Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MARITIM DI INDONESIA

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6

KOMANG AYU TRIWIWI PRAJNYANI W. L051201043

SITTI MARYAM L051201049

MUHAMMAD FAJRIN L051201058

MUH. ADNAN MAULANA A. L051201062

VIRGINO CALVINE LUDWICK SUMULE L051201065

ANDI MUTMAINNA QALBI L051201068

OKTAVIA MARAPPAN L051201075

JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang “Pemberdayaan Masyarakat Maritim”.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini selain untuk menyelesaikan tugas
yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan para
mahasiswa khususnya bagi penulis. Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun makalah
ini dengan baik, namun penulis pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya
keterbatasan kami sebagai manusia biasa.

Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik
penulisan, maupun dari isi, maka kami memohon maaf dan kritik serta saran dari dosen
pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh kami untuk dapat menyempurnakan
makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama.

Makassar 17 Desember 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................................ 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 2

BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3

A. Potensi Sumber Daya Pesisir dan Lautan dalam Ruang Lingkup Pemberdayaan
Masyarakat Maritim........................................................................................... 3
B. Masalah dan Isu Strategi Pemberdayaan Masyarakat Maritim ......................... 4
C. Dinamika Sosial Kelompok Masyarakat Maritim ............................................. 8

BAB IV PENUTUP ............................................................................................................... 14

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 14
B. Saran .................................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat maritim pada umumnya sebagian besar penduduknya bermata


pencaharian di sektor pemanfaatan sumberdaya kelautan (marine resource based),
seperti nelayan, pembudidaya ikan, penambangan pasir dan transportasi laut. Tingkat
pendidikan penduduk wilayah pesisir juga tergolong rendah. Kondisi lingkungan
pemukiman masyarakat pesisir, khususnya nelayan masih belum tertata dengan baik dan
terkesan kumuh. Dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang relatif berada dalam
tingkat kesejahteraan rendah, maka dalam jangka panjang tekanan terhadap sumberdaya
pesisir akan semakin besar guna pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Memanfaatkan potensi laut yang ada sudah menjadi kebiasaan dan cara utama
untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat pesisir. Namun kondisi masyarakat pesisir
secara umum lebih-lebih adalah masyarakat nelayan yang masih tradisional berada dalam
kondisi atau di bawah garis kemiskinan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengetahui potensi Sumber Daya Pesisir dan Lautan dalam ruang lingkup
pemberdayaan masyarakat maritim?
2. Bagaimana menjelaskan tentang strategi pemberdayaan masyarakat maritim?
3. Bagaimana menjelaskan dinamika sosial kelompok masyarakat maritim?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui potensi Sumber Daya Pesisir dan Lautan dalam ruang lingkup
pemberdayaan masyarakat maritim.
2. Untuk mengetahui strategi pemberdayaan masyarakat maritim.
3. Untuk mengetahui dinamika sosial kelompok masyarakat maritim.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pemberdayaan atau pemberkuasaan (empoworment) berasal dari kata Power yang


berarti kekuasaan atau keberdayaan. Pemberdayaan merupakan sebuah proses dan tujuan.
sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan
untuk atau keberdayaan kelompok yang lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu
yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka perberdayaan menuju pada
keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang
berdaya memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya baik bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki
kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian,
berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan.
Tujuan pemberdayaan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat terutama dari
kemiskinan dan keterbelakangan.

Menurut Totok dan Poerwoko, istilah pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai :
Upaya untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh tiap individu, kelompok dan
masyarakat luas agar mereka memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan serta
mengontrol lingkunganya agar dapat memenuhi keinginan-keinginanya, termasuk
aksesbilitasnya terhadap sumberdaya yang terkait dengan pekerjaanya, aktivitas sosialnya,
dll.

Pemberdayaan masyarakat adalah proses pemberian daya atau kekuatan (power)


terhadap perilaku dan potensi individu atau masyarakat, serta pengorganisasian kelompok
masyarakat oleh pemerintah maupun masyarakat itu sendiri atas dasar partisipasi.
Pemberdayaan tersebut bertujuan agar masyarakat dapat memiliki inisiatif untuk
melaksanakan berbagai kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan di sekitarnya agar dapat
memperbaiki atau meningkatkan kualitas serta kondisi diri sendiri menjadi lebih baik.
Pemberdayaan memiliki tujuan untuk membuat masyarakat menjadi mandiri dan dapat
memperbaiki segala aspek, dalam arti memiliki potensi agar mampu menyelesaikan setiap
permasalahan yang mereka hadapi dan sanggup memenuhi kebutuhanya dengan tidak
menggantungkan hidup mereka pada bantuan pihak luar baik pemerintah maupun non
pemerintah.

2
BAB III

PEMBAHASAN

A. POTENSI SUMBER DAYA PESISIR DAN LAUTAN DALAM RUANG LINGKUP


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MARITIM

Sektor kelautan mulai diperhatikan oleh pemerintah Indonesia dalam pembangunan


sejak Repelita VI rezim Orde Baru. Sejak kemerdekaan sampai awal Repelita VI
tersebut, pemerintah lebih memperhatikan eksploitasi sumber daya daratan, karena pada
masa tersebut daratan mempunyai potensi yang sangat besar, baik sumber daya mineral
maupun sumber daya hayati, seperti hutan. Namun setelah hutan ditebang habis sumber
minyak dan gas baru sulit ditemukan di daratan, maka pemerintah berpaling ke sektor
kelautan.

Potensi kelautan Indonesia sangat besar dan beragam, yakni memiliki 17.508 pulau
dengan garis pantai sepanjang 81.000 Km dan 5,8 juta kilometer laut atau sebesar 70%
dari luas total wilayah Indonesia. Potensi tersebut tercermin dengan besarnya
keanekaragaman hayati. Potensi budidaya perikanan pantai dan laut sentral pariwisata
bahari.

Namun potensi kelautan yang besar tersebut baru dimanfaatkan sebagian kecilnya
saja. Sebagai contoh, potensi perikanan laut baru dimanfaatkan sebersar 62% saja.
Potensi perikanan pantai dan lautan juga baru dimanfaatkan sebagian kecil saja.
Demikian juga pariwisata bahari baru dimanfaatkan pada pulau-pulau tertentu saja. Biota
laut untuk pengembangan industri pangan, kosmetik, dan farmasi baru sebagian kecil
dimanfaatkan. Jasa perhubungan laut antara pulau di tanah air maupun dengan negara-
negara lain sebagian besar masih didominasi oleh pelayaran asing. Sumber minyak dan
gas bumi dilaut sudah banyak dimanfaatkan, namun baru sebagian kecil dari potensi
yang ada.

3
B. MASALAH DAN ISU STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
MARITIM
1. Masalah

Ada beberapa masalah yang dilihat dari beberapa aspek yang dihadapi dalam
pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya pesisir, yaitu :

a. Aspek Sosial
 Masih lemahnya kesadaran masyarakat terhadap ancaman kerusakan pesisir.
 Masih kurangnya keterlibatan dan kemampuan masyarakat lokal untuk
berpartisipasi secara aktif dan diberdayakan dalam upaya berbagai pelestarian
lingkungan serta dalam proses pengambilan keputusan untuk pengelolaan
sumber daya pesisir.
b. Aspek Ekonomi
 Belum dilaksanakannya secara optimal dan berkelanjutan kegiatan pemanfaatan
dan pengelolaan sumber daya pesisir karena keterbatasan modal, sarana
produksi, pengetahuan dan keterampilan, serta faktor eksternal seperti
keterbatasan pelayanan dan penyediaan fasilitas oleh pemerintah.
 Masih perlu ditingkatkannya koordinasi dalam penyusunan perencanaan dan
pengambilan keputusan oleh instansi-instansi pemerintah daerah yang berkaitan
dengan pembangunan pesisir.
c. Aspek Ekologis
Masih rendahnya pengertian dan kesadaran masyarakat untuk melindungi,
menjaga keseimbangan dan memantapkan ekosistem pesisir, sehingga terjadi
banyak pengrusakan hutan bakau (magrove), tumbuh karang dalam jangka waktu
pendek.
d. Aspek Administratif
Masih perlunya ditingkatkan koordinasi dan mekanisme administrasi dan
penyusunan perencanaan dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
pengelolaan sumber daya pesisir dan perairan karena selama ini masih terdapat
banyak tumpang tindih wewenang dan tanggung jawab diantara lembaga-lembaga
pemerintah.

4
2. Isu Strategi
Disamping permasalahan-permasalahan diatas, terdapat isu-isu strategi dalam
pengelolaan sumber daya pesisir dan laut untuk ke depan, yaitu :
a. Rendahnya sumber daya manusia terutama pada masyarakat bahari.
b. Lemahnya kemampuan kelembangaan pada sektor pemerintah dan masyarakat.
c. Belum dikelolahnya potensi sumber daya pesisir khususnya perikanan secara
optimal sebagai suatu usaha yang dapat memberikan kontribusi yang besar
terhadap peningkatan pendapatan daerah dan masyarakat
d. Belum dikembangkan secara optimal potensi pariwisata sebagai salah satu sektor
andalan dalam pembangunan daerah.
e. Kurang memadainya pembangunan diwilayah kepulauan baik pembangunan
prasarana sosial maupun prasarana fisik.

3. Studi Kasus
a. Kerusakan fisik habitat ekosistem wilayah pesisir dan lautan Indonesia
Pada umumnya, kerusakan tumbuh karang yang ada pada wilayah Indonesia
disebabkan oleh kegiatan-kegiatan perikanan yang bersifat desktruktif, yaitu
penggunaan bahan-bahan peledak, bahan beracun dan juga aktifitas penambangan
karang untuk bahan bangunan, reklamasi pantai, kegiatan pariwisata yang kurang
bertanggung jawab, dan sedimentasi akibat meningkatnya erosi dan lahan atas.
b. Pencemaran dan sedimentasi
Tingkat pencemaran di beberapa kawasan pesisir dan lautan di Indonesia
pada saat ini telah berada pada kondisi yang sangat memprihatinkan. Kawasan
yang termasuk kategori tingkat pencemaran yang tinggi adalah Provinsi Jawa
Barat, DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sumatera
Selatan, Kalimatan Timur, Riau, Lampung, dan sulawesi Selatan. Kawasan
dengan kategori pencemaran sedang adalah Provinsi Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan, DI Aceh, Jambi, Maluku, Sulawesi Utara. Sedangkan
kawasan yang tingkat pencemarannya rendah adalah Sulawesi Tenggara, Irian
Jaya, Bengkulu.
Dari seluruh perairan di Indonesia, wilayah yang rentan terhadap pencemaran
yang diakibatkan oleh tumpahan minyak adalah selat malaka, selat makassar, dan
jalur-jalur yang dilalui kapal tangker. Posisi strategi tersebut disamping

5
memberikan manfaat secara ekonomi, dilain pihak juga mengundang resiko
terhadap bahaya kerugian dari segi ekologis. Kerugian secara ekologis tersebut
berdampak cukup luas baik secara ekonomis maupun sumber daya alam.

4. Skenario Pengembangan kelompok Nelayan

Pengembangan kelompok nelayan tidak dapat hanya didekati dari sudut yang
sempit atau secara sektoral. Pengembangan suatu sistem yang didasari oleh
pendekatan pembangunan masyarakat, merupakan cara yang terbaik. Dalam hubunga
ini, pengembangan kualitas kelembangaan, kualitas sumber daya manusia, dan
infrastruktur penunjang dan atau pemanfaatan infrastruktur yang telah ada kedalam
skenario pengembangan, merupakan suatu pola pembangunan masyarakat yang
memerlukan perumusan permasalahan secara terintegrasi. Interaksi fungsional
keseluruhan variabel strategis tersebut diharapkan sanggup menciptakan proses
pemberdayaan kelompok masyarakat nelayan yang dapat mempertahankan diri dan
terlindungi dari pola interaksi yang sehat dengan kelembagaan lain yang sejenisnya
dan atau yang terkait dalam menjalankan usahanya.

5. Strategi Pengembangan
Terdapat beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam strategi pengembangan, yaitu:
a. Penentuan kelompok sasaran yakni keluarga nelayan dengan melakukan pemetaan
kualitas hidup, potensi dan kendala pengembangan yang mereka hadapi
b. Selanjutnya ditentukan sasaran wilayah pengembangan yang merupakan pemetaan
sumber daya biota laut yang paling layak untuk dikembangkan baik dari sudut
daya dukung yang dimiliki maupun terhadap daya saing pada pasar regional,
nasional, dan global.
c. Kemudian dirumuskan kendala kelembagaan yang dimiliki, baik yang telah
melekat secara historis maupun karena adanya perkembangan eksternal yang
me\nyebabkan terciptanya kendala kelembagaan.
d. Langkah penting lainnya adalah penentu mitra usaha bagi para kelompok nelayan,
baik dari lembaga pemerintah maupun swasta nasional atau asing. Dalam
hubungan ini dilakukan evaluasi peluang dan hambatan pengembangan kemitraan
terhadap lembag lembaga yang terkait dan pemecahan yang paling memungkinkan
untuk mengatasinya.
e. Perumusan model monitoring dan evaluasi dan lembaga-lembaga terkait.

6
 Pengembangan Koperasi Nelayan dan Unit Usaha Nelayan
Terdapat beberapa aspek yang perlu mendapat perhatian dan dirumuskan,
baik dalam bentuk peraturan pemerintah, maupun aturan main koperasi
nelayan dan atau unit usaha nelayan yang terbentuk sebagai tindak lanjut
pembentukan kelompok nelayan yang telah dilakukan sebelumnya. Adapun
aspek-aspek tersebut, paling tidak menyangkut beberapa hal utama :
1) Rumusan bentuk profit shering antara anggota kelompok nelayan, koperasi
dan pelaku ekonomi swasta (nasional atau asing)
2) Hak dan kewajiban anggota dan pola manajemen kelompok / koperasi /
unit usaha.
3) Sebagai lembaga yang menjembatani pihak nelayan dengan lembaga
financial / perbankkan dan kelompok nelayan
4) Perluasan pelayan koperasi atau kelompok nelayan yang bersifat non
ekonomis, seperti pelayanan jasa financial, bantuan teknis baik terhadap
usaha ekonomi ekonomi yang dilakukan maupun terhadap pemeriharaan
asset produksi yang dimiliki, maupun terhadap bantuan aktifitas social
yang berkaitan dengan budaya setempat.

 Pengembangan Model Adaptasi Teknologi Marikultural


Pengembangan model adaptasi teknologi, khususnya pembudidayaan hasil
laut, merupakan tahapan yang paling strategis. Adaptasi teknologi yang
dimaksud disini bukan hanya yang berhubungan dengan aspek keterampilan
teknis, melainkan mencakup pengorganisasian dan peningkatan kemampuan
manejerial. Adapun tahapan dari materi yang akan ditawarkan kepada
kelompok masyarakat nelayan secara garis besarnya meliputi :
1) Pelatihan dan percontohan dalam bidang budidaya hasil laut. Aktifitas ini
dilakukan secara bertahap dan bergilir terhadap kelompok masyarakat
nelayan pada wilayah sasaran.
2) Pemagangan bagi kelompok nelayan yang merupakan target pada tahap
lebih lanjut pada kelompok yang telah terlatih sebelumnya atas
pengawasan kelompok penyuluhan, akan akan dilaksanakan agar proses
adaptasi teknologi dapat menyebar.

7
3) Studi banding di daerah yang lebih maju, kelompok nelayan yang
kemudian hari dianggapsanggup sebagai pengerak kelompok akan dipilh
untuk berkunjung pada daerah yang lebih maju.
4) Materi dasar yang akan merupakan titik bertkan proses adaptasi teknologi
adalah:
- Peningkatan keterampilan dalam proses produksi
- Peningkatan kemampuan manajerial usaha
- Peningkatan kemampuan kualiti control
- Keterkaitan fungsional antara kegiatan budidaya hasil laut dan
lingkungan hidup.

C. DINAMIKA SOSIAL KELOMPOK MASYARAKAT MARITIM

Masyarakat nelayan adalah masyarakat yang tinggal di pesisir pantai dan


menggantung hidup mereka di laut, Masalah yang terjadi pada masyarakat nelayan
merupakan masalah yang bersifat multidimensi sehingga untuk menyelesaikannya
diperlukan solusi yang menyeluruh, dan bukan solusi secara parsial (Suharto, 2005).Oleh
karena itu, harus diketahui akar masalah yang menjadi penyebab terjadinya kemiskinan
pada nelayan. Terdapat beberapa aspek yang menyebabkan kemiskinan nelayan atau
masyarakat pesisir, diantaranya; tidak adanya perhatian pemerintah yang memihak pada
masyarakat nelayan, banyak program terkait masyarakat nelayan masih bersifat top down
dan selalu menjadikan masyarakat nelayan sebagai objek, bukan subjek. Kondisi alam
sangat berpengaruh pada tingkat kesejahteraan nelayan, karena terkadang beberapa
pekan nelayan tidak melaut oleh karena musim yang tidak menentu. Rendahnya Sumber
Daya Manusia (SDM) dan peralatan yang digunakan nelayan berpengaruh pada cara
menangkap ikan, keterbatasan dalam pemahaman teknologi menjadikan kualitas dan
kuantitas tangkapan tidak mengalami perbaikan.

Kondisi lain yang turut memperburuk tingkat kesejahteraan nelayan adalah


mengenai kebiasaan atau pola hidup. Tidak sepantasnya jika mengatakan nelayan
pemalas, karena jika dilihat dari daur hidup nelayan yang selalu bekerja keras.
kendalanya adalah pola hidup konsumtif, dimana pada saat penghasilan banyak, tidak
ditabung untuk persiapan paceklik, melainkan dijadikan kesempatan untuk membeli
kebutuhan sekunder. Namun ketika terjadi masa paceklik, pada akhirnya mereka

8
berhutang, termasuk kepada lintah darat, yang justru semakin memperberat kondisi
mereka. Deskripsi diatas merupakan pusaran masalah yang terjadi pada masyarakat
nelayan umumnya di Indonesia (Suharto,2005).

Dari berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat nelayan menurut Kusnadi
(2008) terdapat lima masalah pokok antara lain :
a. Kondisi Alam.
Kompleksnya permasalahan pada masyarakat nelayan terjadi disebabkan
masyarakat nelayan hidup dalam suasana alam yang keras yang selalu diliputi
ketidakpastian dalam menjalankan usahanya.
b. Tingkat pendidikan nelayan.
Nelayan yang miskin umumnya belum banyak tersentuh teknologi modern,
kualitas sumberdaya manusia rendah dan tingkat produktivitas tangkapannya juga
sangat rendah.
c. Pola kehidupan nelayan.
Pola hidup konsumtif menjadi masalah laten pada masyarakat nelayan, dimana
pada saat penghasilan banyak, tidak ditabung untuk persiapan paceklik, melainkan
dijadikan kesempatan untuk membeli kebutuhan sekunder.
d. Pemasaran hasil tangkapan.
Tidak semua daerah pesisir memiliki Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Hal
tersebut membuat para nelayan terpaksa untuk menjual hasil tangkapan mereka
kepada tengkulak dengan harga di bawah harga pasar.
e. Program pemerintah yang belum memihak pada masyarakat nelayan.
Konsep Perubahan Sosial Perubahan sosial merupakan ciri khas masyarakat dan
kebudayaan, baik itu masyarakat tradisional maupun masyarakat modern. Dalam
masyarakat modern perubahan itu sangat cepat, sedang dalam masyarakat tradisional
sangat lambat. (Simandjuntak, 2007: 1). Berbicara tentang perubahan sosial, kita
membayangkan sesuatu yang terjadi setelah jangka waktu tertentu, kita berurusan
dengan perbedaan keadaan yang diamati antara sebelum dan sesudah jangka waktu
tertentu. Konsep dasar perubahan sosial mencakup tiga gagasan (1) perbedaan (2)
pada waktu yang berbeda (3) diantara keadaan sistem sosial yang sama. Contoh
perubahan sosial yang dikemukakan oleh Hawley, (dalam Sztompka,2010)
Perubahan sosial dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, tergantung pada sudut
pengamatan, apakah dari sudut aspek, fragmen atau dimensi sistem sosialnya. Ini

9
disebabkan keadaan sosial itu tidak sederhana, tidak hanya berdimensi tunggal,
tetapi muncul dari kombinasi atau gabungan keadaan berbagai komponen seperti
berikut :
1) Unsur-unsur pokok (misalnya, jumlah dan jenis individu, serta tindakan mereka),
2) Hubungan antar unsur (misalnya, ikatan sosial, loyalitas, ketergantungan,
hubungan antar individu, integrasi),
3) Berfungsinya unsur-unsur di dalam sistem (misalnya : peran pekerjaan yang
dimainkan oleh individu atau diperlukannya tindakan tertentu untuk melestarikan
ketertiban sosial),
4) Pemeliharaan batas (misalnya : kriteria untuk menentukan siapa saja yang
termasuk anggota sistem, syarat untuk menentukan siapa saja yang termasuk
anggota sistem, syarat penerimaan individu dalam kelompok, prinsip rekrutmen
dalam organisasi dan sebagainya).
5) Sub sistem (misalnya : jumlah dan jenis bagian, segmen atau divisi khusus yang
dapat dibedakan),
6) Lingkungan (misalnya : keadaan alam, atau lokasi geopolitik)

1. Dinamika Perubahan Sosial

Soekanto, (2003) Dinamika perubahan sosial yaitu maju atau mundurnya


kehidupan masyarakat dalam kaitannya dengan proses pembangunan yang sedang
berlangsung. Susanto (1992) Dalam teori perubahan sosial terdapat berbagai
dinamika yang turut mempengaruhinya antara lain perubahan adalah sebagai suatu
fakta, perubahan masyarakat dapat berarti kemunduran (Regress) dan perubahan
masyarakat menjadi kemajuan (progress). Perubahan sosial sebagai fakta dapat
dilihat dan dirasakan dimana-mana perubahan masyarakat adalah suatu kenyataan
yang dibuktikan oleh gejala-gejala seperti depersonalisasi, adanya frustrasi dan
apatis (kelumpuhan mental), pertentangan dan perbedaan pendapat.

2. Konsep Masyarakat Nelayan


a. Pengertian Masyarakat Nelayan
Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya
tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan
ataupun budi daya. Mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah

10
lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya (Imron, 2003)
Secara geografis, masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup, tumbuh
dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayah
darat dan laut (Kusnadi, 2009). Nelayan adalah orang yang hidup dari mata
pencaharian hasil laut. Di Indonesia para nelayan biasanya bermukin di daerah
pinggir pantai atau pesisir laut. Komunitas nelayan adalah kelompok orang yang
bermata pencaharian hasil laut dan tinggal didesa-desa atau pesisir
(Sastrawidjaya. 2002). Ciri komunitas nelayan dapat dilihat dari berbagai segi.
Sebagai berikut :
1) Dari segi mata pencaharian.
Nelayan adalah mereka yang segala aktivitasnya berkaitan dengan
lingkungan laut dan pesisir. Atau mereka yang menjadikan perikanan
sebagai mata pencaharian.
2) Dari segi cara hidup.
Komunitas nelayan adalah komunitas gotong royong, kebutuhan gotong
royong dan tolong menolong terasa sangat penting pada saat untuk
mengatasi keadaan yang menuntut pengeluaran biaya besar dan pengerahan
tenaga yang banyak. Seperti saat berlayar. Membangun rumah atau tanggul
penahan gelombang di sekitar desa.
3) Dari segi keterampilan.
Meskipun pekerjaan nelayan adalah pekerjaan berat namun pada umumnya
mereka hanya memiliki ketrampilan sederhana. Kebanyakan mereka
bekerja sebagai nelayan adalah profesi yang diturunkan oleh orang tua.
Bukan yang dipelajari secara professional.

b. Penggolongan Masyarakat Nelayan

Pada dasarnya kelompok masyarakat nelayan memiliki beberapa


perbedaan dalam karakteristik sosial. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada
kelompok umur, pendidikan, status sosial dan kepercayaan. Dalam satu
kelompok nelayan sering juga ditemukan perbedaan kohesi internal, dalam
pengertian hubungan sesama nelayan maupun hubungan bermasyarakat
Townsley (dalam Widodo, 2006). Charles (dalam Widodo 2006) membagi
kelompok nelayan dalam empat kelompok yaitu:

11
1) Nelayan subsisten (subsistence fishers), yaitu nelayan yang menangkap ikan
hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
2) Nelayan asli (native/indigenous/aboriginal fishers), yaitu nelayan yang
sedikit banyak memiliki karakter yang sama dengan kelompok pertama,
namun memiliki juga hak untuk melakukan aktivitas secara komersial
walaupun dalam skala yang sangat kecil.
3) Nelayan rekreasi (recreational/sport fishers), yaitu orang-orang yang secara
prinsip melakukan kegiatan penangkapan hanya sekedar untuk kesenangan
atau berolahraga, dan
4) Nelayan komersial (commercial fishers), yaitu mereka yang menangkap
ikan untuk tujuan komersial atau dipasarkan baik untuk pasar domestik
maupun pasar ekspor. Kelompok nelayan ini dibagi dua, yaitu nelayan skala
kecil dan skala besar.

c. Posisi Nelayan dalam Masyarakat Pesisir

Menurut Kusnadi (2009), dalam perspektif stratifikasi sosial ekonomi,


masyarakat pesisir bukanlah masyarakat yang homogen. Masyarakat pesisir
terbentuk oleh kelompok-kelompok sosial yang beragam dilihat dari aspek
interaksi masyarakat dengan sumber daya ekonomi yang tersedia di kawasan
pesisir, masyarakat pesisir terkelompok sebagai berikut :

1) Pemanfaatan langsung sumber daya lingkungan, seperti nelayan,


pembudidaya ikan di perairan pantai (dengan jaring apung atau karamba),
pembudidaya rumput laut/mutiara, dan petambak.
2) Pengolah hasil ikan atau hasil laut lainnya, seperti pemindang, pengering
ikan, pengasap, pengusaha terasi/krupuk ikan/tepung ikan, dan sebagainya;
3) Penunjang kegiatan ekonomi perikanan, seperti pemilik toko atau warung,
pemilik bengkel (montir dan las), pengusaha angkutan, tukang perahu dan
buruh kasar (manol).

Tingkat keragaman (heterogenitas) kelompok-kelompok sosial yang ada


dipengaruhi oleh tingkat perkembangan desa-desa pesisir. Desa-desa pesisir atau
desa-desa nelayan yang sudah berkembang lebih maju dan memungkinkan
terjadinya diversifikasi kegiatan ekonomi, tingkat keragaman kelompok-

12
kelompok sosialnya lebih kompleks daripada desa-desa pesisir yang belum
berkembang atau yang terisolasi secara geografis. Di desa-desa pesisir yang
sudah berkembang biasanya dinamika sosial berlangsung secara intensif.

d. Pentingnya Pembangunan Perikanan bagi Masyarakat Nelayan

Pembangunan perikanan pada dasarnya merupakan bagian integral dari


pembangunan nasional yang dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya, dalam hal ini diperlukan modernisasi untuk mengubah
sikap mental para nelayan untuk membuka diri terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

13
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Masyarakat maritim pada umumnya memanfaatkan potensi laut yang ada untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Dari pemabahasan di atas dapat di simpulkan beberapa hal,
yaitu pemberdayaan pada hakikatnya merupakan suatu usaha untuk mengatasi
ketidakberdayaan suatu kelompok masyarakat ,maupun individu dalam menhadapi
masalah dan meningkatakn kemampuan mengambil keputusan yang menyangkut dirinya
sendiri dan memberi kesempatan untuk mengaktualisasikan diri. Dilihat dari beberapra
studi kasus bahwa masih kurangnya pemahaman masyarakat maritim terkait ancaman
perusakan pesisir dan laut, dengan kegiatan perikanan yang bersifat destruktif, seperti
penggunaan bahan peledak , dan perusak lainnnya. Kelompok nelayan mengalami
keterasingan dari dinamika perkenonomian nasional jika di bandingkan dnegan
kelompok perekonomian yang lain. Dan dengan besarnya potensi sumberdaya pesisir
serta lautan yang kita punya namun rendahnya pemnafataan yang di akibatkan oleh
beberapa faktor, misalnya keterbatasan akses pasar, rendahnya kualitas sumberdaya
manusianya, minimnya teknologi yang mendukung, pembangunan infrastruktur yang
kurang, sumberdaya finansial, dan lainnya.

B. Saran

Pengembangan produksi hasil tangkap dan kebijakan pembangunan lebih di


arahkan pada peningkatan saran dan prasana nelayan tangkap, pengembangan ekonomi
masyarakat pesisir dengan kebijakan pembangunan, pengelolaan dan pemasaran hasil
perikanan dengan kebijakan yang diharapkan bisa memajukan perkekonomian
kelompok masyarakat maritim, pengembangan SDM yang ada serta kebutuhan finansial
lainnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Tinambunan, H. S. R. (2016). Pemberdayaan Masyarakat Desa Pesisir Melalui Penguatan


Budaya Maritim Dalam Menghadapi Pasar Bebas Masyarakat Ekonomi Asean. Fiat Justisia
Journal of Law, 10(1), 15-33.
http://blognyadnan.blogspot.com/2014/11/pemberdayaan-masyarakat-maritim-dan.html
https://media.neliti.com/media/publications/96602-ID-strategi-pemberdayaan-masyarakat-
pesisir.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai