Anda di halaman 1dari 23

Laporan Praktikum Metode Penangkapan

Ikan
Alat Tangkap Ikan(trawl)

Disusun oleh :
LUKI NUR HIDAYAT (1954246011)
Dosen Pengampu : M. Hadziq Qulubi, S.Pi., M.Pd. I

FAKULTAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN PERTANIAN


UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMALAMPUNG
TA 2019/2020

I
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM METODE PENANGKAPAN IKAN

Mahasiswi tersebut dibawah ini

Nama/NIM : LUKI NUR HIDAYAT (1954246011)

Telah menyelesaikan praktikum Metode Penangkapan Ikan semester V 2019


dengan nilai akhir……

Lampung timur, 09 Desember 2021

Mengesahkan Penyusun
Dosen Pengampu

M. Hadziq Qulubi, S.Pi, M.Pd.I LUKI NUR HIDAYAT

II
KATA PENGANTAR
               Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
makalah Metode Penangkapan Ikan dengan judul “alat tangkap
ikan(trawl)” sebagai salah satu Tugas Mata Kuliah Tingkah Laku Ikan di Program
Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
 Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih, kepada dosen
pengampu selaku penanggung jawab mata kuliah Metode Penangkapan Ikan.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman sekalian yang telah
banyak membantu hingga makalah ini selesai dikerjakan.
               Demikian yang dapat penulis sampaikan. Makalah ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata
penulis mengucapkan terima kasih.

Lampung timur,09 Desember 2021

LUKI NUR HIDAYAT

DAFTAR ISI

HALAMAN COVER......................................................................................I

III
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................II
KATA PENGANTAR....................................................................................III
DAFTAR ISI...................................................................................................IV
DAFTAR GAMBAR......................................................................................V
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Tujuan Praktikum.................................................................................2
C. Manfaat Praktikum...............................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian.............................................................................................3
B. Bahan alat tangkap trawl......................................................................4
C. Pengoperasian.......................................................................................7
D. Hasil Tangkapan...................................................................................13

BAB III METODE PENANGKAPAN

A. Tempat dan Waktu................................................................................14


B. Alat dan Bahan.....................................................................................14
C. Obyek....................................................................................................14
D. Metode Pengumpulan Data...................................................................14
E. Analisis Data.........................................................................................14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum......................................................................................15
B. Alat Tangkap........................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

IV
Wawancara Narasumber

Jaring Trawl

V
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45
Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun
2004 Tentang Perikanan pada pasal 1 mengatakan bahwa Penangkapan
ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam
keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apa pun, termasuk kegiatan
yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan,
mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya. Dalam
dunia perikanan, tak lepas dengan usaha penangkapan Sumber Daya Ikan.
Alat menangkap ikan (fishing tackle) adalah peralatan yang digunakan
nelayan dan pemancing untuk mendapatkan ikan dan hewan laut lainnya.
Dalam menangkap ikan menggunakan alat tangkap, untuk
mempermudahkan manusia dalam menangkap SDI (Sumber Daya Ikan).
Ternyata API (Alat Tangkap Ikan) yang digunakan dalam menangkap ikan
ada beraneka macam. Adapun macamnya antara lain: Pukat Hela
(Trawl),Pukat Tarik (Seine Net), Jaring, Perangkap (Trap), Alat
Pengumpul (Collector). Trawl adalah alat penangkap ikan yang bersifat
aktif serta mempunyai target spesies baik untuk menangkap ikan maupun
untuk udang. Trawl memiliki kreteria yaitu (a) jaring berbentuk kantong
(pukat) baik yang berasal dari karakteristik asli maupun hasil modifikasi.
(b) memiliki kelengkapan jaring (pukat) untuk alat pembuka mulut jaring
baik palang/gawang (beam) atau sepasang papan rentang (otter board)
dengan cara operasi dihela atau diseret (towing) oleh sebuah kapal (c)
Tanpa memiliki kelengkapan jaring (pukat) dengan cara operasi dihela
oleh dua buah kapal. Trawl asli adalah jaring (pukat) trawl yang dirancang
bukan dari hasil modifikasi tidak ada perubahan dari aspek desain –
konstruksi, karakteristik dan metode pengoperasian dengan ciri-ciri yaitu
(a) karakteristik bentuk konstruksi masih sesuai ketentuan teknis jaring
yang lazim (b) banyak menggunakan potongan miring (cutting rate) pada

1
bagian¬ jaring (c) miliki bagian jaring berupa medan jaring atas (square)
bagi trawl dasar (bottom trawl) atau medan jaring bawah (bosoom trawl)
pertengahan permukaan (mid water trawl) (d) cara operasi dirancang
dengan dihela / diseret oleh sebuah atau dua buah kapal. Trawl hasil
modifikasi adalah alat tangkap yang masuk kategori trawl, karena adanya
perubahan desain konstruksi , karakteristik jaring dan metode operasi
penangkapan dengan ciri-ciri (c) ada perubahan bentuk dan ukuran dari
jaring aslinya, terutama pemendekan ukuran sayap (b) teknik pemotongan
bagian jaring masih menggunakan potongan lurus (all point dan all mesh),
(c) kebanyakan belum menambah bagian medan jaring (square) masih
tetap seperti kondisi aslinya (d) ada penambahan kelengkapan jaring
berfungsi alat pembuka mulut jaring baik berupa palang/gawang (beam)
maupun papan rentang (otter board) dan kondisi aslinya. Okda perubahan
metode pengoperasian dari cara ditarik dari atas perahu atau pantai
menjadi cara dengan diseret/dihela oleh sebuah kapal (Nedelec and Prado,
1990).

B. Tujuan Praktikum
Oleh karena itu, tujuan dari praktikum yang dapat dikatakan paling utama
adalah terbentuknya pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan
sebelumnya dan eksperimen yang dmiliki serta dilakukan oleh mahasiswi

C. Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum tidak lain yaitu mahasiswi mampu menjelaskan
mengenai alat tangkap ikan tang digunakan para nelayan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Kata trawl berasal dari bahasa prancis troler dari kata trailing
adalah dalam bahasa inggris, mempunyai arti yang bersamaan, dapat
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan kata tarik ataupun
mengelilingi seraya menarik. Ada yang menterjemahkan trawl dengan
jaring tarik, tapi karena hampir semua jaring dalam operasinya mengalami
perlakuan tarik ataupun ditarik , maka selama belum ada ketentuan resmi
mengenai peristilahan dari yang berwenang maka digunakan kata trawl.
Trawl merupakan jaring yang berbentuk kerucut yang dioperasikan
dengan menghela (towing) di dasar perairan dengan menggunakan kapal.
Untuk membuka mulut jaring kearah samping atau secara vertikal
digunakan otterboard dan untuk membuka kearah atas dipasang
pelampung pada tali ris atas dan pemberat pada tali ris bawah. Trawl
diperkenalkan sekitar tahun 1870 di Sungai Themmes.
Jaring trawl (trawl net) disini adalah suatu jaring kantong yang
ditarik di belakang kapal yang menelusuri permukaan dasar perairan untuk
menangkap ikan, udang dan jenis demersal lainnya. Jaring ini juga ada
yang menyangkut sebagai “jaring tarik dasar”. Stern trawl adalah otter
trawl yang cara operasionalnya ( penurunan dan pengangkatan ) jaring
dilakukan dari bagian belakang ( buritan ) kapal atau kurang lebih
demikian. Penangkapan dengan system stern trawl dapat menggunakan
baik satu jaring atau lebih. Trawl dasar merupakan alat penangkap ikan
dasar yang sangat efektif dan efisien. Pengoperasiannya menggunakan
kapal motor yang memiliki HP (Horse power) yang cukup untuk menarik
trawl dengan kecepatan konstan antara 3 hingga 4 knot. Trawl dasar ada
yang dioperasikan dari buritan kapal (stern trawl) dan ada yang dari
lambung kapal (side trawl). Dewasa ini lebih banyak trawl dasar yang
dioperasikan dari buritan, terutama jika dioperasikan oleh kapal-kapal di
atas 100 GT, kecuali trawl udang (shrimp trawl) yang dioperasikan

3
menggunakan boom samping (double rigger shrimp trawl). konstruksi
trawl dasar terdiri dari dua sim, empat sim dan enam sim. Komponen
utama trawl dasar pada umumnya terdiri dari ris atas (head rope), ris
bawah (ground rope), sayap (wing), square, panel samping (side panel)
terutama pada trawl yang terdiri dari empat sim atau lebih, badan (baiting
atau belly) dan kantong (cod end). Komponen lainnya adalah otter board,
tali guci (otter pendant), hand rope, dan warp (selanjutnya trawl dasar
ditulis trawl).
B. Bahan alat tangkap trawl
Komponen utama pembentuk trawl terbagi menjadi enam, yaitu
warp, otter board, Kantong (Cod End), Badan (Body, Sayap (Wing),Mulut
(Mouth). Disebabkan oleh besarnya ukuran trawl, kondisi penangkapan
yang keras, besarnya tekanan hidrodinamik dan hasil tangkapan, bahan
trawl sangat membutuhkan webbing yang memiliki tipe simpul dengan
kekuatan putus dalam keadaan basah (wet knot breaking strength) yang
tinggi, memiliki ekstensibilitas (extensibility) relatif tinggi, diameter yang
kecil, kemampuan yang tinggi menahan gesekan-gesekan (high abrasion
resistance). Kekuatan putus simpul sangat dibutuhkan pada panel bawah
terutama pada bagian kantong, karena bagian inilah yang paling banyak
menerima gesekan baik dari dasar perairan maupun dari badan kapal.
Ekstensibilitas tinggi dalam arti gabungan antara sifat elongasi
(elongation) tinggi dengan elastisitas (elasticity) tinggi dan kekuatan putus
yang besar akan menghasilkan kekuatan (toughness) yang besar.
Kemampuan menahan gesekan yang dibutuhkan pada kondisi dasar
tersebut di atas. Berikut ini adalah urutan bahan jaring yang memiliki
elongasi tertinggi hingga terendah untuk tingkat pintalan sedang (medium
twist), yaitu Polyamide (PA) staple fiber memiliki elongasi tertinggi,
Polyvinyl alcohol (PVA) staple fiber, PA continuous filament,
Polyethylene (PE) mono filament, Polypropylene (PP) continuous
filament, PP split (film) fiber, Polyester (PES) continuous filament
memiliki elongasi terendah. Kawasan Eropa banyak menggunakan
polyamide continuous filament (braided system) dan Asia menggunakan

4
polyethylene mono filament (twisted system), walaupun tidak ideal tapi
harganya murah dan banyak diproduksi.
Bahan ris atas dan ris bawah umumnya adalah kompon (compound
rope). Kompon merupakan modifikasi dari tali baja (Steel wire) dimana
masing-masing strand dibalut dengan serat polyvinyl alcohol (PVA) atau
polyester (PES), bagian tengahnya (core) diisi dengan tali katun (cotton
rope) yang telah dicelup dengan bahan pelumas (grease) dan rope itu
sendiri dililit (seizing) dengan benang PVA. Pelampung yang terpasang
pada ris atas berbentuk bola (kosong di tengah) terbuat dari bahan plastik
(PL), berkuping satu atau dua. Pemberat umumnya terdiri dari rantai besi
yang dipasangkan pada ris bawah, bola besi (bobbin), dan potongan ban
bekas berbentuk bulat (rubber slices). Bahan warp terbuat dari tali baja
(steel cable).
a. Warp
Tali yang menghubungkan kapal dengan trawl disebut warp.
Karakteristik penting gerakan trawl di dalam air dipengaruhi oleh
kedalaman trawl, jarak antara trawl dan kapal saat towing sepanjang
haluan yang ditempuh, dan panjang warp. Bentuk warp di dalam air yang
bergerak pada kecepatan konstan ditentukan oleh kerja sistem gaya yang
mempengaruhinya.
b. Otter boad
Otter board dimaksudkan untuk membuka mulut trawl ke arah
horisontal (bukaan samping) dengan memanfaatkan resistan hidrolik
(hydraulic resistance) terhadap aliran air. Fungsi otter board mirip dengan
layang-layang di udara yang menghasilkan dua komponen gaya yaitu gaya
angkat (lift) dan hambatan (drag). Demikian juga otter board
menghasilkan dua komponen gaya, yaitu sheer dan drag. Sheer (mirip
pada layang-layang, lift) akan mendorong otter board ke arah luar garis
lunas (centerline) sebaliknya drag (drag force) akan meningkatkan total
resistant trawl. Otter board yang baik memiliki sheer yang besar dan drag
yang kecil. Bentuk-bentuk otter board terdiri dari rectangular flat,
rectangular cambered, oval cambered slotted, Vee, dan yang paling

5
populer dan efisien digunakan adalah tipe rectangular cambered yang
memiliki perbandingan tinggi terhadap panjang (aspect ratio) 2 : 1 dan
drag sangat rendah yang memungkinkan diperoleh bukaan samping
optimum.
c. Kantong (Cod End)
Kantong merupakan bagaian dari jarring yang merupakan tempat
terkumpulnya hasil tangkapan. Pada ujung kantong diikat dengan tali
untuk menjaga agar hasil tangkapan tidak mudah lolos (terlepas).
d. Badan (Body)
Merupakan bagian terbesar dari jaring, terletak antara sayap dan
kantong. Bagian ini berfungsi untuk menghubungkan bagian sayap dan
kantong untuk menampung jenis ikan-ikan dasar dan udang sebelum
masuk ke dalam kantong. Badan tediri atas bagian-bagian kecil yang
ukuran mata jaringnya berbeda-beda.
e. Sayap (Wing)
Sayap atau kaki adalah bagian jaring yang merupakan sambungan atau
perpanjangan badan sampai tali salambar. Fungsi sayap adalah untuk
menghadang dan mengarahkan ikan supaya masuk ke dalam kantong.
f. Mulut (Mouth)
Trawl memiliki bibir atas dan bibir bawah yang berkedudukan sama.
Pada mulut jaring terdapat:
 Pelampung (float): tujuan umum penggunan pelampung adalah untuk
memberikan daya apung pada alat tangkap cantrang yang dipasang pada
bagian tali ris atas (bibir atas jaring) sehingga mulut jaring dapat terbuka.
 Pemberat (Sinker): dipasang pada tali ris bagian bawah dengan tujuan agar
bagian-bagian yang dipasangi pemberat ini cepat tenggelam dan tetap
berada pada posisinya (dasar perairan) walaupun mendapat pengaruh dari
arus.
 Tali Ris Atas (Head Rope) : berfungsi sebagai tempat mengikatkan bagian
sayap jaring, badan jaring (bagian bibir atas) dan pelampung.Tali Ris
Bawah (Ground Rope) : berfungsi sebagai tempat mengikatkan bagian

6
sayap jaring, bagian badan jaring (bagian bibir bawah) jaring dan
pemberat.
C. Pengoperasian Trawl
Sebelum kapal menuju daerah penangkapan pada umumnya
melakukan persiapan terhadap segala perlengkapan untuk operasi
penangkapan yang meliputi persiapan alat tangkap dan suku cadangnya,
bahan bakar, perbekalan, termasuk obat-obatan dan kelengkapan surat-
surat kapal.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan daerah
penangkapan sebagai berikut:
1) Keadaan daerah penangkapan yang dilihat berdasarkan pada keadaan
musim saat itu;
2) Hasil laporan penangkapan dari kapal lain yang sedang beroperasi;
3) Keadaan penangkapan pada tahun sebelumnya.

Persiapan sebelum menuju daerah penagkapan dilakukan seperti melumasi


peralatan-peralatan yang perlu agar dalam pengoperasian tidak menimbulkan
bahaya. Peralatan-peralatan tersebut seperti roda gigi, winch trawl, katrol,
block. Adapun persiapan–persiapan yang dilakukan sebelum tiba di daerah
penangkapan sebagai berikut:

1. Membuka boom masing-masing kekanan dan kekiri, kemudian dikaitkan


sehingga boom pada posisinya;
2. Melewatkan warp pada block yang berada diujung boom yang telah
dihubungkan dengan winch trawl;
3. Menyiapkan kedua otter board pada kedua sisi kapal;
4. Membuka boom masing-masing;
5. Menurunkan jaring atau alat tangkap dari tempatnya dan
menghubungkannya dengan otter board masing-masing;
6. Menghubungkan dua pasang otter board dengan warp;
7. Memasang stopper hook pada posisinya di sisi kiri dan di sisi kanan kapal;
8. Memasang try net pada posisinya.

7
Pada diktat ini yang dibahas adalah teknik penangkapan ikan dengan stren
trawl, double rig trawl dan bull trawl (paranzela).

a) Operasi Penangkapan Ikan dengan Stren Trawl


 Penurunan Jaring (Setting)
Setting adalah kegiatan penurunan jaring pada waktu operasi
penangkapan dimulai. Adapun faktor-faktor yang perlu diperhatikan
sebelum setting adalah keadaan cuaca, arus, besarnya gelombang,
kedalaman perairan, bentuk dasar perairan dan gerombolan ikan. Satu hal
yang perlu diperhatikan pada saat akan menurunkan jaring adalah keadaan
lalu lintas perairan, karena dalam suatu daerah penangkapan terdapat
banyak kapal-kapal yang beroperasi, untuk itu harus memperhitungkan
olah gerak kapal pada saat melakukan pengaturan. Haluan harus lurus dan
berlawanan dengan arah arus, hal ini dimaksud agar jaring yang
diturunkan dapat membuka dengan baik sehingga tidak terjadi kerusakan
pada alat tangkap, sehingga pengoperasian alat tangkap pukat udang dapat
berjalan dengan lancar.
Adapun urut-urutan penurunan alat tangkap adalah sebagai berikut:
 Kapal bergerak dengan kecepatan 4 knot-5,5 knot dan trawlwinch
dihidupkan.
 Diperintahkan untuk menurunkan jaring, maka alat tangkap diturunkan
yaitu dimulai dari bagian kantong sampai dengan pemberat dan pelampung
di dalam air.
 Kemudian net pendant diharea sampai dengan joining wire terharea
semua.
 Joining wire dihubungkan dengan otter pendant sampai dengan otter
board tertarik joining wire.
 Kemudian otter board dilepas dari tempat gantungan dan diharea sampai
dengan otter board berada di dalam air.
 Otter board ditahan sebentar (± 5menit) sampai dengan terlihat bahwa
otter board terbuka sempurna.
 Kemudian warp diharea dari drum trawl winch sesuai dengan kedalaman
perairan.

8
 Kemudian pengikat drum dikencangkan pengikatnya dan trawl winch
dimatikan.
 Sesuaikan kecepatan kapal sehingga menjadi antara 2,5 knot sampai
dengan 3 knot.
 Pehelaan Jaring (Towing)
Lamanya towing mempengaruhi daya tangkap dari spesies yang
berbeda karena beberapa spesies jika digiring dengan trawl akan segera
kecapaian dan akan tertangkap sementara spesies lainnya dapat berenang
di bagian depan mulut trawl selama jangka waktu tertentu kemungkinan
dapat terhindar dari penangkapan. Selanjutnya dikatakan lamanya towing
untuk tujuan penelitian adalah 1 – 0,5 jam, sedangkan untuk tujuan
komersil berkisar antara 2 – 3 jam.
Kecepatan towing trawl yang dilakukan pada jalur sapuan yang telah
ditetapkan adalah tiga knot. Sedangkan lamanya towing adalah 30 menit
sampai dengan 1 jam untuk setiap stasion pada saat penelitian.
Yang perlu diperhatian pada saat towing adalah sebagai berikut:
 Jika pada saat towing terjadi penambahan kedalaman maka warp harus
diharea kembali sesuai dengan kedalaman, dan sebaliknya jika
kedalamannya semakin dangkal maka warp harus ditarik sehingga sesuai
dengan kedalaman.
 Jika pada dasar perairan ada tonjolan (gundukan) yang lebih tinggi dari
dasar perairan maka warp harus ditarik sehingga gundukan tadui terlewati,
kemudian warp diharea kembali sesuai dengan kedalaman. Atau ditambah
kecepatan jika mungkin sampai tonjolan terlewati. Jika tidak dilakukan
jaring akan tersangkut dan akan robek atau putus sehingga jaring tersebut
hilang.
 Selama towing fish finder harus selalu diawasi, sehingga bila terjadi
perobahan keadaan dasar maka dapat segera diambil tindakan.
 Pada saat towing jangan sampai hasil tangkapan di dalam kantong terlalu
banyak, sehingga dapat menyebabkan ikan hasil tagkapan utama rusak
akibat tertindih ikan-ikan dan biota-biota laut lainnya.
 Pengangkatan jaring (Hauling)

9
Hauling dilakukan setelah alat tangkap dihela didalam dasar
perairan lebih kurang 2 -3 jam.
Adapun urut-urut hauling sebagai berikut:
 Diperintahkan oleh perwira atau nakhoda untuk melakukan hauling.
 Trawl winch dinyalakan dan pengikat drum trawl winch dikendorkan dan
kecepatan kapal diturunkan menjadi ± 2 knot.
 Kemudian warp dihibob (ditarik) sampai dengan otter board kemudian
otter board di lepas dan dipasang pada pengantungnya.
 Joining wire dihibob sampai dengan net pendant tergulung pada drum.
 Pengikat drum dikencangkan dan dilepas dari perputaran trawl winch.
 Dengan mengunakan tali salang (mako) badan jaring diikat dan ditarik
menggunakan sling, sampai dengan kantong naik keatas dek.
 Kantong dibuka tali pengikatnya pada bagian ujung belakang, kemudian
pada bagian depan kantong diikat dan ditarik ke atas sehingga ikan hasil
tangkapan yang ada dikantong tertumpah ke atas dek.
 Setelah ikan tertumpah di atas dek ujung kantong diikat kembali sehingga
siap untuk disetting.
 Ikan hasil tangkapan ditangani.
b) Operasi penangkapan dengan double rig trawl
 Penurunan Jaring (Setting)
Pada dasarnya penurunan alat tangkap sama yaitu agar alat tangkap
terbuka dengan sempurna sehingga hasilnya optimum. Sebelum
diturunkan jaring beserta otter board telah berada diujung out rriger
(boom) siap untuk diturunkan, sementara kantong jaring masih berada di
atas kapal. Adapun urut-urutan penurunan jaring pada operasi
penangkapan dengan double rig trawl sebagai berikut:
 ABK menempati posisi masing-masing setelah mendapat perintah setting
dimulai dari perwira atau nakhoda.
 Kapal melaju dengan kecepatan antara 4–5 knot-an.
 Setelah diperintahkan lego jaring, maka ABK yang bertugas menurunkan
kantong melempar kantong tersebut, ini dilakukan bersamaan antara jaring
kiri dan kanan.

10
 Warp diharea sehingga jaring beserta otter board berada di dalam air,
kemudian tahan warp sebentar (±5 menit) sehingga otter board terbuka
dan jaring nampak pula terbuka dengan sempurna. Jaring kiri maupun
kanan diharea bersamaan dan panjang warp yang diharea juga sama.
 Warp diharea sehingga jaring beserta otter board berada di dalam air,
kemudian tahan warp sebentar (± 5 menit) sehingga otter board terbuka
dan jaring nampak pula terbuka dengan sempurna. Jaring kiri maupun
kanan diharea bersamaan dan panjang warp yang diharea juga sama.
 Kemudian warp diharea sesuai dengan kedalaman (4-6 kali kedalaman).
 Warp dikecangkan pengikatnya dan kecepatan kapal disesuaikan sehingga
menjadi 2,5 – 3knot).
 Try net (testo) diturunkan dengan panjang warpnya lebih pendek 25 meter
dibandingkan dengan warp jaring utama. Alat ini digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya udang di dasar perairan, jika ada udang yang
tertangkap try net maka kemungkinan akan memperoleh hasil tangkapan
udang.
 Trawl winch dimatikan dan dilanjutkan dengan towing.
 Pehelaan Jaring (Towing)
Towing jaring dilakukan berkisar antara 2 – 3 jam, sedangkan
untuk try net biasanya diangkat 3–4 kali selama towing berlangsung.
Apabila hasil dari try net banyak, maka pengangkatan jaring dapat
dipercepat. Kecepatan kapal pada saat towing adalah adalah 2,5-3 knot.
Hal yang perlu di perhatikan pada saat towing adalah jangan sampai hasil
tangkapan di dalam kantong terlalu banyak, yang bisah merusak hasil
tagkapan utama yang ada didalam kantong akibat tertindih ikan-ikan dan
biota-biota laut lainnya.
Yang perlu diperhatikan selama towing adalah sama dengan stern trawl
tetapi ada tambahan yaitu : jika memutar pada perairan yang dangkal dan
sempit, sebaiknya otter board dan jaring ditarik hingga berada pada
ujung out rriger, jika tidak ada kemungkinan alat tangkap kiri dan kanan
saling membelit atau masuk ke dalam baling-baling, setelah berubah
haluan dan keadaan sudah aman jaring di turunkan kembali.

11
 Pengangkatan Jaring (Hauling)
Hauling dilakukan setelah waktu towing berakhir. Dalam hal ini
nahkoda atau perwira jaga memberikan aba-aba stand by, pertama-tama
dilakukan adalah mengangkat try net kemudian ABK yang bertugas sudah
siap diposisinya masing-masing.
Adapun kegiatan tersebut sebagai berikut :
 ABKI yang bertugas di winch utama akan membunyikan bel satu kali
untuk memberitahukan kepada nahkoda atau perwira jaga yang bertugas.
 Kemudian nahkoda atau perwira jaga akan memberikan perintah jaring
ditarik atau diangkat, kecepatan kapal diturunkan ± 2 knot, winch utama
dihidupkan.
 Kemudian warp ditarik sehingga mulai tergulung sedikit demi sedikit,
ABK pemegang winch utama mengatur kecepatan penarikan antara jaring
kiri dan kanan sehingga otter board sampai keujung rig secara bersamaan.
 Kemudian ABK yang petugas mengait lizy line, kemudian tali tersebut
dililitkan pada kapstan untuk menarik tali tersebut, sehingga tali tersebut
tertarik hingga kantong jaring berada di sisi lambung kanan maupun kiri,
stopper dipasang sehingga jaring beserta otter board tertahan di ujung rig.
 Setelah itu bagian depan kantong sedikit dibelakang API diangkat dengan
menggunakan hook ke atas dek.
 Kantong yang sudah di atas deck dibuka dengan cara menarik tali
pengikatnya, sehingga semua isi kantong akan keluar diatas gladak.
 Kemudian kantong ditarik kebelakang untuk diikat kembali dan siap
diturunkan kembali diturunkan kembali.
 Hasil tangkapan disortir menurut jenis dan ukuran.

c) Operasi Penangkapan Ikan dengan Paranzela (Bull Trawl)


Pada dasarnya operasi penangkapan dengan dua kapal (two boat tipe
stern trawl) adalah dengan menggunakan alat tangkap yang relatif besar.
Adapun cara operasi penangkapan dengan dua kapal dapat dibagi
menjadi tiga yaitu: 1) Operasi dengan menggunakan dua warp, 2) dengan
tiga warp dan 3) dengan empat warp.

12
D. Hasil tangkapan alat tangkap trawl
Yang menjadi tujuan penangkapan pada bottom trawl adalah ikan-
kan dasar (bottom fish) ataupun demersal fish. Ikan demersal adalah ikan
yang hidup dan makan di dasar laut dan danau (zona demersal).
Lingkungan mereka pada umumnya berupa lumpur, pasir, dan bebatuan,
jarang sekali terdapat terumbu karang. Sehingga berdasarkan definisi ini,
ikan demersal dapat ditemukan dari lingkungan pantai hingga zona laut
dalam (abyssal zone), dan terbanyak ditemukan di lingkungan dekat
punggung laut. Termasuk juga jenis-jenis udang (shrimp trawl, double
ring shrimp trawl) dan juga jenis-jenis kerang. Dikatakan untuk perairan
ini adalah kebanyakan ikan bawal, udang .

13
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu


Dalam kesempatan praktikum kali ini, mahasiswa/I UNU LAMPUNG
melakukan praktikum di Kuala Penet, Lampung Timur, tepatnya pada
tanggal 02 Desember 2021.
B. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuisioner untuk
nelayan tangkap, sedangkan untuk peralatan yaitu berupa buku dan juga
pena guna untuk mecatat informasi
C. Obyek
Variabel atau obyek yang diamati mahasiswa/I UNU LAMPUNG
ini berbeda-beda sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati oleh dosen
pengampu. Untuk obyek yang saya amati yaitu mengenai alat tangkap ikan
yaitu Trawl.
D. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya mahasiswa/I
dapat mgumpulkan informasi melalui beberapa metode penangkapan.
Metode yang saya gunakan yaitu melalui metode wawancara.
E. Analisis Data
Teknik analisis data yaitu dengan wawancara/mengumpulkan data
yang bersifat kualitatif. Teknik ini saya gunakan karena lebih efisien
ataudapat mengetahui secara langsung bagaimana proses penangkapan
ikan.

14
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Kondisi Umum Lokasi
Lampung Timur merupakan kabupaten dengan luas wilayah 5.325,03
km/2. Labuhan Maringgai merupakan salah satu kecamatan yang dikenal
sebagai penyuplai ikan bagi masyarakat Lampung Timur dan lain
sekitarnya. Dan merupakan tempat yang memiliki tampat pelelangan ikan
yaitu TPI Kuala Penet.
B. Alat Tangkap
Berdasarkan hasil identifikasi terhadap alat tangkap yang digunakan
nelayan diperairan kuala penet, umumnya menggunakan alat tangkap
tradisonal.Salah satunya yaitu trawl. Hasil tangkapan alat tangkap ini
dominan ikan bawal. Pengoperasian dilakukan pada siang hari kemudian
didiamkan selama 2 jam, lalu tarik jaring tersebut.

Terlihat bahwa alat tangkap yang dignuakan ialah dominan jaring trawl
pada perairan kuala penet. Hasil tangkapan utama yaitu ikan bawal.
Dominasi alat tangkap tersebut dikarenakan relatif mempunyai harga
murah dan juga hasil tangkapan yang mudah untuk dijual. Panjang jaring
tersebut sekitar 16m dengan lebar sekitar 37m.

15
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/327537260/Makalah-Alat-Tangkap-Ikan-
Trawl
https://seputarlampung.pikiran-rakyat.com/image/detail/1835/suasana-
tpi-kuala-penet-labuhan-maringgai-lampung-timur

16
LAMPIRAN

Wawancara dengan narasumber

Kapal diperairan

17
Jaring trawl

18

Anda mungkin juga menyukai