SKRIPSI
NURHALIZAH
L051 17 1012
NURHALIZAH
L051 17 1012
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
ii
iii
iv
ABSTRAK
Nurhalizah. L051171012. “Analisis Hasil Tangkapan Ikan Teri (Stolephorus sp.) Dengan
Alat Tangkap Bagan Perahu Berdasarkan Perbedaan Kedalaman Di Perairan Barru”.
Dibimbing oleh Andi Assir Marimba sebagai Pembimbing Utama dan Safruddin
sebagai Pembimbing Anggota
Penelitian tentang pengaruh perbedaan kedalaman terhadap hasil tangkapan ikan teri
(Stolephorus sp.) dilaksanakan di perairan Kabupaten Barru pada bulan Desember 2020
hingga Juli 2021. Alat yang digunakan adalah Bagan Perahu yaitu salah satu jaring
angkat (lift net) yang di operasikan nelayan di perairan Barru. Alat ini dominan
menangkap ikan-ikan pelagis kecil. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
studi kasus. Analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi linear. Adapun Jenis
ikan yang banyak tertangkap sebagai komoditas unggulan adalah ikan Teri (Stolephorus
sp.) dan Kerung-kerung (Therapon sp.). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa
semakin dangkal suatu perairan, berat hasil tangkapan semakin tinggi.
v
ABSTRACT
Nurhalizah. L051 17 1012. “Analysis of the Catch of Anchovy ( Stolephorus sp. ) with
Boat Lift Nets Based on Depth differences in the Barru Regency Waters”. Suvervised by
Andi Assir Marimba as the supervisor and Safruddin as the co-supervisor
Research on the effect of depth differences on the cacth of anchovy (Stolephorus sp.)
was carried out in the waters of Barru Regency from December 2020, and then,
continued from April to July 2021. The tool used was the boat lift net, which is one of the
lift nets operated by fishermen in Barru Regency waters. This tool is dominant in catching
small pelagic fish. The research method used is the case study method. Analysis of the
data used is linear regression analysis. The kinds of fish caught as anchovies were
dominant fishes (Stolephorus sp.) and Kerung-kerung (Therapon sp.). Based on the
results of the study, the shallower the water, the higher the catch weight.
vi
KATA PENGANTAR
vii
6. Pegawai dan Staf di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan yang telah membantu
dalam pengurusan administrasi untuk kebutuhan seminar dan ujian.
7. Kepada sahabatku Tercinta Rifai Rum, Amanda Akmal, Dian Safrini, Mita Sukma,
Anita Sukma dan Andi Sinta Pristiani yang telah menjadi teman yang luar biasa
bagi penulis. Penulis mengucapkan banyak terima kasih untuk doa, perhatian,
semangat, bantuan dan nasehat dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman dekat Asdar, Yuyun Prastika, Wulan Mawardika, Megawati, Andi
Sri Rahayu, Yustika dan Reski Mutia yang selalu memberikan bantuan, semangat
dan dukungan dari awal penelitian hingga sekarang.
9. Keluarga PSP 2017 yang selalu memberikan semangat dan dukungan, serta
bantuan kepada penulis dari awal penelitian hingga sekarang.
10. KMP PSP KEMAPI FIKP UNHAS atas segala pengalaman yang telah penulis
dapatkan.
11. seluruh pihak yang turut berperan serta dalam proses penyusunan skripsi ini yang
tidak sempat disebutkan satu persatu penulis ucapkan banyak terima kasih.
Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat dan masukan bagi
pembaca. Sekian dan terima kasih.
Nurhalizah
viii
RIWAYAT HIDUP
ix
DAFTAR ISI
x
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Gambar Peta Lokasi Penelitian......................................................................... 7
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
xiii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Produksi ikan di kabupaten Barru diperoleh dari berbagai jenis alat tangkap yang
banyak di operasikan oleh pelaku usaha perikanan tangkap. Salah satu jenis alat
tangkap yang di gunakan oleh nelayan di kabupaten Barru adalah bagan perahu (bagan
pete-pete). Bagan perahu yang ada di kabupaten Barru Sulawesi Selatan merupakan
salah satu jenis bagan yang terus berkembang (Sulaiman, 2015). Hal ini karena bagan
perahu dilengkapi dengan mesin penggerak sendiri yang tidak di miliki bagan yang lain,
sehingga dapat bergerak dengan cepat dari fishing ground dan kembali ke fishing base.
Salah satu alat tangkap potensial yang di operasikan di perairan kabupaten Barru
adalah bagan Perahu. Bagan perahu merupakan jarring angkat yang di operasikan di
perairan pantai pada malam hari dengan menggunakan cahaya lampu sebagai pemikat
ikan (Sudirman dan Mallawa, 2004). Tujuan penangkapan bagan perahu adalah jenis
ikan pelagis kecil, antara lain ikan (Stolephorus sp.), Tembang (Sardinella sp.), Layang
(Decapterus ruselli), Kembung (Rastralinger sp.) dan lain-lain.
Jenis ikan hasil tangkapan bagan perahu adalah kelompok jenis ikan pelagis
kecil yang diketahui sangat reaktif terhadap cahaya. Pola kedatangan ikan di sekitar
sumber cahaya ada yang langsung menuju sumber dan ada juga yang hanya berada di
sekitar sumber pencahayaan. Ikan-ikan yang pola kedatangannya tidak langsung masuk
ke dalam sumber cahaya di indikasikan mendatangi cahaya karena ingin mencari
makan. Selain itu, pola kedatangan ikan di sekitar sumber cahaya berbeda-beda
tergantung jenis dan keberadaan ikan di perairan, sehingga sumberdaya ikan akan
mempengaruhi hasil tangkapan.
Faktor utama yang dapat menentukan dalam keberhasilan penangkapan ikan
teri (Stolephorus sp.) adalah dalam penentuan daerah penangkapan ikan sehingga
keberadaan lampu hanya sebagai alat bantu dalam pengumpulan ikan. Salah satu yang
mempengaruhi keberhasilan dalam pengoperasian alat tangkap bagan perahu adalah
penentuan daerah penangkapan ikan (fishing ground) dimana dalam penentuan daerah
penangkapan ikan di pengaruhi oleh faktor kedalaman yang berhubungan dengan
jumlah hasil tangkapan khususnya ikan teri (Stolephorus sp.).
Nelayan pada perairan Barru dalam penentuan daerah pengangkapan ikan
(Fishing Ground) hanya berpedoman pada lokasi yang biasanya menjadi tempat untuk
pengoperasian alat tangkap bagan perahu. Penelitian mengenai pengaruh kedalaman
terhadap hasil tangkapan ikan jenis teri telah diteliti sebelumnya, penelitian ini dilakukan
1
untuk melihat apakah hasil dari penelitian sebelumnya sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan di perairan Kabupaten Barru.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh perbedaan kedalaman perairan terhadap hasil tangkapan
ikan teri (Stolephorus sp.) di perairan Barru.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
3
Ikan Pelagis umumnya merupakan filter feeder, yaitu jenis ikan pemakan
plankton dengan jalan menyaring plankton yang masuk untuk memilih jenis plankton
yang disukainya ditandai oleh adanya tapis insang yang banyak dan halus. Lain halnya
denga selar. Selar termasuk ikan buas, makanannya ikan-ikan kecil dan krustasea. Pada
siang hari ikan pelagis kecil berada di dasar perairan membentuk gerombolan yang
padat dan kompak sedangkan pada malam hari naik ke permukaan membentuk
gerombolan yang menyebar. Ikan pelagis juga dapat muncul ke permukaan pada siang
hari, apabila cuaca muncul disertai hujan gerimis. Adanya ke cenderungan bergerombol
berdasarkan kelompok ukuran dan berupaya mengikuti makanannya (Risfan Suyedi,
2001).
Ikan Teri merupakan salah satu hasil perikanan yang banyak ditangkap oleh
nelayan di kabupaten Barru. Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan teri
sangat beragam, alat tangkap yang digunakan tergantung pula pada iklim, letak
geografis, dan topografi perairan. Alat tangkap yang banyak digunakan adalah bagan.
Sumberdaya ikan teri merupakan sumberdaya neritik, karena penyebarannya
terutama adalah di perairan dekat pantai pada wilayah dimana terjadi proses penarikan
masa air (upwelling). Ikan teri dapat membentuk biomasa yang besar dan merupakan
jenis komoditas perikanan laut yang banyak memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat
nelayan di wilayah pesisir, sehingga ikan teri banyak di tangkap karena mempunyai arti
penting sebagai bahan makanan yang dapat di manfaatkan baik sebagai ikan segar
maupun ikan kering (Nontji, 2005).
Sebagai salah satu jenis ikan ekonomis penting, ikan teri dapat di temukan dalam
jumlah yang besar di suatu perairan jika kondisi lingkungan perairan tersebut sesuai
dengan kebutuhan hidupnya dan memiliki ketersediaan makanan yang memadai dan
juga ikan teri merupakan salah satu jenis organisme penghuni perairan yang rentan
terhadap perubahan lingkungan dan tingkat eksploitasi secara besar-besaran. Ikan teri
termasuk ke dalam ordo malacopterygi, family clupidae, jenis Stolephorus sp. Ciri-ciri
umum dari spesies ikan ini dapat mencapai panjang 40-145 mm, sisiknya tipis dan
mudah terlepas, linea lateral terletak antara sirip dada dan sirip perut dan berwarna
keperakan (Saanin, 1968).
Ikan teri (Stolephorus sp.) adalah ikan yang termasuk kedalam kelompok ikan
pelagis kecil yang di duga merupakan salah satu sumberdaya perikanan paling
melimpah di perairan Indonesia. Sama halnya dengan sumberdaya ikan lain, ikan teri
merupakan sumberdaya yang dapat diperbaharui. Hal ini berarti jika sumberdaya ikan
diambil sebagian, ikan yang tersisa memiliki kemampuan untuk memperbaharui dirinya
dengan berkembang biak (Nikijuluw, 2002). Ikan teri juga menyebar pada permukaan
perairan hingga lapisan dibawah permukaan dengan dua puncak distibusi vertikalnya
4
yaitu pada permukaan dan kedalaman 20 meter. Kisaran kedalam 10-20 meter
merupakan daerah penyebaran yang paling dominan. Telah umum diketahui oleh
nelayan bahwa ikan teri muncul di permukaan pada waktu subuh dan senja hari di area
dekat pantai (Gunarso et al. 2003).
Pengoperasian bagan perahu pada kedalaman perairan yang berbeda juga akan
mempengaruhi hasil tangkapannya baik jumlah maupun jenisnya. Faktor lingkungan
sangat mempengaruhi banyak tidaknya jumlah hasil tangkapan seperti kedalaman
perairan, dimana semakin dalam suatu perairan maka semakin banyak juga jumlah hasil
tangkapan dengan asumsi bahwa semakin dalam suatu perairan, maka semakin banyak
volume air yang bisa menyebabkan dan juga semakin banyak pula ikan yang berada di
dalamnya. Hal ini berkaitan dengan pendistribusian ikan pada suatu perairan secara
horizontal dan vertikal sehingga pergerakan ikan dalam habitatnya menjadi lebih luas
(Purbayanto, 2004).
5
III. METODE PENELITIAN
6
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi langsung
di lapangan dimana dengan mengikuti operasi penangkapan ikan pada bagan perahu di
dusun Matene, Kelurahan Tanete, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru, Provinsi
Sulawesi Selatan sebanyak 30 trip. Adapun data yang di perlukan dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara berikut:
1. Mengikuti pengoperasian alat tangkap bagan perahu di perairan Barru.
2. Menyiapkan alat yang akan digunakan sebelum menuju fishing base.
3. Menentukan lokasi penangkapan ikan (Fishing Ground) dengan menggunakan alat
Global Position System (GPS).
4. Mengukur kedalaman pada saat tiba dilokasi Fishing ground menggunakan
Echosounder.
5. Mengambil gambar pada saat pengoperasian berlangsung dan hasil tangkapan yang
diperoleh.
D. Analisis Data
Analisis Regresi Sederhana adalah sebuah metode pendekatan untuk
pemodelan hubungan antara satu variabel dependen dan satu variabel independen.
Dalam model regresi, variabel independen menerangkan variabel dependennya. Dalam
analisis regresi sederhana, hubungan antara variabel bersifat linier, dimana perubahan
pada variabel X akan diikuti oleh perubahan pada variabel Y secara tetap. Sementara
pada hubungan non linier, perubahaan variabel X tidak diikuti dengan perubahaan
variabel Y secara proporsional. seperti pada model kuadratik, perubahan X diikuti oleh
kuadrat dari variabel X. Hubungan demikian tidak bersifat linier (Sugiyono, 2016).
b = 𝒏∑ 𝒙𝒚 − ∑ 𝒙∑ 𝒚
7
IV. HASIL
8
Gambar 3. Jaring pada bagan perahu di perairan Barru
9
Gambar 4. Lampu pada bagan perahu di perairan Barru
b. Roller
Roller terdapat pada kiri dan kanan bagan perahu yang terbuat dari kayu dengan
ukuran panjang 35 m dan diameter 25 cm. Roller jaring terdapat pada haluan perahu
bagan yang berfungsi untuk mempermudah dalam menurunkan dan menaikkan jaring
pada saat pengoperasian alat (setting) dan pada saat mengangkat (hauling) jaring bagan
setelah selesai melakukan pengoperasian alat tangkap bagan dan mengambil hasil
tangkapan dapat dilihat pada Gambar 5,
10
Gambar 6. Serok pada bagan perahu di perairan Barru
d. Keranjang
Hasil tangkapan yang telah terambil dengan serok di jaring akan di masukkan
kedalam keranjang (Gambar 7). Keranjang termasuk alat bantu pada alat tangkap bagan
perahu karena adanya keranjang hasil tangkapan sebagai tempat letak hasil tangkapan
ikan dan dimana setelah itu dipindahkan ke palka kapal bagan perahu.
11
garam dan bahan makanan. Gambar di bawah ini merupakan proses persiapan
menuju ke Fishing Ground.
b. Pengumpulan ikan, ketika tiba dilokasi fishing ground dan hari menjelang malam,
maka lampu dinyalakan dan jaring biasanya tidak langsung diturunkan hingga tiba
saatnya ikan terlihat berkumpul dilokasi bagan atau ingin masuk kedalam area
cahaya lampu. Namun, tidak menutup kemungkinan ada pula sebagian nelayan
yang langsung menurunkan jaring setelah lampu dinyalakan seperti pada gambar di
bawah ini.
c. Setting, setelah menunggu beberapa jam dan ikan mulai terlihat berkumpul dilokasi
penangkapan, maka jaring diturunkan ke perairan. Jaring biasanya diturunkan
secara perlahan-lahan dengan memutar roller. Penurunan jaring beserta tali
12
penggantung dilakukan hingga jaring mencapai kedalaman yang di inginkan. Proses
setting ini berlangsung tidak membutuhkan waktu yang begitu lama. Banyaknya
setting tergantung pada keadaan cuaca dan situasi hasil tangkapan, serta kondisi
perairan saat operasi penangkapan.
d. Perendaman jaring (soaking), selama jaring berada di dalam air nelayan melakukan
pengamatan terhadap keberadaan ikan di sekitar kapal untuk memperkirakan kapan
jaring akan diangkat. Lama jaring akan berada di dalam perairan (perendaman
jaring) bukan bersifat ketetapan karena nelayan tidak pernah menentukan dan
menghitung lamanya jaring di dalam perairan dan kapan jaring akan di angkat namun
hanya berdasarkan penglihatan dan pengamatan adanya ikan yang berkumpul di
bawah cahaya lampu.
13
e. Pengangkatan jaring (lifting), lifting dilakukan setelah kawanan ikan terlihat
berkumpul dilokasi penangkapan. Kegiatan lifting ini diawali dengan pemadaman
lampu secara bertahap. Hal ini di maksudkan agar ikan tidak terkejut dan tetap
terkonsentrasi pada bagian perahu di sekitar lampu yang masi menyala. Ketika ikan
sudah berkumpul di tengah-tengah jaring maka jaring tersebut mulai ditarik
kepermukaan hingga akhirnya ikan akan tertangkap oleh jarring.
f. Brailing, setelah bingkai jaring naik ke atas permukaan air, maka tali penggantung
pada ujung dan bagian tengah rangka dilepas dan dibawah ke satu sisi kapal, tali
kemudian di lewatkan pada bagian bawah kapal beserta jaringnya. Tali pemberat
ditarik ke atas agar mempermudah penarikan jaring dan lampu di hidupkan lagi.
Jaring kemudian ditarik sedikit demi sedikit dari salah satu sisi kapal ke atas kapal.
Hasil tangkapan yang telah terkumpul diangkat ke atas dek kapal dengan
menggunakan serok.
14
g. Penyortiran ikan. Setelah ikan diangkat naik ke atas dek kapal, maka dilakukan
penyortiran ikan. Penyortiran ini biasanya dilakukan berdasarkan jenis ikan
tangkapan, ukuran dan lain-lain. Ikan yang telah disortir langsung di masukkan ke
dalam wadah untuk memudahkan pengangkutan.
15
tropis dengan daerah penangkapan terbesar terdapat di sekitar perairan khatulistiwa.
Daerah penangkapan merupakan salah satu faktor penting yang dapat menentukan
berhasil atau tidaknya suatu operasi penangkapan. dalam hubungannya dengan alat
tangkap, maka daerah penangkapan tersebut haruslah baik dan dapat menguntungkan.
Dalam arti ikan berlimpah, bergerombol, daerah aman, tidak jauh dari pelabuhan dan
alat tangkap mudah dioperasikan. Gambar di bawah ini merupakan peta lokasi
penangkapan di perairan Barru, (Sudirman, 2004).
16
berukuran kecil yang di mungkinkan karena bagan perahu menggunakan jaring dengan
mesh size yang berukuran kecil.
Jenis dan berat hasil tangkapan Bagan Perahu di Perairan Barru selama
penelitian dapat dilihat secara detail pada Tabel 2 dan Gambar 16 berikut ini.
18%
82%
17
Berdasarkan diagram komposisi di atas dapat di katakan bahwa jumlah hasil
tangkapan pada bagan perahu di dominasi oleh ikan Teri (Stolephorus sp.) sebesar 82%
sebagai hasil tangkapan utama dan 12% merupakan hasil tangkapan sampingan dimana
jenis ikan yang tertangkap yaitu ikan peperek (Leiognathus equulus), ikan tembang
(Sardinella sp.), ikan layang (Decapterus ruselli), ikan tenggiri (Scomberomorus
commersoni), ekor kuning (Caesio sp.), ikan kerung-kerung (Therapon sp.), Cumi-cumi
(Loligo sp.) dan kepiting (Portunus sp.) sebagai hasil tangkapan sampingan yang di
manfaatkan oleh nelayan.
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
17 -21 22 - 26 27 - 31 32 - 36 37 - 41 42 - 46
18
kembali terjadi penurunan pada hasil tangkapan yaitu 1200 kg, kemudian pada
kedalaman 32-36 hasil tangkapannya kembali menurut yaitu 480 kg, selanjutnya pada
kedalaman 37-41 meter hasil tangkapan kembali mengalami peningkatan yaitu 780 kg,
sedangkan pada kedalaman 42-46 meter hasil tangkapan yang di dapatkan merupakan
hasil tangkapan yang paling sedikit dari kedalaman lainnya sebanyak 0 kg, hal ini di
karenakan adanya pengaruh faktor cuaca.
F. Hasil Uji Analisis Hasil Tangkapan Ikan Teri Berdasarkan Perbedaan Kedalaman
Menggunakan Software SPSS
Berikuti ini merupakan hasil analisis dari Software SPSS berdasarkan perbedaan
kedalaman terhadap hasil tangkapan ikan teri (Stolephorus sp.).
Variables Entered/Removedb
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1
Kedalamana . Enter
Model Summary
1
.215a .046 .010 94.66149
ANOVAb
Total 244285.714 27
19
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Residuals Statisticsa
20
V. PEMBAHASAN
21
yang mendominasi. Berdasarkan hasil tangkapan pertrip terdapat dua jenis ikan yang
selalu dominan di banding jenis-jenis lainnya yaitu ikan teri (Stolephorus sp.) dan
Kerung-kerung (Therapon sp.).
22
VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian, hasil tangkapan yang didapatkan yaitu semakin dangkal
suatu perairan maka berat hasil tangkapan ikan teri yang tertangkap semakin banyak,
sebaliknya bila operasi penangkapn ikandilakuan di perairan yang lebih dalam maka
hasil tangkapan semakin sedikit.
B. Saran
1. Di harapkan dalam penentuan daerah penangkapan menggunakan alat bantu
penangkapan yang lebih modern seperti echosounder dan GPS agar mendapatkan
hasil yang lebih maksimal.
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut parameter oseanografi yang lain seperti
pengukuran waktu pengangkatan jaring (hauling), kekeruhan perairan, dan
kecepatan arus.
23
DAFTAR PUSTAKA
Ayodyoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
Amiruddin. 2006. Interaksi Predasi Teri (Stolephorus sp.) selama Proses Penangkapan
Ikan dengan Bagan Rambo: Hubungannya dengan Kelimpahan Plankton.
[Tesis]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
v. Brandt, A. 1984. Fish Catching Methods of the World. Fishing News Books Ltd.
England.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Barru, 2013. Laporan Statistik Perikanan
Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan.
Hutomo, M., Burhanuddin, A. Djamali, dan S. Martosewojo, 1987. Sumberdaya Ikan Teri
di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi, LIPI. Jakarta.
Kabupaten Barru. 2015. Geomorfologis Online]. http:// Kabupaten Barru. go. geografis/
geomorfologis / [Diakses pada tanggal 10 Oktober 2020, pukul 10.43 WITA].
Risfan Suyedi, 2001. Sumberdaya Ikan Pelagis. Program Pasca Sarjana. IPB.
Sagala, Invanson dkk, 2016. Studi Konstruksi Alat Alat tangkap Bagan Perahu (BOAT
LIFT NET) 30 GT Di Pelabuhan PerikananNusantara (PPN) Sibolga Keluruhan
Pondok Batu Kota Sibolga Provinsi Sumatera Utara, Universitas Riau.
Saanin H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan 1 dan 2. Binacipta. Bogor. 508
hlm.
Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT Alfabet.
Sudirman dan Mallawa, A. 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Sulaiman, M. 2015. Pengembangan Lampu Light Emitting Diode (Led) Sebagai Pemikat
Ikan Pada Perikanan Bagan Petepete Di Sulawesi Selatan [Disertasi]. Bogor.
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
24
Subani W dan Barus HR. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang di Indonesia. Nomor
50 Tahun 1988/1999. Edisi Khusus. Jurnal Penelitian Perikanan laut. Jakarta :
Balai Penelitian Perikanan Laut, Badan Penelitian Perikanan Laut Departemen
Pertanian.
Sudirman dan Natsir, N. 2011. Perikanan Bagan dan Aspek Pengelolaannya. UMM
Press. Malang.
Takril. 2005. Hasil Tangkapan Sasaran Utama dan Sampingan Bagan Perahu di
Polewali Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Skripsi. Bogor: SProgram
Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 61 hal.
YuliantoE.S, Purbayanti A, Wisudo S.H, & Mawardi W. 2014. Lampu LED Bawah Air
Sebagai Alat Bantu Pemikat Ikan Pada Bagan Apung. Jurnal Teknologi
Perikanan dan Kelautan. 5(1): 83-93.
25
LAMPIRAN
26
Lampiran 1. Hasil Tangkapan Ikan Teri Berdasarkan Perbedaan Kedalaman
Hari/ Tanggal Kedalaman Perairan Hasil Tangkapan
(Meter) Ikan Teri (Kg)
27
Lampiran 2. Letak Fishing Base dan Fishing Ground Daerah Penangkapan Ikan Alat
Tangkap Bagan Perahu Di Perairan Kabupaten Barru
X Y X Y
4° 31’ 51” 119° 30’ 28”
4° 29’ 01” 119° 32’ 38”
4° 33’ 26.6” 119° 29’ 58.9”
4° 32’ 55.3” 119° 29’ 43.2”
4° 31’ 16.9” 119° 30’ 19.7”
4° 33’ 27.82” 119° 29’ 06.68”
4° 30’ 16.4” 119° 31’ 30.5”
4° 29’ 07.75” 119° 32’ 16.80”
4° 29’ 45.01” 119° 33’ 39.16”
4° 29’ 54.25” 119° 33.00’ 31”
4° 30’ 52.37” 119° 30’ 30.92”
4° 33’ 49.54” 119° 30’ 20.33”
4° 31’ 01” 119° 29’ 46”
4° 29’ 34” 119° 32’ 05”
4° 29’ 38” 119° 30’ 03”
4° 27’ 09.8” 119° 35’ 59.2”
4° 30’ 31” 119° 29’ 47”
4° 29’ 31” 119° 32’ 15.93”
4° 29’ 43” 119° 33’ 55.77”
4° 32’ 51” 119° 31’ 28”
4° 30’ 01” 119° 33’ 38”
4° 32’ 26.6” 119° 29’ 40.9”
4° 32’ 40.3” 119° 29’ 23.2”
4° 30’ 16.9” 119° 29’ 19.7”
4° 33’ 33.82” 119° 29’ 28.68”
4° 31’ 16.4” 119° 32’ 30.5”
4° 29’ 29.75” 119° 32’ 20.80”
4° 29’ 50.01” 119° 33’ 36.16”
4° 29’ 40.25” 119° 33.10’ 31”
4° 30’ 42.37” 119° 30’ 28.92”
4° 33’ 19.54” 119° 30’ 09.33”
28
Lampiran 3. Dokumentasi Hasil Tangkapan Bagan Perahu Di Perairan Barru
Peperek ( Leiognathus
2.
equulus)
29
Layang (Decapterus
4.
ruselli)
Tenggiri (Scomberomorus
5.
commerson)
30
Kerung-Kerung
7.
(Therapon sp.)
31
Lampiran 4. Dokumentasi Penyortiran Hasil Tangkapan Bagan Perahu Di Perairan Barru
32
Lampiran 5. Mengukur Kedalaman Perairan Pada Bagan Perahu Di Perairan Barru
33
Lampiran 6. Dokumentasi Bersama Nelayan Bagan Perahu Di Perairan Barru
34