Anda di halaman 1dari 51

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Mayangan merupakan salah satu
pelabuhan yang berada di Kota Probolinggo merupakan selaku fasilitator
sekaligus sebagai pelayan khususnya bidang perikanan tangkap seperti
pelayanan tambat labuh, bongkar muat kapal, pelelangan, pelayanan pra
produksi dan pasca produksi yang selalu berusaha memberikan pelayanan
secara cepat, tepat, dan murah dalam bentuk pelayanan prima. Pelabuhan
Perikanan Pantai (PPP) Mayangan banyak berlabuh beragam kapal yang berada
disana termasuk kapal purse seine untuk menangkap ikan (Rizki M et al, 2018).
Purse seine merupakan alat tangkap ikan pelagis kecil yang berkembang
sangat pesat di Laut Jawa dalam kurun waktu 30 tahun terakhir. Pukat cincin
dioperasikan pada malam hari dengan menggunakan alat bantu penangkapan
berupa rumpon (fish aggregating devices) dan cahaya (light) sebagai pengumpul
ikan. Jenis ikan pelagis kecil yang merupakan sasaran penangkapan di
antaranya adalah ikan laying (Decapterus sp.) dan kembung (Rastrelliger
brachysoma) (Widodo A.A dan Mahiswara, 2009).
Hasil Tangkapan di PPP Mayangan didominasi oleh ikan pelagis dan di
dapatkan dari akat tangkap purse seine. Dilihat dari segi potensi perikanan
tangkapnya cukup besar dan pelabuhan mayangan yang baik dan bersih, hal
inilah yang menjadi alasan penulis melaksanakan Kerja Praktik Akhir (KPA) di
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Mayangan, Probolinggo dan mengikuti
kegiatan penangkapan ikan purse seine untuk mengetahui bagaimana kegiatan
penangkapan ikan dan bagaimana penanganannya.

1.2 Tujuan
1. Taruna dapat mengetahui proses penangkapan ikan di KMN. Siliwangi
2. Taruna dapat mengetahui proses penanganan dan penyimpanan ikan di
KMN. Siliwangi
3. Taruna dapat mengetahui jenis kapal yang digunakan dalam proses
penangkapan ikan.

1
1.3 Manfaat
1. Mengetahui desain konstruksi alat penangkap ikan (API) purse seine di
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Mayangan Probolinggo.
2. Mengetahui proses penangkapan ikan di Pelabuhan Perikanan Pantai
(PPP) Mayangan Probolinggo.
3. Mengetahui bentuk dan jenis kapal yang digunakan saat proses
penangkapan ikan.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Purse Seine
Purse seine pada dasarnya merupakan kelompok alat penangkapan ikan
berupa jaring berbentuk kantong empat persegi panjang yang salah satu
bagiannya berfungsi sebagai kantong yang pengoperasiannya melingkari
gerombolan ikan pelagis. Tujuan penelitian ini adalah bertujuan untuk
menganalisis pengaruh panjang jaring dan ukuran kapal terhadap hasil
tangkapan dan produktivitasnya (Rizal Z et all, 2017).
Pukat Cincin (purse seine) merupakan alat penangkap ikan yang efektif
untuk menangkap ikan pelagis berkelompok. Alat tangkap pukat cincin ini dapat
menangkap ikan hingga kedalaman 150 meter tergantung ukuran dan konstruksi
jaring. Secara garis besar alat ini terdiri dari beberapa bagian yaitu jaring,
pelampung, pemberat, cincin dan tali temali. Konstruksi jaringnya berbeda yaitu
terdiri dari bagian kantong, bahu dan sayap. Ukuran mata jaring berbeda yaitu
berupa tali pelampung dan pemberat yang digunakan untuk memasang
pelampung, tali ris atas dan tali ris bawah yang terletak di atas dan di bawah
jaring serta tali cincin yang biasa dikenal dengan tali kolor yang terdapat di dalam
cincin. Apabila ditarik maka cincin akan terkumpul sehingga jaring mengkerut
membentuk kantong dan mengurung gerombolan ikan (Martha M et al, 2017).
Purse seine adalah salah satu alat penangkap ikan yang cukup dominan
namun masih memiliki teknologi yang relatif sederhana, penarikan jaring
sebagian besar masih dilakukan secara manual dengan tangan, sehingga
membutuhkan jumlah ABK yang banyak (Agus R et al, 2016). Pada umumnya
kapal purse seine digunakan nelayan untuk menangkap ikan ikan pelagis yang
hidupnya bergerombolan dan ikan perenang cepat seperti ikan tuna, cakalang
dan tongkol (Rizwan et al, 2017).

2.2 Konstruksi Purse Seine


Secara teoritis, semakin panjang pukat cincin yang digunakan maka
semakin besar pula garis tengah lingkaran jaring. Hal ini menyebabkan semakin
besar peluang gerombolan ikan tidak terusik perhatiannya karena jarak antara
gerombolan ikan dengan dinding jaring dapat semakin besar, sehingga
gerombolan ikan tersebut semakin besar peluangnya untuk tertangkap. Jika
dibandingkan dengan ukuran panjang jaring yang lebih kecil maka luas cakupan
jaringnya lebih kecil, sehingga kemungkinan ikan untuk tertangkap akan lebih

3
sedikit dan peluang ikan untuk meloloskan diri lebih besar (Rumpa A dan Isman
K. 2018).
Menurut Ilhamdi H dan Kuswoyo A. 2013, purse seine dibagi menjadi
dua, yaitu purse seine dengan kontong (bunt) di tengah dan kantong di pinggir.
Pada purse seine kantong di tengah biasanya penarikan jaring dilakukan dari ke
dua ujungnya, purse seine ini biasanya ditarik dengan tenaga manusia.
Sedangkan yang kantongnya di pinggir biasanya ditarik dengan mesin penarik
(power block) yang digerakkan dengan hidrolik. Pengoperasian purse seine
dapat dilakukan dengan satu buah dan dua buah kapal hal ini tergantung dari
ukuran kapal, ukuran jaring, dan jenis hasil tangkapan. Konstruksi alat tangkap
purse seine dapat dilihat di bawah.

Gambar 1. Konstruksi purse seine (Sumber Telussa, 2006)

Konstruksi alat tangkap purse seine (Gambar1) terdiri dari komponen


utama (webbing) dan komponen penunjang. Komponen utama terdiri dari bagian
sayap dan badan jaring, sedangkan komponen penunjang terdiri dari samparan
(selvedge), tali ris atas (upperris- line), tali ris bawah (underrisline), tali
pelampung (float line), pelampung (float), tali pemberat (sinker line), pemberat
(sinker), tali cincin (ring line), cincin (ring), dan tali kerut (purse line) (Ikha S dan
Weni M, 2018).

4
2.3 Metode Pengoperasian
Penangkapan dimulai dengan dua atau tiga orang ABK (Anak Buah
Kapal) turun ke skiff boat menuju rumpon untuk mengamati pergerakan
gerombolan ikan sekaligus melepas gara-gara yang ada pada rumpon dan
mengikatkannya ke skiff boat. Kemudian kapal akan menjauhkan rumpon dan
bergerak mengitari skiff boat dengan membuat gerak melingkar. Kapal akan
bergerak ke posisi tertentu berdasarkan pertimbangan arah arus dan angin,
dengan tujuan agar posisi bagian dalam kantong jaring menghadang arah arus
dan posisi kapal menghadang arah angin. Penawuran alat tangkap dimulai,
dimana kapal akan membentuk gerak melingkar dengan cepat berlawanan arah
jarum jam dengan menurunkan pemberat, diikuti jaring, pelampung dan
pelampung tanda yang berada pada bagian sayap jaring, kemudian pelampung,
jaring, pemberat, cincin, dan tali kolor, dan setiap bagian jaring akan turun secara
bersamaan sampai pada tali tarik dan kapal akan kembali pada pelampung tanda
yang diturunkan. Setelah selesai penawuran jaring, dilakukan penarikan tali kolor
dengan menggunakan mesin takal sampai semua cincin berkumpul di samping
kapal. Selesai penarikan tali kolor, dilanjutkan dengan penarikan jaring dari
kedua sayap sampai pada bagian kantong jaring dengan bantuan mesin takal.
Kemudian dilakukan pengangkatan hasil tangkapan sampai selesai diteruskan
dengan pengikatan kembali gara gara dan penataan alat tangkap di buritan
kapal. (Orison S K et al, 2013).

2.4 Alat Bantu Penangkapan


2.4.1 Lampu
Fungsi cahaya di sini adalah sebagai pemikat jenis-jenis ikan yang
bersifat fototaksis positif untuk datang mendekati bagan. Pemasangan sumber
cahaya di atas jaring menyebabkan ikan akan berkumpul di bawah bagan. Jaring
yang telah ditenggelamkan di bawah bagan akan dengan mudah menangkap
gerombolan ikan yang berkumpul di atasnya ketika dilakukan pengangkatan.
Jenis sumber cahaya yang digunakan nelayan bagan semakin berkembang
sejalan dengan kemajuan jaman. Awalnya nelayan menggunakan obor dan
selanjutnya berganti dengan lampu petromaks. Adanya kenaikan harga bahan
bakar minyak tanah yang tinggi menyebabkan nelayan beralih pada lampu listrik
(Imanuel et al, 2013)

5
Penggunaan cahaya dalam perikanan pukat cincin di Laut Jawa
mengalami perkembangan yang cukup pesat. Dimulai dari penggunaan lampu
berbahan bakar minyak, lampu tekan (petromaks), dan saat ini praktis seluruh
armada pukat cincin telah menggunakan lampu elektrik. Jenis lampu elektrik
yang digunakan adalah lampu fluorocent, yang pada tataran nelayan diistilahkan
sebagai lampu galaxy dan mercury. Sumber tenaga yang digunakan adalah
mesin generator. Ditenggarai bahwa dalam operasi penangkapan menggunakan
alat bantu cahaya ini menyebabkan ikan yang belum layak ditangkap (belum
memijah) atau bahkan juvenil ikut tertangkap sebagai hasil tangkapan
sampingan. (Mahiswara et al. 2008).

2.4.2 Gardan
Unit penangkapan kapal purse seine gardan dalam menjalankan
operasional penangkapan sangat bergantung terhadap alat bantu penangkapan.
Alat bantu penangkapan yang digunakan pada unit kapal purse seine yaitu
gardan dan lampu. Alat bantu gardan yang digunakan yaitu berasal dari gardan
truk yang sudah tidak terpakai, kemudian dimodifikasi sehingga berfungsi
sebagai alat untuk menarik tali kerut jaring purse seine (Pratama et al, 2016).

2.5 Hasil Tangkapan


Menurut Hastrini et al, 2013 hasil tangkapan kapal purse seine antara lain
ikan layang, lemuru, semar, tongkol, kembung, selar, tembang, bawal, dan
tengiri. Ikan segar hasil tangkapan yang memiliki mutu tinggi sangatlah penting
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat mengingat produk perikanan
merupakan bahan makanan yang mudah rusak (perishable food products).
Masalah yang dihadapi nelayan dan pemilik kapal saat ini yaitu menurunnya
kualitas ikan hasil tangkapan yang diakibatkan oleh lamanya waktu penangkapan
ikan di laut. Meningkatnya lama trip penangkapan, mengakibatkan kualitasikan
menjadi menurun. Oleh karena itu, diperlukan suatu teknologi pengawetan yang
mampu mempertahankan kualitas ikan lebih lama mulai saat ditangkap hingga di
daratkan di pelabuhan perikanan.

6
2.6 Kapal
Kapal ikan adalah kapal atau perahu yang digunakan untuk penangkapan
ikan, pembudidayaan ikan, pengakutan ikan, pengelolaan ikan. Di daerah
perairan, laut, danau, sungai. Kapal ikan di Indonesia sendiri masih tergolong
tradisional namun sudah ada beberapa yang modern (Dalimunthe et al, 2018).
Kapal purse seine merupakan salah satu jenis kapal penangkap ikan
yang prinsip kerjanyan melingkari gerombolan ikan. Pengoperasian alat tangkap
purse seine yang melingkari gerombolan ikan dan dioperasikan pada salah satu
sisi kapal membutuhkan stabilitas kapal yang baik. Kapal ikan secara umum
haruslah memiliki stabilitas yang baik karena mendapat tekanan yang besar pada
saat mengoperasikan alat tangkap (Nurdin et al, 2017).

7
III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Lokasi Pelaksanaan


Kegiatan Kerja Praktik Akhir dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada
bulan Maret sampai Juni 2021. Kegiatan Kerja Praktik Akhir ini dilaksanakan
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Mayangan, Probolinggo, Jawa Timur.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan untuk penunjang pengambilan data selama
Kerja Praktik Akhir yaitu :
1. Alat Tulis yang digunakan untuk mencatat segala informasi yang didapatkan.
2. Kamera yang berfungsi untuk mengambil gambar dan mengambil informasi
tentang titik koordinat.
3. Meteran rol digunakan untuk mengukur panjang kapal dan lain lain.
4. Penggaris digunakan untuk mengukur hasil tangkapan.

3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang diperlukan untuk Kerja Praktik Akhir yaitu:
1. Kapal yang digunakan untuk pengoperasian alat tangkap.
2. Alat tangkap purse seine.
2. Ikan sebagai hasil tangkapan.

3.3 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan selama berjalannya kegiatan
praktik ini adalah:
1. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan
melibatkan semua indera (Ayudia et al, 2016). Kegiatan ini dilakukan dengan
cara mengukur kapal dan mengukur alat tangkap.
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengambilan data dengan cara mengajukan
pertanyaan secara lisan langsung dengan sumber datanya (Mita, 2015).
Wawancara dilakukan untuk mengambil data seperti tanya jawab kepada
nelayan.

8
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengambilan data melalui dokumen tertulis maupun
elektronik dari institusi. Data yang didapat dari dokumentasi ini seperti foto
kegiatan, hasil tangkapan, alat tangkap, kapal, alat alat yang menunjang
berjalannya kegiatan praktik, dan lain lain (Blasius, 2003). Kegiatan ini dilakukan
untuk mengambil gambar seperti alat tangkap, kapal, hasil tangkapan, dokumen
kapal, dll.
4. Studi pustaka
Studi pustaka merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
mengumpulkan literatur-literatur yang bersumber dari buku dengan
permasalahan yang akan diteliti (Hamid, 2008). Pengambilan data sebagai
perbandingan data di lapangan.

PENGUMPULAN DATA

DATA PRIMER DATA SEKUNDER


- Pengambilan data
cara kerja purse - Studi Literatur
seine - Data Pelabuhan
- Pengukuran Kapal - Data Kapal
- Pengambilan data
daerah penangkapan
ikan
- Pengambilan data
hasil tangkapan

Tabulasi Data

Analisis Data

Proses Penangkapan Dan Penanganan


Hasil Tangkapan Di Kapal KMN.
Siliwangi Pelabuhan Perikanan Pantai
(PPP) Mayangan Probolinggo, Jawa
Timur.

9
3.4 Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan berupa analisis deskriptif dan
analisis kuantitatif. Analisis deskriptif bertujuan mengubah data mentah menjadi
mudah dipahami dalam bentuk yang lebih sederhana. Sedangkan analisis
kuantitatif bertujuan memahami apa yang terdapat dibalik semua data tersebut,
dengan mengelompokannya, meringkasnya menjadi suatu yang kompak dan
mudah dimengerti, serta menemukan pola umum yang timbul dari data tersebut.
Analisis tersebut dihasilkan dari kuesioner dan wawancara yang di tabulasikan
dalam tabel kemudian dianalisis (Alhuda et al, 2016). Setelah data primer dan
data sekunder terkumpul kemudian data tersebut diolah dengan cara tabulasi
dan analisis. Adapun pengertian dari analisis yaitu kegiatan mengecek,
memeriksa, dan mengoreksi data yang telah terkumpul, sedangkan pengertian
tabulasi yaitu menyusun data ke dalam bentuk tabel agar mudah dibaca dan
dipahami.

10
IV. KEADAAN UMUM LOKASI

4.1 Sejarah UPT PPP Mayangan


Cikal bakal Pelabuhan Perikanan Pantai Mayangan Kota Probolinggo
mulai didirikan pada tahun 2010 ketika Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
Mayangan dibangun dengan gabungan dana dari APBN, APBN Provinsi jawa
Timur, APBD Kota Probolinggo serta dana luar negeri SPL-OECF. Status PPI ini
kemudian meningkat menjadi Pelabuhan Perikanan Pantai di tahun 2004 dengan
nama Unit Pengelola Pelabuhan Perikanan Pantai Mayangan (UPPPP
Mayangan) da nada tanggal 23 mei 2014. Gubernur Jawa Timur menetapkan
UPPPP Mayangan berubah menjadi Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan
Perikanan Mayangan (UPT PP Mayangan).

Tujuan awal dibangunnya Pelabuhan Perikanan Pantai Mayangan Kota


Probolinggo adalah untuk menampung dan melayani aktifitas perekonomian
berbasis perikanan yang dilakukan oleh nelayan baik pendatang maupun
nelayan asli Kota Probolinggo. Sebelum berdirinya Pelabuhan Perikanan
Mayangan, aktifitas perikanan tangkap di Kota Probolinggo dilaksanakan di
beberapa pemukiman nelayan yang tersebar di penjuru kota, serta dengan
memanfaatkan Pelabuhan Umum dan Niaga Tanjung Tembaga sebagai pusat
Pendaratan ikan.

Gambar 2. Lokasi PPP. Mayangan

11
4.2 Lokasi dan Geografis Pelabuhan
Pelabuhan Perikanan Pantai Mayangan terletak di Kelurahan
Mangunharjo, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo, Jawa Timur dengan
letak geografis 7043’45.14”S-113013’27.62”E. Pelabuhan Perikanan Pantai
Mayangan terletak tepat pada jalur akses utama Pantai Utara Jawa Timur yang
menghubungkan Kota Surabaya dengan Pulau Bali, dua wilayah yang menjadi
sentra ekonomi di Indonesia bagian Timur. Sebagai sebuah Pelabuhan
Perikanan Pantai terbesar di kawasan Selat Madura, Pelabuhan Perikanan
Pantai Mayangan menjadi salah satu tujuan desnitasi dan investasi yang menarik
bagi pelaku industri perikanan di bagian timur Pulau Jawa. Letak Pelabuhan
Perikanan Pantai Mayangan berdiri hanya 2 km dari pusat perdagangan, jasa
dan perkantoran di Kota Probolinggo.
Adapun batas-batas lokasi Pelabuhan Perikanan Pantai Mayangan yaitu
sebelah utara berbatasan dengan Selat Madura, sebelah timur berbatasan
dengan lahan reklamasi, sebelah selatan berbatasan dengan wisata Bee Jay
Bakau Resort (BJBR), dan sebelah barat berbatasan dengan PT KTI Plywood
Factory.

4.3 Struktur Organisasi


Struktur organisasi menggambarkan kerangka dan susunan hubungan
antara bagian atau posisi, fungsi, dan juga menunjukkan hirarki organisasi.
Dalam suatu organisasi setiap orang memiliki peran dan wewenang, tanggung
jawab, dan sistem pelaporan terhadap atasan masing-masing yang bertujuan
untuk menciptakan stabilitas dan pengkoordinasian dapat berjalan dengan
lancar.
Struktur organisasi di UPT PPP Mayangan merupakan struktur organisasi
garis atau linier. Struktur organisasi ini terdapat tanggung jawab bercabang dari
kekuasaan tertinggi sampai tingkat paling bawahan. Kekuasaan tertinggi dalam
UPT PPP Mayangan yaitu Kepala UPT PPP Mayangan yang dipegang oleh
bapak Siswanto S.Pi.,MM, Terdapat beberapa bagian yang bertanggung jawab
terhadap Kepala UPT, yaitu Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi
Teknis Pelabuhan, dan Kepala Seksi Tata Kelola dan Pelayanan Usaha. Dimana
masing-masing bagian memiliki tugas dan wewenang tersendiri. Berikut
penjelasan tugas dan wewenang masing-masing bagian pada struktur organisasi
UPT PPP Mayangan :

12
1. Kepala UPT
Kepala UPT memiliki beberapa tugas dan wewenang, yaitu:
a. Penyusunan perencanaan program dan kegiatan UPT.
b. Pelayanan tambat labuh, bongkar muat, perbaikan kapal dan
kesyahbandaran pelabuhan perikanan.
c. Pelaksanaan keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan dan
keselamatan kerja (K5) kawasan pelabuhan perikanan.
d. Pelaksanaan pendampingan teknis penerapan jaminan mutu dan
keamanan hasil tangkapan.
e. Pelaksanaan pengelolaan sarana dan prasarana pelabuhan,
f. Melaksanakan pemeliharaan fasilitas operasional pelabuhan perikanan.
g. Melaksanakan pelayanan informasi penangkapan ikan dan informasi
cuaca.
h. Melaksanakan pengembangan usaha jasa pelabuhan perikanan.
i. Menyiapkan bahan dukungan teknis pemantauan usaha penangkapan
ikan.
j. Pelaksanaan ketatausahaan.
k. Pelaksanaan pelayan masyarakat.
l. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan.
m. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas.

2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha.


Kepala Sub Bagian Tata Usaha memiliki tugas dan wewenang yaitu :
a. Melaksanakan pengelolaan dan pelayanan adminitrasi umum.
b. Melaksanakan pengelolaan adminitrasi kepegawaian.
c. Melaksanakan pengelolaan adminitrasi keuangan.
d. Melaksanakan pengelolaan adminitrasi perlengkapan peralatan kantor.
e. Melaksanakan kegiatan hubungan masyarakat.
f. Melaksanakan pengelolaan urusan rumah tangga.
g. Melaksanakan pengelolaan penyusunan program, anggaran dan
perundang-undangan.
h. Melaksanakan kearsipan UPT.
i. Melaksanakan dan evaluasi organisasi dan tatalaksana.
j. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh UPT.

13
3. Kepala Seksi Pelayanan Teknis Pelabuhan
Kepala Seksi Pelayanan Teknis Pelabuhan memiliki tugas dan wewenang yaitu :
a. Menyusun perencanaan kegiatan Seksi Pelayanan Teknis Pelabuhan.
b. Melaksanakan pelayanan tambat labuh, bongkar muat, perbaikan kapal
dan kesyahbandaran pelabuhan perikanan.
c. Melaksanakan keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan dan
keselamatan kerja (K5) kawasan pelabuhan perikanan.
d. Melaksanakan pendampingan teknis penerapan jaminan mutu dan
keamanan hasil tangkapan.
e. Menyiapkan bahan pelayanan penerbitan Surat Keterangan Pendaratan
Ikan (SKPI), Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan (SHTI) dan Sertifikat Cara
Penanganan Ikan yang Baik (CPIB).
f. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan.
g. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPT.

4. Kepala Seksi Kelola dan Pelayanan Usaha.


Kepala Seksi Kelola dan Pelayanan Usaha memiliki tugas dan wewenang yaitu :
a. Menyusun perencanaan kegiatan Seksi Tata Kelola dan Pelayanan
Usaha.
b. Melaksanakan pemeliharaan fasilitas operasional pelabuhan perikanan.
c. Melaksanakan pelayanan informasi penangkapan ikan dan informasi
cuaca.
d. Melaksanakan pengembangan usaha jasa pelabuhan perikanan.
e. Menyiapkan bahan dukungan teknis pemantauan usaha penangkapan
ikan.
f. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan.
g. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPT.

14
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kapal

Gambar 3. Kapal KMN. Siliwangi


Kapal ikan adalah kapal atau perahu yang digunakan untuk penangkapan
ikan, pembudidayaan ikan, pengakutan ikan, pengelolaan ikan. di daerah
perairan, laut, danau, sungai. Kapal ikan di Indonesia sendiri masih tergolong
tradisional namun sudah ada beberapa yang modern (Dalimunthe et al, 2018).
KMN Siliwangi merupakan kapal perikanan semi modern yang terbuat dari bahan
kayu dilapisi fiber dengan panjang total (LoA) 15.50 m, Lebar (B) 6.30 m dan
Dalam (d) 1.80 m. Adapun data kapal dan konstruksi KMN Siliwangi dapat dilihat
pada table dan gambar dibawah.
No Klasifikasi Keterangan
1 Nama Kapal KMN. Siliwangi
2 Pemilik Kapal Anis Farida
3 Nahkoda Mito
4 Panjang Kapal 15.50 m
5 Lebar Kapal 6.30 m
6 Tinggi Kapal 1.80 m
7 Isi Bersih 9 NT
8 Isi Kotor 30 GT
9 Jumlah ABK 30 Orang
10 Jumlah Palka 10
11 Mesin Utama Mitsubishi 90 PK
12 Mesin Bantu Yanmar, 30 PK

Tabel 1. Data Kapal KMN Siliwangi

No Spesifikasi Keterangan
1 Nama Kapal KMN. Siliwangi
2 Tanda Selar GT. 30 No. 1497/ Mp
3 Alat Penangkap Ikan purse seine
4 Pembuatan Kapal Tanjung Perak
5 Daerah Operasional WPP RI 712

15
6 No. SIPI 26.20.3598.03.00196
7 No. SIUP 02.19.04.3598.0041
Mitsubishi D16, 6 Cyl
8 Merk / Keluaran Mesin
No. D68JRR04320, 90 PK

Tabel 2. Spesifikasi Kapal KMN. Siliwangi

Gambar 4. Desain Kapal.

5.2 Alat Penangkap Ikan purse seine


Purse seine yang digunakan oleh nelayan merupakan jenis mini purse
seine dengan panjang 570 meter dengan menggunakan kapal dengan kapasitas
30 GT dan jumlah tenaga kerja atau ABK tidak lebih dari 30 orang. Menurut Alan
et al, (2015), Alat tangkap purse seine dengan jaring purse seine di bawah 500
meter, kapal purse seine berukuran <80 GT dan jumlah tenaga kerja 30 orang
dengan lama melaut hingga 30 hari tergolong dalam jenis mini purse seine.
Pukat cincin (purse seine) adalah jaring besar yang membentuk dinding
dikerahkan untuk menangkap ikan yang bergerombol. Ikan yang menjadi tujuan
penangkapan dari jaring lingkar adalah ikan – ikan “pelagic shoaling species”
yang berarti ikan – ikan tersebut haruslah membentuk gerombolan berada dekat
dengan permukaan air dan sangatlah diharapkan pula gerombolan ikan tersebut
tinggi, yang berarti jarak ikan dengan ikan lainnya haruslah sedekat mungkin
(Fadlilah et al, 2017).
Menurut Silitonga et al, (2016), konstruksi alat tangkap purse seine
memiliki dua komponen yaitu komponen utama yang merupakan jaring (webbing)
yang terdiri dari kantong jaring, bahu jaring, perut jaring dan sayap jaring.
Komponen kedua adalah komponen penunjang yang terdiri dari srampatan

16
(selvedge), tali ris atas (upper ris line), tali ris bawah (under ris line), tali
pelampung (float line), tali pemberat (sinker line), tali cincin (ring line) dan tali
kerut (purse line).

5.2.1 Konstruksi purse seine

Gambar 5. Konstruksi purse seine


Keterangan:
a. Pelampung f. Tali Pemberat
b. Tali Pelampung g. Tali Cincin
c. Tali Ris Atas h. Tali Kerut
d. Tali Ris Bawah i. Cincin Jaring
e. Pemberat

a. Pelampung
Pelampung yang digunakan adalah pelampung yang berbahan PVC
(Polyvinyl Clorida) dengan panjang pelampung 12 cm dengan diameter luar 9 cm
dan diameter dalam 1,5 cm. Jarak dari pelampung satu dengan yang lain yaitu
20 cm.
b. Tali Pelampung

17
Tali pelampung yang digunakan berbahan polyethylene (PE) yang
merupakan serat buatan dengan lebar 1,5 dengan panjang 570.
c. Tali Ris Atas
Tali ris atas juga digunakan untuk penghubung antara tali pelampung
dengan serampat atas yang memiliki diameter 1 cm dan panjang 570 m. Tali ris
atas sendiri terbuat dari bahan polyethylene (PE).
d. Tali Ris Bawah
Tali ris bawah terbuat dari bahan polyethylene (PE).dengan diameter 1
cm dan panjang 620 m. Fungsi tali ris bawah sendiri digunakan sebagai penguat
tali pemberat dan menghubungkan dengan sayap, badan, dan kantong jaring.
e. Pemberat
Fungsi pemberat yaitu untuk menenggelamkan jaring agar jaring bisa
terbentang secara vertikal ketika dalam proses pengoperasiannya. Berat pada
pemberat yaitu 300 gram, panjang pemberat 5.5 cm, dan jarak antar pemberat
yaitu 19.5 cm.
f. Tali Pemberat
Fungsi dari tali pemberat yaitu untuk penghubung pemberat satu dengan
yang lainnya. Panjang tali pemberat yaitu 620 m yang terbuat dari bahan
polyethylene (PE) dengan diameter 1 cm.
g. Tali Cincin
Tali cincin berfungsi untuk mengaitkan cincin dari tali pemberat.
h. Tali Kerut
Tali kerut dipasang melalui cincin cincin yang berfungsi untuk
mengerutkan bagian bawah jaring yang melewati cincin bertujuan agar jaring
bawah langsung menutup. Panjang tali kerut yaitu 700 m yang terbuat dari bahan
polyethylene (PE) dengan diameter 3 cm.

i. Cincin Jaring
Cincin jaring yang digunakan dari bahan stainlees steel dengan memiliki
diameter luar 12.4 cm dan diameter dalam 9.3 cm. Jaran cincin satu dengan
yang lain adalah 49.5 cm dan banyak cincin adalah 115 buah.

5.3 Alat Bantu Penangkapan

18
5.3.1 Lampu
Lampu merupakan salah satu teknologi dalam penangkapan ikan yang
berfungsi untuk menciptakan cahaya buatan untuk mengelabuhi ikan sehingga
melakukan tingkah laku tertentu untuk memudahkan nelayan dalam operasi
penangkapan ikan. Tingkah laku ikan kaitannya dalam merespon sumber cahaya
yang sering dimanfaatkan oleh nelayan adalah kecenderungan ikan untuk
berkumpul di sekitar sumber cahaya. Lampu yang digunakan yaitu lampu bohlam
yang memiliki daya 250 watt. Pemanfaatan lampu untuk alat bantu penangkapan
ikan dilakukan dengan memanfaatkan sifat fisik dari cahaya buatan itu sendiri
(Rosyidah et al, 2009)

5.3.2 Genset

Gambar 6. Genset
Genset merupakan sumber tenaga listrik dapat membantu menghidupkan
lampu untuk membantu operasi penangkapan ikan. Genset yang dipakai adalah
merek Daiho EXM-8800 yang berdaya 6000 watt. Dalam satu kapal mempunyai
3 genset untuk membantu proses penangkapan ikan, pemakaian tergantung
cuaca dan banyaknya ikan di laut.

5.3.3 Gardan

19
Gambar 7. Gardan
Gardan merupakan alat bantu penangkapan ikan, yang posisi nya di
samping kanan kapal. Gardan berfungsi untuk menarik tali kolor agar jaring pada
bagian bawah mengerucut sehingga memungkinkan penarikan jaring lebih cepat
dan dimaksudkan agar ABK bekerja lebih ringan. selain itu gardan juga berfungsi
untuk menurunkan dan menaikkan lampu pengumpul ikan (pelak).

5.4 Pengoperasian Alat Tangkap


5.4.1 Penentuan daerah penangkapan
Salah satu persiapan dalam merencanakan operasi penangkapan ikan
adalah menentukan daerah penangkapan. Tujuan dan sasaran ikan yang akan
ditangkap juga menjadi satu pertimbangan alat tangkap yang akan digunakan.
Untuk daerah penangkapan ikan, nelayan tergantung dari kebiasaan dan
faktor turun temurun dari nelayan tersebut. Tetapi secara teknis dalam
menentukan daerah penangkapan yang mempunyai sumber daya ikan yang
melimpah, maka nelayan harus pandai dan teliti dengan kondisi wilayah tersebut.

5.4.2 Daerah penangkapan


Kegiatan menangkap ikan berlangsung selama 3 hari. Dalam satu malam
nelayan bisa menurunkan 2 sampai 3 lampu untuk membantu proses
penangkapan. Untuk menuju ke fishing ground atau daerah penangkapan,
nelayan memerlukan waktu 5 jam dan berangkat mulai dari siang hari dan tiba
sebelum matahari terbenam. Penurunan lampu satu dengan lampu lainnya
tergolong tidak jauh. Ini dibuktikan dari pandangan lampu satu dengan yang lain
masih terlihat oleh mata. Daerah penangkapan meliputi WPP RI 712 dan lebih

20
tepat nya di laut jawa. Gambar daerah penangkapan dapat dilihat pada gambar
di bawah.

Gambar 8. Daerah Penangkapan.

5.4.3 Penurunan lampu

Gambar 9. Proses Penurunan Lampu


Pelepasan lampu merupakan tahapan yang bertujuan sebagai sarana
atau alat untuk merangsang ikan target tangkapan agar berkumpul disekitaran
cahaya lampu. Lampu biasanya dilepas atau diturunkan pada sore hari pukul
16.00 – 17.00 kemudian dibiarkan mengapung, banyak lampu yang diturunkan
atau dilepaskan tergantung arahan dari nahkoda atau tekong.
Warna cahaya lampu yang digunakan dalam pengoperasian yaitu putih
dan menggunakan dua bohlam dengan daya 250 watt dengan sumber listrik
menggunakan genset dengan daya 6000 watt. Konstruksi dari lampu sendiri
menggunakan kayu berlapis fiber sebagai pelampung agar dapat mengapung
dan bohlam dan genset tidak terendam air laut.

21
5.4.4 Penurunan jaring

Gambar 10. Proses Penurunan Jaring


Penurunan jaring atau setting dilakukan pada malam hari sekitar pukul
23.00 hingga selesai. Setting dilakukan sebanyak lampu yang dilepaskan ke laut
namun biasanya nelayan dalam semalam dapat melakukan setting tidak lebih
dari empat kali. Setting dilakukan dengan cara melingkari lampu yang sudah di
lepaskan sebelumnya, dengan kecepatan tinggi kapal bergerak melingkari lampu
tersebut sambil melepaskan pelampung pertama sebagai ujung dari jaring
kemudian di ikuti pemberat dan badan jaring.
Setelah kedua ujung dari purse seine bertemu maka nelayan dengan
cepat menarik tali kerut dengan menggunakan alat bantu gardan agar ikan tidak
terhambur keluar dari dalam jaring. Setting berlangsung tidak lebih dari 30 menit
terhitung dari seluruh bagian purse seine telah melingkari lampu, kemudian tali
kerut ditarik secepat mungkin agar ikan yang sudah terjebak tidak dapat
meloloskan diri. Setelah proses setting terdapat proses selanjutnya yaitu
penaikan jaring keatas kapal.

5.4.5 Pengangkatan jaring

Gambar 12. Proses Pengangkatan Jaring atau Hauling.

22
Pengangkatan jaring atau hauling merupakan tahapan penarikan seluruh
bagian jaring purse seine untuk mengambil ikan hasil tangkapan. Tahap ini masih
menggunakan tenaga manusia dan dibantu gardan untuk menarik tali kolor.
Untuk menarik seluruh bagian dari purse seine sehingga armada purse seine
memerlukan ABK yang cukup banyak. Sekitar 30 awak kapal termasuk nahkoda,
KKM (kepala kamar mesin), dan koki juga ikut andil dalam tahapan hauling ini.
Setelah seluruh bagian purse seine telah berhasil ditarik naik ke atas
kapal, berikutnya adalah proses pengambilan ikan hasil tangkapan untuk
selanjutnya dimasukkan ke dalam palka atau proses penanganan hasil
tangkapan.

5.5 Hasil Tangkapan


Hasil tangkapan pada pengoperasian purse seine pada kapal KMN.
Siliwangi mendapatkan ikan yang berfariasi. Hasil tangkapan utama adalah ikan
yang berekonomis tinggi. Sedangkan hasil tangkapan sampingan adalah selain
ikan target tangkapan utama yang berekonomis rendah. Tabel hasil tangkapan
dapat dilihat pada halaman selanjutnya.

23
Hasil tangkapan dapat dilihat pada tabel dibawah.
No Nama Ikan Nama Latin Gambar

1 Kembung Rastrelliger kanagurta

2 Semar Mene maculata

Selar
3 Selar
rumenophthalmus

4 Tongkol Euthynnus affinis

Acanthocybium
5 Tenggiri Banci
solandri

6 Layur Trichiurus lepturus

Tabel 3. Hasil Tangkapan

5.6 Penanganan Ikan di Atas Kapal


Proses penanganan ikan hasil tangkapan di atas kapal bertujuan untuk
menjaga mutu atau kualitas ikan dan memperlama pembusukan agar tetap baik

24
hingga ikan dipasarkan. Saat ini penanganan yang dianggap baik adalah dengan
penerapan rantai dingin, yaitu mengusahakan agar ikan tetap dingin atau suhu
rendah ( Tani V et al, 2020).
Pada kapal purse seine KM. Siliwangi melakukan proses penanganan
ikan dengan menggunakan sistem pendinginan di dalam palka dengan
menggunakan es batu. Teknik penanganan ikan di atas kapal dimulai dari
penaikan ikan di atas kapal, penanganan ikan sebelum di simpan, penyortiran,
pendistribusian dan pemasaran.

Gambar 12. Penanganan Ikan di Atas Kapal

5.6.1 Pengangkatan ikan di atas kapal


Teknik penaikan ikan ke atas kapal yaitu dengan menggunakan serok
yang diangkat oleh gardan. Ikan yang telah terkumpul kedalam serok langsung
dinaikkan menggunakan gardan. Kemudian serok diarahkan kebagian tengah
kapal lalu diturunkan dan di lepas tali pengaitnya. Setelah itu ikan dituang ke
samping palka.

Gambar 13. Penaikan Ikan di Atas Kapal


5.6.2 Penyortiran ikan
Menurut Fajriyah S (2020), sortirasi merupakan proses pemilihan dan
pemisahan. Pada KM. Siliwangi, proses sortir dilakukan berdasarkan jenis dan

25
kualitas saja tidak dengan ukurannya, karena ukuran setiap jenis ikan yang
berhasil tertangkap relatif sama. Penyortiran dilakukan dengan cara ikan dipilah
lalu disimpan kedalam palka. Ikan yang rusak serta bukan menjadi target
tangkapan langsung dibuang.

Gambar 14. Penyortiran Ikan

5.6.3 Distribusi di darat


Hasil tangkapan yang telah ditampung/disimpan pada palka kemudian
didistribusikan ke darat untuk di jual. Pendaratan ikan dilakukan pada Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Mayangan. Ikan
yang didaratkan terdiri atas ikan layur, bawal bintang, tongkol kenyar. Proses
pemindahan ikan menggunakan keranjang yang bisa menampung hingga 80 kg
ikan. Keranjang yang dipakai berasal dari bambu yang di anyam.

Gambar 15. Proses Distribusi

5.6.4 Pemasaran
Ikan hasil tangkapan dipasarkan secara lelang pada Tempat Pelelangan
Ikan (TPI) di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Mayangan. Biasanya para

26
pembeli merupakan pengusaha lokal disekitaran Pulau Jawa. Ikan yang telah
dibeli kemudian diangkut menggunakan mobil box dan didistribusikan ke
berbagai tempat. Ada yang dipasarkan secara langsung pada pasar lokal
ataupun mengolahnya menjadi produk perikanan. Dalam pendistribusiannya
selalu diterapkan sistem rantai dingin untuk mempertahankan mutu ikan.

Gambar 16. Proses Pemasaran

27
VI. PENUTUP

6.1 Kesimpulan

1. Proses penangkapan ikan dilakukan pada malam hari. Dimulai pada


penurunan lampu sebelum matahari terbit dan dilakukaannya setting pada jam
23.00. Setting dilakukan dengan cara melingkari lampu yang sudah
diturunkan. Setting dilakukan dengan cepat agar ikan tidak terhambur dari
jaring. Pengangkatan jaring atau hauling dilakukan oleh seluruh ABK
termasuk nahkoda. Penarikan jaring dan penaikkan ikan ke atas kapal dibantu
oleh gardan sehingga dapat mengurangi waktu hauling. Setelah ikan naik
keatas kapal, ABK langsung menyoritir ikan, ikan yang rusak atau bukan
target tangkapan langsung dibuang. Ikan target tangkapan langsung
dimasukkan ke dalam palka.
2. Penyortiran ikan dilakukan di atas kapal dan dilakukaan saat perjalanan
pulang. Pengambilan ikan dari palka dilakukan dengan bantuan serok dan
ditarik dengan gardan. Setelah ikan dimasukkan ke keranjang, ikan langsung
dibawa ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan langsung di distribusikan ke
penjual atau pabrik lokal.
3. Kapal yang digunakan merukapan kapal berbahan kayu yang dilapisi fiber
dengan panjang kapal 15.50 m, tinggi kapal, 1.80 m, dan lebar kapal 6.30 m.
Mesin penggerak kapal menggunakan merk Mitsubishi dengan daya 90 PK.

6.2 Saran

1. Kurangnya alat keselamatan pada kapal, dan seharusnya lebih diperhatikan


mengenai keselamatan ABK dan crew kapal yang lain.
2. Proses penanganan masih tergolong tradisional dan pentingnya
memperhatikan mutu ikan.
3. Kurangnya kesadaran nelayan yang membuang sampah kelaut. Lebih
diperhatikan tentang kebersihan pelabuhan dan kebersihan lingkungan.
4. Kebersihan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang kurang, sehingga mengurangi
kualitas ikan. Lebih diperhatikan lagi untuk kebersihan Tempat Pelelangan
Ikan (TPI).

28
DAFTAR PUSTAKA

Agus R, Sugeng, Sansan. 2016. Desain Mesin Penarik Jaring (Power Block)
Bertenaga Hidrolik Untuk Mini Purse Seine. 14(2):67.

Alhuda S, Anna Z, Rustikawati I. 2016. Analisis Produktivitas Dan Kinerja Usaha


Nelayan Purse Seine Di Pelabuhan Perikanan Pantai Lempasing, Bandar
Lampung. 7(1): 30-40.

Ayudia, Edi S, Budhi W. 2016. Analisis Kesalahan Penggunaan Bahasa


Indonesia Dalam Laporan Hasil Observasi Pada Siswa Smp. 4(1) : 45.

Blasius S. 2003. Dokumentasi, Informasi Dan Demokratisasi. 27(1) : 7-14.

Dalimunthe M S, Amiruddin W, Ari W B. 2018. Analisa Teknis Kekuatan


Kontruksi Akibat Penggantian Alat Tangkap Dan Nilai Ekonomisnya. 6(1):243.

Fadlilah A, Chrismianto D, dan Amiruddin W. 2017. Analisis Pengaruh


Penggantian Alat Tangkap Alternatif Jaring Lingkar Terhadap Stabilitas serta
Olah Gerak Kapal Tradisional Trawls Juwana. Jurnal Teknik Perkapalan. (5)4:
632 – 641.

Fajriyah S. 2020. Analisis Biaya Volume Dan Laba Dengan Menggunakan


Metode Break Even Point (BEP Dalam Menetapkan Volume Dan Harga
Penjualan Pada Produk Ikan Teri Di PT.Marinal Indoprima Di Desa Kapedi
Bluto Sumenep [skripsi]. Madura. Institut Agama Islam Negeri Madura.

Hastrini A, Rodyid A, Riyadi R H. 2013. Analisis Penanganan (Handling) Hasil


Tangkapan Kapal Purse Seine Yang Didaratkan Di Pelabuhan Perikanan
Pantai (PPP) Bajomulyo Kabupaten Pati. 2(3):2.

Ikha S, Weni M. 2018. Perikanan Tangkap Purse Seine di Pelabuhan


Perikanan Nusantara (PPN) Pemangkat Kalimantan Barat. 1(3):92.

Ilhamdi H, Kuswoyo A. 2013. Pengamatan Aspek Operasional Pukat Cincin Yang


Berbasis Di Ppn Prigi Jawa Timur. 11(1) : 34-35.

Imanuel M T, Gondo P, Sulaeman M. 2013. Penggunaan Light Emitting Diode


Pada Lampu Celup Bagan. 4(2):141-142.

29
Mahiswara, Agustinus A W, Asep P. 2009. Sebaran Kepadatan Akustik Ikan
Pelagis Di Bawah Pengaruh Cahaya Lampu Pada Perikanan Pukat Cincin Di
Laut Jawa. 15(2):152.

Metusalach, Kasmiati, Fahrul, Ilham J. 2014. Pengaruh Cara Penangkapan,


Fasilitas Penanganan dan Cara Penanganan Ikan Terhadap Kualitas Ikan
yang Dihasilkan. 1(1):41.

Mita R. 2015. Wawancara, Sebuah Interasi Komunikasi Dalam Penelitian


Kualitatif. 11(2):71.

Nurdin E, Taurusman A A, Roza Y. 2012. Optimasi Jumlah Rumpon, Unit


Armada Dan Musim Penangkapan Perikanan Tuna Di Perairan Prigi, Jawa
Timur. 18(1):53.

Orison S K, Elof M K, Isrojaty J P. 2013. Sukses pengoperasian pukat cincin


Sinar Lestari 04 dengan alat bantu rumpon yang beroperasi di Perairan Lolak
Provinsi Sulawesi Utara. 1(3):72.

Pratama M A D, Trisnani D H, Triarso I. 2016. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Hasil Produksi Unitpenangkapan Purse Seine (Gardan) Di Fishing Base Ppp
Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur. 11(2):124.

Rizki M, Indradi S, Faik K. 2018. Analisis Perbandingan Dimensi Utama Kapal


Purse Seine Di Pelabuhan Perikanan Mayangan Kota Probolinggo Jawa
Timur. 7(4) :68.

Rizal Z, Aristi D P F, Sulistyani D P. 2017. Analisis Panjang Jaring Dan Ukuran


Kapal Terhadap Hasil Tangkapan Alat Tangkap Purse Seine di Pelabuhan
Perikanan Pantai (Ppp) Mayangan, Kota Probolinggo, Jawa Timur. 6(4):56.

Rizwan, Ichsan S, Sayyid A E R, Irma D, Nanda R P, Arif M. 2017. Desain Dan


Studi Konstruksi Kapal Purse Seine Bermaterial Kayu Dipelabuhan Perikanan
Samudera (PPS) Lampulo. (1):92.

Rosyidah N I, Farid A, Arisandi A. 2009. Efektifitas Alat tangkap Mini Purse Seine
Menggunakan Sumber Cahaya Berbeda Terhadap Hasil Tangkap Ikan
Kembung. 2(1): 51.

30
Rumpa A, Isman K. 2017. Desain Purse Seine yang Ideal Berdasarkan Tingkah
Laku Ikan Layang (Decapterus macarellus) dan Ikan Tongkol Deho (Auxis
thazard) di Rumpon. 5(2):96.

Tani V, Rasdam, Siahaan I. 2020. Teknik Penanganan Ikan Hasil Ta Ngkapan Di


Atas Kapal Purse Seine Pada Km. Asia Jaya Ar 03 Juwana Pati Jawa
Tengah. 15(1):68.

Telussa, R.F. 2006. Efektivitas Bagan Apung di Perairan Waai, Pulau Ambon.
(Tesis). Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Widodo A A, Mahiswara. 2009. Efisiensi Teknis Kapal Pukat Cincin di Laut Jawa
dan Sekitarnya yang Berbasis Di PPN Pekalongan. 15(3):200

31
LAMPIRAN

32
Lampiran 1.

Kunjungan Dosen pada tanggal 31 maret 2021 yang di wakili oleh ibu Wulandari
Sarasati, S.Pi., M.Si dan dilakukan kegiatan foto bersama di lingkungan
pelabuhan.

33
Lampiran 2.

Senam Bersama Pegawai Pelabuhan yang di ikuti oleh seluruh pegawai


pelabuhan dan dilaksanakan setiap hari jumat pagi.

34
Lampiran 3.

Kegiatan di Pelabuhan yang meliputi inspeksi kapal bersama syahbandar


pelabuhan dan kegiatan di kantor.

35
Lampiran 4.

Fasilitas Break Water untuk memecah gelombang

36
Lampiran 5.

Fasilitas Docking Kapal di PPP Mayangan untuk memperbaiki kapal yang rusak
atau perawatan kapal.

37
Lampiran 6.

Fasilitas Dermaga Tempat Pelelangan Ikan untuk tempat bersandar kapal ikan.

38
Lampiran 7.

Fasilitas Gedung Pertemuan dan Aula untuk acara di pelabuhan dan tempat
olahraga pegawai pelabuhan.

39
Lampiran 8.

Fasilitas SPDN yang digunakan nelayan untuk mengisi bahan bakar kapal ikan
atau kapal penampung yang berada di PPP Mayangan.

40
Lampiran 9.

Tempat yang digunakan nelayan untuk perbaikan jaring, pada umumnya jaring
yang di perbaiki yaitu purse seine.

41
Lampiran 10.

STBLK (Surat Tanda Bukti Lapor Keberangkatan) yang di berikan kepada


nelayan untuk sebagai bukti lapor keberangkatan kapal.

42
Lampiran 11.

SPB (Surat Persetujuan Berlayar) yang diberikan kepada nahkoda kapal yang di
terbitkan oleh syahbandar pelabuhan.

43
Lampiran 12.

Surat Pernyataan Nahkoda tentang pemberangkatan kapal yang meliputi data


nama nahkoda, agen kapal, dan pernyataan nahkoda

44
Lampiran 13.

Daftar anak buah kapal yang meliputi nama – nama anak buah kapal yang
mengikuti trip kapal tersebut.

45
Lampiran 14.

Tanda selar kapal KMN. Siliwangi yang di pasang di tiang utama haluan kapal.

Lampiran 15.

Pelampung Jaring yang berbahan PVC, memiliki panjang 12 cm, dan diameter
1,5 cm

46
Lampiran 16.

Pelampung penanda jaring yang terbuat dari bahan plastic, digunakan untuk
penanda jaring.

Lampiran 17.

Pemberat jaring yang terbuat dari timah, mempunyai berat 300 gram dengan
panjang 5,5 cm dan jarak antar pemberat 19,5 cm.

47
Lampiran 18.

Mesin gardan yang digunakan memiliki daya 30 PK untuk membantu proses


penangkapan kapal.

Lampiran 19.

Cincin jaring berbahan stainless steel yang memiliki diameter luar 12,4 cm dan
diameter dalam 9,3 cm dengan jarak antara cincin yaitu 49,5 cm.

48
Lampiran 20.

Lampu penerangan kapal yang berada di samping kanan dan samping kiri
anjungan yang masing – masing memiliki 2 buah lampu.

Lampiran 21.

Mesin kapal yang memiliki merk Mitsubishi dan memiliki tenaga 90 PK.

49
Lampiran 21.

Penutupan KPA yang di hadiri Kepala Pelabuhan dan Kepala Kepegawaian


Pelabuhan sekaligus memberikan cindera mata kepada pelabuhan.

50
RIWAYAT HIDUP

Penulis memiliki nama lengkap Ayang Anuti Gusti


dilahirkan di Tulungagung, Jawa Timur pada tanggal 11
September 1998 dari ayah Heru Santoso dan Ibu Yuni
Astutik. Penulis adalah putra pertama dari dua
bersaudara. Pada tahun 2018, penulis lulus dari SMA
Negeri 1 Tulungagung dan pada tahun yang sama penuis
lulus seleksi pada Penerimaan Taruna Baru
(PAPENTARU) melalui jalur umum dan diterima di Program Studi Perikanan
Tangkap.
Selama menempuh pendidikan di SMA Negeri 1 Tulungagagung, penulis
aktif dalam kegiatan seni karawitan, seni pertunjukan theater, dan seni
pertunjukan lainnya. Pada semester II penulis melaksanakan Praktik Kerja
Lapang di Perancak, semester IV penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapang di
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi Trenggalek, dan pada akhir
semester melaksanakan Kerja Praktik Akhir di Pelabuhan Perikanan Pantai
(PPP) Mayangan Probolinggo. Penulis membuat karya ilmiah dengan judul
“Proses Penangkapan Dan Penanganan Hasil Tangkapan di Kapal KMN.
Siliwangi, Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Mayangan Probolinggo, Jawa
Timur”.

51

Anda mungkin juga menyukai