UNIVERSITAS HASANUDDIN
Puji syukur kami panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang “Pemberdayaan Masyarakat Maritim”.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini selain untuk menyelesaikan tugas
yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan para
mahasiswa khususnya bagi penulis. Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun makalah
ini dengan baik, namun penulis pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya
keterbatasan kami sebagai manusia biasa.
Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik
penulisan, maupun dari isi, maka kami memohon maaf dan kritik serta saran dari dosen
pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh kami untuk dapat menyempurnakan
makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii
A. Potensi Sumber Daya Pesisir dan Lautan dalam Ruang Lingkup Pemberdayaan
Masyarakat Maritim........................................................................................... 3
B. Masalah dan Isu Strategi Pemberdayaan Masyarakat Maritim ......................... 4
C. Dinamika Sosial Kelompok Masyarakat Maritim ............................................. 8
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 14
B. Saran .................................................................................................................. 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memanfaatkan potensi laut yang ada sudah menjadi kebiasaan dan cara utama
untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat pesisir. Namun kondisi masyarakat pesisir
secara umum lebih-lebih adalah masyarakat nelayan yang masih tradisional berada dalam
kondisi atau di bawah garis kemiskinan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengetahui potensi Sumber Daya Pesisir dan Lautan dalam ruang lingkup
pemberdayaan masyarakat maritim?
2. Bagaimana menjelaskan tentang strategi pemberdayaan masyarakat maritim?
3. Bagaimana menjelaskan dinamika sosial kelompok masyarakat maritim?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui potensi Sumber Daya Pesisir dan Lautan dalam ruang lingkup
pemberdayaan masyarakat maritim.
2. Untuk mengetahui strategi pemberdayaan masyarakat maritim.
3. Untuk mengetahui dinamika sosial kelompok masyarakat maritim.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Totok dan Poerwoko, istilah pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai :
Upaya untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh tiap individu, kelompok dan
masyarakat luas agar mereka memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan serta
mengontrol lingkunganya agar dapat memenuhi keinginan-keinginanya, termasuk
aksesbilitasnya terhadap sumberdaya yang terkait dengan pekerjaanya, aktivitas sosialnya,
dll.
2
BAB III
PEMBAHASAN
Potensi kelautan Indonesia sangat besar dan beragam, yakni memiliki 17.508 pulau
dengan garis pantai sepanjang 81.000 Km dan 5,8 juta kilometer laut atau sebesar 70%
dari luas total wilayah Indonesia. Potensi tersebut tercermin dengan besarnya
keanekaragaman hayati. Potensi budidaya perikanan pantai dan laut sentral pariwisata
bahari.
Namun potensi kelautan yang besar tersebut baru dimanfaatkan sebagian kecilnya
saja. Sebagai contoh, potensi perikanan laut baru dimanfaatkan sebersar 62% saja.
Potensi perikanan pantai dan lautan juga baru dimanfaatkan sebagian kecil saja.
Demikian juga pariwisata bahari baru dimanfaatkan pada pulau-pulau tertentu saja. Biota
laut untuk pengembangan industri pangan, kosmetik, dan farmasi baru sebagian kecil
dimanfaatkan. Jasa perhubungan laut antara pulau di tanah air maupun dengan negara-
negara lain sebagian besar masih didominasi oleh pelayaran asing. Sumber minyak dan
gas bumi dilaut sudah banyak dimanfaatkan, namun baru sebagian kecil dari potensi
yang ada.
3
B. MASALAH DAN ISU STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
MARITIM
1. Masalah
Ada beberapa masalah yang dilihat dari beberapa aspek yang dihadapi dalam
pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya pesisir, yaitu :
a. Aspek Sosial
Masih lemahnya kesadaran masyarakat terhadap ancaman kerusakan pesisir.
Masih kurangnya keterlibatan dan kemampuan masyarakat lokal untuk
berpartisipasi secara aktif dan diberdayakan dalam upaya berbagai pelestarian
lingkungan serta dalam proses pengambilan keputusan untuk pengelolaan
sumber daya pesisir.
b. Aspek Ekonomi
Belum dilaksanakannya secara optimal dan berkelanjutan kegiatan pemanfaatan
dan pengelolaan sumber daya pesisir karena keterbatasan modal, sarana
produksi, pengetahuan dan keterampilan, serta faktor eksternal seperti
keterbatasan pelayanan dan penyediaan fasilitas oleh pemerintah.
Masih perlu ditingkatkannya koordinasi dalam penyusunan perencanaan dan
pengambilan keputusan oleh instansi-instansi pemerintah daerah yang berkaitan
dengan pembangunan pesisir.
c. Aspek Ekologis
Masih rendahnya pengertian dan kesadaran masyarakat untuk melindungi,
menjaga keseimbangan dan memantapkan ekosistem pesisir, sehingga terjadi
banyak pengrusakan hutan bakau (magrove), tumbuh karang dalam jangka waktu
pendek.
d. Aspek Administratif
Masih perlunya ditingkatkan koordinasi dan mekanisme administrasi dan
penyusunan perencanaan dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
pengelolaan sumber daya pesisir dan perairan karena selama ini masih terdapat
banyak tumpang tindih wewenang dan tanggung jawab diantara lembaga-lembaga
pemerintah.
4
2. Isu Strategi
Disamping permasalahan-permasalahan diatas, terdapat isu-isu strategi dalam
pengelolaan sumber daya pesisir dan laut untuk ke depan, yaitu :
a. Rendahnya sumber daya manusia terutama pada masyarakat bahari.
b. Lemahnya kemampuan kelembangaan pada sektor pemerintah dan masyarakat.
c. Belum dikelolahnya potensi sumber daya pesisir khususnya perikanan secara
optimal sebagai suatu usaha yang dapat memberikan kontribusi yang besar
terhadap peningkatan pendapatan daerah dan masyarakat
d. Belum dikembangkan secara optimal potensi pariwisata sebagai salah satu sektor
andalan dalam pembangunan daerah.
e. Kurang memadainya pembangunan diwilayah kepulauan baik pembangunan
prasarana sosial maupun prasarana fisik.
3. Studi Kasus
a. Kerusakan fisik habitat ekosistem wilayah pesisir dan lautan Indonesia
Pada umumnya, kerusakan tumbuh karang yang ada pada wilayah Indonesia
disebabkan oleh kegiatan-kegiatan perikanan yang bersifat desktruktif, yaitu
penggunaan bahan-bahan peledak, bahan beracun dan juga aktifitas penambangan
karang untuk bahan bangunan, reklamasi pantai, kegiatan pariwisata yang kurang
bertanggung jawab, dan sedimentasi akibat meningkatnya erosi dan lahan atas.
b. Pencemaran dan sedimentasi
Tingkat pencemaran di beberapa kawasan pesisir dan lautan di Indonesia
pada saat ini telah berada pada kondisi yang sangat memprihatinkan. Kawasan
yang termasuk kategori tingkat pencemaran yang tinggi adalah Provinsi Jawa
Barat, DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sumatera
Selatan, Kalimatan Timur, Riau, Lampung, dan sulawesi Selatan. Kawasan
dengan kategori pencemaran sedang adalah Provinsi Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan, DI Aceh, Jambi, Maluku, Sulawesi Utara. Sedangkan
kawasan yang tingkat pencemarannya rendah adalah Sulawesi Tenggara, Irian
Jaya, Bengkulu.
Dari seluruh perairan di Indonesia, wilayah yang rentan terhadap pencemaran
yang diakibatkan oleh tumpahan minyak adalah selat malaka, selat makassar, dan
jalur-jalur yang dilalui kapal tangker. Posisi strategi tersebut disamping
5
memberikan manfaat secara ekonomi, dilain pihak juga mengundang resiko
terhadap bahaya kerugian dari segi ekologis. Kerugian secara ekologis tersebut
berdampak cukup luas baik secara ekonomis maupun sumber daya alam.
Pengembangan kelompok nelayan tidak dapat hanya didekati dari sudut yang
sempit atau secara sektoral. Pengembangan suatu sistem yang didasari oleh
pendekatan pembangunan masyarakat, merupakan cara yang terbaik. Dalam hubunga
ini, pengembangan kualitas kelembangaan, kualitas sumber daya manusia, dan
infrastruktur penunjang dan atau pemanfaatan infrastruktur yang telah ada kedalam
skenario pengembangan, merupakan suatu pola pembangunan masyarakat yang
memerlukan perumusan permasalahan secara terintegrasi. Interaksi fungsional
keseluruhan variabel strategis tersebut diharapkan sanggup menciptakan proses
pemberdayaan kelompok masyarakat nelayan yang dapat mempertahankan diri dan
terlindungi dari pola interaksi yang sehat dengan kelembagaan lain yang sejenisnya
dan atau yang terkait dalam menjalankan usahanya.
5. Strategi Pengembangan
Terdapat beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam strategi pengembangan, yaitu:
a. Penentuan kelompok sasaran yakni keluarga nelayan dengan melakukan pemetaan
kualitas hidup, potensi dan kendala pengembangan yang mereka hadapi
b. Selanjutnya ditentukan sasaran wilayah pengembangan yang merupakan pemetaan
sumber daya biota laut yang paling layak untuk dikembangkan baik dari sudut
daya dukung yang dimiliki maupun terhadap daya saing pada pasar regional,
nasional, dan global.
c. Kemudian dirumuskan kendala kelembagaan yang dimiliki, baik yang telah
melekat secara historis maupun karena adanya perkembangan eksternal yang
me\nyebabkan terciptanya kendala kelembagaan.
d. Langkah penting lainnya adalah penentu mitra usaha bagi para kelompok nelayan,
baik dari lembaga pemerintah maupun swasta nasional atau asing. Dalam
hubungan ini dilakukan evaluasi peluang dan hambatan pengembangan kemitraan
terhadap lembag lembaga yang terkait dan pemecahan yang paling memungkinkan
untuk mengatasinya.
e. Perumusan model monitoring dan evaluasi dan lembaga-lembaga terkait.
6
Pengembangan Koperasi Nelayan dan Unit Usaha Nelayan
Terdapat beberapa aspek yang perlu mendapat perhatian dan dirumuskan,
baik dalam bentuk peraturan pemerintah, maupun aturan main koperasi
nelayan dan atau unit usaha nelayan yang terbentuk sebagai tindak lanjut
pembentukan kelompok nelayan yang telah dilakukan sebelumnya. Adapun
aspek-aspek tersebut, paling tidak menyangkut beberapa hal utama :
1) Rumusan bentuk profit shering antara anggota kelompok nelayan, koperasi
dan pelaku ekonomi swasta (nasional atau asing)
2) Hak dan kewajiban anggota dan pola manajemen kelompok / koperasi /
unit usaha.
3) Sebagai lembaga yang menjembatani pihak nelayan dengan lembaga
financial / perbankkan dan kelompok nelayan
4) Perluasan pelayan koperasi atau kelompok nelayan yang bersifat non
ekonomis, seperti pelayanan jasa financial, bantuan teknis baik terhadap
usaha ekonomi ekonomi yang dilakukan maupun terhadap pemeriharaan
asset produksi yang dimiliki, maupun terhadap bantuan aktifitas social
yang berkaitan dengan budaya setempat.
7
3) Studi banding di daerah yang lebih maju, kelompok nelayan yang
kemudian hari dianggapsanggup sebagai pengerak kelompok akan dipilh
untuk berkunjung pada daerah yang lebih maju.
4) Materi dasar yang akan merupakan titik bertkan proses adaptasi teknologi
adalah:
- Peningkatan keterampilan dalam proses produksi
- Peningkatan kemampuan manajerial usaha
- Peningkatan kemampuan kualiti control
- Keterkaitan fungsional antara kegiatan budidaya hasil laut dan
lingkungan hidup.
8
berhutang, termasuk kepada lintah darat, yang justru semakin memperberat kondisi
mereka. Deskripsi diatas merupakan pusaran masalah yang terjadi pada masyarakat
nelayan umumnya di Indonesia (Suharto,2005).
Dari berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat nelayan menurut Kusnadi
(2008) terdapat lima masalah pokok antara lain :
a. Kondisi Alam.
Kompleksnya permasalahan pada masyarakat nelayan terjadi disebabkan
masyarakat nelayan hidup dalam suasana alam yang keras yang selalu diliputi
ketidakpastian dalam menjalankan usahanya.
b. Tingkat pendidikan nelayan.
Nelayan yang miskin umumnya belum banyak tersentuh teknologi modern,
kualitas sumberdaya manusia rendah dan tingkat produktivitas tangkapannya juga
sangat rendah.
c. Pola kehidupan nelayan.
Pola hidup konsumtif menjadi masalah laten pada masyarakat nelayan, dimana
pada saat penghasilan banyak, tidak ditabung untuk persiapan paceklik, melainkan
dijadikan kesempatan untuk membeli kebutuhan sekunder.
d. Pemasaran hasil tangkapan.
Tidak semua daerah pesisir memiliki Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Hal
tersebut membuat para nelayan terpaksa untuk menjual hasil tangkapan mereka
kepada tengkulak dengan harga di bawah harga pasar.
e. Program pemerintah yang belum memihak pada masyarakat nelayan.
Konsep Perubahan Sosial Perubahan sosial merupakan ciri khas masyarakat dan
kebudayaan, baik itu masyarakat tradisional maupun masyarakat modern. Dalam
masyarakat modern perubahan itu sangat cepat, sedang dalam masyarakat tradisional
sangat lambat. (Simandjuntak, 2007: 1). Berbicara tentang perubahan sosial, kita
membayangkan sesuatu yang terjadi setelah jangka waktu tertentu, kita berurusan
dengan perbedaan keadaan yang diamati antara sebelum dan sesudah jangka waktu
tertentu. Konsep dasar perubahan sosial mencakup tiga gagasan (1) perbedaan (2)
pada waktu yang berbeda (3) diantara keadaan sistem sosial yang sama. Contoh
perubahan sosial yang dikemukakan oleh Hawley, (dalam Sztompka,2010)
Perubahan sosial dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, tergantung pada sudut
pengamatan, apakah dari sudut aspek, fragmen atau dimensi sistem sosialnya. Ini
9
disebabkan keadaan sosial itu tidak sederhana, tidak hanya berdimensi tunggal,
tetapi muncul dari kombinasi atau gabungan keadaan berbagai komponen seperti
berikut :
1) Unsur-unsur pokok (misalnya, jumlah dan jenis individu, serta tindakan mereka),
2) Hubungan antar unsur (misalnya, ikatan sosial, loyalitas, ketergantungan,
hubungan antar individu, integrasi),
3) Berfungsinya unsur-unsur di dalam sistem (misalnya : peran pekerjaan yang
dimainkan oleh individu atau diperlukannya tindakan tertentu untuk melestarikan
ketertiban sosial),
4) Pemeliharaan batas (misalnya : kriteria untuk menentukan siapa saja yang
termasuk anggota sistem, syarat untuk menentukan siapa saja yang termasuk
anggota sistem, syarat penerimaan individu dalam kelompok, prinsip rekrutmen
dalam organisasi dan sebagainya).
5) Sub sistem (misalnya : jumlah dan jenis bagian, segmen atau divisi khusus yang
dapat dibedakan),
6) Lingkungan (misalnya : keadaan alam, atau lokasi geopolitik)
10
lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya (Imron, 2003)
Secara geografis, masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup, tumbuh
dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayah
darat dan laut (Kusnadi, 2009). Nelayan adalah orang yang hidup dari mata
pencaharian hasil laut. Di Indonesia para nelayan biasanya bermukin di daerah
pinggir pantai atau pesisir laut. Komunitas nelayan adalah kelompok orang yang
bermata pencaharian hasil laut dan tinggal didesa-desa atau pesisir
(Sastrawidjaya. 2002). Ciri komunitas nelayan dapat dilihat dari berbagai segi.
Sebagai berikut :
1) Dari segi mata pencaharian.
Nelayan adalah mereka yang segala aktivitasnya berkaitan dengan
lingkungan laut dan pesisir. Atau mereka yang menjadikan perikanan
sebagai mata pencaharian.
2) Dari segi cara hidup.
Komunitas nelayan adalah komunitas gotong royong, kebutuhan gotong
royong dan tolong menolong terasa sangat penting pada saat untuk
mengatasi keadaan yang menuntut pengeluaran biaya besar dan pengerahan
tenaga yang banyak. Seperti saat berlayar. Membangun rumah atau tanggul
penahan gelombang di sekitar desa.
3) Dari segi keterampilan.
Meskipun pekerjaan nelayan adalah pekerjaan berat namun pada umumnya
mereka hanya memiliki ketrampilan sederhana. Kebanyakan mereka
bekerja sebagai nelayan adalah profesi yang diturunkan oleh orang tua.
Bukan yang dipelajari secara professional.
11
1) Nelayan subsisten (subsistence fishers), yaitu nelayan yang menangkap ikan
hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
2) Nelayan asli (native/indigenous/aboriginal fishers), yaitu nelayan yang
sedikit banyak memiliki karakter yang sama dengan kelompok pertama,
namun memiliki juga hak untuk melakukan aktivitas secara komersial
walaupun dalam skala yang sangat kecil.
3) Nelayan rekreasi (recreational/sport fishers), yaitu orang-orang yang secara
prinsip melakukan kegiatan penangkapan hanya sekedar untuk kesenangan
atau berolahraga, dan
4) Nelayan komersial (commercial fishers), yaitu mereka yang menangkap
ikan untuk tujuan komersial atau dipasarkan baik untuk pasar domestik
maupun pasar ekspor. Kelompok nelayan ini dibagi dua, yaitu nelayan skala
kecil dan skala besar.
12
kelompok sosialnya lebih kompleks daripada desa-desa pesisir yang belum
berkembang atau yang terisolasi secara geografis. Di desa-desa pesisir yang
sudah berkembang biasanya dinamika sosial berlangsung secara intensif.
13
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masyarakat maritim pada umumnya memanfaatkan potensi laut yang ada untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Dari pemabahasan di atas dapat di simpulkan beberapa hal,
yaitu pemberdayaan pada hakikatnya merupakan suatu usaha untuk mengatasi
ketidakberdayaan suatu kelompok masyarakat ,maupun individu dalam menhadapi
masalah dan meningkatakn kemampuan mengambil keputusan yang menyangkut dirinya
sendiri dan memberi kesempatan untuk mengaktualisasikan diri. Dilihat dari beberapra
studi kasus bahwa masih kurangnya pemahaman masyarakat maritim terkait ancaman
perusakan pesisir dan laut, dengan kegiatan perikanan yang bersifat destruktif, seperti
penggunaan bahan peledak , dan perusak lainnnya. Kelompok nelayan mengalami
keterasingan dari dinamika perkenonomian nasional jika di bandingkan dnegan
kelompok perekonomian yang lain. Dan dengan besarnya potensi sumberdaya pesisir
serta lautan yang kita punya namun rendahnya pemnafataan yang di akibatkan oleh
beberapa faktor, misalnya keterbatasan akses pasar, rendahnya kualitas sumberdaya
manusianya, minimnya teknologi yang mendukung, pembangunan infrastruktur yang
kurang, sumberdaya finansial, dan lainnya.
B. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
15