapan menggunakan Pole and line.
di Indonesia huhate pada umumnya dioperasikan di kawasan perairan Indonesia
tengah dan timur. Di kawasan perairan Indonesia barat, pancing huhate jarang
digunakan oleh para nelayan
pada prinsipnya alat tangkap pole and line terdiri dari tiga bagian yakni :
1. tangkai pancing (pole).
2. tali pancing (line).
3. dan mata pancing (hookless).

Gambar alat pancing Pole and Line


Penangkapan dengan huhate menggunakan umpan berupa ikan-ikan kecil
yang disukai oleh cakalang umpan yang digunakan adalah umpan hidup. Oleh
karena itu, kapal huhate selalu dilengkapi dengan palka ikan hidup untuk
mempertahankan umpan yang diangkut tetap hidup smapai di fishing ground. namun
uniknya, pada saat huhate dioperasikan, umpan tidak dipasang pada pancing.
umpan hidup ditaburkan ke laut untuk menahan gerombolan ikan cakalang tetap
berada disekitar kapal penangkap sehingga gerombolan cakalang sibuk memakan
umpan yang diberikan. gerombolan ikan harus dipertahankan sedekat mungkin
dengan kapal sehingga dapat dengan mudah ditangkap dengan kapal pole and line
ini harus dilengkapi sistem semprotan air ( water splinkers system ) yang
dihubungkan dengan suatu pompa untuk membuat hujan buatan kapal ukuran 20
GT dengan kekuatan 40-60 HP. kapal pole and line adalah kapal dengan bentuk
yang stream line dan mempunyai olah gerak kapal yang lincah dan tergolong kapal
yang mempunyai kecepatan service sedang yaitu diatas 10 knot dan gerakan
stabilitas untuk pengoperasian alat tangkap pole and line ini dibutuhkan tenaga
anak buah kapal (ABK) berjumlah 22-26 orang, dengan ketentuan sebagai berikut :
1. 1 orang sebagai kapten.
2. 1-2 orang motoris bagian mesin
3. 1-2 orang pelempar umpan.
4. 1 orang sebagai koki.
5. dan sisanya sebagai pemancing atau di sesuaikan dengan Kru kapal

Gamabar kapal Pole and Line


Daerah tangkapan yaitu:
Daerah penangkapan ikan cakalang yang terkenal ialah perairan Maluku di sekitar
pulau Buru, pulau Seram, pulau Ternate dan di laut Banda sampai sekitar kepulauan
Tanimbar dan Aru dan wilayah kepulauan Sulawesi dan wilayah laut NTT
Jenis Tangkapan yaitu:
Ikan yang menjadi target tangkapan huhate adalah ikan pelagis besar, yaitu
cakalang

III.I.c Mengenal Alat Tangkap Ikan Jenis Purse Sein dan sejarah nya
Purse seine pertama kali dipatenkan atas nama Barent Velder dari Bergent,
Norwegia pada tanggal 12 Maret 1858. Tahun 1860 alat tangkap ini diperkenalkan di
seluruh Pantai Atlantik, Amerika Serikat terutama di perairan Rhode Island. alat ini
umumnya digunakan untuk menangkap ikan menhaden (Brevoortia tyranus). Tahun
1870 bentuk purse seine diperkenalkan di Negara Skandivaria. Selanjutnya dari
Skandivaria purse seine menjadi popular tahun 1880 di Norwegia, Swedia. Negara
Denmark dan Jerman mengenal alat tangkap purse seine pada tahun 1913. Purse
seine pertama kali di Indonesia diperkenalkan di pantai utara Jawa oleh Balai
Penelitian Perikanan Laut (BPPL) pada tahun 1970, kemudian diterapkan di Muncar
dan berkembang pesat sampai sekarang (Susanti dalam Hidayat, 2004).

III.I.d Unit Penangkapan Purse Seine


Dari jaring (panjang dan lebar) yang dipergunakan. Jika ikan-ikan belum
terkumpul pada suatu catchabel area, dan ikan-ikan masih berada diluar
kemampuan tangkap jaring, maka haruslah diusahakan agar ikan-ikan itu datang
berkumpul ke suatu catchabel area. Hal ini dapat ditempuh misalnya dengan
penggunaan cahaya, rumpon dan lain sebagainya.
Gambar jaring purse seine dapat dilihat pada gambar
a.Purse seine dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
1. Purse seine tipe Amerika dengan kapal tunggal
2. Purse seine tipe Jepang dengan kapal tunggal
3. Purse seine tipe Jepang dengan kapal ganda

b.Berdasarkan waktu operasi :


1. Siang hari
2. Malam hari

c.Secara garis besar jaring purse seine terdiri atas :


1. Kantong (bag) : bagian jaring tempat berkumpulnya ikan hasil tangkapan pada
proses pengambilan ikan (brailing)
2. Tali pelampung (floating line) : tali tempat menempelnya pelampung
3. Wing (tubuh jaring) : bagian keseluruhan jaring purse seine
4. Tali pemberat (sinker line) : tali tempat menempelnya pemberat
5. Purse line : tali yang bergerak bebas melalui ring
6. Ring (cincin) : cincin tempat bergeraknya purse line
7. Bridle ring : tali pengikat cincin.

d.Jenis-jenis tangkapan
Ikan yang tertangkap dengan alat penangkapan purse seine adalah jenis-jenis
ikan pelagis kecil yang hidupnya bergerombol antara lain Layang, Selar, Lemuru,
Kembung,Tongkol, dan Tembang. Ikan tersebut tertangkap oleh purse seine karena
gerombolan ikan tersebut dikurung oleh jaring yang telah membentuk kantong.

III.I.e GILLNET/ JARING INSANG

a. Persiapan Alat
Sebelum operasi dimulai semua peralatan dan perbekalan harus dipersiapkan
dengan teliti. Jaring harus disusun di atas kapal dengan memisahkan antara
pemberat dan pelampung supaya mudah menurunkannya dan tidak kusut.
penyusunan gill net di atas kapal penangkpan ikan disesuaikan dengan susunan
peralatan di atas kapal atau tipe kapal yang dipergunakan. Sehingga dengan
demikian gill net dapat disusun di atas kapal pada :
1. buritan kapal
2. samping kiri kapal
3. samping kanan kapal

b.Waktu Penangkapan
Penangkapan ikan denan menggunakan alat tangkap gill net umumnya
dilakukan pada waktu malam hari terutama pada saat gelap bulan dalam satu
malam bila bulan elap penuh operasi penangkapan aatau penurunan alat dapat
dilakukan sampai dua kali karena dalam sekali penurunan alat, gill net didiamkan
terpasang dalam perairan sampai kira-kira selam 3-5 jam.

c.Daerah Penangkapan (Fishing Ground)


Setelah semua peralatan tersusun rapi maka kapal dapat dilayarkan menuju
ke daerah penangkapan (fishing ground). Syarat-syarat daerah penangkapan yang
baik untuk penangkapan ikan dengan menggunakan gill net adalah :

1. bukan daerah alur pelayaran umum dan


2. arus arahnya beraturan dan paling kuat sekitar 4 knots
3. dasar perairan tidak berkarang

d.Penurunan Alat
Bila kapal telah sampai di daerah penangkapan, segera persiapan alat
dimulai.
mula-mula posisi kapal ditempatkan sedemikian rupa agar arah angin datangnya
dari tempat penurunan alat setelah kedudukan/ posisi kapal sesuai dengan yang
dikehendaki, jaring dapat diturunkan. Penurunan jaring dimulai dari penurunan
jangkar, pelampung tanda ujung jaring atau lampu, kemudian tali slambar depan,
lalu jaring, tali slambar pada ujung akhir jaring atau tali slambar belakang, dan
terakhir pelampung tanda.
pada saat penurunan jaring, yang harus diperhatikan adalah arah arus laut.
Karena kedudukan jaring yang paling baik adalah memotong arus antara 450 - 900
Penarikan Alat dan Pengambilan Ikan,Setelah jaring dibiarkan di dalam perairan
sekitar 3-5 jam, jaring dapat diangkat (dinaikkan) ke atas kapal untuk diambil
ikannya. dila hasil penangkapan baik, jaring dapat didiamkan selama kira-kira 3 jam
sedangkan bila hasil penangkapan sangat kuran jaring dapat lebih lama didiamkan
di dalam perairan yaitu sekitar 5 jam. Bila lebih lama dari 5 jam akan mengakibatkan
ikan-ikan yang tertangkap sudah mulai membusuk atau kadang-kadang dimakan
oleh ikan lain yang lebih besar.
Urutan pengangkatan alat ini adalah merupakan kebalikan dari urutan
penurunan alat yaitu dimulai dari pelampung tanda, tali selambar belakang, baru
jaring, tali slambar muka dan terakhir pelampung tanda.
Apabila ada ikan yang tertangkap, lepaskan ikan tersebut dari jaring dengan
hati-hati agar ikan tidak sampai terluka. Untuk hal tersebut bila perlu dengan cara
memotong satu atau dua kaki (bar) pada mata jaring agar ikan dilepas tidak sampai
luka/ rusak.

Gambar alat tangkap gillnet

III.I.f Troll line

Pancing adalah alat penangkap ikan yang terdiri dari tali dan mata pancing.
Umumnya pada mata pancing dipasang umpan, baik umpan buatan maupun umpan
alami yang berguna untuk menarik perhatian ikan dan binatang air lainnya
Pancing tonda sendiri dapat diartikan sebagai Pancing yang umumnya tanpa
pemberat dan dipasang disekitar permukaan air dan ditarik oleh kapal pancing tonda
adalah pancing yang diberi tali panjang dan ditarik oleh perahu atau kapal. Pancing
diberi umpan segar atau umpan palsu yang karena pengaruh tarikan, bergerak di
dalam air sehingga merangsang ikan buas menyambarnya Konstruksi pancing tonda
terdiri dari mata pancing (hook), tali pancing, rol penggulung, kili-kili dan umpan
buatan umpan buatan atau ikan mentah yang di letakan di belakang kapal yang
bergerak. umpan atau pemikat di rancang dengan warna yang terang atau
menyerupai ikan umpan sehingga menarik ikan pemangsa untuk menyambarnya
Alat tangkap ini ditujukan untuk menangkap jenis-jenis ikan pelagis

Gambar cara pengoprasian

Gambar mata pancing

a. Mata Pancing (Hook)


Mata Pancing (Hook) terbuat dari bahan baja (galvanis). Mata Pancing (Hook)
terdapat tiga mata kail atau disebut mata pancing jangkar. Mata pancing ini
merupakan tipe pancing berkait balik. Nama mata pancing ini disebut Treble
Straight. Ukuran mata pancing yang digunakan adalah nomor 7 hingga 9
(penomoran menurut Norwegia/Amerika).
b. Tali Pancing
Tali pada pancing tonda terdiri dari tali utama (Main Line), tali cabang (Branch
Line). Tali utama yang digunakan adalah ukuran nomor 500 dengan panjang 20 - 25
m. Sedangkan untuk branch line memiliki ukuran nomor 200 - 300 dengan panjang 8
- 10 m. Tali pancing terbuat dari benang senar (PA. Monofilamen).
c. Kili-kili (Swivel)
Kili-kili yang dipakai adalah jenis biasa (terbuat dari baja) dan ukurannya
kurang lebih 4 cm. Tipe swivel adalah jenis Borrel swivel.
d. Rol Penggulung Tali Pancing
Rol penggulung yang digunakan dalam pancing tonda terbuat dari kayu.
Fungsi rol penggulung adalah untuk menggulung benang senar yang digunakan
untuk tali pancing. Dengan penggulung ini tali pancing menjadi rapi dan tidak mudah
terpuntal, setelah melakukan setting maupun setelah hauling.
e. Umpan
Umpan pada pancing tonda terbuat dari bahan kain sutra atau kain warna,
pipa katembat dan benang jahit. Benang sutra atau kain warna yang paling banyak
digunakan sebagai umpan berwarna merah (panjang 10 - 12 cm) dan perak
(panjang 5 - 7 cm). Pipa katembat memiliki panjang kurang lebih 0,4 - 0,5 cm
digunakan untuk menempelkan benang sutra dengan bantuan benang jahit. Selain
untuk melekatkan benang-benang juga berfungsi untuk menempatkan umpan
berada diatas mata pancing saat operasi, yaitu dengan cara memasukkan benang
senar kedalam lubang pipa katembat sebelum benang senar terpasang pada mata
pancing (Hook).Pancing tonda ini bukanlah hal yang baru bagi nelayan di indonesia.
f.Kelebihannya dan Kelemahan :
Ikan yang tertangkap seekor demi seekor, sehingga kesegarannya dapat
terjamin.Sedangkan kekurangan dari alat pancing tonda adalah Jumlah hasil
tangkapan lebih sedikit dibandingkan alat tangkap yang lain Keahlian perseorangan
sangatlah berpengaruh pada penentuan tempat, waktu dan syarat-syarat lain.
g.Jenis umpan ikan hidup yaitu :
jenis umpan alami yang biasa di gunakan adalah layang (Decapterus sp),
kembung bandeng (Chanos chanos ), belanak (Mugil sp), lemuru (sardinella
longiceps) dan tembang (sardinella fimbriata). Sifat umpan alami memiliki banyak
kekurangan, sehingga para nelayan pancing tonda kelemahanya mudah rusak dan
sekali pake.
Pancing tonda umunya dioperasikan dengan kapal kecil, jumlah nelayan yang
mengoperasikannya sebanyak 4-6 orang yang terdiri dari :
1. nahkoda merangkap fishing master 1 orang
2. juru mesin dan 2-4 orang
3. ABK yang masing-masing 2-3 0rang dengan funsi ganda
4. panjang perahu berkisar antara 5-20 meter
5. Kapal untuk menangkap ikan pelagis jenis ikan umpan, kecepatan menonda
harus lambat (1-3 knot). Waktu penangkapan
h.Jenis tangkapan yaitu :
Hasil tangkapan utama untuk tonda perairan permukaan yaitu
tongkol,cakalang, tenggiri,tuna mudah, madidihang, setuhuk, alu-alu, sunglir,
beberapa jenis kwe. Hasil tangkapan lapisan dalam terutama berupa cumi-cumi,
sedangkan untuk lapisan dasar terutama manyung, pari, cucut, gulamah, senangin,
kerapu, dan lain lain.
III.I.g Elektrical Fishing
Penangkapan ikan dengan menggunakan alat setrum sudah lama dikenal di
masyarakat. cara menggunakannya hanya dengan memasukkan aliran listrik bolak-
balik ke dalam air melalui ujung dua batang besi yang berfungsi sebagai anoda dan
katoda.
a.Keunggullannya yaitu :
Keunggulan menggunakan alat setrum dalam menangkap ikan adalah
penyetruman dapat dilakukan pada tempat yang sulit dijangkau oleh jenis alat
tangkap ikan lainnya seperti genangan air yang tertutupi tanaman, pinggiran sungai
dan daerah persawahan dan parit.
b.Lokasi penangkapannya :
Penyetruman biasanya dilakukan di perairan seperti sungai, rawa, dan sawah.
sasarannya berupa ikan papuyu (ikan betok), ikan gabus, ikan sepat biasa, ikan
sepat siam, belut dan ikan saluang. Ikan yang sudah ditangkap umumnya memiliki
ukuran yang beragam dan udang air tawar.
c.Cara penggunaanya :
Menggunakan alat setrum dengan cara mengalirkan listrik melalui aki (accu).
pelarangan menggunakan alat setrum dalam menangkap ikan tegangan listrik yang
digunakan untuk melumpuhkan ikan memang tidak tinggi dan hanya membuat ikan
pingsan namun aliran listrik ini juga dapat mematikan hewan kecil yang ada di
sekitarnya.
d.Dampak Negatifnya :
Membahayakan ekosistem, lingkungan dan manusia Selain itu, telur ikan dan
anak-anak ikan juga bisa ikut mati karena terkena setrum. Matinya telur ikan, anak-
anak ikan, dan hewan-hewan kecil yang hidup di sekitarnya memiliki potensi untuk
merusak ekosistem air tersebut manusia yang menangkap ikan menggunakan alat
setrum beresiko tersengat aliran listrik dari alatnya sendiri.
Gambar penangkapan ikan dan resikonya

III.I.h Pancing Long Line

Pancing long line/ rawai adalah salah satu bentuk alat penangkap ikan yang
sangat dikenal masyarakat nelayan di Indonesia bahkan dunia. oleh sebagian
nelayan dipantai selatan P. Jawa, pancing ini dikenal dengan sebutan “Pancing
Rawe“. dari bentuk dan cara operasionalnya, pancing rawai ini lazim digunakan
dalam usaha penangkapan ikan skala menengah (medium scale fishery) dan skala
besar (large scale dishery). namun kenyataan di lapangan menunjukkan, banyak
nelayan kecil juga turut mengoperasikannya meski dalam bentuk yang berbeda/lebih
kecil.
Secara fisik, satu unit/rangkaian pancing rawai terdiri atas :
Tali utama (main line) yang panjangnya dapat mencapai ribuan meter.
Kemudian pada jarak tertentu, secara berderet pada tali utama itu digantungkan tali
cabang (branch line) dengan panjang tertentu, yang pada tiap ujungnya telah diberi
mata kail. Lalu pada titik-titik tertentu dari ujung hingga kepangkal diberi pelampung
dan pemberat.
Selanjutnya, pengoperasian pancing ini dilakukan dengan menggunakan
kapal yang telah dilengkapi dengan peralatan mekanis, yang berfungsi untuk
menurunkan dan menaikkan pancing rawai keatas kapal (Haulling), serta dilengkapi
alat pendingin untuk menyimpan hasil tangkapan dipalkanya.
Pancing rawai dapat dioperasikan siang dan malam sepanjang tahun tanpa
mengenal musim caranya dengan dilabuh, dihanyutkan atau ditarik /ditonda
dibelakang kapal, dengan menyusuri lapisan permukan air, lapisan tengah/dalam
maupun dasar perairan, sesuai dengan sasaran yang akan dicapai.
Hasil tangkapan yang didapat pada tiap jenis pancing rawai tidak terbatas
hanya pada satu jenis ikan saja, tapi bisa bermacam-macam ikan seperti : Manyung,
Layur, Pari dan cucut, dan sebagainya.
Di Indonesia dikenal ada beberapajenis pancing rawai yang sering
dioperasikan oleh nelayan, seperti : Rawai cucut, Rawai tegak lurus dan lain
sebagainya.
Bahan :
1. ML (Main Line) : Senar Monofilament
2. BL (Branch Line) : Senar Monofilament
3. Jangkar Pemberat : Baja Tahan Karat/ Timah
4. Pelampung : Resin
Ukuran dan jumlah :
1. ML (Main Line) : MF No.150/6000
2. BL (Branch Line) : MF No. 90/1500
3. Tali Pelampung : PE 4 mm
4. Mata Pancing (Hook) : No. 5
5. Panjang tali ML : > 1000 m
6. Panjang tali antar BL : 2 – 4.5
7. Jumlah mata pancing (hook) : 300 biji

Gambar Spesifikasi Pancing Rawai long line

III.I.i Alat Tangkap Traps /Sero

Sero adalah perangkap yang biasanya terdiri dari susunan pagar-pagar yang akan
menuntun ikan-ikan menuju perangkap. Sero juga disebut banjang, bila, belat, seroh,
kelong.
a.Konstruksi
Pada prinsipnya alat tangkap ini terdiri 4 bagian penting yang masing-masing disebut :
penajo (main fence), sayap (wing), badan (body), dan bunuhan (crib).Badan tersebut terdiri
dari kamar-kamar (chamber). banyaknya kamar-kamar bervariasi, tergantung dari ukuran
sero. Untuk sero kecil umumnya terdiri 1-2 kamar, untuk ukuran sedang 3 kamar dan untuk
sero besar 4 kamar.
Penajo ada yang menyebutnya lidah (Air tembaga, Muna-Buton), pani tengah
(Sulawesi Tengah) dan terakhir ada yang menyebut kaki. Panjang penajo bervariasi,
tergantung besar kecilnya sero. Untuk sero berukuran besar panjang penajo dapat
mencapai antara 300-500 meter. Bagian penajo yang dekat dengan badan sero ± 1 / 4
sampai 1/3 dipasang kere-kere dari bambu.
Kamar-kamar sero tersebut pada bagian depannya dipasang pintu-pintu dari kere
bambu yang mudah ditutup dan dibuka pada waktu operasi penangkapan.
Di samping bagian-bagian yang disebut penajo, sayap kiri/kanan dan bunuhan masih
ada kelengkapan lain yang disebut sisir/ pengiring/pengangsan, sibu-sibu (scoop net).
b.Metode pengoperasian :
Fungsi penajo sangat penting dibanding kedua sayap/ kaki lainnya, sebab ia
merupakan suatu penghalang (penghalau) perjalanan ikan. sifat ikan umumnya berenang
menelusuri pantai dan bila berpapasan dengan penajo ia cenderung akan membelok dan
berenang menelusuri penajo ke arah tempat yang lebih dalam dan akhirnya terperangkap
masuk ke kamar-kamar sero dan terakhir sampai ke bagian bunuhan (crib) dan
terperangkaplah. untuk sero yang dipergunakan di pulau-pulau, pemasangan penajo tidak
diletakkan secara tegak lurus dengan pantai tetapi justru sejajar dengan pantai.
Bagian sayap atau kaki yang juga disebut pane atau pani (Sulsel/Sultra), loho
(Madura), bibis (Jawa, Jakarta) berfungsi sebagai penghaiang atau tepatnya berfungsi untuk
mempercepat jalannya ikan masuk ke dalam badan atau kamar-kamar sero.

Sisir berfungsi membantu, menggiring ikan-ikan dan kamar terdepan ke kamar


dibelakangnya sampai bunuhan mati dan akhirnya pengambilan ikan dilakukan dengan jalan
menyerok memakai sibu-sibu (serok) dengan cara menyelam atau dari atas permukaan air
dengan menggunakan serok bertangkai panjang.
c.Daerah penangkapan :
Pemasangan sero dapat dilakukan di tempat- tempat yang relatif dangkal artinya pada
waktu air pasang tergenang air, sedang waktu surut tidak tergenang air dan dalam
kesempatan ini sekaligus digunakan untuk mengambil hasil tangkapannya hal ini hanya
terjadi untuk sero untuk ukuran kecil atau biasa disebut sero kering sedangkan untuk sero
ukuran sedang lebih-Iebih ukuran besar pemasangannya dapat dilakukan sampai
kedalaman antara 10-15 m
Hasil penangkapan sero terutama adalah ikan pantai, tetapi sering juga tertangkap
ikan-ikan layaran, atau jenis ikan besar lainnya. untuk daerah-daerah tertentu sero justru
untuk menangkap ikan kembung Musim penangkapan : Musim penangkapan dari sero ini
sepanjang tahun.
d.Pemeliharaan alat :
Pemeliharaan alat tangkap sebaiknya setelah alat dipakai dicuci dengan air tawar,
bagian yang rusak diperbaiki, dikeringkan di tempat yang tidak kena sinar matahari secara
langsung dan disimpan ditempat yang bersih.
Gambar alat tagkap sero

III.i.j Alat Tangkap fishing lamp


Menangkap ikan, adalah kegiatan perburuan seperti halnya menangkap
harimau, babi hutan atau hewan-hewan liar lainnya di hutan karena sifatnya
memburu, menjadikan kegiatan penangkapan ikan mengandung ketidakpastian
yang tinggi. untuk mengurangi ketidakpastian hasil tangkapan ikan tersebut, nelayan
sudah sejak lama menggunakan sarana “cahaya” sebagai alat bantu penangkapan
ikan di Negara Jepang Tahun 1900 penggunaan jenis-jenis cahaya pemikat ikan
(fishing lamp)
1. Norwegia Tahun 1930
2. Uni Soviet Tahun 1948
3. Indonesia Tahun 1950
Sekarang ini, nelayan-nelayan di berbagai belahan dunia menggunakan
cahaya lampu obor sebagai alat bantu penangkapan ikan. Pada awalnya
penggunaan lampu sebagai alat bantu penangkapan ikan hanya terbatas pada
perikanan tradisional yang terletak di pantai saja, seperti perikanan pukat pantai,
sero, dan beberapa alat tangkap bagan lainnya namun, seiring dengan
berkembangnya kegiatan perikanan tradisional menjadi industri, pemanfaatan
cahaya sebagai alat bantu berkembang luas untuk membantu penangkapan ikan
pada perikanan yaitu :
a. bagan, stick held deep nets, Purse Seine, Payang,Gill Net Lingkar, Lift
Net,trap/sero, Pancing.
Penggunaan cahaya listrik dalam kegiatan penangkapan ikan pertama kali
dikembangkan di Jepang sekitar tahun 1900, kemudian selanjutnya berkembang ke
berbagai belahan dunia. Indonesia sendiri, penggunaan lampu sebagai alat bantu
penangkapan ikan tidak diketahui dengan pasti diduga, perikanan dengan alat bantu
lampu berkembang dari bagian timur perairan Indonesia dan menyebar ke bagian
barat Indonesia.
b. Cahaya sebagai alat bantu penangkapan ikan

c. Pemanfaatan cahaya
Pemanfaatan cahaya untuk alat bantu penangkapan ikan dilakukan dengan
memanfaatkan sifat fisik dari cahaya buatan itu sendiri masuknya cahaya ke dalam
air, sangat erat hubungannya dengan panjang gelombang yang dipancarkan oleh
cahaya tersebut semakin besar panjang gelombangnya maka semakin kecil daya
tembusnya kedalam perairan.
Dengan sifat-sifat fisik yang dimiliki oleh cahaya dan kecenderungan tingkah
laku ikan dalam merespon adanya cahaya, nelayan kemudian menciptakan cahaya
buatan untuk mengelabuhi ikan sehingga melakukan tingkah laku tertentu untuk
memudahkan dalam operasi penangkapan ikan. tingkah laku ikan kaitannya dalam
merespon sumber cahaya yang sering dimanfaatkan oleh nelayan adalah
kecenderungan ikan untuk berkumpul di sekitar sumber cahaya.

Alat tangkap pancing hand line merupakan alat pancing уаng sangat sederhana.
Pancing іnі terdiri dаrі pancing, tali pancing, dan umpan. Jumlah mata pancingnya
satu buah dараt јugа lebih. Pancing іnі dalam pengoperasiannya dараt
menggunakan umpan alami maupun buatan. Pada ukuran pancing disesuaikan
dеngаn besarnya ikan уаng аkаn ditangkap.
Alat Tangkap Pancing Ulur (hand line) – Pancing ulur (hand line) memiliki struktur
serta cara operasi yg paling sederhana. struktur alat terdiri atas tali pancing (lines),
pancing (hook), serta umpan (bait). berukuran mata pancing serta besarnya tali
disesuaikan dengan besarnya ikan yg menjadi tujuan penangkapan. Jenis tali yang
biasa dipergunakan adalah tali monofilament dengan diameter yg beraneka ragam
menurut jenis ikan. panjang tali diubah disesuaikan dengan kedalaman renang
(swimming layer) ikan tujuan penangkapan. Indera tangkap ini dilengkapi dengan
pemberat yang terbuat dari timah. perahu yang digunakan ukuran mungil, terbuat
asal kayu atau fiber, kadang menggunakan mesin atau layar. Cara operasi pancing
tangan sangat sederhana, yaitu tali diulurkan kedalam perairan sampai kedalaman
eksklusif, yaitu kedalaman yang diperkirakan menjadi kedalaman renang ikan tujuan
penangkapan. selanjutnya ikan memakan umpan yg ditandai menggunakan adanya
sentakan-sentakan mungil pada tali pancing, tali pancing dihentakkan buat
membentuk mata pancing terkait pada bagian lisan ikan, tali pancing ditarik dan
ikan akan tertangkap. Hasil tangkapan pancing tangan hand line bervariasi
tergantung ukuran mata pancing, namun biasanya ikan yg termasuk kedalam
gerombolan karnivora (pemakan daging) mirip cakalang, tongkol, tuna, kerapu, dan
sebagainya.

Metode Penangkapan Pancing Hand Line


Proses penangkapan dеngаn menggunakan pancing ulur memiliki beberapa
tahapan yaitu, persiapan, mencari umpan, proses penangkapan ikan tenggiri, dan
kembali dаrі fishing ground menuju tempat pendaratan ikan. Metode pengoperasian
pada pancing hand line umumnya ѕаmа dengan metode pada pengoperasian pada
alat tangkap lainnya. Sеtеlаh ѕеmuа persiapan selesai telah selesai dan telah tiba
pada suatu fishing ground уаng telah ditentukan. Setting diawali dеngаn penurunan
pelampung bendera dan penebaran tali utama, selanjutnya dеngаn penebaran
pancing уаng telah dipasang umpan.
Rata-rata waktu уаng digunakan untuk melepas pancing 0,6 menit/pancing.
Pembuang atau Pelepasan pancing hand line dilakukan mеnurut garis yang
menyerong atau tegak lurus pada arus. Sedangkan Penarikan alat tangkap pancing
dilakukan јіkа telah berada dalam air selama 1-6 jam. Penarikan dilakukan dengan
menggunakan line hauler atau juga bisa dengan cara ditarik menggunakan tangan
biasa (manual). Operasi penangkapan pancing ulur ini dilakukan pada malam hari
dan tahap persiapan dimulai sejak siang hari sampai sore hari. Nelayan berangkat
pukul 16.00 WIB dan kembali kepelabuhan pada pukul 06.00 atau pukul 10.00 WIB.
DAFTAR PUSTAKA

International Standard Statistical Classification of Fisshing Gear (ISSCFG)


PERMEN-KP No. 71 Tahun 2016
Sahrhange and Lundbeck, 1991
Nainggolan, 2007
(https://databoks.katadata.co.id/ datapublish/2016/10/18/profesi-nelayan-berkurang-
45-persen-dalam-10-tahun/ diakses 8 Mei 2018).
Rilus A. Kinseng, 2007:87
Balai Besar Perikanan Laut
United Nation Group of Expert on Geographical Names (UNGEGN) tahun 2022.12
Sep 2021
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (Ditjen PRL) pada tahun 2021

Anda mungkin juga menyukai