Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH

PENYULUHAN IDENTIFIKASI KEBUTUHAN KELOMPOK

NELAYAN PANCING RAWAI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

ANDI AMALIA RAMADHANI (L021181322)

SAKINAH MAWADDAH RAHMA (L051201020)


ANDI MUH FARIS FAAD (L051201090)

ANDI FAYOLA ZAHIRA (L041191027)

ANDI HARDIANTI ALI SIDE (L041191080)


ZHAFIRA UTAMI (L051201088)

ANDI MUTMAINNA QALBI (L051201068)

DEPARTEMEN PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDDIN

MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-Nya,
kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Penyuluhan dan Komunikasi
Perikanan dan Kelautan ini tepat pada waktunya. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah
kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulisan makalah berjudul “Penyuluhan Identifikasi Kebutuhan Kelompok Nelayan Pancing


Rawai” dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Kami berharap agar makalah ini dapat
memberikan penngetahuan yang lebih kepada pembaca

Penulis menyadari makalah bertema bahasa ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama
pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan
makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah bahasa Indonesia ini dapat
bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Makassar, 26 Mei 2021

Tim Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 1

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 3

I. Latar belakang ....................................................................................................... 3


II. Rumusan masalah ................................................................................................. 3
III. Tujuan pembahasan .............................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 4

I. Definisi pancing rawai .......................................................................................... 4


II. Bagian- bagian dari pancing rawai dan metode pengoperasiannya ................... 4
III. Masalah yang dialami nelayan pancing rawai..................................................... 7
IV. Kelebihan rawai dibandingkan dengan alat tangkap lainnya ............................. 8
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 9

I. Kesimpulan ............................................................................................................ 9
II. Saran ...................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 10

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perikanan tangkap memiliki peran penting dalam penyediaan pangan,
kesempatan kerja, perdagangan dan kesejahteraan serta rekreasi bagi sebagian
penduduk Indonesia. Sejak tahun 2005 hingga 2010 rata - rata 58,3 % dari total produksi
perikanan di Indonesia berasal dari perikanan tangkap (Badan Pusat Statistik Indonesia
2012). Kapal adalah sarana untuk menunjang operasi penangkapan ikan agar lebih efisien
guna memaksimalkan hasil tangkapan. Kapal yang khusus dipergunakan untuk menangkap
ikan, termasuk menampung dan mengangkut, menyimpan, mendinginkan atau
mengawetkan. Kapal merupakan Sarana apung penangkapan yang tidak mempunyai geladak
utama dan hanya memiliki bangunan atas/rumah geladak yang secara khusus dipergunakan
untuk menangkap ikan, termasuk menampung dan mengangkut, menyimpan, mendinginkan
atau mengawetkan.
Sesuai dengan karakteristik habitat dan tingkah laku ikan dasar, kemudian dikembangkan
beberapa alat tangkap, seperti: pancing, jaring dasar dan rawai dasar. Disamping mudah dari
sisi pengoperasiannya, alat tangkap ini juga relatif murah dari sisi pembiayaannya (Bank
Indonesia). Sebagai akibatnya, alat tangkap pancing rawai dasar cukup tersebar hampir di
seluruh perairan Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Pancing Rawai?
2. Apa saja bagian- bagian dari pancing rawai dan bagaimana metode pengoperasiannya?
3. Apa saja permasalahan yang dialami nelayan pancing rawai?
4. Apa saja kelebihan pancing rawai dibandingkan dengan alat tangkap lainnya?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui defenisi dari pancing rawai
2. Untuk mengetahui bagian- bagian dan metode pengoperasian pancing rawai
3. Untuk mengetahui permasalahan yang dialami nelayan pancing rawai
4. Untuk mengetahui kelebihan menggunakan pancing rawai dibandingkan dengan alat
tangkap yang lain.

3
BAB II

PEMBAHASAN

I. Definisi pancing rawai


Rawai (Long line) merupakan alat tangkap perikanan yang sangat bervariasi baik dalam
hal ukuran, cara pengoprasian, daerah penangkapan serta jenis ikan yang menjadi tangkapan
utama. Definisi rawai menurut statistik perikanan Indonesia, rawai terdiri dari sederetan
tali-tali utama, dan pada tali utama pada jarak tertentu terdapat beberapa tali cabang yang
pendek dan lebih kecil diameternya. Pada ujung tali cabang ini diikatkan pancing yang
berumpan (Gunarso, 1991). Sedangkan pengertian rawai dalam ensiklopedi perikanan, yaitu
suatu jenis alat penangkap ikan dengan konstruksi tertentu di mana tali pancing yang
bermata pancing (branch lines) dikaitkan pada tali pancing utama yang panjang (main line)
pada jarak tertentu. Alat tangkap ini berkembang pesat penggunaannya jika dilihat dari segi
teknisnya serta beragam alat bantu yang digunakan. Serta menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), rawai diartikan sebagai alat untuk menangkap ikan yang dibuat dari tali
atau rotan yang direntangkan dan diikatkan beberapa buah kail.
II. Bagian- bagian dari pancing rawai dan metode pengoperasiannya
1. Bagian-bagian alat tangkap rawai (long line)
 Tali utama (main line)
Merupakan bagian dari potongan-potongan tali yang dihubungkan antara satu
dengan yang lain sehingga membentuk rangkaian tali yang sangat panjang. Tali
utama harus cukup kuat karena menanggung beban dari tali cabang dan tarikan
ikan yang terkait pada mata pancing.
 Tali cabang (branch line)
Tali cabang merupakan bagian alat tangkap ikan rawai tuna yang berguna
untuk menghubungkan tali utama dengan pancing. Ukuran tali cabang lebih kecil
dari tali utama. Satu set tali cabang ini terdiri dari tali pangkal, tali cabang utama
Panjang tali cabang biasanya kurang dari jarak antara tali cabang, agar untuk
menghindari saling mengkait/membelit (tangling).

4
 Tali pelampung
Berfungsi mengatur kedalaman dari alat penangkap sesuai dengan yang
dikehendaki.tali pelampung ini biasanya terbuat dari bahan kuralon.
 Pelampung (float)
Pelampung merupakan bagian alat tangkap ikan rawai yang berguna untuk
menahan alat tangkap rawai agar tidak tenggelam. Pelampung yang digunakan
pada alat tangkap tuna long line ini terdiri dari beberapa pelampung gabus yang
diberi bendera dengan diameter antara 20 cm sampai dengan 30 cm. Warna
pelampung harus berbeda atau kontras dengan warna air laut. Hal ini
dimaksudkan untuk memudahkan mengenalnya dari jarak jauh setelah setting.
 Mata pancing (hook)
Mata pancing (hook) yang umum digunakan adalah mata pancing yang terbuat
dari baja (steinless steel) berukuran 10,9 - 11,5 cm atau mata pancing nomor 7.
Bahan tali pancing terbuat dari monofilament atau multifilament. Perbedan bahan
tersebut dipandang dari segi teknis adalah : multifilament lebih berat dan mahal
dibandingkan monofilament, lebih kecil, halus, dan transparan maka pemakaian
monofilament dinilai akan memberi hasil tangkapan lebih baik Oleh karena itu
bahan monofilament (PA) lebih disukai oleh nelayan rawai.
2. Metode pengoperasian rawai (long line)
Dengan metode atau cara pengoprasian rawai (Long line) terbagi atas tiga tahap,
yakni : setting (pembuangan pelampung, pemberian umpan dan penurunan alat
tangkap), soaking (perendaman), hauling (penarikan alat tangkap sambil mengambil
hasil tangkapan) (Firdaus et al., 2009).
 Penurunan Alat Tangkap (setting)
Setelah semua persiapan telah dilakukan dan tiba di daerah penangkapan
yang telah ditentukan, setting diawali dengan penurunan pelampung bendera
tanda sekaligus pembuangan pemberat hingga penebaran pancing yang telah
dipasangi umpan dengan urutan penempatan umpan sesuai dengan tujuan
penelitian. Penurunan dilaksanakan di muka kapal, dan penurunan dilakukan
menurut garis yang menyerong atau tegak lurus terhadap arus. Secara garis besar
kegiatan penurunan pancing adalah sebagai berikut : mula-mula pelampung dan

5
tiang bendera diturunkan beserta tali pelampungnya, kemudian tali utama dan
akhirnya tali cabang yang diikuti mata pancing yang telah diberi umpan. Tali
utama tersebut mkemudian dilepas dan begitu seterusnya. Rangkaian pancing
yang telah dipasangi umpan ditebar secara perlahan satu persatu agar jarak antar
pancing tidak terlalu dekat. Kecepatan melempar pancing ke dalam air sangat
menentukan letak pancing dalam air.
Penurunan alat tangkap yang cepat menyebabkan jarak antara kedua
pelampung di dalam air menjadi dekat, sehingga kedalaman pancing bertambah
dalam. Demikian juga kecepatan kapal sangat mempengaruhi kedalaman mata
pancing, apabila kecepatan kapal ditambah, maka alat tangkap yang diturunkan
menjadi renggang, sehingga kedalaman pancing menjadi kurang.
 Perendaman Alat Tangkap (soaking)

Alat tangkap ini bersifat pasif, yaitu menanti umpan di makan oleh ikan.
setelah proses setting selesai, tahapan selanjutnya adalah merendam alat tangkap
sesuai dengan durasi waktu yang telah ditetapkan. Alat tangkap berendam
(soaking) dan dibiarkan hanyut mengikuti arus laut (Drifting) selama ± 2 jam.

 Penarikan Alat Tangkap (hauling)

Sebagai tahap terakhir adalah proses hauling yang merupakan kebalikan


dari tahap setting. Setelah alat tangkap ± 2 jam di dalam air, dilakukan penarikan
alat tangkap (hauling) ke atas kapal bagian depan yang dilakukan secara manual,
jika penarikan tali rawai sulit dilakukan karena diduga tali tersangkut oleh karang
di dasar air maka penarikan dilakukan dengan bantuan mesin. Hauling rawai
secara berturut-turut dimulai dari penaikan tiang bendera, pelampung, tali
pelampung beserta pemberat diangkat ke atas geladak kapal, tali utama kemudian
tali cabang beserta mata pancing, sampai keseluruhan satuan pancing terangkat ke
atas geladak kapal. Satu persatu ikan hasil tangkapan yang diperoleh dilepaskan
dari mata pancing kemudian di masukkan kedalam cool box.

6
III. Masalah yang dialami Nelayan Pancing Rawai
 Keterbatasan Informasi Daerah Penangkapan
Salah satu masalah utama yang dihadapi dalam upaya optimalisasi hasil
tangkapan ikan, yaitu sangat terbatasnya data dan informasi mengenai daerah
penangkapan yang potensial. Armada penangkap ikan berangkat dari pangkalan
selalu mencari daerah penangkapan ikan dengan ketidakpastian tentang daerah
penangkapan yang potensial. Sehingga, akibat ketidakpastian daerah penangkapan
tersebut, kapal penangkap banyak menghabiskanwaktu dan bahan bakar
untukmencari daerah penangkapan tersebut.
 Penentuan Wilayah Penangkapan Ikan
Dalam menentukan fishing ground, beberapa nelayan masih memakai
metode-metode tradisional. Para nelayan masih menggunakan pola norma lama,
di mana satu daerah penangkapan akan terus mereka singgai tanpa mau berpindah
atau mencari fishing ground baru.
 Kurang memahami Teknologi
Posisi Setting dan hauling pada alat tangkap rawai yang umumnya panjang
(berkisar antara 800-2000 mata pancing panjangnya mencapai ratusan kilometer)
menuntut kemampuan, keterampilan dan kecakapan ABK pada penggunaan alat-
alat tangkap dan alat-alat pendukung lainnya. Ketrampilan ini bisa di dapatkan
melalui diklat diklat perikanan sebelum ABK di kirim ke Kapal penangkap Ikan
Kurangnya kecakapan akan mengakibatkan Kesalahan pada penurunan
dan pengangkatan rawai mengakibatkan dalam kecelakaan misalnya putusnya tali,
tersangkutnya kail atau kecelakan kerja yang lainnya.
 Penanganan Mutu di atas Kapal.
Penanganan ikan hasil tangkapan Bisa di atas kapal maupun penanganan
di darat. Untuk ABK kapalm long line di haruskan menguasai teknik penangan
tersebut di atas kapal.

7
IV. Kelebihan rawai dibandingkan dengan alat tangkap lainnya
Tentunya kita menyadari bahwa setiap apa yang ada disekitar kita pastilah tidak
sempurna. Ada masing-masing kelebihan dan kekurangannya. Begitu pula dengan alat
tangkap pancing rawai ini. Pancing rawai ini memiliki beberapa kelemahan dan
kelebihan. Untuk kelebihan dari pancing rawai secara umum diantaranya:
• Mudah dalam pengoperasiaannya

Pancing rawai ini sebetulnya tidak jauh berbeda dengan pancing biasanya.
Sehingga dalam pengoperasiaannya hanya berbeda sedikit saja. Sisanya sama
kegunaannya dengan pancing.

• Syarat fishing ground relatif sedikit

Penggunaan pancing rawai untuk penangkapan ikan sangat fleksibel.


Sedikitnya syarat fishing ground menjadi keuntungan tersendiri dalam
pengoperasian pancing rawai. Karena sedikitnya syarat ini, pancing rawai dapat
digunakan dimana saja sesuai dengan kebutuhan tangkapan.

• Pengaruh cuaca dan pengaruh kondisi laut relatif sedikit

Alat tangkap biasanya akan mendapatkan pengaruh dari kondisi cuaca dan
kondisi laut. Karena kondisi inilah beberapa alat tangkap tidak dapat dioperasikan.
Akan tetapi pengaruh ini tidak berdampak pada penggunaan pancing rawai. Ketika
pancing rawai sudah dilepas dan dipasang maka kita tinggal menunggu untuk waktu
yang ditentukan. Karena konsep dari pancing rawai bertindak pasif, jadi kita tidak
aktif untuk mencari atau menggiring ikan – ikan yang ada di fishing ground.

8
BAB III
PENUTUP

I. KESIMPULAN
 Rawai merupakan alat tangkap perikanan yang sangat bervariasi baik dalam hal ukuran,
cara pengoperasiannya, daerah penangkapan, serta jenis ikan yang menjadi tangkapan
utama.
 Metode pengoperasiannya terbagi dalam tiga tahap, yaitu Setting, Soaking, dan Hauling
 Dalam kasus permasalahan yang dialami oleh nelayan pancing rawai, meliputi
keterbatasan informasi daerah penangkapan, penentuan wilayah penangkapan ikan,
minimnya pemahaman teknologi, dan penanganan mutu di atas kapal yang tergolong
nihil.
 Penggunaan alat tangkap pancing rawai ini masih memiliki kekurangan. Di samping itu,
juga memiliki kelebihan yang bahkan dapat disandingkan dengan alat tangkap lainnya.
II. SARAN
Perlunya penanganan lebih dalam terhadap operasional alat tangkap pancing rawai
dan daerah pengoperasiannya yang masih perlu dipertimbangkan. Bukan hanya itu, dari segi
perekonomian nelayan dan dalam berbagai aspek lainnya juga harus dikaji guna
mengutuhkan kesejahteraan nelayan secara umum, serta perlunya dilakukan penelitian lebih
lanjut terkait alat tangkap rawai.

9
DAFTAR PUSTAKA

Aji, S. (2018). “Kendala Operasional Rawai Tuna”,

https://perikanan38.blogspot.com/2017/08/kendala-operasional-rawai-tuna.html#super,

diakses pada tanggal 25 Mei 2021 pukul 10.00.

Firdaus, M. et al. 2009. Potensi dan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan di Perairan Kota
Tarakan dan Sekitarnya (Identifikasi Sumberdaya Perikanan). Program Pengembangan
Mutu Pendidikan dan Penelitian Universitas Borneo Tarakan.

https://id.scribd.com/document/353545200/Kekurangan-Dan-Kelebihan-Rawai

https://glosarium.org/arti-rawai/

Nugraha, B., & Chodriyah, U. (2010). “Komposisi hasil tangkapan dan daerah penangkapan
kapal tuna longline di perairan Laut Banda”. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia,
16(4), 305-309.

Rachman, A. 2008. Studi Alat Tangkap Rawai (Long Line) Di Waduk Riam Kanan Kecamatan
Karang Intan Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan. Skripsi.

10

Anda mungkin juga menyukai