Disusun Oleh
Kelompok 4
puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat nikmat kesehatan dan
kesempatan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan materi mengenai “Jenis-Jenis Alat
Tangkap Line Fishing”. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada tim pengajar mata kuliah
Metode Penangkapan Ikan yang telah memberikan bimbingan berupa materi dan teknis pelaksanaan
pembelajaran. Tidak lupa kami juga ucapkan terima kasih kepada orang tua serta rekan-rekan sesama
mahasiswa yang sudah memberikan dukungan dan partisipasinya sehingga penyusunan makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik atau saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah
selanjutnya.
DAFTAR ISI
SAMPUL.................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................
3.2 Penutup..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai negara Kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut yang lebih luas daripada wilayah
daratan. Hal ini menjadi potensi sumberdaya dalam keanekaragaman flora dan fauna. Laut indonesia
menjadi sumber kehidupan dan mata pencaharian bagi masyarakat Indonesia khususnya masyarakat
yang tinggal di daerah pesisir. Potensi sumber daya ikan laut Indonesia sebesar 6,5 juta ton per tahun
tersebar di perairan wilayah Indonesia dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.
Kegiatan penangkapan kan merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan sejumlah
hasil tangkapan, yaitu berbagai jenis ikan, untuk memenuhi permintaan sebagai sumber makanan
dengan menggunakan barbagai jenis alat tangkap. Operasi penangkapan ikan oleh setiap jenis alat
tangkap memiliki perbedaan. Hal ini dikarenakan setiap jenis alat tangkap memiliki kontruksi yang
berbeda yang disesuaikan dengan targer tangkapan dan kondisi perairan pada daerah penagkapan.
Pada dasarnya line fishing mempunyai ciri khas yaitu berupa tali temali, mata pancing, dan
umpan. Tali berfungsi untuk melekatkan mata pancing sedangkan mata pancing itu sendiri berfungsi
untuk mengait ikan. Adapun umpan berfungsi sebagai penarik ikan target agar memangsa sehingga
ikan target dapat terkait di mata pancing. Line fishing merupakan alat tangkap yang memanfaatkan
tingkah laku ikan yang meliputi kebiasaan makan dan swimming layer.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, diantaranya yaitu:
a. Untuk mengetahui jenis-jenis alat tangkap ikan yang termasuk dalam line fishing
b. Untuk mengetahui daerah penangkapan dan jenis-jenis hasil tangkapan
BAB II
PEMBAHASAN
Rawai (long line) merupakan alat tangkap perikanan yang sangat bervariasi baik dalam hal
ukuran, cara pengoperasian serta ikan yang menjadi tangkapan utama. Definisi rawai menurut statistik
perikanan Indonesia, rawai terdiri dari sederetan tali-tali utama, dan pada tali utama pada jarak
tertentu terdapat beberapa tali cabang yang pendek dan lebih kecil diameternya. Pada ujung tali
cabang ini diikatkan pancing yang berumpan (Gunarso, 1991). Sedangkan pengertian rawai dalam
ensiklopedia perikanan, yaitu suatu jenis alat tangkap ikan dengan konstruksi tertentu dimana tali
pancing yang bermata pancing (branch lines) dikaitkan pada tali pancing utama yang panjang (main
line) pada jarak tertentu. Alat tangkap ini berkembang pesat penggunaannya jika dilihat dari segi
teknisnya serta beragam alat bantu yang digunakan.
Keuntungan menggunakan alat tangkap rawai (long line) antara lain: pengoperasiannya tidak
rumit serta penanganannya dan perawatan yang relatif mudah. Sistem penyimpanan alat tangkap
rawai yang digunakan adalah sistem basket yaitu dalam satu set alat tangkap rawai tuna (tali
pelampung, tali utama, dan tali cabang) diikat menjadi satu dengan menggunakan tali, pelampung
disimpan tersendiri. Pemasangan tali cabang pada tali utama dengan membuat simpul, demikian
halnya dengan pemasangan tali pelampung pada tali utama. Berdasarkan pengoperasiannya yakni
dilihat pada lapisan kedalaman tempat alat tersebut dioperasikan. Alat tangkap ini dioperasikan dekat
maupun di dasar perairan dengan arah perentangan secara horizontal. Dengan metode atau cara
pengoperasian rawai (long line) terbagi atas tiga tahap, yakni: setting (pembuangan pelampung,
pemberian umpan dan penurunan alat tangkap), soaking (perendaman), hauling (penarikan alat
tangkap sambil mengambil hasil tangkapan) (Firdaus, 2009).
Daerah pengoperasian sangat tergantung pada sasaran yang akan ditangkap, sasaran utama yakni
tuna dan jenis ikan pelagis lainnya yang memiliki sifat menghambat samadengan tuna. Migrasi jenis
ini jauh lebih luas sehubungan dengan sifat itu tempat memancing tuna adalah:
a. Perairan dalam dan berkadar garam tinggi (diatas 30%)
b. Perairan bersih dari pencemaran dan penyebarannya luas
Jenis ikan hasil tangkapan utama rawai tuna yaitu ikan Tuna mata besar (Thunnus obesus), Tuna
sirip kuning (Thunnus albacares), Tuna sirip biru selatan (Thunnus maccoyii) dan Tuna albakora
(Thunnus allalunga). Jenis ikan hasil tangkapan sampingan rawai tuna yang mendominasi yaitu ikan
opah (Lampris guttatus), hiu air (Prionace glauca) dan escolar (Lepidocybium flavobrunneum).
Pancing Ulur (Hand Line) merupakan salah satu jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan
tradisional untuk menangkap ikan di laut. Pancing ulur (Hand Line) adalah alat tangkap ikan jenis
pancing yang paling sederhana. Terdiri dari pancing, tali pancing dan pemberat atau umpan. Daerah
penangkapan ikan (fishing ground) untuk mengoperasikan pancing ulur cukup terbuka dan bervariasi
sehingga pancing ulur dapat dioperasikan disekitar permukaan sampai dengan di dasar perairan,
disekitar perairan pantai maupun di laut dalam.
Pancing Ulur (hand line) yang digunakan oleh nelayan di kapal yaitu pancing ulur coping dan
pancing ulur ancet. Pancing ulur coping terdiri dari beberapa komponen yaitu tali pancing, tali
penarik, killi-killi, tali atas, pancing, dan pemberat.
Dalam pengoperasiannya panding ulur atau hand line dapat dioperaikan disekitar permukaan
sampai dengan di dasar perairan. Tentu saja dengan memperhatikan daerang penangkapan. daerah
penangkapan atau fishing ground adalah suatu daerah dimana ikan dapat ditangkap.
Hasil penangkapan ikan yang sering tertangkap dengan pancing ulur memiliki bermacam-macam
jenis dan ukuran. Jenis ikan yang tertangkap oleh pancing ulur adalah tongkol, cakalang, kembung
(Rastreliger kanagurta), layang (Decapterus russelli), bawal (Pampus Chinensis), kakap (Kutjanus
Sp), dan lain sebagainya. Seringkali ikan yang berukuran besar juga tertangkap seperti hiu
(Carcharhinus Longimanus), tuna (Thunnus Sp), marlin dan lain sebagainya.
Rawai tegak (vertical longline) adalah satu jenis alat penangkapan ikan yang menggunakan mata
pancing dengan atau tanpa umpan (Sadhori, 1984). Mata pancing dikaitkan pada tali pancing
dan dioperasikan menggunakan tenaga manusia (Sudirman dan Mallawa, 2012). Selain itu
konstruksinya sangat sederhana dan pengoperasiannya juga tidak memerlukan modal yang besar.
Konstruksi rawai tegak (vertical longline) terdiri dari satu tali utama dan beberapa tali cabang
yang dipasangi sejumlah mata pancing. Mata pancing dipasang langsung pada tali cabang
yang diikatkan pada tali utama (Ardidja, 2011). Pengoperasian alat penangkapan ikan rawai tegak
dengan cara menurunkannya ke dalam perairan dimulai dari tali utama, tali cabang dan sejumlah mata
pancing yang sudah diberi umpan, baik itu umpan alami maupun umpan buatan (Puspito, 2009).
Faktor utama dalam keberhasilan pengoperasian alat tangkap rawai tegak adalah ukuran
dan bentuk mata pancing serta berbagai jenis umpan baik umpan alami maupun umpan buatan
(Kurnia et al. 2015). Ukuran mata pancing memiliki peranan yang penting dalam tingkat keberhasilan
rawai tegak, dimana dapat menentukan besar kecilnya ikan hasil tangkapan yang tertangkap (Azizah
dan Puspito, 2012), sedangkan umpan berfungsi untuk menarik perhatian ikan sasaran sehingga
ikan tersebut tertarik untuk memakan atau mengigitnya (Subani dan Barus, 1989 dalam Riyanto,
2008).
Adapun daerah penangkapan menggunakan alat tangkap vertikal line antara lain Kepulauan
Sepeken-Kangean, Bali, Pegagan-Madura, Puger-Jawa Timur, Gorontalo-Sulawesi Utara, Masalima,
Pelabuhan Ratu, Sumur-Jawa Barat, Air Tembaga-Sulawesi Utara, Luwuk, Tk.Poh-Sulawesi Tengah
Di Indonesia pool and line atau huhate pada umumnya diopersikan di kawasan perairan indonesia
bagian tengah dan timur. Di kawasan Indonesia bagian barat, pancing huhate ini jarang digunakan
oleh para nelayan. Penangkapan dengan huhate menggunakan ikan kecil ang disukai oleh cakalang.
Umpang yang dgunakan pada pool and line ini adalah umpan hidup.
Jenis ikan yang tertangkap dengan menggunakan kapal pole and line pada umumnya adalah
ikan cakalang dan ikan tuna ekor kuning, namun ada juga jenis ikan yang ikut tertangkap meski bukan
dari target tangkapan, hal ini disebabkan oleh ikan-ikan tersebut berenang secara bergerombol
bersamaan dengan ikan pelagis lainnya untuk mencari makan.
Pancing tonda pada dasarnya sama dengan pancing biasa yang terdiri dari tali senar, kili-kili, dan
mata pancing. Tali senar yang digunakan adalah bahan monofilament nomor 70, mata pancing yang
digunakan adalah nomor 7 dan 8. Tipe pancing yang digunakan terdapat dua jenis yaitu (1) unit
pancing yang hanya terdiri dari satu mata pancing, yang mana mata pancingnya merupakan 3 buah
pancing yang dirangkai jadi satu dan (2) unit pancing yang terdiri dari banyak mata pancing biasanya
15-20 buah, dengan mata pancing tunggal. Pancing tonda ini umumnya tidak menggunakan umpan
ikan melainkan menggunakan umpan buatan dari benang sutra atau tali rapia. Pada setiap tawur
(setting) jumlah mata pancing yang dioperasikan disesuaikan dengan tempat yang telah didisain untuk
tempat pemasangan pancing tonda biasanya terdiri dari 3-4 unit.
Pancing tonda merupakan pancing yang diberi tali panjang dan ditarik oleh perahu atau kapal,
pengoperasiannya pada pagi hari atau sore hari. Pancing tonda biasa dipasang pada tiang di samping
kapal dan ada yang dipegang tangan nelayan. Panjang senar yang diulurkan antara 5 sampai 10 meter.
Pada saat operasi, kapal kondisi berjalan dengan kecepatan antara 2-6 knot tergantung kuatnya arus.
Lamanya penarikan tergantung dari ada tidaknya hasil tangkapan, apabila terdapat ikan yang
tertangkap pancing, maka tali pancing ditarik, kemudian ikan tangakapnnya dilepas, selanjutnya
pancing diturunkan kembali, demikian seterusnya dilakukan beberapa kali dalam satu hari operasi.
2.5.1 Daerah Penangkapan Troll Line
Daerah penangkapan pancing tonda di Laut Banda yaitu di sekitar P. Taliabo, P Menui, dan P.
Buru. Daerah penangkapan pancing tonda pada umumnya berada di sekitar rumpon, walaupun
terkadang menangkap di laut bebas seperti di sekitar kayu balok yang terapung di laut.
hasil tangkapan pancing tonda yaitu : cakalang (Katsuwonus pelamis), madidihang (Thunnus
albacares), tuna mata besar (Thunnus obesus), lemadang (Coryphaena hippurus). Ukuran ikan
cakalang dan madidihang yang tertangkap pancing tonda antara 20-70 cm, sedangkan ukuran
keduanya paling banyak tertangkap antara 40-50 cm.
DAFTAR PUTAKA
Ardidja S. 2011. Usaha penangkapan ikan dengan pancing tegak. materi penyuluhan perikanan.
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia
Kelautan dan Perikanan, Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Azizah N, Puspito G. 2012. Seleksi umpan dan ukuran mata pancing tegak. Marine Fisheries3(2):169-
175.
Firdaus, M. (2009). Potensi dan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan di PerairanKota Tarakan dan
Sekitarnya (Identifikasi Sumberdaya Perikanan). Jurnal pengembangan mutu pendidikan dan
penelitian:Universitas Borneo Tarakan
Gunarso, W. (1991). Tingkah Laku Ikan dan Perikanan Pancing. Jurnal Perikanan : INSTITUT
PERTANIAN BOGOR.
Kurnia M, Sudirman, Yusuf M.2015. Pengaruh Perbedaan ukuran mata pancing terhadap hasil
tangkapan pancing ulur di perairan pulau Sabutung Pangkep. Journal Marine Fisheries. 6(1):87-
95.
Riyanto 2008. Respons penciuman ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) terhadap
umpan buatan. [Tesis] Bogor. Institut Pertanian Bogor.