Anda di halaman 1dari 10

Makalah Bahasa Indonesia

PENGENALAN ALAT-ALAT TANGKAP

Oleh:

NAMA : AULIA RAHMAN


NIM : 2211103010053
PRODI : PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN


FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
NOVEMBER, 2022
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................2
2.1 Pukat Cincin (Purse Seine).........................................................................2
2.2 Pukat Hela (Trawls)....................................................................................3
2.3 Jaring Insang (Gill Net)...............................................................................3
2.4 Jaring Angkat (Lift Nets).............................................................................4
2.5 Alat Yang Dijatuhkan (Falling Gears).......................................................5
2.6 Pancing (Hooks and Lines).........................................................................5
2.7 Penggaruk (Dredges)..................................................................................6
2.8 Perangkap (Trap)........................................................................................6
BAB III PENUTUP..................................................................................................7
3.1 Kesimpulan.............................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................8

i
BAB I
PENDAHULUAN

Sebagai negara Kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut yang lebih luas
daripada wilayah daratan. Hal ini menjadi potensi sumberdaya dalam
keanekaragaman flora dan fauna. Laut Indonesia menjadi sumber kehidupan dan
mata pencaharian bagi masyarakat Indonesia khususnya masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir. Potensi sumberdaya ikan laut Indonesia sebesar 6,5 juta ton per tahun
tersebar di perairan wilayah Indonesia dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia. Namun potensi ini kerap dieksploitasi oleh warga negara asing yang
melaut di Indonesia. Akhir akhir ini, dunia terus menyoroti implementasi kebijakan
KKP (Kementrian Kelautan dan Perikanan) tentang sanksi peledakan dan
penenggelaman kapal nelayan asing yang masuk ke Indonesia untuk melakukan
illegal fishing. Menurut UU No.45 tahun 2009, kapal perikanan adalah kapal, perahu,
atau alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan,
mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan,
pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian/eksplorasi perikanan.
Kegiatan penangkapan ikan merupakan aktivitas yang dilakukan untuk
mendapatkan sejumlah hasil tangkapan, yaitu berbagai jenis ikan untuk memenuhi
permintaan sebagai sumber makanan dengan menggunakan berbagai jenis alat
tangkap. Aktivitas perikanan dimulai dengan usaha melakukan penangkapan ikan
ataupun mengumpulkan biota akuatik (rumput laut, kerang-kerangan dan lain-lain).
Penangkapan ikan tentu saja didukung oleh teknologi penangkapan ikan yang
memadai dan berwawasan lingkungan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pukat Cincin (Purse Seine)


Pukat cincin (Purse seine) adalah alat penangkap ikan dari jaring yang
dioperasikan dengan cara melingkari gerombolan ikan hingga alat berbentuk seperti
mangkuk pada akhir proses penangkapan ikan. Alat tangkap ini digunakan untuk
menangkap ikan pelagis yang bergerombol. Cara pengoperasian pukat cincin adalah
dengan melingkari gerombolan ikan, kemudian tali kolor (purse line) ditarik ke dan
dari kapal hingga bentuk jaring menyerupai mangkuk. Selanjutnya hasil tangkapan
dipindahkan ke kapal dengan menggunakan serok atau scoop. Purse seine disebut
juga pukat atau jaring kantong, karena bentuk jaring pada saat dioperasikan
menyerupai kantong. Alat tangkap ini disebut juga jaring kolor, karena pada bagian
bawah jaring dilengkapi dengan tali kolor yang berfungsi untuk menyatukan bagian
bawah jaring sewaktu operasi dengan cara menarik tali kolor tersebut (Bahar, 2020).
Alat tangkap ini memiliki ciri tali ris atas yang lebih pendek dari tali ris
bawahnya, sedangkan alat tangkap yang termasuk kelompok ini seperti lampara
memiliki tali ris atas yang lebih panjang dari tali ris bawah. Purse seine
dikelompokkan ke dalam kelompok surrounding nets. Ada dua tipe Purse seine yaitu
Purse seine tipe Amerika dan Purse seine tipe Jepang. Purse seine tipe Amerika
berbentuk empat persegi panjang dengan bagian pembentuk kantong terletak di
bagian tepi jaring. Purse seine tipe Jepang berbentuk empat 5 persegi panjang dengan
bagian bawah jaring berbentuk busur lingkaran dan bagian pembentuk kantong
terletak di tengah jaring.
Purse seine dinamakan demikian karena sifat alat tangkap yang mengurung
gerombolan kemudian tali kerut ditarik sehingga jaring membentuk kantong yang
besar, sehingga ikan-ikan terkurung. Bagian-bagian jaring purse seine terdiri atas
jaring utama (sayap, badan, dan kantong), selvedge, tali ris atas, tali pelampung,
pelampung, tali ris bawah, pemberat, tali ring, ring/cincin, dan tali kolor.
Berdasarkan bentuk jaring utama, purse seine dibagi menjadi tiga yaitu bentuk segi
empat, bentuk trapesium, dan bentuk lekuk. Pada umumnya penangkapan ikan
dengan purse seine dilakukan pada malam hari, akan tetapi ada juga yang di
operasikan pada siang hari. Pengumpulan ikan pada area penangkapan pukat cincin

2
ada yang menggunakan rumpon dan ada juga yang menggunakan lampu. Umumnya
penurunan (setting) dilakukan dua kali selama satu malam operasi, yang dilakukan
pada waktu senja hari dan pagi hari/waktu fajar, kecuali dalam keadaan tertentu
frekuensi penangkapan bisa dikurangi atau ditambah.
Daerah penangkapan untuk alat tangkap purse seine merupakan daerah
terbuka yang luas, dasarnya harus bebas dari batu dan karang atau kerangka kapal
karam. Karena ikan yang menjadi sasaran purse seine berupa ikan yang bergerombol
yang hidup pelagis atau di atas permukaan seperti jenis ikan pelagis kecil (kembung,
layang, selar, bentong, lemuru, slengser dan lainnya).
2.2 Pukat Hela (Trawls)
Alat tangkap pukat hela atau trawls merupakan jenis alat penangkapan ikan
berkantong yang dalam pengoperasiannya dengan menggunakan alat pembuka mulut
jaring. Selain menggunakan alat pembuka mulut jaring yang biasanya berupa papan
atau istilah lainnya otter board pengoperasian pukat hela juga dilakukan dengan cara
dihela di belakang kapal dalam kondisi kapal sedang berjalan, sehingga ikan target
tertangkap karena tersapu pada pertengahan ataupun dasar perairan kemudian masuk
ke dalam kantong jaring.
Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk menangkap
ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan pelampung di sisi
atasnya dan pemberat di sebelah bawahnya. Dengan demikian, pukat membentuk
semacam dinding jaring di dalam air yang akan melingkari kumpulan ikan dan
mencegahnya melarikan diri. Jaring ini dapat dioperasikan baik dengan
menggunakan kapal ataupun dari darat (pantai).
Masalah utama dari penggunaan pukat adalah semua ikan baik yang dewasa
maupun yang kecil ikut terjaring di dalamnya karena ukuran lubang jalanya sangat
kecil jika dibandingkan dengan ukuran lubang jala yang digunakan oleh nelayan
tradisional. Selain itu, penggunaan pukat dapat menimbulkan masalah pada
lingkungan. Karena pukat harimau menggunakan alat tangkap berat yang diletakkan
di dasar laut, hal itu menyebabkan kehancuran ekosistem laut yaitu kerusakan
terumbu karang yang merupakan habitat ikan dan juga merusak rumput laut
(Adhitama, 2017).
2.3 Jaring Insang (Gill Net)

3
Jaring insang (Gill net) adalah jaring ikan dengan bentuk empat persegi
panjang, mempunyai mata jaring sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar jaring
lebih pendek jika dibandingkan dengan panjangnya dengan perkataan lain. Jumlah
mesh depth lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah mesh size pada arah
panjang jaring. Pada bagian atas lembaran jaring dilekatkan pelampung (float)dan
pada bagian bawah dilekatkan pemberat (sinker). Dengan menggunakan dua gaya
yang berlawanan arah, yaitu daya apung dari pelampung yang bergerak keatas dan
pemberat serta berat jaring yang bergerak ke bawah, maka jaring akan terentang
(Sudirman dan Mallawa 2015).
Pengoperasian jaring insang dilakukan dengan cara menghadang arah renang
gerombolan ikan pelagis atau demersal yang menjadi sasaran tangkap sehingga
terjerat pada jaring. Pengoperasiannya dilakukan pada permukaan, pertengahan
maupun pada dasar perairan, umumnya untuk menangkap ikan pelagis maupun ikan
demersal tergantung jenis jaring insang. Jaring insang dioperasikan secara menetap,
dihanyutkan, melingkar maupun terpancang pada permukaan, pertengahan maupun
dasar perairan. Jaring insang ada yang satu lapis maupun berlapis. Jaring insang
berlapis umumnya dioperasikan pada dasar perairan umumnya menangkap ikan
demersal.
Pada saat melakukan setting, kapal diarahkan ke tengah kemudian dilakukan
pemasangan jaring bottom jaring ikan oleh Anak Buah Kapal (ABK). Jaring bottom
gill net dipasang tegak lurus terhadap arus sehingga nantinya akan dapat
menghadang gerombolan ikan yang sebelumnya telah dipasangi rumpon, dan
gerombolan ikan tertarik lalu mengumpul di sekitar rumpon maupun light fishing dan
akhirnya tertangkap karena terjerat pada bagian operculum (penutup insang) atau
dengan cara ter puntal. Setelah dilakukan setting dan ikan yang telah terkumpul
dirasa sudah cukup banyak, maka dilakukan holling dengan menarik jaring bottom
gill net dari dasar perairan ke permukaan (jaring ditarik ke atas kapal). Setelah semua
hasil tangkap dan jaring ditarik ke atas kemudian baru dilakukan kegiatan
penyortiran.
2.4 Jaring Angkat (Lift Nets)
Jaring Angkat merupakan salah satu alat tangkap yang dioperasikan di
perairan pantai pada malam hari dengan menggunakan cahaya lampu sebagai faktor
penarik ikan. Jaring Angkat atau ada juga yang menyebutnya dengan bagan, yaitu

4
suatu alat tangkap yang wujudnya seperti kerangka sebuah bangun piramida tanpa
sudut puncak. Jaring angkat adalah suatu alat penangkapan yang pengoperasiannya
dilakukan dengan menurunkan dan mengangkatnya secara vertikal, alat ini terbuat
dari nilon yang menyerupai kelambu, ukuran mata jaringnya relatif kecil yaitu 0,5
cm. Bentuk alat ini menyerupai kotak, dalam pengoperasiannya sering menggunakan
alat bantu lampu atau umpan sebagai daya tarik ikan. Jaring angkat biasanya
berbentuk empat persegi panjang, dibentuk di dalam air secara horizontal, dengan
menggunakan bambu, kayu, atau besi sebagai rangkanya. Pemasangan jaring angkat
ini dapat di lapisan tengah, dasar atau permukaan perairan. Ikan-ikan yang berada
atau berkumpul di atas jaring baik akibat daya tarik cahaya lampu sebagai alat bantu
tangkap atau terbawa arus, akan tertangkap dengan mengangkat jaring tersebut.
Jaring angkat adalah suatu alat penangkapan yang pengoperasiannya
dilakukan dengan menurunkan dan mengangkatnya secara vertikal, Bentuk alat ini
menyerupai kotak, dalam pengoperasiannya sering menggunakan alat bantu lampu
atau umpan sebagai daya tarik ikan, ada berbagai jaring angkat antara lain jarring
angkat tancap, jaring angkat perahu, jaring angkat anco dan jaring angkat bandrong
(Najamuddin, 2012).
2.5 Alat Yang Dijatuhkan (Falling Gears)
Jala tebar atau disebut juga jaring lempar (Cast net) adalah jaring ikan
berbentuk lingkaran kecil dengan pemberat pada tepi-tepinya, yang dilempar atau
ditebar oleh nelayan. Ukurannya bervariasi sampai 4 meter pada diameternya. Jaring
tersebut dilempar sedemikian rupa sehingga menyebar di permukaan air dan
tenggelam. Ikan yang terkurung akan tertangkap pada saat jaring tersebut ditarik
keluar air. Pada prinsipnya penangkapan dengan jala ialah mengurung ikan atau
udang dengan jalan menebarkan alat tersebut sedemikian rupa sehingga
menelungkup atau menutup sasaran yang dikehendaki.
Jaring atau Jala besar ini ada yang menyebutnya sebagai jala eder, jala
tembang, jala jui, jala gapyuk, jala agung dan jala juang (Sulsel). Oleh karena
ukurannya yang begitu besar maka dalam pengoperasiannya tidak mungkin di
tebarkan dengan tangan, tetapi diperlukan alat bantu untuk mengembangkan
(menebarkan) jala tersebut. Disebut jala eder karena pada waktu penangkapan harus
di ederkan (dikembangkan) dulu sebelum dijatuhkan pada sasaran yang di inginkan.
Disebut jala tembang karena sasaran utamanya adalah ikan tembang/jui (Clupea

5
fimbriata). Disebut jala gapyuk karena pada penangkapannya di gapyukan
(ditelungkupkan) pada sasaran tertentu. Disebut jala agung karena jala ini memang
berukuran sangat besar dibandingkan dengan jala tebar (Heriyanto, 2013).
2.6 Pancing (Hooks and Lines)
Pancing adalah salah satu alat penangkap ikan yang terdiri dari dua
komponen utama, yaitu: tali (line) dan mata pancing (hook). Jumlah mata pancing
berbeda-beda, yaitu mata pancing tunggal, ganda, bahkan sampai ribuan. Prinsip alat
tangkap ini merangsang ikan dengan umpan alam atau buatan yang dikaitkan pada
mata pancingnya. Alat ini pada dasarnya terdiri dari dua komponen utama yaitu tali
dan mata pancing. Namun, sesuai dengan jenisnya dapat dilengkapi pula komponen
lain seperti: tangkai (pole), pemberat (sinker), pelampung (float), dan kili-kili
(swivel).
Cara pengoperasiannya bisa di pasang menetap pada suatu perairan, ditarik
dari belakang perahu/kapal yang sedang dalam keadaan berjalan, dihanyutkan,
maupun langsung diulur dengan tangan. Alat ini cenderung tidak destruktif dan
sangat selektif. Pancing dibedakan atas rawai tuna, rawai hanyut, rawai tetap,
pancing tonda, dan lain-lain (Khairuman, 2013).
2.7 Penggaruk (Dredges)
Penggaruk merupakan alat penangkap ikan berbingkai kayu atau besi yang
bergerigi di bagian bawahnya, yang dilengkapi atau tanpa jaring/bahan lainnya.
Penggaruk dioperasikan dengan cara menggaruk di dasar perairan dengan atau tanpa
perahu untuk menangkap kerang dan biota lainnya. Desain dan konstruksi penggaruk
disesuaikan dengan target ikan tangkap yang dikehendaki, sehingga terdapat
berbagai bentuk dan ukuran penggaruk serta sarana apung maupun alat bantu
penangkapan ikan yang digunakan.
Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear
(ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat
tangkap penggaruk terdiri dari: Boat Dredges dan Hand Dredges. Metode
pengoperasian penggaruk dilakukan dengan cara menarik ataupun menghela
penggaruk di dasar perairan sehingga hasil tangkapan berupa kerang, teripang, dan
lainnya bisa terkumpul dan tertangkap serta masuk ke dalam penggaruk (Prasetiyo
Arrif Nugroho Puji, 2012).
2.8 Perangkap (Trap)

6
Perangkap merupakan alat penangkapan ikan yang mempunyai prinsip
penangkapan dengan cara memperangkap ikan dengan menggunakan jaring atau
bahan lainnya yang dioperasikan dengan atau tanpa perahu atau kapal. Desain dan
konstruksi perangkap disesuaikan dengan target ikan tangkapan yang dikehendaki,
sehingga terdapat berbagai bentuk dan ukuran perangkap (Anggraini, 2019).

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang
tidak dalam keadaan di budidayakan dengan alat atau cara apa pun, termasuk
kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan,
mendinginkan, menangani, mengolah, dan atau mengawetkannya. Kegiatan
penangkapan ikan merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan sejumlah
hasil tangkapan, yaitu berbagai jenis ikan untuk memenuhi permintaan sebagai
sumber makanan dengan menggunakan berbagai jenis alat tangkap.

7
DAFTAR PUSTAKA

Adhitama, I. 2017. “Implementasi Kebijakan Pelarangan Penggunaan Alat


Penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawls) Dan Pukat Tarik (Seine nets) di
Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia”. Jurnal Fakultas
Hukum Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Padjadjaran.
Bandung.
Anggraini, 2019. Identifikasi Alat Tangkap Ramah Lingkungan Yang Dioperasikan
di Perairan Danau Singkarak Provinsi Sumatera Barat. JOM, 1(1):1-13.
Bahar, S. 2020. Studi Teknologi Pukat Cincin di Perairan Daerah Istimewa Aceh.
Jurnal Penelitian Perikanan Laut. 85: 9-18.
Heriyanto, 2013. Statistik Perikanan Tangkap 2012, Jakarta: Kementerian Kelautan
dan Perikanan.
Khairuman, S.P. 2013. Pengenalan Alat Tangkap Pancing. Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Najamuddin, 2012. Rancang Bangun Alat Penangkapan Ikan. Arus Timur. Makassar.
Prasetiyo Arrif Nugroho Puji, 2012. Konstruksi Garuk yang Produktif dan Selektif
Terhadap Kerang. Bogor (ID): Departemen Pemanfaatan Sumber Daya
Perikanan FPIK IPB.
Sudirman dan Mallawa, A. 2015. Teknik Penangkapan Ikan. PT. Rineka Cipta.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai