Anda di halaman 1dari 47

i

SKRIPSI

ANALISIS HASIL TANGKAPAN IKAN TERI (Stolephorus sp.)


DENGAN ALAT TANGKAP BAGAN PERAHU
BERDASARKAN PERBEDAAN KEDALAMAN
DI PERAIRAN BARRU

Disusun dan diajukan oleh :

NURHALIZAH
L051 17 1012

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN


DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
ANALISIS HASIL TANGKAPAN IKAN TERI (Stolephorus sp.)
DENGAN ALAT TANGKAP BAGAN PERAHU
BERDASARKAN PERBEDAAN KEDALAMAN
DI PERAIRAN BARRU

NURHALIZAH
L051 17 1012

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN


DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022

ii
iii
iv
ABSTRAK
Nurhalizah. L051171012. “Analisis Hasil Tangkapan Ikan Teri (Stolephorus sp.) Dengan
Alat Tangkap Bagan Perahu Berdasarkan Perbedaan Kedalaman Di Perairan Barru”.
Dibimbing oleh Andi Assir Marimba sebagai Pembimbing Utama dan Safruddin
sebagai Pembimbing Anggota

Penelitian tentang pengaruh perbedaan kedalaman terhadap hasil tangkapan ikan teri
(Stolephorus sp.) dilaksanakan di perairan Kabupaten Barru pada bulan Desember 2020
hingga Juli 2021. Alat yang digunakan adalah Bagan Perahu yaitu salah satu jaring
angkat (lift net) yang di operasikan nelayan di perairan Barru. Alat ini dominan
menangkap ikan-ikan pelagis kecil. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
studi kasus. Analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi linear. Adapun Jenis
ikan yang banyak tertangkap sebagai komoditas unggulan adalah ikan Teri (Stolephorus
sp.) dan Kerung-kerung (Therapon sp.). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa
semakin dangkal suatu perairan, berat hasil tangkapan semakin tinggi.

Kata kunci : Bagan, Hasil tangkapan, Stolephorus sp, Barru.

v
ABSTRACT
Nurhalizah. L051 17 1012. “Analysis of the Catch of Anchovy ( Stolephorus sp. ) with
Boat Lift Nets Based on Depth differences in the Barru Regency Waters”. Suvervised by
Andi Assir Marimba as the supervisor and Safruddin as the co-supervisor

Research on the effect of depth differences on the cacth of anchovy (Stolephorus sp.)
was carried out in the waters of Barru Regency from December 2020, and then,
continued from April to July 2021. The tool used was the boat lift net, which is one of the
lift nets operated by fishermen in Barru Regency waters. This tool is dominant in catching
small pelagic fish. The research method used is the case study method. Analysis of the
data used is linear regression analysis. The kinds of fish caught as anchovies were
dominant fishes (Stolephorus sp.) and Kerung-kerung (Therapon sp.). Based on the
results of the study, the shallower the water, the higher the catch weight.

Keywords: Ancovies Catches, Liftnet, Stolephorus sp, Barru.

vi
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT karena atas limpahan dan
rahmatnya sehingga penulis masi diberi kesehatan sehingga dapat menyelesaikan
Skripsi atau tugas akhir mengenai Analisis Hasil Tangkapan Ikan Teri (Stolephorus sp.)
Dengan Alat Tangkap Bagan Perahu Berdasarkan Perbedaan Kedalaman Di Perairan
Barru yang penulis buat ini. Shalawat dan taslim tidak lupa kita hanturkan kepada Nabi
Muhammad SAW, nabi yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman
yang terang menderang seperti sekarang ini.
Proses penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan serta dukungan dari
berbagai pihak. Di kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-
pihak terkait yang telah memberi dukungan juga bimbingannya pada penulis.
Pada proses penyusunan skripsi ini penulis banyak menerima bantuan serta
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu melalui skripsi ini penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada mereka yang telah berperan dalam proses
penelitian hingga penyelesaian skripsi ini. Terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Ayahku tercinta Abd. Hawa dan Ibuku tersayang Burhani yang tidak henti-hentinya
memberi doa dan dukungan kepada penulis agar tetap semangat pada setiap
tahapan penelitian dan penulisan skripsi ini hingga dapat terselesaikan.
2. Bapak Dr. Ir. Andi Assir Marimba, M. Sc. dan Bapak Safruddin, S.Pi, M.P., Ph.D.
selaku dosen pembimbing yang ditengah-tengah kesibukannya telah meluangkan
waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan dari awal penelitian hingga
terselesaikannya penelitian dan penulisan skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Najamuddin, M.Sc. dan Bapak Muhammad Kurnia, S.Pi.,
M.Sc., Ph.D sebagai dosen penguji yang telah memberikan pengetahuan dan
masukan berupa saran membangun pada penulis.
4. Bapak Dr. Ir. Andi Assir Marimba, M. Sc. selaku penasehat akademik yang telah
membimbing penulis selama masa studi di Program Studi Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas
Hasanuddin.
5. Bapak Hakim dan ibu Berlian yang telah menyediakan tempat tinggal selama
penelitian ini di lakukan dan juga para nelayan serta orang-orang yang terlibat sangat
berjasa dan sabar menghadapi penulis serta memberikan informasi dan ilmu selama
penelitian ini berlangsung.

vii
6. Pegawai dan Staf di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan yang telah membantu
dalam pengurusan administrasi untuk kebutuhan seminar dan ujian.
7. Kepada sahabatku Tercinta Rifai Rum, Amanda Akmal, Dian Safrini, Mita Sukma,
Anita Sukma dan Andi Sinta Pristiani yang telah menjadi teman yang luar biasa
bagi penulis. Penulis mengucapkan banyak terima kasih untuk doa, perhatian,
semangat, bantuan dan nasehat dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman dekat Asdar, Yuyun Prastika, Wulan Mawardika, Megawati, Andi
Sri Rahayu, Yustika dan Reski Mutia yang selalu memberikan bantuan, semangat
dan dukungan dari awal penelitian hingga sekarang.
9. Keluarga PSP 2017 yang selalu memberikan semangat dan dukungan, serta
bantuan kepada penulis dari awal penelitian hingga sekarang.
10. KMP PSP KEMAPI FIKP UNHAS atas segala pengalaman yang telah penulis
dapatkan.
11. seluruh pihak yang turut berperan serta dalam proses penyusunan skripsi ini yang
tidak sempat disebutkan satu persatu penulis ucapkan banyak terima kasih.

Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat dan masukan bagi
pembaca. Sekian dan terima kasih.

Makassar, 2 Februari 2022

Nurhalizah

viii
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Nurhalizah, lahir di Amasangan pada tanggal 19


Mei 1999 yang merupakan anak ke-7 dari 8 bersaudara, anak dari
pasangan Abd. Hawa dan Burhani. Pada tahun 2004 penulis tidak
memasuki Taman Kanak-kanak dan langsung memasuki
pendidikan Sekolah Dasar di SDN 150 PAO pada tahun 2006 dan
lulus pada tahun 2011. Penulis lulus pendidikan di SMP Negeri 1
Malangke Barat pada tahun 2014. Pada tahun 2017, penulis lulus
dari pendidikan SMA Negeri 1 Malangke Barat. Selanjutnya di tahun 2017 penulis
melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi negeri Universitas Hasanuddin di
Makassar tepatnya pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Departemen Perikanan,
Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan melalui jalur SNMPTN.

ix
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii


DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………...……… xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii
I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................2
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 3
A. Deskripsi Bagan Perahu .............................................................................3
B. Karakteristik Ikan Pelagis............................................................................3
III. METODE PENELITIAN .................................................................................. 6
A. Waktu Dan Tempat ......................................................................................6
B. Alat dan Bahan..............................................................................................6
C. Metode Penelitian .........................................................................................7
D. Analisis Data .................................................................................................7
IV. HASIL ............................................................................................................ 8
A. Deskripsi Kegiatan Penangkapan Ikan .......................................................8
B. Metode Pengoperasian Bagan Perahu .....................................................11
C. Daerah Penangkapan Ikan Teri ..................................................................15
D. Hasil Tangkapan Bagan Perahu .................................................................16
E. Hasil Tangkapan Ikan Teri (Stolephorus sp) Berdasarkan Perbedaan
Kedalaman Perairan .................................................................................18
V. PEMBAHASAN ............................................................................................ 19
A. Komposisi Jenis Hasil Tangkapan ...............................................................21
B. Analisis Perbedaan Hasil Tangkapan Ikan Teri Berdasarkan Perbedaan
Kedalaman Perairan .................................................................................22
VI. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 23
A. Simpulan ..................................................................................................23
B. Saran ..........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 24

x
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Alat dan Bahan............................................................................................... 5


2. Tabel Hasil Tangkapan Bagan Perahu…………………………………..……. 14

xi
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
1. Gambar Peta Lokasi Penelitian......................................................................... 7

2. Gambar Kapal Bagan Perahu Di Perairan Barru………………………………… 8

3. Gambar Jaring Pada Bagan Perahu Di Perairan Barru…………………………. 8

4. Gambar Lampu Pada Bagan Perahu Di Perairan Barru………………………… 9

5. Gambar Roller Pada Bagan Perahu Di Perairan Barru...……………………….. 9

6. Gambar Serok Pada Bagan Perahu Di Perairan Barru………………………… 10

7. Gambar Keranjang Pada Bagan Perahu Di Perairan Barru…………………… 10

8. Gambar Persiapan Menuju Lokasi Penangkapan………………………………. 10

9. Gambar Proses Pengumpulan ikan pada Bagan Perahu......….………………. 11

10. Gambar Proses Setting Pada Bagan Perahu……………………………………. 11

11. Gambar Proses Perendaman Jaring pada Bagan Perahu…………………...... 12

12. Gambar Proses Pengangkatan Jaring pada Bagan Perahu…………………… 12

13. Gambar Proses Brailling pada Bagan Perahu………….……………………….. 12

14. Gambar Proses Penyortiran Ikan Pada Bagan Perahu………………………… 13

15. Gambar Lokasi Pengoperasian Bagan Perahu Di Perairan Barru……………. 14

16. Gambar Komposisi Hasil Tangkapan Bagan Perahu…………………………… 15

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Hasil Tangkapan Ikan Teri Berdasarkan Perbedaan Kedalaman Perairan.......23


2. Letak Fishing Base Dan Fishing Ground Daerah Penangkapan Ikan Alat Tangkap
Bagan Perahu Di Perairan Barru……………….…………………………...……... 25
3. Dokumentasi Hasil Tangkapan Bagan Perahu Di Perairan Barru……..…......... 27
4. Dokumentasi Penyortiran Hasil Tangkapan Bagan perahu Di Perairan Barru…30
5. Dokumentasi Mengukur Kedalaman Perairan Pada Alat Tangkap Bagan Perahu
Di Perairan Barru……………………………………………………………………..31
6. Dokumentasi Bersama Nelayan Bagan Perahu Di Perairan Barru………………32

xiii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Produksi ikan di kabupaten Barru diperoleh dari berbagai jenis alat tangkap yang
banyak di operasikan oleh pelaku usaha perikanan tangkap. Salah satu jenis alat
tangkap yang di gunakan oleh nelayan di kabupaten Barru adalah bagan perahu (bagan
pete-pete). Bagan perahu yang ada di kabupaten Barru Sulawesi Selatan merupakan
salah satu jenis bagan yang terus berkembang (Sulaiman, 2015). Hal ini karena bagan
perahu dilengkapi dengan mesin penggerak sendiri yang tidak di miliki bagan yang lain,
sehingga dapat bergerak dengan cepat dari fishing ground dan kembali ke fishing base.
Salah satu alat tangkap potensial yang di operasikan di perairan kabupaten Barru
adalah bagan Perahu. Bagan perahu merupakan jarring angkat yang di operasikan di
perairan pantai pada malam hari dengan menggunakan cahaya lampu sebagai pemikat
ikan (Sudirman dan Mallawa, 2004). Tujuan penangkapan bagan perahu adalah jenis
ikan pelagis kecil, antara lain ikan (Stolephorus sp.), Tembang (Sardinella sp.), Layang
(Decapterus ruselli), Kembung (Rastralinger sp.) dan lain-lain.
Jenis ikan hasil tangkapan bagan perahu adalah kelompok jenis ikan pelagis
kecil yang diketahui sangat reaktif terhadap cahaya. Pola kedatangan ikan di sekitar
sumber cahaya ada yang langsung menuju sumber dan ada juga yang hanya berada di
sekitar sumber pencahayaan. Ikan-ikan yang pola kedatangannya tidak langsung masuk
ke dalam sumber cahaya di indikasikan mendatangi cahaya karena ingin mencari
makan. Selain itu, pola kedatangan ikan di sekitar sumber cahaya berbeda-beda
tergantung jenis dan keberadaan ikan di perairan, sehingga sumberdaya ikan akan
mempengaruhi hasil tangkapan.
Faktor utama yang dapat menentukan dalam keberhasilan penangkapan ikan
teri (Stolephorus sp.) adalah dalam penentuan daerah penangkapan ikan sehingga
keberadaan lampu hanya sebagai alat bantu dalam pengumpulan ikan. Salah satu yang
mempengaruhi keberhasilan dalam pengoperasian alat tangkap bagan perahu adalah
penentuan daerah penangkapan ikan (fishing ground) dimana dalam penentuan daerah
penangkapan ikan di pengaruhi oleh faktor kedalaman yang berhubungan dengan
jumlah hasil tangkapan khususnya ikan teri (Stolephorus sp.).
Nelayan pada perairan Barru dalam penentuan daerah pengangkapan ikan
(Fishing Ground) hanya berpedoman pada lokasi yang biasanya menjadi tempat untuk
pengoperasian alat tangkap bagan perahu. Penelitian mengenai pengaruh kedalaman
terhadap hasil tangkapan ikan jenis teri telah diteliti sebelumnya, penelitian ini dilakukan

1
untuk melihat apakah hasil dari penelitian sebelumnya sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan di perairan Kabupaten Barru.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh perbedaan kedalaman perairan terhadap hasil tangkapan
ikan teri (Stolephorus sp.) di perairan Barru.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
Mengetahui pengaruh perbedaan kedalaman perairan terhadap hasil tangkapan
ikan teri (Stolephorus sp.) pada alat tangkap bagan perahu di perairan Kabupaten Barru.
2. Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu memberi informasi kepada nelayan untuk
mengetahui pengaruh kedalaman yang baik agar menghasilkan hasil tangkapan yang
lebih banyak, sehingga data hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan atau
referensi dalam pengembangan bagan perahu di Kabupaten Barru.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Bagan Perahu


Bagan merupakan salah satu jaring angkat yang di operasikan diperairan pantai
pada malam hari dengan menggunakan cahaya lampu sebagai faktor penarik ikan
(Takril, 2008). Alat tangkap ini pertama kali diperkenalkan oleh nelayan bugis Makassar
pada tahun 1950-an. Beberapa tahun kemudian bagan ini tersebar dan terkenal di
seluruh perairan Indonesia. Dalam perkembangannya bagan telah banyak mengalami
perubahan baik bentuk maupun ukurannya yang dimodifikasi sedemikian rupa sehingga
sesuai dengan daerah penangkapan. Berdasarkan cara pengoperasian, bagan
dikelompokkan dalam jaring angkat (lift net). Karena menggunakan cahaya untuk
mengumpulkan ikan maka metode penangkapan ikan dengan bagan disebut light fishing
(Subani dan Barus, 1989).
Bagan perahu adalah alat penangkap ikan yang dioperasikan dengan cara
dturunkan kekolom perairan dan diangkat kembali setelah banyak ikan diatasnya, dalam
pengoperasiannya menggunakan perahu untuk berpindah-pindah kelokasi yang
diperkirakan banyak ikan. Secara umum, konstruksi unik penangkapan jaring angkat
terdiri atas kerangka kayu, waring atau jaring (dari bahan polyethylene) seperti nilon
serta perahu bermotor sebagai alat transportasi dilaut. Pada bagian atas terdapat roller
yang berfungsi untuk menurunkan dan mengangkat jaring (Ayodyoa, 1981).

B. Karakteristik Ikan Pelagis


Ikan pelagis merupakan jenis ikan yang hidup atau menghuni perairan lapisan
permukaan sampai lapisan tengah (mid layer). Pada daerah-daerah dimana terjadi
penaikan massa air (upwelling) sumberdaya ini dapat membentuk biomassa yang besar.
Ikan pelagis umumnya senang bergerombol, baik dengan kelompoknya maupun dengan
jenis ikan lainnya, namun terdapat kecenderungan bergerombol berdasarkan kelompok
ukurannya. Kebiasaan makan ikan pelagis sangat tergantung pada struktur suhu vertikal
dengan pengertian ikan pelagis akan berenang sedikit lebih kedalam waktu suhu udara
meningkat dari biasanya (Laevastu dan Hayes, 1983).
ikan pelagis hidup di permukaan air dengan kedalaman 0 sampai 200 meter.
Ikan pelagis tergolong dalam ikan pelagis kecil dan ikan pelagis besar. Pada umumnya
ikan pelagis memiliki nilai jual yang tinggi dan banyak diburu oleh masyarakat karena
memiliki kandungan gizi yang tinggi. Ciri khas ikan pelagis adalah bentuk tubuh yang
streamline atau cenderung memanjang, lonjong dan ramping mempunyai kemampuan
berenang cepat dan daya jelajah yang luas.

3
Ikan Pelagis umumnya merupakan filter feeder, yaitu jenis ikan pemakan
plankton dengan jalan menyaring plankton yang masuk untuk memilih jenis plankton
yang disukainya ditandai oleh adanya tapis insang yang banyak dan halus. Lain halnya
denga selar. Selar termasuk ikan buas, makanannya ikan-ikan kecil dan krustasea. Pada
siang hari ikan pelagis kecil berada di dasar perairan membentuk gerombolan yang
padat dan kompak sedangkan pada malam hari naik ke permukaan membentuk
gerombolan yang menyebar. Ikan pelagis juga dapat muncul ke permukaan pada siang
hari, apabila cuaca muncul disertai hujan gerimis. Adanya ke cenderungan bergerombol
berdasarkan kelompok ukuran dan berupaya mengikuti makanannya (Risfan Suyedi,
2001).
Ikan Teri merupakan salah satu hasil perikanan yang banyak ditangkap oleh
nelayan di kabupaten Barru. Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan teri
sangat beragam, alat tangkap yang digunakan tergantung pula pada iklim, letak
geografis, dan topografi perairan. Alat tangkap yang banyak digunakan adalah bagan.
Sumberdaya ikan teri merupakan sumberdaya neritik, karena penyebarannya
terutama adalah di perairan dekat pantai pada wilayah dimana terjadi proses penarikan
masa air (upwelling). Ikan teri dapat membentuk biomasa yang besar dan merupakan
jenis komoditas perikanan laut yang banyak memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat
nelayan di wilayah pesisir, sehingga ikan teri banyak di tangkap karena mempunyai arti
penting sebagai bahan makanan yang dapat di manfaatkan baik sebagai ikan segar
maupun ikan kering (Nontji, 2005).
Sebagai salah satu jenis ikan ekonomis penting, ikan teri dapat di temukan dalam
jumlah yang besar di suatu perairan jika kondisi lingkungan perairan tersebut sesuai
dengan kebutuhan hidupnya dan memiliki ketersediaan makanan yang memadai dan
juga ikan teri merupakan salah satu jenis organisme penghuni perairan yang rentan
terhadap perubahan lingkungan dan tingkat eksploitasi secara besar-besaran. Ikan teri
termasuk ke dalam ordo malacopterygi, family clupidae, jenis Stolephorus sp. Ciri-ciri
umum dari spesies ikan ini dapat mencapai panjang 40-145 mm, sisiknya tipis dan
mudah terlepas, linea lateral terletak antara sirip dada dan sirip perut dan berwarna
keperakan (Saanin, 1968).
Ikan teri (Stolephorus sp.) adalah ikan yang termasuk kedalam kelompok ikan
pelagis kecil yang di duga merupakan salah satu sumberdaya perikanan paling
melimpah di perairan Indonesia. Sama halnya dengan sumberdaya ikan lain, ikan teri
merupakan sumberdaya yang dapat diperbaharui. Hal ini berarti jika sumberdaya ikan
diambil sebagian, ikan yang tersisa memiliki kemampuan untuk memperbaharui dirinya
dengan berkembang biak (Nikijuluw, 2002). Ikan teri juga menyebar pada permukaan
perairan hingga lapisan dibawah permukaan dengan dua puncak distibusi vertikalnya

4
yaitu pada permukaan dan kedalaman 20 meter. Kisaran kedalam 10-20 meter
merupakan daerah penyebaran yang paling dominan. Telah umum diketahui oleh
nelayan bahwa ikan teri muncul di permukaan pada waktu subuh dan senja hari di area
dekat pantai (Gunarso et al. 2003).
Pengoperasian bagan perahu pada kedalaman perairan yang berbeda juga akan
mempengaruhi hasil tangkapannya baik jumlah maupun jenisnya. Faktor lingkungan
sangat mempengaruhi banyak tidaknya jumlah hasil tangkapan seperti kedalaman
perairan, dimana semakin dalam suatu perairan maka semakin banyak juga jumlah hasil
tangkapan dengan asumsi bahwa semakin dalam suatu perairan, maka semakin banyak
volume air yang bisa menyebabkan dan juga semakin banyak pula ikan yang berada di
dalamnya. Hal ini berkaitan dengan pendistribusian ikan pada suatu perairan secara
horizontal dan vertikal sehingga pergerakan ikan dalam habitatnya menjadi lebih luas
(Purbayanto, 2004).

5
III. METODE PENELITIAN

A. Waktu Dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2020 dan April – Juni 2021,
fishing base di Dusun Mate’ne, Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan, seperti
yang terlihat pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar.1 Peta lokasi penelitian

B. Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan dan fungsi masing-masing dapat di lihat pada
Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Alat dan kegunaan
No. Alat dan Bahan Kegunaan
1. 1 Unit bagan perahu Alat menangkap ikan
2. Alat tulis Mencatat hasil penelitian
3. Laptop Mengolah data
4. Kamera Dokumentasi kegiatan selama dilapangan
5. Ikan Sebagai sampel pada penelitian
6. Keranjang Menyimpan hasil tangkapan
7. Global position system (GPS) Menentukan lokasi penelitian
8. Echosounder (Furuno) Mengukur Kedalaman
9. Meteran Mengukur panjang ikan

6
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi langsung
di lapangan dimana dengan mengikuti operasi penangkapan ikan pada bagan perahu di
dusun Matene, Kelurahan Tanete, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru, Provinsi
Sulawesi Selatan sebanyak 30 trip. Adapun data yang di perlukan dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara berikut:
1. Mengikuti pengoperasian alat tangkap bagan perahu di perairan Barru.
2. Menyiapkan alat yang akan digunakan sebelum menuju fishing base.
3. Menentukan lokasi penangkapan ikan (Fishing Ground) dengan menggunakan alat
Global Position System (GPS).
4. Mengukur kedalaman pada saat tiba dilokasi Fishing ground menggunakan
Echosounder.
5. Mengambil gambar pada saat pengoperasian berlangsung dan hasil tangkapan yang
diperoleh.

D. Analisis Data
Analisis Regresi Sederhana adalah sebuah metode pendekatan untuk
pemodelan hubungan antara satu variabel dependen dan satu variabel independen.
Dalam model regresi, variabel independen menerangkan variabel dependennya. Dalam
analisis regresi sederhana, hubungan antara variabel bersifat linier, dimana perubahan
pada variabel X akan diikuti oleh perubahan pada variabel Y secara tetap. Sementara
pada hubungan non linier, perubahaan variabel X tidak diikuti dengan perubahaan
variabel Y secara proporsional. seperti pada model kuadratik, perubahan X diikuti oleh
kuadrat dari variabel X. Hubungan demikian tidak bersifat linier (Sugiyono, 2016).

Persamaan Garis Regresi


Y= a+b X
Y : Hasil tangkapan (variabel terikat)
a : Konstanta
b : Keofisien variable X
X : Kedalaman (variabel bebas)
Nilai a dan b dapat dihitung dengan rumus :

b = 𝒏∑ 𝒙𝒚 − ∑ 𝒙∑ 𝒚

𝒏∑𝒙𝟐 − (∑𝒙)2 dan 𝑎 = 𝑌 − 𝑏𝑋

7
IV. HASIL

A. Deskripsi Kegiatan Penangkapan Ikan


Adapun deskripsi kegiatan penangkapan ikan pada bagan perahu di perairan
Barru, Dusun Mate’ne, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru antara lain:
1. Kapal Penangkapan
Bagan perahu terbagi atas dua macam, yaitu bagan yang menggunakan satu
perahu (one boat lifnet) dan bagan dua perahu (two boat lif net). Bagan perahu pada
Dusun Mate’ne adalah bagan yang menggunakan satu perahu. Bagian depan dan
belakang bagan perahu dihubungkan oleh dua batang bambu, sehingga berbentuk bujur
sangkar. Bambu tersebut berfungsi sebagai tempat untuk menggantungkan jaring. Kapal
bagan perahu dusun Mate’ne berbahan kayu, dengan ukuran panjang 24 meter, lebar 5
meter dan kedalaman 2,5 meter dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Kapal bagan perahu di perairan Barru


2. Jaring
Jaring yang digunakan disebut waring, berbentuk seperti kelambu terbalik dan
berwarna hitam dengan ukuran mata jaring 0,5 cm. Ukuran panjang dan lebar jaring
yang digunakan rata-rata 24 x 24 m. Pemberat yang digunakan merupakan batu alam
dengan berat total 155 kg yang dipasang pada kedua panjang jaring, sedangkan untuk
kedua lebar jaring dengan menggunakan bambu. Bingkai waring berbentuk empat
persegi yang berfungsi sebagai tempat mengikat waring, pemberat, dan tali
penggantung yang dihubungkan dengan roller jarring (Gambar 3).

8
Gambar 3. Jaring pada bagan perahu di perairan Barru

3. Alat Bantu Penangkapan Ikan


Adapun alat bantu penangkapan ikan bagan perahu di Dusun Matene,
Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru yaitu:
a. Lampu bagan perahu
Lampu merupakan sumber cahaya yang digunakan untuk memikat ikan-ikan
agar berkumpul di sekitar bagan. Jumlah lampu yang digunakan pada alat tangkap
bagan perahu terdiri dari 38 buah yaitu lampu dengan ukuran dan jenis yang berbeda.
Lampu fokus dengan daya 1000 W, lampu mercury dengan daya 250 W, lampu sorot
500 W dan lampu LED dengan daya 50 W (Gambar 4).

9
Gambar 4. Lampu pada bagan perahu di perairan Barru
b. Roller
Roller terdapat pada kiri dan kanan bagan perahu yang terbuat dari kayu dengan
ukuran panjang 35 m dan diameter 25 cm. Roller jaring terdapat pada haluan perahu
bagan yang berfungsi untuk mempermudah dalam menurunkan dan menaikkan jaring
pada saat pengoperasian alat (setting) dan pada saat mengangkat (hauling) jaring bagan
setelah selesai melakukan pengoperasian alat tangkap bagan dan mengambil hasil
tangkapan dapat dilihat pada Gambar 5,

Gambar 5. Roller pada bagan perahu di perairan Barru


c. Serok
Serok atau tangguk (Gambar 6) merupakan alat bantu yang berfungsi untuk
mempermudah mengangkat ikan yang berada di jaring bagan perahu kemudian di
letakkan keatas perahu. Serok (tangguk) yang digunakan sebagai alat bantu bekerja
ketika proses hauling (pengangkatan) jaring sedang berlangsung.

10
Gambar 6. Serok pada bagan perahu di perairan Barru
d. Keranjang
Hasil tangkapan yang telah terambil dengan serok di jaring akan di masukkan
kedalam keranjang (Gambar 7). Keranjang termasuk alat bantu pada alat tangkap bagan
perahu karena adanya keranjang hasil tangkapan sebagai tempat letak hasil tangkapan
ikan dan dimana setelah itu dipindahkan ke palka kapal bagan perahu.

Gambar 7. Keranjang pada bagan perahu di perairan Barru

B. Metode Pengoperasian Bagan Perahu


Tahapan-tahapan metode pengoperasian bagan perahu (Gambar 8 – Gambar
14) adalah sebagai berikut:
a. Persiapan menuju fishing ground pada biasanya terlebih dahulu dilakukan
pemeriksaan dan persiapan terhadap segala sesuatu yang dibutuhkan dalam
pengoperasian bagan perahu. Pemeriksaan dan perbaikan terutama dilakukan
terhadap lampu dan mesin kapal. Persiapan lain yang dianggap penting adalah
kebutuhan perbekalan operasi penangkapan seperti es batu, air tawar, bahan bakar,

11
garam dan bahan makanan. Gambar di bawah ini merupakan proses persiapan
menuju ke Fishing Ground.

Gambar. 8 Persiapan menuju lokasi penangkapan

b. Pengumpulan ikan, ketika tiba dilokasi fishing ground dan hari menjelang malam,
maka lampu dinyalakan dan jaring biasanya tidak langsung diturunkan hingga tiba
saatnya ikan terlihat berkumpul dilokasi bagan atau ingin masuk kedalam area
cahaya lampu. Namun, tidak menutup kemungkinan ada pula sebagian nelayan
yang langsung menurunkan jaring setelah lampu dinyalakan seperti pada gambar di
bawah ini.

Gambar. 9 Proses pengumpulan ikan pada bagan perahu

c. Setting, setelah menunggu beberapa jam dan ikan mulai terlihat berkumpul dilokasi
penangkapan, maka jaring diturunkan ke perairan. Jaring biasanya diturunkan
secara perlahan-lahan dengan memutar roller. Penurunan jaring beserta tali

12
penggantung dilakukan hingga jaring mencapai kedalaman yang di inginkan. Proses
setting ini berlangsung tidak membutuhkan waktu yang begitu lama. Banyaknya
setting tergantung pada keadaan cuaca dan situasi hasil tangkapan, serta kondisi
perairan saat operasi penangkapan.

Gambar. 10 Proses setting pada bagan perahu

d. Perendaman jaring (soaking), selama jaring berada di dalam air nelayan melakukan
pengamatan terhadap keberadaan ikan di sekitar kapal untuk memperkirakan kapan
jaring akan diangkat. Lama jaring akan berada di dalam perairan (perendaman
jaring) bukan bersifat ketetapan karena nelayan tidak pernah menentukan dan
menghitung lamanya jaring di dalam perairan dan kapan jaring akan di angkat namun
hanya berdasarkan penglihatan dan pengamatan adanya ikan yang berkumpul di
bawah cahaya lampu.

Gambar. 11 Perendaman jaring pada bagan perahu

13
e. Pengangkatan jaring (lifting), lifting dilakukan setelah kawanan ikan terlihat
berkumpul dilokasi penangkapan. Kegiatan lifting ini diawali dengan pemadaman
lampu secara bertahap. Hal ini di maksudkan agar ikan tidak terkejut dan tetap
terkonsentrasi pada bagian perahu di sekitar lampu yang masi menyala. Ketika ikan
sudah berkumpul di tengah-tengah jaring maka jaring tersebut mulai ditarik
kepermukaan hingga akhirnya ikan akan tertangkap oleh jarring.

Gambar. 12 Proses pengangkatan jaring pada bagan perahu

f. Brailing, setelah bingkai jaring naik ke atas permukaan air, maka tali penggantung
pada ujung dan bagian tengah rangka dilepas dan dibawah ke satu sisi kapal, tali
kemudian di lewatkan pada bagian bawah kapal beserta jaringnya. Tali pemberat
ditarik ke atas agar mempermudah penarikan jaring dan lampu di hidupkan lagi.
Jaring kemudian ditarik sedikit demi sedikit dari salah satu sisi kapal ke atas kapal.
Hasil tangkapan yang telah terkumpul diangkat ke atas dek kapal dengan
menggunakan serok.

Gambar. 13 Proses brailing pada bagan perahu

14
g. Penyortiran ikan. Setelah ikan diangkat naik ke atas dek kapal, maka dilakukan
penyortiran ikan. Penyortiran ini biasanya dilakukan berdasarkan jenis ikan
tangkapan, ukuran dan lain-lain. Ikan yang telah disortir langsung di masukkan ke
dalam wadah untuk memudahkan pengangkutan.

Gambar. 14 Proses penyortiran ikan pada bagan perahu

C. Daerah Penangkapan Ikan Teri


Daerah penangkapan ikan (Gambar 15) merupakan suatu daerah perairan
dimana ikan yang menjadi sasaran penangkapan tertangkap dalam jumlah yang
maksimal dan alat tangkap dapat di operasikan serta ekonomis. Menurut Damanhuri
(1980), suatu perairan dapat dikatakan sebagai daerah penangkapan ikan yang baik
apabila memenuhi persyaratan di antaranya di daerah tersebut terdapat ikan yang
melimpah sepanjang tahun, alat tangkap dapat di operasikan dengan mudah dan
sempurna, serta lokasi tidak jauh dari pelabuhan. Adapun daerah pengoperasian pada
alat tangkap bagan perahu 7-15 Mil dari bibir pantai, dengan kedalaman tertinggi 45
meter sedangkan pada kedalaman terendah yaitu 17 meter, terdapat 30 titik
penangkapan dengan jarak tempuh ± 1,5 jam dari fishing base ke fishing ground.
Menurut Yusfiandayani (2004), penentuan daerah penangkapan ikan yang
umum dilakukan oleh nelayan sejauh ini masih menggunakan cara-cara tradisional, yang
di peroleh secara turun-temurun. Akibatnya, tidak mampu mengatasi perubahan kondisi
oseanografi dan cuaca yang berkaitan erat dengan perubahan daerah penangkapan
ikan yang berubah secara dinamis. Ekspansi nelayan besar ke daerah penangkapan
nelayan kecil mengakibatkan terjadi persaingan yang kurang sehat bahkan sering terjadi
konflik antara nelayan besar dengan nelayan kecil. Secara garis besarnya daerah
penangkapan, penyebaran dan migrasi sangat luas, yaitu meliputi daerah tropis dan sub

15
tropis dengan daerah penangkapan terbesar terdapat di sekitar perairan khatulistiwa.
Daerah penangkapan merupakan salah satu faktor penting yang dapat menentukan
berhasil atau tidaknya suatu operasi penangkapan. dalam hubungannya dengan alat
tangkap, maka daerah penangkapan tersebut haruslah baik dan dapat menguntungkan.
Dalam arti ikan berlimpah, bergerombol, daerah aman, tidak jauh dari pelabuhan dan
alat tangkap mudah dioperasikan. Gambar di bawah ini merupakan peta lokasi
penangkapan di perairan Barru, (Sudirman, 2004).

Gambar. 15 Lokasi pengoperasian bagan perahu di perairan Barru

D. Hasil Tangkapan Bagan Perahu


Berdasarkan hasil penelitian di lihat dari 30 titik penangkapan bagan perahu
yang tersebar di perairan Barru, hasil tangkapan di dominan oleh ikan teri (Stolephorus
sp.) namun terdapat pula jenis-jenis lain yang tertangkap pada alat tangkap bagan
perahu seperti ikan Tembang (Sardinella sp.), ikan Peperek (Leiognathus equulus), ikan
Ekor Kuning (Caesio sp.), ikan Kerung-kerung (Therapon sp.), ikan Tenggiri
(Scomberomorus commerson), Ikan Layang (Decapterus Ruselli) Cumi-cumi (Loligo
sp.), Kepiting (Portunus sp.). Amirudin (2006) mengatakan dari hasil penelitian yang di
dapatkan, hasil tangkapan bagan perahu sangat beranekaragam, terdiri dari berbagai
spesies. Secara umum jumlah hasil tangkapan utama seperti teri, tembang, peperek,
cumi-cumi, ekor kuning, kerung-kerung, tenggiri, kepiting, dan layang yang mencapai
95% dari total hasil tangkapan, selebihnya adalah ikan lain yang termasuk by-catch dan
discard. Jenis ikan tangkapan utama tersebut termasuk ikan demersal dan pelagis yang

16
berukuran kecil yang di mungkinkan karena bagan perahu menggunakan jaring dengan
mesh size yang berukuran kecil.

Jenis dan berat hasil tangkapan Bagan Perahu di Perairan Barru selama
penelitian dapat dilihat secara detail pada Tabel 2 dan Gambar 16 berikut ini.

Tabel. 2. Hasil tangkapan bagan perahu


No. Nama Nama Latin Nama Daerah Total Hasil
Indonesia Tangkapan
(Kg)
1. Teri Stolephorus sp. Mairo 5687
2. Peperek Leiognathus equulus Bete-bete 247,5
3. Tembang Sardinella sp. Tembang 115,2
4. Layang Decapterus ruselli Lajang 83,4
5. Tenggiri Scomberomorus Sanggiri 233,4
commerson
6. Ekor Kuning Caesio sp. Ekor Kuning 161,5
7. Kerung-kerung Therapon sp. Kerung-kerung 257,4
8. Cumi-Cumi Loligo sp. Cumi-cumi 131,6
9. Kepiting Portunus sp. Bukkang 43,7

Komposisi Hasil Tangkapan Bagan Perahu

18%

82%

hasil tangkapan utama hasil tangkapan sampingan

Gambar. 16 Komposisi Jenis Hasil Tangkapan Bagan Perahu di Kabupaten Barru,

17
Berdasarkan diagram komposisi di atas dapat di katakan bahwa jumlah hasil
tangkapan pada bagan perahu di dominasi oleh ikan Teri (Stolephorus sp.) sebesar 82%
sebagai hasil tangkapan utama dan 12% merupakan hasil tangkapan sampingan dimana
jenis ikan yang tertangkap yaitu ikan peperek (Leiognathus equulus), ikan tembang
(Sardinella sp.), ikan layang (Decapterus ruselli), ikan tenggiri (Scomberomorus
commersoni), ekor kuning (Caesio sp.), ikan kerung-kerung (Therapon sp.), Cumi-cumi
(Loligo sp.) dan kepiting (Portunus sp.) sebagai hasil tangkapan sampingan yang di
manfaatkan oleh nelayan.

E. Hasil Tangkapan Ikan Teri (Stolephorus sp.) Berdasarkan Perbedaan


Kedalaman Perairan
Kedalaman perairan pada daerah penangkapan ikan (fishing ground) bagan
perahu yang beroperasi pada perairan Barru memiliki kisaran kedalaman antara 17-45
meter (Gambar 17).

Frekuensi Hasil Tangkapan Pada Kedalaman


Berbeda

1400

1200

1000

800

600

400

200

0
17 -21 22 - 26 27 - 31 32 - 36 37 - 41 42 - 46

Gambar. 17 Distribusi pada kedalaman yang berbeda berdasarkan dengan


hasil tangkapan ikan Teri (Stolephorus sp.)

Berdasarkan gambar di atas berdasarkan pengaruh perbedaan kedalaman


terhadap hasil tangkapan dapat di katakan bahwa distribusi pada kedalaman 17-21
meter dengan hasil tangkapan tertinggi sekitar 1380 kg, pada kedalaman 22-26 meter
hasil tangkapan yang di peroleh menurun yaitu 760 kg. Pada kedalaman 27-31 meter

18
kembali terjadi penurunan pada hasil tangkapan yaitu 1200 kg, kemudian pada
kedalaman 32-36 hasil tangkapannya kembali menurut yaitu 480 kg, selanjutnya pada
kedalaman 37-41 meter hasil tangkapan kembali mengalami peningkatan yaitu 780 kg,
sedangkan pada kedalaman 42-46 meter hasil tangkapan yang di dapatkan merupakan
hasil tangkapan yang paling sedikit dari kedalaman lainnya sebanyak 0 kg, hal ini di
karenakan adanya pengaruh faktor cuaca.

F. Hasil Uji Analisis Hasil Tangkapan Ikan Teri Berdasarkan Perbedaan Kedalaman
Menggunakan Software SPSS
Berikuti ini merupakan hasil analisis dari Software SPSS berdasarkan perbedaan
kedalaman terhadap hasil tangkapan ikan teri (Stolephorus sp.).

Variables Entered/Removedb

Variables Variables
Model Entered Removed Method

1
Kedalamana . Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Hasil Tangkapan

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate

1
.215a .046 .010 94.66149

a. Predictors: (Constant), Kedalaman

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 11304.982 1 11304.982 1.262 .272a

Residual 232980.732 26 8960.797

Total 244285.714 27

a. Predictors: (Constant), Kedalaman

b. Dependent Variable: Hasil Tangkapan

19
Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta T Sig.

1 (Constant) 89.652 68.813 1.303 .204

Kedalaman 2.652 2.361 .215 1.123 .272

a. Dependent Variable: Hasil Tangkapan

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N


Predicted Value 134.7352 208.9904 1.6429E2 20.46223 28

Residual -1.30427E2 2.77309E2 .00000 92.89196 28

Std. Predicted Value -1.444 2.185 .000 1.000 28

Std. Residual -1.378 2.929 .000 .981 28

a. Dependent Variable: Hasil Tangkapan

Sedangkan Plot perbandingan hasil tangkapan ikan teri (Stolephorus sp.)


berdasarkan perbedaan kedalaman perairan

20
V. PEMBAHASAN

A. Komposisi Jenis Hasil Tangkapan

Banyak sedikitnya jumlah hasil tangkapan ikan menggunakan bagan perahu di


pengaruhi oleh beberapa faktor yang di antaranya pengaruh musim ikan dan posisi
penempatan bagan, pengaruh faktor oseanografi, pengaruh sinar bulan dan sebagainya.
Keanekaragaman jenis ikan hasil tangkapan bagan perahu juga berkaitan dengan
kondisi oseanografi yang mempengaruhi distribusi ikan pada suatu wilayah perairan,
(Yulianto et al. 2014). Ketersediaan makanan merupakan salah satu faktor yang
menentukan kelimpahan populasi serta kondisi ikan yang ada pada suatu perairan
(NikoIsky, 1983).
Komposisi hasil tangkapan bagan perahu berdasarkan Gambar 16 di atas terdiri
dari 9 jenis yakni ikan pelagis kecil. Hasil tangkapan utama merupakan ikan target
nelayan bagan perahu di kabupaten Barru yang sering atau setiap hari tertangkap
dengan jumlah yang lumayan banyak dan mempunyai nilai jual yang tinggi. Sedangkan
hasil tangkapan sampingan adalah jenis-jenis ikan yang di manfaatkan untuk kebutuhan
sehari-hari dan tidak setiap hari tertangkap serta hasil tangkapannya itu dominan
tertangkap sedikit. Pada penelitian yang telah saya lakukan selama 30 trip, hasil
tangkapan di dominasi oleh ikan teri (Stolephorus sp.) sebanyak 5687 kg. Sedangkan
hasil tangkapan sampingan yaitu ikan peperek (Leiognathus equulus) sebanyak 247.5
kg, ikan tembang (Sardinella sp.) sebanyak 115.2 kg, ikan layang (Decapterus ruselli)
sebanyak 233.4 kg, ikan tenggiri (Scomberomorus commersoni) sebanyak161.5 kg, ekor
kuning (Caesio sp.) sebanyak 257.4 kg, ikan kerung-kerung (Therapon sp.) sebanyak
131.6 kg, kemudian Cumi-cumi (Loligo sp.) sebanyak 83.4 kg, sedangkan kepiting
(Portunus sp.) sebanyak 43.7 kg.
Jenis-jenis ikan yang tertangkap pada bagan perahu di perairan Bondet adalah
ikan teri (Stolephorus sp.), tembang (Sardinella sp.), Cumi-cumi (Loligo sp.), peperek
(Leiognathus equulus). Tertangkapnya jenis-jenis ikan tersebut di sebabkan oleh ikan
tersebut mempunyai sifat fototaksis positif. Selain itu, dapat pula di sebabkan oleh motif
lain karena cahaya juga merupakan indikasi adanya makanan (Dirja & Abdurahman,
2019).
Ikan Teri merupakan ikan yang bersifat fototaksis positif atau tertarik pada
cahaya sehingga ikan teri (Stolephorus sp.) termasuk hasil tangkapan utama pada
bagan perahu khususnya di Perairan Barru. Komposisi hasil tangkapan tiap trip di
perairan Barru relatif hampir sama, namun terdapat perubahan-perubahan untuk jenis

21
yang mendominasi. Berdasarkan hasil tangkapan pertrip terdapat dua jenis ikan yang
selalu dominan di banding jenis-jenis lainnya yaitu ikan teri (Stolephorus sp.) dan
Kerung-kerung (Therapon sp.).

B. Analisis Hasil Tangkapan Ikan Teri Berdasarkan Perbedaan Kedalaman


Perairan
Ikan teri (Stolephorus sp.) merupakan hasil tangkapan utama perikanan bagan
perahu di Kabupaten Barru. Kehidupan ikan teri seperti ikan pelagis kecil lainnya juga
membutuhkan parameter kondisi lingkungan perairan yang sesuai. Secara biologis ikan
teri merupakan plankton feeeder atau pemakan plankton yang terdiri dari organisme
pelagis. Jenis-jenis teri pada ukuran kurang dari 40 mm umumnya memakan fitoplankton
dan copepoda berukuran kecil, sedangkan pada ukuran lebih dari 40 mm akan memakan
zooplankton (copepoda) berukuran besar (Hutomo, 1987).
Ikan teri biasanya banyak di temukan pada musim barat dan musim timur, namun
cukup sulit di peroleh pada musim peralihan, selain itu ikan teri juga pergerakannya di
tentukan oleh arus karena termasuk ikan kecil yang pergerakannya di pengaruhi oleh
arus dapat diihat pada pengaruh musim penangkapannya (Wyrtki,1961).
Berdasarkan hasil uji regresi pada software SPSS di atas di dapatkan hasil
perhitungan dengan nilai signifikansi variabel kedalaman terhadap hasil tangkapan ikan
teri (Stolephorus sp.) sebesar 0,27 dimana hasil tersebut lebih dari 0,05 dengan kata lain
H0 di terima dan H1 di tolak. Hal ini menandakan bahwa kedalaman tidak berpengaruh
signifikan terhadap hasil tangkapan ikan teri (Stolephorus sp.) dimana semakin dangkal
suatu perairan maka hasil tangkapan yang di dapatkan semakin banyak, sebaliknya
semakin dalam suatu perairan jumlah hasil tangkapan semakin sedikit.

22
VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan penelitian, hasil tangkapan yang didapatkan yaitu semakin dangkal
suatu perairan maka berat hasil tangkapan ikan teri yang tertangkap semakin banyak,
sebaliknya bila operasi penangkapn ikandilakuan di perairan yang lebih dalam maka
hasil tangkapan semakin sedikit.

B. Saran
1. Di harapkan dalam penentuan daerah penangkapan menggunakan alat bantu
penangkapan yang lebih modern seperti echosounder dan GPS agar mendapatkan
hasil yang lebih maksimal.
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut parameter oseanografi yang lain seperti
pengukuran waktu pengangkatan jaring (hauling), kekeruhan perairan, dan
kecepatan arus.

23
DAFTAR PUSTAKA

Ayodyoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.

Amiruddin. 2006. Interaksi Predasi Teri (Stolephorus sp.) selama Proses Penangkapan
Ikan dengan Bagan Rambo: Hubungannya dengan Kelimpahan Plankton.
[Tesis]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

v. Brandt, A. 1984. Fish Catching Methods of the World. Fishing News Books Ltd.
England.

Damanhuri, 1980. Diktat Kuliah Daerah Penangkapan. Fakultas Perikanan Universitas


Brawijaya Malang.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Barru, 2013. Laporan Statistik Perikanan
Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan.

Gunarso W, Kawamura G, Hayashi S, Sameshima M, 2003. Morfologi Retina Ikan Teri


(Engraulis japonicas Iloittuyn) Dengan Penekanan Pada Peranan Tapetumnya.
Bulletin PSP IV (1).

Hutomo, M., Burhanuddin, A. Djamali, dan S. Martosewojo, 1987. Sumberdaya Ikan Teri
di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi, LIPI. Jakarta.

Hutabarat, S dan M. Evans. 1984. Pengantar Oseanografi. UI Press. Jakarta.

Kabupaten Barru. 2015. Geomorfologis Online]. http:// Kabupaten Barru. go. geografis/
geomorfologis / [Diakses pada tanggal 10 Oktober 2020, pukul 10.43 WITA].

Laevastu T, Hayes M. 1983. Fisheries Oceanography and Ecology. England. Fishing


News Book, Ltd. 199 p.

Nikijuluw VPH. 2002. Rezim pengelolaan sumberdaya perikanan. Pustaka Cidesindo.


Jakarta Selatan. 254 hlm.

NikoIsky, G. V. 1983. The Ecology of Fisheries. Academic Press. Jakarta.

Nontji A. 2005. Laut nusantara, Penerbit Djambatan, Jakarta.

Risfan Suyedi, 2001. Sumberdaya Ikan Pelagis. Program Pasca Sarjana. IPB.

Sagala, Invanson dkk, 2016. Studi Konstruksi Alat Alat tangkap Bagan Perahu (BOAT
LIFT NET) 30 GT Di Pelabuhan PerikananNusantara (PPN) Sibolga Keluruhan
Pondok Batu Kota Sibolga Provinsi Sumatera Utara, Universitas Riau.

Saanin H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan 1 dan 2. Binacipta. Bogor. 508
hlm.

Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT Alfabet.

Sudirman dan Mallawa, A. 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Sulaiman, M. 2015. Pengembangan Lampu Light Emitting Diode (Led) Sebagai Pemikat
Ikan Pada Perikanan Bagan Petepete Di Sulawesi Selatan [Disertasi]. Bogor.
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

24
Subani W dan Barus HR. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang di Indonesia. Nomor
50 Tahun 1988/1999. Edisi Khusus. Jurnal Penelitian Perikanan laut. Jakarta :
Balai Penelitian Perikanan Laut, Badan Penelitian Perikanan Laut Departemen
Pertanian.

Sudirman dan Natsir, N. 2011. Perikanan Bagan dan Aspek Pengelolaannya. UMM
Press. Malang.

Takril. 2005. Hasil Tangkapan Sasaran Utama dan Sampingan Bagan Perahu di
Polewali Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Skripsi. Bogor: SProgram
Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 61 hal.

Takril, 2008. Kajian Pengembangan Perikanan Bagan Perahu di Polewali, Kabupaten


Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

Pemerintah Kabupaten Barru. 2013. Profil Kabupaten Barru. http:www.


http//barrukab.go.id/profil. Tanggal Akses 10 Oktober 2020. Makassar.

Purbayanto, A. 2004. Performa Selektivitas Alat Tangkap Bagan Rambo di Perairan


Barru Selat Makassar, Penelitian Perikanan Makassar 10:24-30.

Wyrtki, K. 1961. Phisical Oceanography of Southeast Asian waters. Naga Report.


University of California. La Lolla.

Yusfiandayani R. 2004. Studi tentang Mekanisme Berkumpulnya Ikan Pelagis Kecil di


Sekitar Rumpon dan Pengembangan Perikanannya di Perairan Pasauran,
Provinsi Banten. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

YuliantoE.S, Purbayanti A, Wisudo S.H, & Mawardi W. 2014. Lampu LED Bawah Air
Sebagai Alat Bantu Pemikat Ikan Pada Bagan Apung. Jurnal Teknologi
Perikanan dan Kelautan. 5(1): 83-93.

25
LAMPIRAN

26
Lampiran 1. Hasil Tangkapan Ikan Teri Berdasarkan Perbedaan Kedalaman
Hari/ Tanggal Kedalaman Perairan Hasil Tangkapan
(Meter) Ikan Teri (Kg)

18 Des 2020 17,3 120 Kg


19 Des 2020 19,9 120 Kg
20 Des 2020 22, 2 900 Kg
23 Des2020 20,8 420 Kg
7 Des2020 21,6 120 Kg
9 April 2021 27,9 60 Kg
10 April 2021 24,2 60 Kg
14 April 2021 23,5 180 Kg
17 April 2021 38,7 60 Kg
23 April 2021 37,4 300 Kg
24 April 2021 35,5 120 Kg
7 Mei 2021 19,1 180 Kg
8 Mei 2021 27,9 180 Kg
14 Mei 2021 30,6 240 Kg
20 Mei 2021 28,3 60 Kg
21 Mei 2021 20,9 60 Kg

11 Mei 2021 25,2 60 Kg

12 Juni 2021 41,5 120 Kg

13 Juni 2021 24,1 120 Kg

14 Juni 2021 27,2 180 Kg

15 Juni 2021 17,2 1.800 Kg

16 Juni 2021 40,3 300 Kg

17 Juni 2021 30,9 120 Kg

18 Juni 2021 27,8 180 Kg

19 Juni 2021 29,5 120 Kg

20 Juni 2021 36,3 180 Kg

21 Juni 2021 45,2 360 Kg

22 Juni 2021 18,9 180 Kg

23 Juni 2021 36,7 120 Kg

24 Juni 2021 25,6 280 Kg

Jumlah Berat Total 7300 Kg

27
Lampiran 2. Letak Fishing Base dan Fishing Ground Daerah Penangkapan Ikan Alat
Tangkap Bagan Perahu Di Perairan Kabupaten Barru
X Y X Y
4° 31’ 51” 119° 30’ 28”
4° 29’ 01” 119° 32’ 38”
4° 33’ 26.6” 119° 29’ 58.9”
4° 32’ 55.3” 119° 29’ 43.2”
4° 31’ 16.9” 119° 30’ 19.7”
4° 33’ 27.82” 119° 29’ 06.68”
4° 30’ 16.4” 119° 31’ 30.5”
4° 29’ 07.75” 119° 32’ 16.80”
4° 29’ 45.01” 119° 33’ 39.16”
4° 29’ 54.25” 119° 33.00’ 31”
4° 30’ 52.37” 119° 30’ 30.92”
4° 33’ 49.54” 119° 30’ 20.33”
4° 31’ 01” 119° 29’ 46”
4° 29’ 34” 119° 32’ 05”
4° 29’ 38” 119° 30’ 03”
4° 27’ 09.8” 119° 35’ 59.2”
4° 30’ 31” 119° 29’ 47”
4° 29’ 31” 119° 32’ 15.93”
4° 29’ 43” 119° 33’ 55.77”
4° 32’ 51” 119° 31’ 28”
4° 30’ 01” 119° 33’ 38”
4° 32’ 26.6” 119° 29’ 40.9”
4° 32’ 40.3” 119° 29’ 23.2”
4° 30’ 16.9” 119° 29’ 19.7”
4° 33’ 33.82” 119° 29’ 28.68”
4° 31’ 16.4” 119° 32’ 30.5”
4° 29’ 29.75” 119° 32’ 20.80”
4° 29’ 50.01” 119° 33’ 36.16”
4° 29’ 40.25” 119° 33.10’ 31”
4° 30’ 42.37” 119° 30’ 28.92”
4° 33’ 19.54” 119° 30’ 09.33”

28
Lampiran 3. Dokumentasi Hasil Tangkapan Bagan Perahu Di Perairan Barru

No. Nama Ikan Gambar Ikan

Ikan Teri (Stolephorus


1.
sp.)

Peperek ( Leiognathus
2.
equulus)

3. Tembang (Sardinella sp.)

29
Layang (Decapterus
4.
ruselli)

Tenggiri (Scomberomorus
5.
commerson)

6. Ekor Kuning (Caesio sp.)

30
Kerung-Kerung
7.
(Therapon sp.)

8. Cumi-Cumi (Loligo sp.)

9. Kepiting (Portunus sp.)

31
Lampiran 4. Dokumentasi Penyortiran Hasil Tangkapan Bagan Perahu Di Perairan Barru

32
Lampiran 5. Mengukur Kedalaman Perairan Pada Bagan Perahu Di Perairan Barru

33
Lampiran 6. Dokumentasi Bersama Nelayan Bagan Perahu Di Perairan Barru

34

Anda mungkin juga menyukai