Disusun Oleh:
Nama : Martin Mario Rosario Da Gama
Nim : 031200026
BAB I
BAB II
BAB III
III.I.a RUMPON
Sejarah Penggunaan rumpon tradisional di Indonesia banyak ditemukan di
daerah Mamuju (Sulawesi Setatan) dan Jawa Timur. Menurut Monintja (1993)
rumpon banyak digunakan di Indonesia pada tahun 1980, sedangkan Negara yang
sudah mengoperasikan rumpon diantaranya Jepang, Philipina, Srilanka, Papua
Nugini dan Australia.
Rumpon adalah salah satu jenis alat bantu penangkapan ikan yang dipasang
dilaut, baik laut dangkal maupun laut dalam. Pemasangan tersebut dimaksudkan
untuk menarik gerombolan ikan agar berkumpul disekitar rumpon, sehingga ikan
mudah untuk ditangkap.
1. Rumpon Perairan Dasar adalah alat bantu penangkapan ikan yang dipasang
dan ditempatkan pada dasar perairan laut.
2. Rumpon Perairan Dangkal adalah alat bantu penangkapan ikan yang
dipasang dan ditempatkan pada perairan laut dengan kedalaman sampai
dengan 200 meter.
3. Rumpon Perairan Dalam adalah alat bantu penangkapan ikan yang dipasang
dan ditempatkan pada perairan laut dengan kedalaman diatas 200 meter.
Banyak ikan- ikan kecil dan plankton yang berkumpul disekitar rumpon dimana
ikan dan plankton tersebut merupakan sumber makanan bagi ikan besar.
Ada beberapa jenis ikan seperti tuna dan cakalang yang menjadikan rumpon
sebagai tempat untuk bermain sehingga nelayan dapat dengan mudah untuk
menangkapnya.
Nelayan dapat mengetahui banyak ikan di daerah rumpon dengan beberapa ciri
yang khas yaitu:
Banyaknya buih-buih atau gelembung udara dipermukaan air. warna air akan
terlihat lebih gelap dibandingkan dengan warna air disekitarnya karena banyak ikan
yang bergerombol.
Gambar rumpon
III.I.b Pole and Line/ Huhate
III.I.c Mengenal Alat Tangkap Ikan Jenis Purse Sein dan sejarah nya
Purse seine pertama kali dipatenkan atas nama Barent Velder dari Bergent,
Norwegia pada tanggal 12 Maret 1858. Tahun 1860 alat tangkap ini diperkenalkan di
seluruh Pantai Atlantik, Amerika Serikat terutama di perairan Rhode Island. alat ini
umumnya digunakan untuk menangkap ikan menhaden (Brevoortia tyranus). Tahun
1870 bentuk purse seine diperkenalkan di Negara Skandivaria. Selanjutnya dari
Skandivaria purse seine menjadi popular tahun 1880 di Norwegia, Swedia. Negara
Denmark dan Jerman mengenal alat tangkap purse seine pada tahun 1913. Purse
seine pertama kali di Indonesia diperkenalkan di pantai utara Jawa oleh Balai
Penelitian Perikanan Laut (BPPL) pada tahun 1970, kemudian diterapkan di Muncar
dan berkembang pesat sampai sekarang (Susanti dalam Hidayat, 2004).
d.Jenis-jenis tangkapan
Ikan yang tertangkap dengan alat penangkapan purse seine adalah jenis-jenis
ikan pelagis kecil yang hidupnya bergerombol antara lain Layang, Selar, Lemuru,
Kembung,Tongkol, dan Tembang. Ikan tersebut tertangkap oleh purse seine karena
gerombolan ikan tersebut dikurung oleh jaring yang telah membentuk kantong.
a. Persiapan Alat
Sebelum operasi dimulai semua peralatan dan perbekalan harus dipersiapkan
dengan teliti. Jaring harus disusun di atas kapal dengan memisahkan antara
pemberat dan pelampung supaya mudah menurunkannya dan tidak kusut.
penyusunan gill net di atas kapal penangkpan ikan disesuaikan dengan susunan
peralatan di atas kapal atau tipe kapal yang dipergunakan. Sehingga dengan
demikian gill net dapat disusun di atas kapal pada :
1. buritan kapal
2. samping kiri kapal
3. samping kanan kapal
b.Waktu Penangkapan
Penangkapan ikan denan menggunakan alat tangkap gill net umumnya
dilakukan pada waktu malam hari terutama pada saat gelap bulan dalam satu
malam bila bulan elap penuh operasi penangkapan aatau penurunan alat dapat
dilakukan sampai dua kali karena dalam sekali penurunan alat, gill net didiamkan
terpasang dalam perairan sampai kira-kira selam 3-5 jam.
d.Penurunan Alat
Bila kapal telah sampai di daerah penangkapan, segera persiapan alat
dimulai.
mula-mula posisi kapal ditempatkan sedemikian rupa agar arah angin datangnya
dari tempat penurunan alat setelah kedudukan/ posisi kapal sesuai dengan yang
dikehendaki, jaring dapat diturunkan. Penurunan jaring dimulai dari penurunan
jangkar, pelampung tanda ujung jaring atau lampu, kemudian tali slambar depan,
lalu jaring, tali slambar pada ujung akhir jaring atau tali slambar belakang, dan
terakhir pelampung tanda.
pada saat penurunan jaring, yang harus diperhatikan adalah arah arus laut.
Karena kedudukan jaring yang paling baik adalah memotong arus antara 450 - 900
Penarikan Alat dan Pengambilan Ikan,Setelah jaring dibiarkan di dalam perairan
sekitar 3-5 jam, jaring dapat diangkat (dinaikkan) ke atas kapal untuk diambil
ikannya. dila hasil penangkapan baik, jaring dapat didiamkan selama kira-kira 3 jam
sedangkan bila hasil penangkapan sangat kuran jaring dapat lebih lama didiamkan
di dalam perairan yaitu sekitar 5 jam. Bila lebih lama dari 5 jam akan mengakibatkan
ikan-ikan yang tertangkap sudah mulai membusuk atau kadang-kadang dimakan
oleh ikan lain yang lebih besar.
Urutan pengangkatan alat ini adalah merupakan kebalikan dari urutan
penurunan alat yaitu dimulai dari pelampung tanda, tali selambar belakang, baru
jaring, tali slambar muka dan terakhir pelampung tanda.
Apabila ada ikan yang tertangkap, lepaskan ikan tersebut dari jaring dengan
hati-hati agar ikan tidak sampai terluka. Untuk hal tersebut bila perlu dengan cara
memotong satu atau dua kaki (bar) pada mata jaring agar ikan dilepas tidak sampai
luka/ rusak.
Pancing adalah alat penangkap ikan yang terdiri dari tali dan mata pancing.
Umumnya pada mata pancing dipasang umpan, baik umpan buatan maupun umpan
alami yang berguna untuk menarik perhatian ikan dan binatang air lainnya
Pancing tonda sendiri dapat diartikan sebagai Pancing yang umumnya tanpa
pemberat dan dipasang disekitar permukaan air dan ditarik oleh kapal pancing tonda
adalah pancing yang diberi tali panjang dan ditarik oleh perahu atau kapal. Pancing
diberi umpan segar atau umpan palsu yang karena pengaruh tarikan, bergerak di
dalam air sehingga merangsang ikan buas menyambarnya Konstruksi pancing tonda
terdiri dari mata pancing (hook), tali pancing, rol penggulung, kili-kili dan umpan
buatan umpan buatan atau ikan mentah yang di letakan di belakang kapal yang
bergerak. umpan atau pemikat di rancang dengan warna yang terang atau
menyerupai ikan umpan sehingga menarik ikan pemangsa untuk menyambarnya
Alat tangkap ini ditujukan untuk menangkap jenis-jenis ikan pelagis
Pancing long line/ rawai adalah salah satu bentuk alat penangkap ikan yang
sangat dikenal masyarakat nelayan di Indonesia bahkan dunia. oleh sebagian
nelayan dipantai selatan P. Jawa, pancing ini dikenal dengan sebutan “Pancing
Rawe“. dari bentuk dan cara operasionalnya, pancing rawai ini lazim digunakan
dalam usaha penangkapan ikan skala menengah (medium scale fishery) dan skala
besar (large scale dishery). namun kenyataan di lapangan menunjukkan, banyak
nelayan kecil juga turut mengoperasikannya meski dalam bentuk yang berbeda/lebih
kecil.
Secara fisik, satu unit/rangkaian pancing rawai terdiri atas :
Tali utama (main line) yang panjangnya dapat mencapai ribuan meter.
Kemudian pada jarak tertentu, secara berderet pada tali utama itu digantungkan tali
cabang (branch line) dengan panjang tertentu, yang pada tiap ujungnya telah diberi
mata kail. Lalu pada titik-titik tertentu dari ujung hingga kepangkal diberi pelampung
dan pemberat.
Selanjutnya, pengoperasian pancing ini dilakukan dengan menggunakan
kapal yang telah dilengkapi dengan peralatan mekanis, yang berfungsi untuk
menurunkan dan menaikkan pancing rawai keatas kapal (Haulling), serta dilengkapi
alat pendingin untuk menyimpan hasil tangkapan dipalkanya.
Pancing rawai dapat dioperasikan siang dan malam sepanjang tahun tanpa
mengenal musim caranya dengan dilabuh, dihanyutkan atau ditarik /ditonda
dibelakang kapal, dengan menyusuri lapisan permukan air, lapisan tengah/dalam
maupun dasar perairan, sesuai dengan sasaran yang akan dicapai.
Hasil tangkapan yang didapat pada tiap jenis pancing rawai tidak terbatas
hanya pada satu jenis ikan saja, tapi bisa bermacam-macam ikan seperti : Manyung,
Layur, Pari dan cucut, dan sebagainya.
Di Indonesia dikenal ada beberapajenis pancing rawai yang sering
dioperasikan oleh nelayan, seperti : Rawai cucut, Rawai tegak lurus dan lain
sebagainya.
Bahan :
1. ML (Main Line) : Senar Monofilament
2. BL (Branch Line) : Senar Monofilament
3. Jangkar Pemberat : Baja Tahan Karat/ Timah
4. Pelampung : Resin
Ukuran dan jumlah :
1. ML (Main Line) : MF No.150/6000
2. BL (Branch Line) : MF No. 90/1500
3. Tali Pelampung : PE 4 mm
4. Mata Pancing (Hook) : No. 5
5. Panjang tali ML : > 1000 m
6. Panjang tali antar BL : 2 – 4.5
7. Jumlah mata pancing (hook) : 300 biji
Sero adalah perangkap yang biasanya terdiri dari susunan pagar-pagar yang akan
menuntun ikan-ikan menuju perangkap. Sero juga disebut banjang, bila, belat, seroh,
kelong.
a.Konstruksi
Pada prinsipnya alat tangkap ini terdiri 4 bagian penting yang masing-masing disebut :
penajo (main fence), sayap (wing), badan (body), dan bunuhan (crib).Badan tersebut terdiri
dari kamar-kamar (chamber). banyaknya kamar-kamar bervariasi, tergantung dari ukuran
sero. Untuk sero kecil umumnya terdiri 1-2 kamar, untuk ukuran sedang 3 kamar dan untuk
sero besar 4 kamar.
Penajo ada yang menyebutnya lidah (Air tembaga, Muna-Buton), pani tengah
(Sulawesi Tengah) dan terakhir ada yang menyebut kaki. Panjang penajo bervariasi,
tergantung besar kecilnya sero. Untuk sero berukuran besar panjang penajo dapat
mencapai antara 300-500 meter. Bagian penajo yang dekat dengan badan sero ± 1 / 4
sampai 1/3 dipasang kere-kere dari bambu.
Kamar-kamar sero tersebut pada bagian depannya dipasang pintu-pintu dari kere
bambu yang mudah ditutup dan dibuka pada waktu operasi penangkapan.
Di samping bagian-bagian yang disebut penajo, sayap kiri/kanan dan bunuhan masih
ada kelengkapan lain yang disebut sisir/ pengiring/pengangsan, sibu-sibu (scoop net).
b.Metode pengoperasian :
Fungsi penajo sangat penting dibanding kedua sayap/ kaki lainnya, sebab ia
merupakan suatu penghalang (penghalau) perjalanan ikan. sifat ikan umumnya berenang
menelusuri pantai dan bila berpapasan dengan penajo ia cenderung akan membelok dan
berenang menelusuri penajo ke arah tempat yang lebih dalam dan akhirnya terperangkap
masuk ke kamar-kamar sero dan terakhir sampai ke bagian bunuhan (crib) dan
terperangkaplah. untuk sero yang dipergunakan di pulau-pulau, pemasangan penajo tidak
diletakkan secara tegak lurus dengan pantai tetapi justru sejajar dengan pantai.
Bagian sayap atau kaki yang juga disebut pane atau pani (Sulsel/Sultra), loho
(Madura), bibis (Jawa, Jakarta) berfungsi sebagai penghaiang atau tepatnya berfungsi untuk
mempercepat jalannya ikan masuk ke dalam badan atau kamar-kamar sero.
c. Pemanfaatan cahaya
Pemanfaatan cahaya untuk alat bantu penangkapan ikan dilakukan dengan
memanfaatkan sifat fisik dari cahaya buatan itu sendiri masuknya cahaya ke dalam
air, sangat erat hubungannya dengan panjang gelombang yang dipancarkan oleh
cahaya tersebut semakin besar panjang gelombangnya maka semakin kecil daya
tembusnya kedalam perairan.
Dengan sifat-sifat fisik yang dimiliki oleh cahaya dan kecenderungan tingkah
laku ikan dalam merespon adanya cahaya, nelayan kemudian menciptakan cahaya
buatan untuk mengelabuhi ikan sehingga melakukan tingkah laku tertentu untuk
memudahkan dalam operasi penangkapan ikan. tingkah laku ikan kaitannya dalam
merespon sumber cahaya yang sering dimanfaatkan oleh nelayan adalah
kecenderungan ikan untuk berkumpul di sekitar sumber cahaya.
Alat tangkap pancing hand line merupakan alat pancing уаng sangat sederhana.
Pancing іnі terdiri dаrі pancing, tali pancing, dan umpan. Jumlah mata pancingnya
satu buah dараt јugа lebih. Pancing іnі dalam pengoperasiannya dараt
menggunakan umpan alami maupun buatan. Pada ukuran pancing disesuaikan
dеngаn besarnya ikan уаng аkаn ditangkap.
Alat Tangkap Pancing Ulur (hand line) – Pancing ulur (hand line) memiliki struktur
serta cara operasi yg paling sederhana. struktur alat terdiri atas tali pancing (lines),
pancing (hook), serta umpan (bait). berukuran mata pancing serta besarnya tali
disesuaikan dengan besarnya ikan yg menjadi tujuan penangkapan. Jenis tali yang
biasa dipergunakan adalah tali monofilament dengan diameter yg beraneka ragam
menurut jenis ikan. panjang tali diubah disesuaikan dengan kedalaman renang
(swimming layer) ikan tujuan penangkapan. Indera tangkap ini dilengkapi dengan
pemberat yang terbuat dari timah. perahu yang digunakan ukuran mungil, terbuat
asal kayu atau fiber, kadang menggunakan mesin atau layar. Cara operasi pancing
tangan sangat sederhana, yaitu tali diulurkan kedalam perairan sampai kedalaman
eksklusif, yaitu kedalaman yang diperkirakan menjadi kedalaman renang ikan tujuan
penangkapan. selanjutnya ikan memakan umpan yg ditandai menggunakan adanya
sentakan-sentakan mungil pada tali pancing, tali pancing dihentakkan buat
membentuk mata pancing terkait pada bagian lisan ikan, tali pancing ditarik dan
ikan akan tertangkap. Hasil tangkapan pancing tangan hand line bervariasi
tergantung ukuran mata pancing, namun biasanya ikan yg termasuk kedalam
gerombolan karnivora (pemakan daging) mirip cakalang, tongkol, tuna, kerapu, dan
sebagainya.