Anda di halaman 1dari 38

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Indonesia merupakan negara yang sebagian besar wilayahnya

terdiri dari perairan yang sangat luas. Hal ini bahwa potensi

perkembangan usaha perikanan disetiap wilayah kepulauan Indonesia

dapat dikembangkan, mengingat sumberdaya perikanan yang terdapat

diperairan Indonesia masih banyak yang belum dikelolah sehingga

memberikan peluang yang baik untuk mengembangkan sumber daya

perikanan dalam rangka meningkatkan pendapatan devisa negara.

Seiring berjalannya waktu, semakin berkembang pula pengetahuan

dan teknologi khususnya dibidang perikanan untuk menggunakan alat

tangkap yang efektif dan efisien untuk mendapatkan hasil tangkapan

yang diinginkan sesuai dengan tujuan penangkapan.

Purse seine atau jaring lingkar merupakan alat tangkap yang

efektif untuk menangkap ikan-ikan pelagis yang bersifat bergerombol dan

cara hidup dekat dengan perairan. Alat tangkap ini bersifat aktif karena

dalam pengoperasiannya bersifat menghalangi, mengurung serta

mempersempit ruang gerak ikan baik kesamping (horizontal) maupun

kearah dalam (vertical) sehingga ikan tidak dapat melarikan diri dan

akhirnya tertangkap. (Tomasila dan Usemahu , 2004).

Untuk mendapatkan hasil tangkapan yang banyak dalam kegiatan

penangkapan ikan di laut, harus ada faktor penunjang dalam

1
pengoperasiannya. Seperti alat bantu pengkapan yang paling efektif dan

efisien menggunakan alat bantu ponton dan cahaya lampu agar lebih

mempermudah mengumpulkan ikan dalam suatu daerah penangkapan

(fishing ground).

Pengoperasian purse seine dilakukan dengan 2 (dua) tahap yaitu

setting dan hauling. Keberhasilan proses setting dan hauling sangat di

pengaruhi oleh beberapa faktor seperti kecepatan melingkar jaring,

kecepatan tenggelam pemberat serta kecepatan penarikan tali kerut.

1.2 Tujuan

Dalam pelaksanaan Kerja Praktik Akhir penulis mempunyai tujuan

sebagai berikut :

1. Dapat mengoperasikan alat tangkap purse seine.

2. Dapat mengoperasikan alat-alat navigasi di atas kapal.

3. Dapat melakukan penanganan hasil tangkapan di atas kapal

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alat Tangkap Ikan

Alat tangkap ikan yang di desain khusus untuk menangkap ikan-

ikan pelagis yang bergerombol dalam jumlah yang sangat besar, dengan

melingkari gerombolan ikan, mengurung dan menutup bagian-bagian

yang di perkirakan dapat meloloskan diri.

2.1.1 Definisi purse seine

Menurut Menurut Ardidja (2010). Purse seine adalah suatu alat

penangkap ikan yang digolongkan kedalam kelompok jaring lingkar

(surrounding nets). Jaring ini dioperasikan dengan cara melingkari

gerombolan ikan, baik dari bagian samping maupun dari bagian bawah,

sehingga gerombolan ikan tersebut tidak dapat meloloskan diri dari

jaring.

Menurut Ardidja (2010). Purse seine adalah suatu alat penangkapan

ikan yang digolongkan ke dalam kelompok jaring lingkar (surrounding

nets) jaring ini dioperasikan dengan jalan melingkari gerombolan ikan

tersebut tidak dapat meloloskan diri dari jaring.

2.1.2 Konstruksi purse seine

1. Jaring Utama

Mahiswara. T. W Budiharti dan Bahaqi (2013), bahan utama yang

biasanya digunakan untuk pembuatan jaring utama biasanya

menggunakan nylon atau vinylon. Ukuran mata jaring disesuaikan

dengan jenis-jenis ikan yang akan ditangkap.

3
2. Jaring bagian sayap

Mahiswara T. W Budiharti dan Bahaqi (2013), jaring bagian sayap

yaitu bagian jaring yang terletak di samping kiri dan kanan pada jenis

jaring berkantong tengah. Jaring bagian sayap yaitu jaring yang terletak

pada samping kiri dan kanan pada jaring berkantong tengah.

3. Jaring bagian pembentuk kantong

Mahiswara T. W Budiharti dan Bahaqi (2013), jaring bagian

pembentuk kantong yaitu tempat untuk mengonsentrasikan ikan yang

telah terkurung sehingga dapat mempermudah pada saat menaikan ikan

hasil tangkapan keatas kapal (palka).

4. Selvadge

Mahiswara T. W Budiharti dan Bahaqi (2013), selvadge atas yaitu

jaring penguat yang menghubungkan tali ris atas dan bagian jaring yang

berada di bawahnya dan di tempatkan dibawah tali ris atas.

Salvadge bawah, yaitu jaring pengua yang menghubungkan tali ris

bawah dan bagian jaring yang berada di atasnya dan ditempatkan diatas

tali ris bawah yang diikatkan pada tali ris agar bagian tepi jaring utama

tidak cepat rusak atau robek. Bahan selvedge biasnya lebih kaku dari

jaring utama seperti polyethylene.

Selvedge dipasang pada bagian pinggiran jaring yang berfungsi

memperkuat jaring sewaktu dioperasikan, termasuk pda saat penarikan

jaring.

4
5. Tali ris atas

Mahiswara T. W Budiharti dan Bahaqi (2013) tali ris atas terdiri

dari 2 (dua) bagian yaitu :

 Tali pelampung, yaitu tali yg melewati lubang-lubang pelampung.

 Tali pengapit, yaitu tali yang terbuat dari bahan yang sama dengan

tali pelampung tapi berbeda arah pintalanya, (S dan Z) dengan

maksud agar tali pelampung tidak kusut.

6. Tali ris bawah

Mahiswara T. W Budiharti dan Bahaqi (2013), tali ris bawah terdiri

dari.

a. Tali pemberat yaitu tali yang dimasukan kedalam lubang-lubang

pemberat.

b. Tali tegak, yaitu tali yang diikatkan di sepanjang tepi sayap jaring dan

menghubungkan antara tali ris bawah dengan fungsi untuk memperkokoh

bagian sayap jaring pada saat jaring ditarik keatas kapal.

c. Tali cincin, yaitu tali tempat bergantungnya cincin sebagai pemberat

yang terdapat ditali ris bawah.

d. Tali kerut, tali kerut untuk mengumpulkan cincin atau jaring bagian

bawah pada waktu operasi maka digunakan tali kerut yang ditarik setelah

jaring selesai dilingkarkan. Karena dengan terkumpulnya cincin maka

jaring bagian bawah akan terkumpul menjadi satu. Sebaiknya penarikan

tali kerut harus sehalus dan secepat mungkin sampai seluruh cincin-cincin

purse seine terkumpul dan muncul dari laut, atau sampai dirasa cukup.

5
e. Pelampung

pelampung befungsi untuk mengapungkan seluruh alat tangkap

keatas permukaan air. Bahan yang digunakan adalah bahan yang berat

jenisnya lebih kecil dari berat jenis air laut Pada purse seine umumnya

digunakan bahan sintetik.

2.1.3 Pengoperasian purse seine

Setelah sampai di daerah yang dianggap baik untuk melakukan

penangkapan, serta keadaan cuaca yang memungkinkan, purse seine

perlu dipersiapkan segala sesuatunya, persiapan-persiapan tersebut

antara lain :

1. Mengikat cincin pada pemberat.

2. Memasang pelampung pada tali pelampung.

3. Memasukan tali kerut ke cincin yang dipasang ring stick.

4. Memperbaiki jaring apabila terjadi kerusakan.

Pengoperasian penangkapan terdiri dari: persiapan, penurunan alat

tangkap (setting), penaikan jaring (hauling) dan menaikan ikan ke atas

kapal.

2.1.4 Persiapan

Perbekalan dan peralatan yang akan digunakan pada saat operasi

penangkapan harus didipersiapkan dengan matang, sehingga pada saat

operasi penangkapan berjalan dengan lancar.

6
Adapun persiapan yang dilakukan meliputi: persiapan administrasi

(dokumen), persiapan ransum makanan, persiapan air tawar, persiapan

bbm dan pelumas.

2.1.5 Penurunan Alat Tangkap (setting)

Setting adalah suatu kegiatan dimana penurunan jaring

(melingkari gerombolan ikan). Setting dilakukan dengan cara bertahap

sampai jaring melingkari gerombolan ikan (schooling). Menurut Tomasila

dan Usemahu (2004), hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelingkaran

purse seine ini yaitu :

1. Arah pelingkaran alat; pelingkaran jaring dapat dilakukan ke arah kiri

dan kanan yaitu disesuaikan dengan arah putaran baling-baling kapal

dan tatanan jaring di atas kapal.

2. Kedudukan alat dan gerombolan ikan terhadap kapal penangkap.

Pada waktu pelingkaran alat untuk mengepung gerombolan ikan perlu

diperhatikan faktor-faktor berikut :

a. Arah angin

Terhadap arah datangnya angin, kedudukan gerombolan ikan dan

jaring harus ditempatkan di atas angin sedangkan kapal harus berada

dibawa angin.

b. Arah arus

Kebalikan dari kedudukan terhadap arah angin, kedudukan kapal

terhadap arah arus adalah di atas arus, sedangkan gerombolan ikan dan

jaring beradah dibawa arus.

7
c. Arah gerombolan ikan

Terhadap arah pergerakan gerombolan ikan kedudukan jaring harus

menghadang kemuka gerombolan ikan sedangkan kedudukan kapal

beradah di belakang gerombolan ikan.

d. Arah datang sinar matahari

Terhadap arah datangnya sinar matahari, gerombolan ikan dan jaring

harus ditempatkan kearah datangnya sinar matahari, sedangkan

kedudukan kapal adalah sebaliknya harus bertentangan dengan arah

datangnya sinar matahari.

Proses setting dimulai dengan komando nahkoda, pelampung

besar (buoy) dilepas kelaut, kapal dijalankan dengan cepat hampir

searah ataupun memotong arus, kemudian jaring dilingkarkan pada

gerombolan ikan, dengan memperhitungkan jari-jari lingkaran jaring

dan gerombolan ikan maka setelah selesai penurunan jaring maka

pelampung besar sudah berada di haluan kapal dan segera dinaikan

keatas kapal.

(Photo credit google)

Gambar 01. Pengoperasian purse seine saat setting

8
2.1.6 Penaikan jaring (hauling)

Hauling adalah proses kegiatan penarikan jaring setelah jaring

dilingkari. Kegiatan ini terbagi dalam 2 bagian utama, yaitu penarikan tali

kerut dan penaikan isi jaring.

1. Penarikan tali kerut

menurut Gardjito (2000), sebaiknya penarikan tali kerut tidak

memakan waktu lama kira-kira berkisar 30 menit dengan kecepatan

sedang agar supaya tali kerut tidak mudah putus, disamping itu

penarikan tali kerut yang terlalu cepat akan menyebabkan kapal akan

tertarik masuk kedalam lingkaran jaring. Guna menghindari ikan-ikan

melarikan diri (escape) ke arah vertikal ataupun horizontal maka

kecepatan penarikan tali keru harus diperhatikan setelah jaring

dilingkarkan.

(Photo credit google)

Gambar 02. Penarikan tali kerut

9
Alat-alat bantu penarikan tali kerut dapat dibedakan dalam 5 jenis,

sesuai dengan jenis tali kerut yang digunakan, yaitu :

Tabel 1. Jenis alat bantu penarikan tali kerut

Jenis Bahan Tali


No Jenis Alat
Kerut

1 Capstand Serat Manila


2 Windlass Serat Manila
3 One Drum Winch Kawat Baja
4 Two Drum Trawl Winch Kawat Baja
5 Three-Four Seine Winch Kawat Baja

Semakin cepat proses penarikan tali kerut, maka semakin cepat

pula cincin purse seine akan terkumpul sehingga jaring akan membentuk

sebuah kantong dan kawanan ikan tidak dapat meloloskan diri lagi. Hal ini

dimaksudkan demi efisiensi dan tingkat keberhasilan operasi

penangkapan yang tinggi.

2. Penarikan isi jaring; penarikan isi jaring harus cepat, Namun hati-hati

mengingat ikan masih bisa lolos dan melarikan diri dengan cara

melompati tali pelampungnya.

10
(Photo credit google)

Gambar 03. Penarikan jaring (hauling) ke atas kapal

2.1.7 Faktor yang mempengaruhi penangkapan

Faktor yang mempengaruhi penangkapan ikan, yaitu meliputi :

1. Kecerahan perairan

2. Adanya angin dan arus angin

3. Musim

4. Panjang dan kedalaman jaring

5. Kecepatan kapal pada waktu melingkar gerombolan ikan

6. Kecepatan menarik badan jaring

7. Predator Pemangsa

2.2 Kapal Penangkap Ikan

Kapal purse seine adalah jenis kapal penangkap ikan yang

mendominasi daerah tersebut operasi penangkapan di lakukan 3 hingga 6

hari per trip. Ikan sasaran tangkap dapat perairan di atas 12 mil

sehingga di butuhkan jangkauan area kapal yang tinggi.

11
2.2.1 Alat-alat Navigasi dan Komunikasi

Alat bantu penangkapan ikan adalah semua teknologi dan

instrumen yang digunakan dalam penangkapan ikan, baik untuk

mengumpulkan ikan, mencari keberadaan ikan, menentukan daerah

penangkapan, maupun untuk mempermudah pengoperasian alat tangkap

dalam hal ini adalah alat-alat navigasi dan komunikasi.

2.2.2 Alat-alat Navigasi

Navigasi adalah proses memantau dan mengendalikan pergerakan

dari seseorang atau alat transportasi (mobil, kapal atau pesawat) dari

satu ke tempat yang lainnya.

1. Peta Peta laut

Laut yaitu lebih menjurus ke hal-hal dan keterangan-keterangan

yang dibutuhkan oleh Seorang navigator dalam hal menentukan posisi,

jarak, haluan serta hal-hal yang menyangkut keselamatan bernavigasi di

laut. Dengan dilengkapi dengan benda bantu navigasi dan peruman-

peruman. haluan yang dihitung dari posisi pertama. Peta laut adalah peta

yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dipakai untuk

merencanakan suatu pelayaran baik di laut lepas pantai maupun

diperairan umum. Peta laut merupakan salah satu alat bantu bernavigasi

untuk keselamatan pelayaran.

12
2. Kompas

Menurut Muldan (2012), kompas adalah salah satu alat navigasi

yang berfungsi untuk menetapkan arah haluan kapal dan juga untuk

membaring suatu target sasaran.

3. GPS (global position system)

Simrad (2015), GPS pada kapal sangatlah krusial di gunakan untuk

bernavigasi dikapal. Ibaratkan lautan tanpa ikan ketika kapal tidak ada

GPS nya, kenapa di sebut seperti itu karena GPS itu jalan yang akan kita

lewati untuk berlayar. GPS adalah system radio navigasi dan penentuan

posisi menggunakan satelit, nama formalnya adalah NAVSTAR GPS

kependekan dari navigation satellite and ranging global positioning

system. Dalam hal penentuan posisi, GPS dapat memberikan ketelitianz

posisi spektrumnya cukup luas.

4. Teropong

Teopong atau Teleskop Teropong adalah sepasang teleskop identik

atau cermin simetris dipasang side-by-side dan selaras untuk menunjuk

secara akurat ke arah yang sama, memungkinkan pengunjung untuk

menggunakan kedua mata dengan visi teropong saat melihat obyek yang

jauh.

5. Fish finder

Fish finder terdiri dari display berupa monitor dan transducer yang

dicemplungkan ke laut, transducer untuk memindai keberadaan ikan di

laut dan hasilnya akan ditampilkan ke layar. Fish finder digunakan untuk

13
mendeteksi besarnya gerombolan ikan pada lokasi yang ditunjukkan

pada peta zona potensi ikan. Fish finder dapat memudahkan nelayan

mengetahui posisi ikan. Alat tersebut dapat mengurangi beban nelayan

akibat kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan mempermudah nelayan

dalam mencari ikan sehingga biasa meningkatkan hasil penangkapan

ikan.

4. Radar (radio detection and ranging)

Untuk menentukan posisi kapal dari waktu ke waktu. Dalam

menentukan posisi kapal dengan radar dapat dilakukan dengan beberapa

cara yaitu menggunakan baringan dengan baringan, menggunakan

baringan dengan jarak dan menggunakan jarak dengan jarak

a). Memandu kapal keluar – masuk pelabuhan atau perairan sempit.

Pada posisi head up, radar sangat efektif dan efisien untuk membantu

nakhoda atau pandu dalam melayarkan kapalnya keluar-masuk

pelabuhan, sungai atau alur pelayaran sempit.

b). Membantu menemukan ada atau tidaknya bahaya tubrukan

Dengan melihat pada layar cathode ray tube (CRT) adanya pantulan atau

echo dari awan yang tebal.

C). Membantu memperkirakan hujan melewati lintasan kapal

Dengan melihat pada layar radar (cathoda ray tube) adanya pantulan

atau echo dari awan yang tebal.

5. Echosounder

14
Echosounder adalah alat yang dapat membantu untuk mencari ikan

dengan lebih baik, echosounder tidak menangkap ikan namun dapat

membantu untuk menangkap lebih banyak ikan dengan alat tangkap

purse seine atau jenis jaring yang lain. (Burczynski, and Ben-Yami,

1985).

Menurut Vires dan Nowacek (2011) Echosounder menggunakan

gelombang akustik aktif (mengirim dan menerima sinyal) dan dapat

digunakan untuk mengetahui atau mendeteksi jumlah biomassa ikan di

laut.

Untuk kepentingan perikanan, penggunaan echosonder sangat

efisiens metode akustik yang efektif dan menjanjikan adalah scientifiec

echosounder. Scientifiec echosounder mampu mengukur dengan mudah

sinyal pantulan (echoes) yang berasal dari ikan dan dasar laut. Teori dari

bottom scataring telah di kembangkan untuk melihat performance dari

Scientifiec echosounder (Manik, 2006).

2.2.3 Alat Komunikasi

1. Marine VHF Radio

Radio ini sangat penting untuk situasi darurat, dan dipantau

24 jam sehari oleh Coast Guard. Semua perahu harus dilengkapi

dengan setidaknya satu dan harus stand by di Channel 16 (untuk

keadaan darurat, panggilan darurat, peringatan keselamatan dan USCG

Pemberitahuan untuk Mariners) dan 13 (untuk antara kapal ditengah laut

dalam menyampaikan informasi penting).

15
2.3 Alat Bantu Penangkapan

Alat tangkap purse seine ini akan lebih efektif apabila dioperasikan

menggunakan alat bantu penangkapannya. Alat bantu penangkapan

yang paling efektif dan efisien pada saat ini adalah menggunakan alat

bantu rumpon atau dengan cahaya lampu. Selain untuk dapat

mengumpulkan ikan ke dalam suatu daerah penangkapan, rumpon dan

cahaya lampu juga dapat mempermudah dalam mencari daerah

penangkapan (fishing ground).

2.3.1 Rumpon

Soegiri dan Nur Bambang (2004), rumpon merupakan suatu

bangunan benda yang menyerupai pepohonan yang dipasang atau

ditanam disuatu tempat ditengah laut. Rumpon biasa disebut juga

dengan Fish Agregation Device (FDA) yaitu suatu alat bantu

penangkapan yang berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul dalam

suatu area. Rumpon laut dalam adalah alat bantu pengumpul ikan yang

digunakan dalam operasi penangkapan ikan. Rumpon ini ditempatkan

disuatu perairan dengan kedalaman lebih dari 200 meter, yang berfungsi

sebagai tempat berteduh atau berlindung dan tempat mencari makan

bagi ikan-ikan pelagis besar.

1. Penempatan Rumpon

Berdasarkan posisi penempatannya, rumpon dapat diklasifikasikan

menjadi dua jenis yaitu rumpon permukaan yaitu berfungsi untuk

mengumpulkan ikan-ikan pelagis, dan rumpon dasar berfungsi

16
mengumpulkan ikan-ikan demersal. Rumpon dapat juga dapat

diklasifikasikan menurut kedalamanya yaitu :

a. Rumpon laut dangkal yaitu kedalaman laut sampai dengan 200 meter

b. Rumpon laut dalam yaitu kedalaman laut lebih dari 200 meter

2. Konstruksi rumpon

Secara garis besar konstruksi rumpon dapat didefinisikan melalui

melalui komponen-komponennya yang meliputi :

a. Pelampung

Komponen utama pelampung terbuat dari berbagai macam bahan

diantaranya rakit bambu, bahan besi plat ponton atau torpedo, atau

rangkaian drum oli berlapis fiberglass.

b. Tali payaw

Terbuat dari rangkaian beberapa jenis bahan antara lain rantai,

tali baju (wire rope), tali polyethylene (PE) atau tali polyprophylene (PP).

Tali-tali ini juga merupakan komponen utama yang panjangnya ± 1,5

kali kedalaman laut. Pada tiap sambungan rangkaian tali payaw

digunakan segel dan beberapa bagian tersebut dilengkapi kili-kili/patiri

(swivel).

c. Attractor

Terbuat dari berbagai macam bahan diantaranya daun kelapa,

jaring bekas, atau pita plastik yang berfungsi sebagai tempat

berkumpulnya ikan.

17
d. Jangkar atau pemberat

Terbuat dari bahan beton cor (concrete) yang berjumlah 2 – 5

buah, masing-masing mempunyai berat 200 – 500 kg. Jumlah pemberat

tergantung dari kedalaman atau panjang tali rumpon/payaw yang

digunakan.

( Photo credit google)

Gambar 04. Konstruksi Rumpon

3. Prinsip kerja rumpon

Menurut Gardjito (2000), bahwa ikan-ikan kecil berkumpul

disekitar rumpon karena adanya plankton ataupun organisme yang lain

yang hidup dan menempel pada daun kelapa. Rumpon merupakan

pengganti terumbu karang atau tumbuhan laut.

Pada waktu penangkapan mulai diatur sedemikian rupa dan

diusahakan agar Ikan-ikan berkumpul disekitar rumpon agar dapat

dipindahkan atau distimulasikan ke rumpon mini. Caranya ada beberapa

macam misalnya menggiring dengan menggerak-gerakan rumpon induk

diatas perahu melalui pelampung-pelampungnya. Hal ini menyebabkan

ikan-ikan yang semula berkumpul di sekitar rumpon beralih ke rumpon

mini dan disini dilakukan penangkapan.

18
2.3.2 Cahaya Lampu

Ikan tertarik pada cahaya melalui penglihatan mata dan

rangsangan melalui otak. Peristiwa tertariknya ikan pada cahaya disebut

phototaxis. Dengan demikian, ikan yang tertarik oleh cahaya hanyalah

ikan-ikan foto taxis yang umumnya adalah ikan-ikan pelagis dan

sebagian kecil ikan demersal, sedangkan ikan-ikan yang tidak tertarik

oleh cahaya atau menjauhi cahaya biasa disebut fotophobi.

Fungsi cahaya dari lampu dalam penangkapan ikan adalah untuk

mengumpulkan ikan sampai pada suatu cathable area tertentu. Tidak

semua ikan tertarik oleh cahaya, pada suatu saat ikan akan mendekati

sumber cahaya (foto taxis positif), menjauhi sumber cahaya (foto taxis

negatif) atau pun menyebar karena pengaruh warna dan intensitas

cahaya tersebut. Hal ini karena adanya faktor-faktor tertentu yang

mempengaruhi ikan terhadap cahaya lampu tersebut (Baskoro dan

Suherman, 2007).

Tomasila dan Usemah (2004) menyatakan bahwa, faktor-faktor

yang mempengaruhi tertariknya ikan terhadap cahaya adalah sebagai

berikut :

1). Faktor dalam (perilaku ikan) yaitu kelakuan atau tingkah laku

(behaviour) ikan itu sendiri. Dalam hal ini tidak semua ikan memberi

rangsangan yang sama terhadap cahaya. Bila cahaya diintroduksikan

pada ikan, maka ada 4 macam reaksi yang diberikan yaitu :

19
a. Pada waktu menerima cahaya, ikan akan turun dan bergerombol

atau berkumpul.

b. Ikan akan menyebar pada waktu menerima cahaya.

c. Ikan akan naik mendekati sumber cahaya, kemudian akan turun

sedikit.

d. Ikan akan berkumpul dan naik kearah datangnya cahaya.

2. Faktor luar (lingkungan), yaitu faktor yang menyebabkan tertariknya

ikan terhadap rangsangan cahaya yaitu :

a) Kekeruhan air; kekeruhan air laut sangat mempengaruhi

perambatan cahaya, sehingga menggangu tertariknya ikan

terhadap cahaya.

b) Kedalaman perairan; kedalaman perairan akan sangat menggangu

intensitas cahaya yang masuk kedalam perairan tersebut.

c) Sinar bulan; pada waktu bulan terang, cahaya bulan akan

menyebar sehingga penggunaan cahaya lampu tidak akan efektif.

3. Stimulus; Stimulus atau rangsangan yang dimaksudkan disini adalah

berupa intensitas, posisi sumber cahaya dan warna cahaya itu sendiri.

Intensitas cahaya yang digunakan umumnya tergantung pada umur

bulan atau keadaan bulan dilangit.

2.3.3 Daerah Penangkapan

Menurut Thomasil dan Usemahu (2004), daerah penangkapan

untuk alat tangkap purse seine merupakan daerah terbuka dan luas,

dasarnya harus bebas dari batu dan karang atau kerangka kapal karam

20
yaitu kedalaman berkisar 50 meter. Di daerah penangkapan purse seine

di perairan lepas pantai ukuran lebar jaring dan ukuran mata jaring

disesuaikan dengan jenis ikan yang akan ditangkap.

Cara mengenali fishing ground dapat diketahui dengan

memperhatikan tanda-tanda sebagai berikut :

1. Perubahan warna air laut.

2. Lompatan ikan-ikan dipermukaan laut.

3. Riak-riak kecil di permukaan laut.

4. Adanya buih-buih dipermukaan laut.

5. Burung-burung yang menukik menyambar ikan di permukaan laut.

2.3.4 Hasil Tangkapan

Menurut Taufik (2010), jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan

penangkapan dari purse seine adalah ikan-ikan yang membentuk suatu

gerombolan dan berada dekat dengan permukaan air, diharapkan pula

densitas dari gerombolan tersebut tinggi yang berarti jarak ikan dengan

ikan yang lain haruslah sedekat mungkin.

Menurut Fauzlm, (2013), Penanganan ikan di atas kapal harus baik

dan benar agar di peroleh hasil yang semaksimal mungkin. Keberhasilan

penanganan ikan di atas kapal dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor di

antaranya alat penanganan, media pendingin, teknik penanganan, dan

keterampilan.

Pemakaian alat-alat penanganan yang lengkap dan baik dalam arti

dapat memperkecil kerusakan fisik, kimia, mikrobiologi dan biokimia akan

21
memberikan hasil yang maksimal. Media pendingin yang memberikan

hasil yang baik adalah media pendingin yang dapat memperlambat proses

biokimia dan pertumbuhan mikroba dalam daging ikan.

Menurut Tomasila dan Usemahu (2004), hasil tangkapan yang

telah tercurah di deck kapal langsung disortir atau dipilih dan dipisahkan

untuk ikan-ikan ekonomis penting dan yang tidak mempunyai nilai

ekonomis penting. Adapun ikan-ikan yang telah dipilih dan mempunyai

nilai ekonomis penting segera dicuci dengan air laut yang bersih dan

disimpan di dalam palka yang sudah dilengkapi dengan alat pendingin

atau bila lainnya dapat dicampur dengan es pecahan dengan

perbandingan ikan : es = 1 : 1 (satu kilo ikan, satu kilo es).

Sedangkan menurut Soewartono (1998), penanganan ikan di palka

meliputi beberapa tahap yaitu :

1. Penanganan di atas deck.

2. Penyimpanan ikan di palka.

Penyimpanan ikan dipalka dapat dilakukan dengan 4 cara yaitu

dengan cara menimbun ikan dipalka (bulking), menyimpan ikan di palka

dengan rak (shelfing), menyimpan ikan di palka dengan peti (boxing),

dan merendam ikan di dalam palka.

22
III. METODE PRAKTIK

3.1 Waktu dan Tempat

Pelaksanaan Kerja Praktek Akhir di laksanakan mulai dari bulan

Februari sampai dengan bulan juni brtempat di KM…. di pelabuhan

perikanan pantai tumumpa Kota Manado.

3.2 Alat dan Bahan

selama melaksanakan Kerja Praktek Akhir penulis menggunakan

alat dan bahan sebagai berikut :

1. Kapal motor dan alat tangkap Purse Seine.

2. Alat-alat bantu penangkapan, misalnya : fishfinder, (power block)

yang terdiri dari : Fishing Boom, Choker Winch), speed boat,

scoopnet/serok, rumpon.

3. Alat-alat navigasi misalnya : Peta laut, GPS, Kompas, Radar.

4. Alat-alat untuk mengidentifikasi alat tangkap dan hasil tangkapan,

misalnya : penggaris, meteran, kamera, kalkulator, timbangan.

5. Alat dan bahan untuk penanganan ikan, misalnya : es balok,

keranjang.

6. Bahan pokok diatas kapal, misalnya : bahan logistik, air tawar, BBM,

dan minyak pelumas.

7. Proposal Kerja Praktik Akhir (KPA).

8. Alat tulis menulis.

23
3.3 prosedur kerja

Selama praktek kerja berlangsung, aspek teknis dipelajari dengan

mengikuti seluruh aktivitas dalam pengoperasian purse seine, mulai di

Fishing base dan kembali ke fishing base.

Fishing Base : Menuju Fishing Ground :


1. Ingin mengetahui 1. Ingin mengetahui
bagimana Menyiapkan bagimana Melayarkan
dokumen kapal kapal
2. Ingin mengetahui 2. Ingin mengetahui
bagimana Menyiapkan bagimana Melakukan
bahan bakar tugas jaga navigasi
3. Ingin mengetahui 3. Ingin mengetahui
bagimana Menyiapkan bagimana Menentukan
bahan makanan posisi kapal
4. Ingin mengetahui 4. Ingin mengetahui
bagimana Mengisi air bagimana Menentukan
bersih ke dalam palka, dll posisi rumpon
5. Ingin mengetahui
bagimana Menjaga
stabilitas kapal
6. Ingin mengetahui
bagimana Mengatur
kecepatan kapal apabila
terjadi cuaca buruk

Kembali ke Fishing Base


dan di Fishing Base
1. Ingin mengetahui Saat di Fishing Ground :
bagimana Melayarkan 1. Ingin mengetahui
kapal bagimana Mempersiapkan
2. Ingin mengetahui alat tangkap.
bagimana Melakukan Memperhatikan
tugas jaga kapal gerombolan ikan.
3. Ingin mengetahui 2. Ingin mengetahui
bagimana Menjaga bagimana Ikan hasil
stabilitas kapal tangkapan diangkat dan di
4. Mengatur kecepatan kapal masukan ke dalam palka
apabila terjadi cuaca buruk 3. Ingin mengetahui
5. Ingin mengetahui bagimana Memilih Ikan
bagimana Membersihkan target tangkapan dan
kapal target sampingan.
6. Ingin mengetahui 4. Ingin mengetahui
bagimana Menyiapkan alat bagimana Melakukan
tangkap penanganan hasil
tangkapan.

24
3.4 Analisis Data

Data yang sudah didapat dan diolah terlebih dahulu selanjutnya

dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif yaitu analisis

yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap

obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana

adanya, tanpa melainkan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku

umum.

3.5 Rencana Kegiatan

Adapun rencana kegiatan selama pelaksanaan Kerja Praktek Akhir

adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan persiapan; Kegiatan ini dilakukan sebelum berangkat ke

lokasi praktek yaitu:

a. Konsultasi awal dengan dosen pembimbing

b. Penyiapan proposal

c. Melapor ke perusahaan terkait

d. Konsultasi proposal dengan perusahaan dan orientasi lapangan

2. Pelaksanaan kegiatan

a. Mengamati secara langsung

b. Terjun langsung melakukan pekerjaan

c. Wawancara langsung dengan menggunakan kuisioner

3. Pengakhiran

a. Menyusun laporan Kerja Praktek Akhir

b. Konsultasi dengan dosen pembimbing

25
c. Seminar laporan dan ujian komprehensif

4. Jadwal kegiatan; Sebelum melaksanakan Kerja Praktek Akhir

terlebih dahulu melakukan persiapan dan tahapan perencanaan

agar kegiatan yang akan dilakukan dapat dikendalikan.

Tabel 2. Rencana Kegiatan


No Jenis Waktu
Kegiatan
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu

Konsultasi X
1 Proposal KPA

Penyusunan
2 Proposal KPA X

Seminar X
3 Proposal KPA

Turun Ke X X X X
4 Lokasi Praktek
Pengumpulan X X X X
5 Data

Praktek Kerja X X X X
6 Sesuai P.S

7 Penarikan KPA X

8 Penyusunan X X
Laporan

9 Seminar Hasil X
Dan Ujian
Kompre

26
DAFTAR PUSTAKA

Adidja, (2010). Bahan alat Penangkapan Ikan. STP Jakarta.

Baskoro,dan Agus Suherman. 2007. Teknologi penangkapan. ikan dengan


cahaya. Universitas Diponegoro : Semarang.

Fatichus surur (2010) purse seine, fatichus suru ; Ed – Jakarta : pres


2010.

Fauzlm, 2013 https://fauzalm.wordpress.com/2013/01/07/penanganan-


ikan-di-atas-kapal-2/

Gardjito. 2000. Alat bantu dalam pengoperasian purse seine. Balai


Pelatihan Penangkapan ikan. Tegal.

Mahiswara T. W Budiharti dan Bahaqi. 2013. Karakteristik Teknis Alat


Tangkap Pukat Cincin di Perairan Teluk Apar, Kabupaten Paser
Kalimantan Timur. J. Lit. Perikanan Indonesia, Vol. 19, No. 1: 1-7.

Muldan M, (2012). Alat Navigasi Kapal Pengertian Kompas. Dinas


Perhubungal Laut jakarta.

Naldhy Wakatobi. 2015. Echosounder.


https://naldhywakatobi.wordpress.com/2015/01/27/echo-
sounder-alat-akustic-perikanan-kelautan/

Pujo I, Jarmiko S, Susilo F. 2012. Analisis Investasi Kapal Ikan Tradisional


Purse seiner 30 GT. Kapal 9(2): 58 – 67

Rubianto, 2013. Stabilitas dan bangunan kapal. STP. Press. Jakarta


Selatan.

27
Simrad, (2015). Alat Navigasi Kapal. Pengertian GPS. Dinas Perhubungal
Laut jakarta.

Soewartono.1998.Teknologi Hasil Perikanan. Balai Metodologi Informasi


Perikanan Bogor

Soegiri dan Nur Bambang, (2004) Rumpon Laut Dalam (payaw). Balai
Diklat Jakarta.

Taufik A, (2010). Jenis Hasil Tangkapan Dengan Alat Tangkap Purse seine.
PT Rinenka Cipta. Jakarta

Tomasila dan A.rahman usemahu 2004. Teknik Penangkapan Ikan.


Dapertemen Kelautan dan Perikanan: Jakarta. 44 hal

28
LAMPIRAN

Lampiran 01. Kuisioner yang digunakan dalam Kerja Praktek Akhir

I. Pelaksanaan setting

a. Persiapan apa yang dilakukan sebelum pengoperasian alat

tangkap ?

b. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi saat setting ?

c. Waktu yang ideal saat pelaksanaan setting ?

d. Sistematika penurunan alat tangkap ?

e. Kecepatan yang ideal saat setting ?

f. Lamanya proses setting ?

g. Cara memantau rumpon sebelu setting ?

h. Jenis-jenis rumpon yang baik untuk penangkapan ?

i. Posisi rumpon pada saat setting ?

j. Masalah yang sering timbul ketika pengoperasian alat tangkap dan

cara mengatasinya ?

II. Pelaksanaan Hauling

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses hauling ?

b. Sistematika pada saat hauling ?

c. Posisi kapal dan alat tangkap selama melakukan hauling ?

d. Waktu yang ideal selama hauling ?

e. Bagaimana cara pengangkatan hasil tangkapan ke atas kapal ?

f. Posisi rumpon pada saat hauling ?

g. Posisi perahu lampu pada saat hauling ?

29
III. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penangkapan

a. Arah arus saat melakukan setting ?

b. Posisi kapal terhadap arus ?

c. Posisi kapal terhadap angin ?

d. Bagaimana cara mengetahui arah angin dan arah arus pada saat

pengoperasian alat tangkap ?

e. Kejadian apa saja yang sering terjadi secara tiba-tiba saat

pengoperasian alat tangkap dan bagaimana cara mengatasinya ?

IV. Efisiensi penggunaan alat bantu penangkapan

a. Kapan saja alat bantu penangkapan dioperasikan ?

b. Berapa lama rumpon bisa bertahan di perairan dalam ?

c. Berapa lama penggunaan attractor pada rumpon harus diganti ?

d. Jenis lampu dan daya lampu yang disukai oleh ikan ?

e. Cara pengoperasian alat bantu penangkapan agar dapat

memperoleh hasil yang memuaskan ?

f. Bagaimana cara penempatan rumpon diperairan yang dalam ?

V. Pengidentifikasikan jenis-jenis ikan hasil tangkapan

a. Jenis-jenis ikan apa sajakah hasil tangkapan utama ?

b. Ikan apa saja yang merupakan hasil tangkapan sampingan ?

c. Ikan apa saja yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan menjadi

sasaran utama ?

d. Proses penanganan pada ikan hasil tangkapan ?

30
Lampiran 02. Data Spesifikasi Kapal

I. Identitas kapal

a. Nama kapal :

b. Tanda selar :

c. Tipe kapal :

d. Tahun pembuatan :

e. Tempat pendaftaran :

f. Nomor SIUP :

g. Nomor SIPI :

II. Ukuran Kapal

a. Panjang :

b. Lebar :

c. Dalam :

d. Draf :

e. Isi Kotor :

f. Isi Bersih :

III.Spesifikasi Mesin

a. Jenis Mesin :

b. Merek :

c. Kapasitas PK :

d. Bahan Bakar :

e. Kapasitas Tangki :

31
IV. Awak Kapal

a. Nahkoda :

b. Pembantu Nahkoda :

c. KKM :

d. Pembantu KKM :

e. ABK :

V. Perlengkapan Keselamatan

a. Life boat :

b. Life raft :

c. Life bouy :

d. Life jacket :

e. Fire extinguisher :

f. Fire rocket :

32
Lampiran 03. Data Spesifikasi Alat Bantu Penangkapan

a. Rumpon laut : Rakit atau atractor dan cahaya lampu

1. Rakit bambu

o Ukuran P X L :

o Jumlah bambu :

o Ø bambu :

2. Tanda pengenal

o Bahan :

o Ukuran :

3. Atractor

o Bahan :

o Jumlah :

4. Tali jangkar

o Bahan :

o Jumlah :

o Ø tali :

5. Pemberat

o Bahan :

o Jumlah :

o Ukuran/berat :

6. Lokasi penempatan rumpon

o Lintang dan bujur :

33
7. Lampu

o Bahan :

o Jenis lampu :

o Warna lampu :

o Jumlah lampu :

o Bahan bakar lampu :

o Intensitas cahaya :

o Penempatan lampu :

34
Lampiran 04. Data Jaring

Ukuran

N Mesh
Bagian Bahan P L D Ø
o size Jumlah
(cm) (cm) (cm) (cm)
(cm)

Badan
1
jarring

Sayap
2
Jaring

3 Pelampung

4 Cincin

5 Pemberat

6 Tali ris atas

Tal iris
7
bawah

Tali
8
pelampung

35
Lampiran 05. Data Jenis Ikan Hasil Tangkapan
No Nama Ikan Jenis Ikan Jumlah (kg/ton)

36
Lampiran 06. Data Operasi Penangkapan
Hari/ Waktu Penggunaan
Posisi Arah Ket
No Tangga Operasi Alat Bantu
l Lintang Bujur Arus Angin Setting Hauling Lampu Rumpon

37
38

Anda mungkin juga menyukai