Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Alat penangkap ikan

Disusun Oleh :

ANGELICA SAVIORTA SEMBIRING

213020405031

JURUSAN PERIKANAN
PRODI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebab atas segala
rahmat serta berkat-Nya sayai dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “alat penangkap
ikan”. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk memenuhi salah satu tugas pada
mata kuliah Dasar-dasar penangkapan ikan. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk
menambah pengetahuan mengenai penerapan panangakapan ikan secara illegal.

Saya berterima kasih atas dorongan, bimbingan dan saran dari berbagai pihak,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, sudah selayaknya juga saya
mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr.Ir.Sweking Gandih ,M. S..selaku dosen
pengampu mata kuliah Dasar-dasar penangkapan ikan.

Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan pada
penyusunan makalah ini sebab keterbatasan pengetahuan serta pengalaman saya. Kerena itu
saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Palangka Raya, 09 oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..............................................................................................3
C. Tujuan Penulisan...............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….4
A. Pukan Cincin (Purse Seine).............................................................................4
B. Pukat Hela (Trawls)..........................................................................................6
C. Jaring Insang (Gill net)......................................................................................6
D. Jaring Angkat (Lift Nets)……………………………………………………...7
E. Alat Yang Dijatuhkan (Falling Gears)…………………...……………………7
F. Pancing (Hooks and Lines)……………………………………………………8
G. Penggaruk (Dredges)………………………………………………………….8
H. Perangkap (Trap)……………………………………………………………...8
BAB III PENUTUP..............................................................................................9
KESIMPULAN........................................................................................……10
Daftar pustaka…………………………………………………………………11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sebagai negara Kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut yang lebih luas daripada
wilayah daratan. Hal ini menjadi potensi sumberdaya dalam keanekaragaman flora dan fauna.
Laut Indonesia menjadi sumber kehidupan dan mata pencaharian bagi masyarakat Indonesia
khususnya masyarakat yang tinggal di daerah pesisir. Potensi sumberdaya ikan laut Indoensia
sebesar 6,5 juta ton per tahun tersebar di perairan wilayah Indonesia dan perairan Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia.
Namun potensi ini kerap dieksploitasi oleh warga negara asing yang melaut di Indonesia.
Akhir akhir ini, dunia terus menyoroti implementasi kebijakan KKP (Kementrian Kelautan dan
Perikanan) tentang sanksi peledakan dan penenggelaman kapal nelayan asing yang masuk ke
Indonesia untuk melakukanillegal fishing. Menurut UU No.45 tahun 2009, kapal perikanan
adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan
ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan,
pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian/eksplorasi perikanan.
Kegiatan penangkapan ikan merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan
sejumlah hasil tangkapan, yaitu berbagai jenis ikan untuk memenuhi permintaan sebagai
sumber makanan dengan menggunakan berbagai jenis alat tangkap. Aktivitas perikanan dimulai
dengan usaha melakukan penangkapan ikan ataupun mengumpulkan biota akuatik (rumput laut,
kerang-kerangan dan lain-lain). Penangkapan ikan tentu saja didukung oleh teknologi
penangkapan ikan yang memadai dan berwawasan lingkungan. Hal ini bertujuan agar hasil
tangkapan yang diperoleh maksimal serta tidak menimbulkan kerusakan pada habitat ikan
sehingga sumberdaya ikan tetap lestari. Operasi penangkapan ikan oleh setiap jenis alat tangkap

B. Rumusan Masalah
a. Apa saja jenis-jenis alat tangkap ikan yang digunakan di Indonesia?
b. Bagaiman cara mengoprasikan jenis alat tangkap ikan?

C . Tujuan
a. Mengetahui jenis-jenis alat tangkap ikan di Indonesia.
b. Mengetahui cara mengoprasikan jenis alat tangkap ikan di Indonesia

3
BAB II

PEMBAHASAN

A . Pukat Cincin (Purse Seine)

Pukat cincin (Purse seine) adalah alat penangkap ikan dari jaring yang dioperasikan dengan
cara melingkari gerombolan ikan hingga alat berbentuk seperti mangkuk pada akhir proses
penangkapan ikan. Alat tangkap ini digunakan untuk menangkap ikan pelagis yang
bergerombol.
Cara pengoperasian pukat cincin adalah dengan melingkari gerombolan ikan, kemudian
tali kolor (purse line) ditarik ke dan dari kapal hingga bentuk jaring menyerupai mangkuk.
Selanjutnya hasil tangkapan dipindahkan ke kapal dengan menggunakan serok atau scoop.
Purse seine disebut juga pukat atau jaring kantong, karena bentuk jaring pada saat
dioperasikan menyerupai kantong. Alat tangkap ini disebut juga jaring kolor, karena pada
bagian bawah jaring dilengkapi dengan tali kolor yang berfungsi untuk menyatukan bagian
bawah jaring sewaktu operasi dengan cara menarik tali kolor tersebut (Diniah, 2008).
Menurut Brandt (2005) menyatakan bahwa karakteristik purse seineterletak pada cincin dan
purse line atau tali kolor. Alat tangkap ini memiliki ciri tali ris atas yang lebih pendek dari
tali ris bawahnya, sedangkan alat tangkap yang termasuk kelompok ini seperti lampara
memiliki tali ris atas yang lebih panjang dari tali ris bawah. Purse seine dikelompokkan ke
dalam kelompok surrounding nets.
Ada dua tipe Purse seine yaitu Purse seine tipe Amerika dan Purse seine tipe Jepang.
Purse seine tipe Amerika berbentuk empat persegi panjang dengan bagian pembentuk
kantong terletak di bagian tepi jaring. Purse seine tipe Jepang berbentuk empat 5 persegi
panjang dengan bagian bawah jaring berbentuk busur lingkaran dan bagian pembentuk
kantong terletak di tengah jaring. Purse seine dinamakan demikian karena sifat alat tangkap
yang menggurung gerombolan kemudian tali kerut ditarik sehingga jaring membentuk
kantong yang besar, sehingga ikan-ikan terkurung. Bagian-bagian jarring purse seine terdiri
atas jarring utama (sayap, badan, dan kantong), selvedge, tali ris atas, tali pelampung,
pelampung, tali ris bawah, pemberat, tali ring, ring/cincin, dan tali kolor. Berdasarkan bentuk
jaring utama, purse seine dibagi menjadi tiga yaitu bentuk segi empat, bentuk trapesium, dan
bentuk lekuk. Pada umumnya penangkapan ikan dengan purse seine dilakukan pada malam
hari, akan tetapi juga yang di operasikan pada siang hari. Pengumpulan ikan pada area
penangkapan pukat cincin ada yang menggunakan rumpon dan ada juga yang menggunakan
4
lampu. Umumnya penurunan (setting) dilakukan dua kali selama satu malam operasi, yang
dilakukan pada waktu senja hari dan pagi hari/waktu , kecuali dalam keadaan tertentu
frekuensi penangkapan bisa dikurangi atau ditambah (Sudirman dan Mallawa, 2004).Daerah
penangkapan untuk alat tangkap purs seine merupakan daerah terbuka yang luas, dasarnya
harus bebas dari batu dan karang atau kerangka kapal karam. Karena ikan yang menjadi
sasaran purse seine berupa ikan yang bergerombol yang hidup pelagis atau di atas
permukaan seperti jenis ikan pelagik kecil (kembung, layang, selar, bentong, lemuru,
slengser dan lainnya

5
B . Pukat Hela (Trawls)
Alat tangkap pukat hela atau trawls merupakan jenis alat penangkapan ikan berkantong
yang dalam pengoperasiannya dengan menggunakan alat pembuka mulut jaring. Selain
menggunakan alat pembuka mulut jaring yang biasanya berupa papan atau istilah lainnya
otter board pengoperasian pukat hela juga dilakukan dengan cara dihela di belakang kapal
dalam kondisi kapal sedang berjalan, sehingga ikan target tertangkap karena tersapu pada
pertengahan ataupun dasar perairan kemudian masuk ke dalam kantong jaring. Pukat
merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk menangkap ikan yang
dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan pelampung di sisi atasnya dan pemberat
di sebelah bawahnya. Dengan demikian, pukat membentuk semacam dinding jaring di
dalam air yang akan melingkari kumpulan ikan dan mencegahnya melarikan diri. Jaring ini
dapat dioperasikan baik dengan menggunakan kapal ataupun dari darat (pantai).
Masalah utama dari penggunaan pukat adalah semua ikan baik yangdewasa maupun yang
kecil ikut terjaring di dalamnya karena ukuran lubang jalanya sangat kecil jika dibandingkan
dengan ukuran lubang jala yang digunakan oleh nelayan tradisional. Selain itu, penggunaan
pukat dapat menimbulkan masalah pada lingkungan. Karena pukat harimau menggunakan
alat tangkap berat yang diletakkan di dasar laut, hal itu menyebabkan kehancuran ekosistem
laut yaitu kerusakan terumbu karang yang merupakan habitat ikan dan juga merusak rumput
laut.

C . Jaring Insang (Gill net)


Jaring insang (Gill net) adalah jaring ikan dengan bentuk empat persegi panjang, mempunyai
mata jaring sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar jaring lebih pendek jika dibandingkan
dengan panjangnya dengan perkataan lain. Jumlah mesh depth lebih sedikit jika dibandingkan
dengan jumlah mesh size pada arah panjang jaring. Pada bagian atas lembaran jaring
dilekatkan pelampung (float) dan pada bagian bawah dilekatkan pemberat (sinker). Dengan
menggunakan dua gaya yang berlawanan arah, yaitu daya apung dari pelampung yang bergerak
keatas dan pemberat serta berat jaring yang bergerak kebawah, maka jaring akan terentang.
Pengoperasian jaring insang dilakukan dengan cara menghadang arah renang gerombolan ikan
pelagis atau demersal yang menjadi sasaran tangkap sehingga terjerat pada jaring.
Pengoperasiannya dilakukan pada permukaan, pertengahan maupun pada dasar perairan,
umumnya untuk menangkap ikan pelagis maupun ikan demersal tergantung jenis jaring insang.

6
Jaring insang dioperasikan secara menetap, dihanyutkan, melingkar maupun terpancang pada
permukaan, pertengahan maupun dasar perairan. Jaring insang ada yang satu lapis maupun
berlapis. Jaring insang berlapis umumnya dioperasikan pada dasar perairan umumnya
menangkap ikan demersal. Pada saat melakukan setting, kapal diarahkan ke tengah
kemudiandilakukan pemasangan jaring bottom jaring ikan oleh Anak Buah Kapal (ABK).
Jaring bottom gill net dipasang tegak lurus terhadap arus sehingga nantinya akan dapat
menghadang gerombolan ikan yang sebelumnya telah dipasangi rumpon, dan gerombolan ikan
tertarik lalu mengumpul di sekitar rumpon maupun light fishing dan akhirnya tertangkap
karena terjerat pada bagian operculum (penutup insang) atau dengan cara terpuntal. Setelah
dilakukan setting dan ikan yang telah terkumpul dirasa sudah cukup banyak, maka dilakukan
holling dengan menarik jaring bottom gill net dari dasar perairan ke permukaan (jaring ditarik
keatas kapal). Setelah semua hasil tangkap dan jaring ditarik ke atas kemudian baru dilakukan
kegiatan penyortiran.

D . Jaring Angkat (Lift Nets)


Jaring Angkat merupakan salah satu alat tangkap yang dioperasikan diperairan pantai pada
malam hari dengan menggunakan cahaya lampu sebagai faktor penarik ikan. Jaring Angkat
atau ada juga yang menyebutnya dengan bagan, yaitu suatu alat tangkap yang wujudnya seperti
kerangka sebuah bangun piramida tanpa sudut puncak. Jaring angkat adalah suatu alat
penangkapan yang pengoperasiannya dilakukan dengan menurunkan dan mengangkatnya
secara vertikal, alat ini terbuat dari nilon yang menyerupai kelambu, ukuran mata jaringnya
relatif kecil yaitu 0,5 cm. Bentuk alat ini menyerupai kotak, dalam pengoperasiannya sering
menggunakan alat bantu lampu atau umpan sebagai daya tarik ikan. Jaring angkat biasanya
berbentuk empat persegi panjang, dibentuk di dalam air secara horizontal, dengan
menggunakan bambu, kayu, atau besi sebagai rangkanya. Pemasangan jaring angkat ini dapat
di lapisan tengah, dasar atau permukaan perairan. Ikan-ikan yang berada atau berkumpul di
atas jaring baik akibat daya tarik cahaya lampu sebagai alat bantu tangkap atau terbawa arus,
akan tertangkap dengan mengangkat jaring tersebut. Jaring angkat adalah suatu alat
penangkapan yang pengoperasiannya dilakukan dengan menurunkan dan mengangkatnya
secara vertikal, Bentuk alat ini menyerupai kotak, dalam pengoprasiannya sering menggunakan
alat bantu lampu atau umpan sebagai daya tarik ikan, ada berbagai jaring angkat antara lain
jarring angkat tancap, jaring angkat perahu, jaring angkat anco dan jaring angkat bandrong.

7
E . Alat Yang Dijatuhkan (Falling Gears)

Jala tebar atau disebut juga jaring lempar (Cast net) adalah jaring ikan berbentuk lingkaran
kecil dengan pemberat pada tepi-tepinya, yang dilempar atau ditebar oleh nelayan. Ukurannya
bervariasi sampai 4 meter pada diameternya. Jaring tersebut dilempar sedemikian rupa
sehingga menyebar di permukaan air dan tenggelam. Ikan yang terkurung akan tertangkap pada
saat jaring tersebut ditarik keluar air. Pada prinsipnya penangkapan dengan jala ialah
mengurung ikan atau udang dengan jalan menebarkan alat tersebut sedemikian rupa sehingga
menelungkup atau menutup sasaran yang dikehendaki. Jaring atau Jala besar ini ada yang
menyebutnya sebagai jala eder, jala tembang, jala jui, jala gapyuk, jala agung dan jala juang
(Sulsel). Oleh karena ukurannya yang begitu besar maka dalam pengoperasiannya tidak
mungkin ditebarkan dengan tangan, tetapi diperlukan alat bantu untuk mengembangkan
(menebarkan) jala tersebut. Disebut jala eder karena pada waktu penangkapan harus diederkan
(dikembangkan) dulu sebelum dijatuhkan pada sasaran yang diinginkan. Disebut jala tembang
karena sasaran utamanya adalah ikan tembang/jui (Clupea fimbriata). Disebut jala gapyuk
karena pada penangkapannya digapyukan (ditelungkupkan) pada sasaran tertentu. Disebut jala
agung karena jala ini memang berukuran sangat besar dibandingkan dengan jala tebar.

F . Pancing (Hooks and Lines)


Pancing adalah salah satu alat penangkap ikan yang terdiri dari dua komponen utama, yaitu:
tali (line) dan mata pancing (hook). Jumlah mata pancing berbeda-beda, yaitu mata pancing
tunggal, ganda, bahkan sampai ribuan. Prinsip alat tangkap ini merangsang ikan dengan umpan
alam atau buatan yang dikaitkan pada mata pancingnya. Alat ini pada dasarnya terdiri dari dua
komponen utama yaitu tali dan mata pancing. Namun, sesuai dengan jenisnya dapat dilengkapi
pula komponen lain seperti: tangkai (pole), pemberat (sinker), pelampung (float), dan kili-kili
(swivel).
Cara pengoperasiannya bisa di pasang menetap pada suatu perairan, ditarik dari belakang
perahu/kapal yang sedang dalam keadaan berjalan, dihanyutkan, maupun langsung diulur
dengan tangan. Alat ini cenderung tidak destruktif dan sangat selektif. Pancing dibedakan atas
rawai tuna, rawai hanyut, rawai tetap, pancing tonda, dan lain-lain.

8
G . Penggaruk (Dredges)
Penggaruk merupakan alat penangkap ikan berbingkai kayu atau besi yang bergerigi atau
bergancu di bagian bawahnya, yang dilengkapi atau tanpa jaring/bahan lainnya. Penggaruk
dioperasikan dengan cara menggaruk di dasar perairan dengan atau tanpa perahu untuk
menangkap kekerangan dan biota lainnya. Desain dan konstruksi penggaruk disesuaikan
dengan target ikan tangkapan yang dikehendaki, sehingga terdapat berbagai bentuk dan
ukuran penggaruk serta sarana apung maupun alat bantu penangkapan ikan yang digunakan.
Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang
dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap penggaruk terdiri
dari: Boat Dredges dan Hand Dredges.
Metode pengoperasian penggaruk dilakukan dengan cara menarik ataupun menghela pengaruk
di dasar perairan sehingga hasil tangkapan berupa kekerangan, teripang, dan lainnya bisa
terkumpul dan tertangkap serta masuk ke dalam penggaruk.

H . Perangkap (Trap)
Perangkap merupakan alat penangkapan ikan yang mempunyai prinsip penangkapan
dengan cara memperangkap ikan dengan menggunakan jaring dan atau bahan lainnya yang
dioperasikan dengan atau tanpa perahu atau kapal.
Desain dan konstruksi perangkap disesuaikan dengan target ikan tangkapan yang
dikehendaki, sehingga terdapat berbagai bentuk dan ukuran perangkap. Menurut International
Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO
(Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap perangkap terdiri dari: Stationary
uncovered pounds nets, Pots, Fyke nets, Stow nets, Barriers, fences, weirs, Aerial traps Traps
(not specified).

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam
keadaan di budidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan
kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau
mengawetkannya. Kegiatan penangkapan ikan merupakan aktivitas yang dilakukan untuk
mendapatkan sejumlah hasil tangkapan, yaitu berbagai jenis ikan untuk memenuhi permintaan
sebagai sumber makanan dengan menggunakan berbagai jenis alat tangkap. Menurut Peraturan
Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 71/PERMEN-KP/2016 BAB III
Pasal 6 tentang Alat Penangkapan Ikan yaitu: jaring lingkar (surrounding nets); pukat tarik
(seine nets); pukat hela (trawls); penggaruk (dredges); jaring angkat (lift nets); alat yang
dijatuhkan (falling gears); jaring insang (gillnets and entangling nets); perangkap (traps);
pancing (hooks and lines); dan alat penjepit dan melukai (grappling and wounding).

10
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/34403616/makalah_kapal (diakses pada tanggal 30


September 2019)
https://suksesmina.wordpress.com/2016/03/23/jenis-jenis-alat-tangkap-ikan-menurut-
klasifikasi-fao/ (diakses pada tanggal 30 September 2019)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/63881/Chapter%20I.pdf?sequ
ence=5&isAllowed=y (diakses pada tanggal 30 September 2019)
http://repository.utu.ac.id/921/1/BAB%20I-V.pdf (diakses pada tanggal 30
September 2019)
https://id.wikipedia.org/wiki/Jaring_insang (diakses pada tanggal 30 September 2019)
Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 71/PERMEN
KP/2016

11

Anda mungkin juga menyukai