Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KONSEP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR


DOSEN PENGAMPU ARIF SOFYANDI S.KEP,M.K.M

DISUSUN OLEH KLEOMPOK: 1 SMESTER 4.B

1. IKHWANUL REDHA 21281108


2. PAIRUZ ZILAL 21281086
3. WAHYU FAREEZA 21281065
4. AULIA FEBRIANTI 21281105
5. YUSTIATI 21281103
6. FANISA 21281060
7. NILA AGUSTINA 21281101
8 ISTIWAHDANIA 212810

UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT,Tuhan semesta alam.Atas izin dan ka
runia-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah tepat pada waktu tanpa kurangsuatu apa
pun. Tak lupa pula saya haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah
Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita dihari akhirkelak.
Penulisan makalah berjudul “ konsep pengembangan masyarakat pesisir” bertujua nuntuk
memenuhi tugas matakuliah pengembangan dan pengoorganisasiaan masyarakat
pesisir,Selama proses penyusunan makalah, saya mendapat bantuan dan bimbingan dari
beberapa pihak. Oleh karena itu,penulis berterimakasih kepada. Bapak Arif syofiandi
s.kep,m.k.m
Saya sadar bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna karena masih dalam tahap
belajar, untuk itu kritik dan saran sangat saya harapkan untuk perkembangan
makalahyangselanjutnya.

Mataram,1 Desember 2022


DAFTARISI

KATAPENGANTAR......................................................................................................

DAFTARISI.....................................................................................................................

BABI:PENDAHULUAN.................................................................................................

1. Latar Belakang................................................................................................................

2. RumusanMasalah............................................................................................................

3. Tujuan ............................................................................................................................

BABII: PEMBAHASAN.................................................................................................

1. Potensi sumberdaya pesisir dan lautan Indonesia...........................................


2. Masalah dan isu strategis dalam masyarakat pesisir………………………...
3. Sekenario pengembangan kelompok nelayan pesisir………………………..
4. Strategi pengembangan masyarakat pesisir………………………………….

BABIII:PENUTUP........................................................................................................

1. Kesimpulan...................................................................................................................

2. Saran
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang


Wilayah pesisir dan lautan memiliki arti strategis karena merupakan wilayah
peralihan antara ekosistem darat dan laut, serta memiliki potensi sumber daya alam
dan jasa-jasa lingkungan yang sangat kaya. Namun, karakteristik laut tersebut belum
sepenuhnya dipahami dan diintegrasikan secara terpadu. Kebijakan pemerintah yang
sektoral dan bias daratan, akhirnya menjadikan lautan sebagai kolam sampah raksasa.
Dari sisi social ekonomi, pemanfaatan kekayaan laut masih terbatas pada kelompok
pengusaha besar dan pengusaha asing. Nelayan sebagai jumlah terbesar merupakan
kelompok profesi paling miskin di Indonesia. Kekayaan sumber daya laut tersebut
menimbulkan daya tarik dari berbagai pihak untuk memanfaatkan sumberdayanya dan
berbagai instansi untuk meregulasi pemanfaatannya.
Bila dibandingkan dengan kelompok pelaku ekonomi lainnya, kelompok ekonomi
yang mengalami kondisi keterasingan dari dinamika perekonomian nasiaonal lebih
parah terjadi pada kelompok nelayan. Hal ini banyak bersumber dari sifat dasar arena
aktifitas yang dimiliki yang tidak memiliki dukungan perangkat hukum yang
memadai, seperti tidak dimungkinkannya pemilikan laut atau kawasan pantai sebagai
asset produksi, kebutuhan investasi yang relatif besar dan beresiko tinggi, serta luas
pemasaran yang cenderung hanya untuk memenuhi kebutuhan local. Kondisi seperti
ini mengakibatkan kelompok masyarakat nelayan cenderung tertinggal jauh
dibandingkan dengan kelompok lain yang bekerja didaratan.
Hal ini yang muncul di permukaan dalam hubungannya dengan peningkatan kualitas
hidup nelayan adalah keterdesakkan kelompokm masyarakat ini akibat semakin
intensifnya penetrasi nelayan asing terhadap sumber daya dan pasar domestic.
Pengusaha dalam bidang marine-bisnis nasional dengan modal besar dengan jaringan
pasar yang luas dan pemanfaatan teknologi yang hmpir mustahil tersaingi oleh
kelompok masyarakat nelayan nasional. Upaya perlindungan melalui peraturan daerah
dan peningkata kemandirian kelompok masyarakat ini merupakan agenda yang
mendesak untuk segera dise;esaikan sebagai bagian integral pengembangan
masyarakat nelayan.
Keseluruhan kecenderungan pembangunan tersebut melahirkan ketersaingan
kelompok yang tidak hanya nampak pada tingkat pendapatan yang dimiliki,
melainkam juga pada kualitas hidup, pola aktifitas ekonomi, skala dan jenis output
yang dihasilkan. Tentu saja pergantian generasi pada kelompok masyarakat ini juga
berlangsung secara marjinal dengan segala konsekwensi social yang terbawa serta.
Bila kieadaan seperti ini berlanjut, maka investasi yang dibutuhkan untuk
pengelolaan sumber daya kelautan, dan upaya pengembangan sumberdaya manusia
makin bertambah mahal.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana potensi sumber daya pesisir dan lautan di indonesia?
2. Apa saja masalah dan isu strategis dalam masyarakat pesisir?
3. Bagaimana sekenario pengembangan kelompok nelayan pesisir?
4. Bagaimana strategi pengembangan masyarakat pesisir?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui potensi sumberdaya pesisir dan lautan di Indonesia.
2. Untuk mengetahui masalah dan isu strategis dalam masyarakat pesisir.
3. Untuk mengetahui sekenario pengembangan kelompok nelayan pesisir.
4. Untuk mengetahui strategi pengembangan masyarakat pesisir,
BAB II
PEMBAHASAN

A. Potensi Sumber Daya Pesisir dan Lautan Di Indonesia


Sektor kelautan mulai diperhatikan oleh pemerintah Indonesia dalam pembangunan
sejak Repelita VI rezim Orde Baru. Sejak kemerdekaan sampai awal Repelita VI tersebut,
pemerintah lebih memperhatikan eksploitas sumber daya daratan, karena pada masa
tersebut daratan mempunyai potensi yang sangat besar, baik sumber daya mineral
maupun sumber daya hayati, seperti hutan. Namun setelah hutan ditebang habis sumber
minyak dan gas baru sulit ditemukan didaratan, maka pemerintah berpaling ke sektor
kelautan.
Potensi kelautan Indonesia sangat besar dan beragam, yakni memiliki 17.508 pulau
dengan garis pantai sepanjang 81.000 Km dan 5,8 juta kilometer laut atau sebesar 70%
dari luas total wilayah Indonesia. Potensii tersebut tercermin dengan besarnya
keanekaragaman hayati. Potensi budidaya perikanan pantai dan laut sentral pariwisata
bahari.
Namun potensi kelautan yang besar tersebut baru dimanfaatkan sebagian kecilnya saja.
Sebagai contoh, potensi perikanan laut baru dimanfaatkan sebersar 62% saja. Potensi
perikanan pantai dan lautan juga baru dimanfaatkan sebagian kecil saja. Demikian juga
pariwisata bahari baru dimanfaatkan pada pulau-pulau tertentu saja. Biota laut untuk
pengembangan industri pangan, kosmetik, dan farmasi baru sebagian kecil dimanfaatkan.
Jasa perhubungan laut antara pulau di tanah air maupun dengan negara-negara lain
sebagian besar masih didominasi oleh pelayaran asing. Sumber minyak dan gas buni
dilaut sudah banyak dimanfaatkan, namun baru sebagian kecil dari potensi yang ada.
B. Masalah dan Isu Strategis Dalam Masyarakat Pesisir
1. Masalah
Ada beberapa masalah yang dilihat dari beberapa aspek yang dihadapi dalam
pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya pesisir, yaitu :
a. Aspek Sosial
1. Masih lemahnya kesadaran masyarakat terhadap ancaman kerusakan pesisir.
2. Masih kurangnya keterlibatan dan kemampuan masyarakat lokal untuk
berpartisipasi secara aktif dan diberdayakan dalam upaya berbagai pelestarian
lingkungan serta dalam proses pengambilan keputusan untuk pengelolaan
sumber daya pesisir.
b. Aspek Ekonomi
1. Belum dilaksanakannya secara optimal dan berkelanjutan kegiatan pemanfaatan dan
pengelolaan sumber daya pesisir karena keterbatasan modal, sarana produksi,
pengetahuan dan keterampilan, serta faktor eksternal seperti keterbatasan pelayanan dan
penyediaan fasilitas oleh pemerintah.
2. Masih perlu ditingkatkannya koordinasi dalam penyusunan perencanaan dan
pengambilan keputusan oleh instansi-instansipemerintah daerah yang berkaitan dengan
pembangunan pesisir.
c. Aspek Ekologis
Masih rendahnya pengertian dan kesadaran masyarakat untuk melindungi,
menjaga keseimbangan dan memantapkan ekosistem pesisir, sehingga terjadi
banyak pengrusakan hutan bakau (magrove), tumbuh karang dalam jangka waktu
pendek.
d. Aspek Administratif
Masih perlunya ditingkatkan koordinasi dan mekanisme administrasi dan
penyusunan perencanaan dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
pengelolaan sumber daya pesisir dan perairan karena selama ini masih terdapat
banyak tumpang tindih wewenang dan tanggung jawab diantara lembaga-
lembaga pemerintah dan nono pemerintah yang terkait.
e. Aspek Kesehatan
Wilayah pesisir yang merupakan wilayah yang secara administratif jauh pusat
kota memungkinkan terjadinya masalah kesehatan disebabkan oleh akses dan
sarana prasarana tidak memadai karena kondisi geografis yang terdiri dari
gugusan pulau yang dipisahkan oleh pulau yang dipisahkan oleh laut.
Upaya-upaya dalam menanggulangi kesehatan seperti dibawah ini:
1. Peningkatan gizi: Hal ini dapat dicapai dengan memberikan makanan
tambahan bergizi, terutama untuk anak-anak. Hal ini dapat dioptimalkan
dengan meningkatkan kegiatan Posyandu dan PKK.
2. Penambahan fasilitas kesehatan: fasilitas kesehatan harus mampu menampung
dan menjangkau orang di daerah tertinggal. Penambahan fasilitas kesehatan
meliputi Puskesmas dan Posyandu. Penambahan fasilitas ini dimaksudkan
untuk memberikan pelayanan kesehatan masyarakat seperti Imunisasi ,
Keluarga Berencana, Pengobatan dan Lain-lain.
3. Praktik imunisasi: Berdasarkan prinsip bahwa mencegah lebih baik daripada
mengobati, program imunisasi bertujuan untuk melindungi semua anak dari
penyakit umum. Hal ini dapat dilakukan melalui PIN (Pekan Imunisasi
Nasional ).
4. Penyediaan Pelayanan Kesehatan Gratis: Pemerintah memberikan pelayanan
gratis kepada masyarakat miskin dalam bentuk Askeskin (Asuransi Kesehatan
Masyarakat Miskin) dan kartu sehat yang dapat digunakan untuk memperoleh
penawaran pelayanan kesehatan murah.
5. Pengadaan Obat Generik: Pemerintah harus mengembangkan pengadaan obat
yang terjangkau dan terjangkau oleh masyarakat bawah. , yang menawarkan
obat lebih murah, dapat beralih ke obat generik.
6. Penambahan Tenaga Medis: Tambahan tenaga medis seperti dokter, bidan dan
perawat diperlukan untuk pelayanan medis yang mencakup semua pekerjaan
dan mencakup seluruh Indonesia. 
7. Sosialisasi tentang pentingnya gaya hidup bersih dan sehat: Jenis penyuluhan
ini dapat melibatkan lembaga selain fasilitas kesehatan, seperti sekolah dan
masyarakat pesisir.
2. Isu Strategis
Disamping permasalahan-permasalahan diatas, terdapat isu-isu strategi dalam
pengelolaan sumber daya pesisir dan laut untuk kedepan, yaitu :
a. Rendahnya sumber daya manusia terutama pada masyarakat bahari.
b. Lemahnya kemampuan kelembangaan pada sektor pemerintah dan
masyarakat.
c. Belum dikelolahnya potensi sumber daya pesisir khususnya perikanan secara
optimal sebagai suatu usaha yang dapat memberikan kontribusi yang besar
terhadap peningkatan pendapatan daerah dan masyarakat
d. Belum dikembangkan secara optimal potensi pariwisata sebagai salah satu
sektor andalan dalam pembangunan daerah.
e. Kurang memadainya pembangunan diwilayah kepulauan baik pembangunan
prasarana sosial maupun prasarana fisik.
3. Studi Kasus
1. Kerusakan fisik habitat ekosistem wilayah pesisir dan lautan Indonesia
Pada umumnya, kerusakan tumbuh karang yang ada pada wilayah Indonesia
disebabkan oleh kegiatan-kegiatan perikanan yang bersifat deskruktif, yaitu
penggunaan bahan-bahan peledak, bahan beracun dan juga aktifitas penambangan
karang untuk bahan bangunan, reklamasi pantai, kegiatan pariwisata yang kurang
bertanggung jawab, dan sedimentasi akibat meningkatnya erosi dan lahan atas.
2. Pencemaran dan sedimentasi
Tingkat pencemaran di beberapa kawasan pesisir dan lautan di Indonesia pada saat ini
telah berada pada kondisi yang sangat memprihatinkan. Kawasan yang termasuk
kategori tingkat pencemaran yang tinggi adalah Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta,
Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimatan Timur,
Riau, Lampung, dan sulawesi Selatan. Kawasan dengan kategori pencemaran sedang
adalah Provinsi Kalimatntan Barat, Kalimantan Selatan, DI Aceh, Jambi, Maluku,
Sulawesi Utara. Sedangkan kawasan yang tingkat pencemarannya rendah adalah
Sulawesi Tenggara, Irian Jaya, Bengkulu.
Dari seluruh perairan di Indonesia, wilayah yang rentan terhadap pencemaran yang
diakibatkan oleh tumpahan minyak adalah selat malaka, selat makassar, dan jalur-
jalur yang dilalui kapal tangker. Posisi strategi tersebut disamping memberikan
manfaat secara ekonomi, dilain pihak juga mengundang resiko terhadap bahaya
kerugian dari segi ekologis. Kerugian secara ekologis tersebut berdampak cukup luas
baik secara ekonomis maupun sumber daya alam.
C.    SkenarioPengembangan kelompok Nelayan Pesisir
Pengembangan kelompok nelayan tidak dapat hanya didekati dari sudut yang
sempit atau secara sektoral. Pengembangan suatu sistem yang didasari oleh
pendekatan pembangunan masyarakat, merupakan cara yang terbaik. Dalam hubunga
ini, pengembangan kualitas kelembangaan, kualitas sumber daya manusia, dan
infrastruktur penunjang dan atau pemanfaatan infrastruktur yang telah ada kedalam
skenario pengembangan, merupakan suatu pola pembangunan masyarakat yang
memerlukan perumusan permasalahan secara terintegrasi. Interaksi fungsional
keseluruhan variabel strategis tersebut diharapkan sanggup menciptakan proses
pemberdayaan kelompok masyarakat nelayan yang dapat mempertahankan diri dan
terlindungi dari pola interaksi yang sehat dengan kelembagaan lain yang
sejenisnyadan atau yang terkait dalam menjalankan usahanya.
D.   Strategi Pengembangan Masyarakat Pesisir
Wilayah pantai merupakan suatu bagian yang kaya akan potensi sumber daya pesisir,
kelautan dan perikanan. Wilayah pesisir pantai juga memiliki potensi yang dapat
dikembangkan sebagain wilayah wisata bahari. Masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir
pantai, sejak dahulu juga telah menggantungkan hidupnya dari pemanfaatan sumber daya
alam yang terdapat di sekitar pesisir pantai. Seiring dengan berjalannya waktu, kehidupan
masyarakat disekitar pesisir pantai mengalami keterpurukan. Masyarakat belum dapat
mengelola sumber daya pantai secara optimal. Sentuhan pengetahuan akan pemanfaatan
pengembangan Sumber daya di wilayah pesisir pantai sangat minim sekali. Masyarakat tidak
mengenal cara lain yang lebih efektif dan inovatif untuk mengelola sumber daya pantai yang
mereka hasilkan. Dengan melihat permasalahan tersebut diatas, maka dibutuhkan model baru
untuk pemberdayaan masyarakat pesisir pantai, agar masyarakat dapat meningkatkan taraf
hidupnya menjadi lebih baik. ICZM (Integrated Coastal Zone Management) adalah
pendekatan yang akan digunakan dalam mengoptimalisasi pemberdayaan masyarakat di
wilayah pesisir pantai. Diharapkan dengan pendekatan ICZM, tidak hanya pertumbuhan
ekonomi masyarakat pesisir pantai saja yang akan membaik, tetapi juga menjamin
pertumbuhan ekonomi yang dapat dinikmati secara adil dan proposional oleh segenap pihak
yang terlibat (stakeholders), dan dapat memelihara daya dukung serta kualitas lingkungan
pesisir yang baik sehingga dapat melestarikan wilayah pantai. Pendekatan yang dilakukan
yaitu dengan menggunakan pendekatan diskriptif kualitatif berdasarkan kajian kepustakaan
serta observasi secara langsung.
Terdapat beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam strategi pengembangan masyarakat
pesisir, yaitu :
a. Penentuan kelompok sasaran yakni keluarga nelayan dengan melakukan pemetaan
kulitas hidup, potensi dan kendala pengembangan yang mereka hadapi.
b. Selanjutnya ditentukan sasaran wilayah pengembangan yang merupakan pemetaan
sumber daya biota laut yang paling layak untuk dikembangkan baik dari sudut
daya dukung yang dimiliki maupun terhadap daya saing pada pasar regional,
nasional, dan global.
c. Kemudian dirumuskan kendala kelembagaan yang dimiliki, baik yang telah
melekat secara historis maupun karena adanya perkembangan eksternal yang
menyebabkan terciptanya kendala kelembagaan.
d. Langkah penting lainnya adalah penentu mitra usaha bagi para kelompok nelayan,
baik dari lembaga pemerintah maupun swasta nasional atau asing. Dalam
hubungan ini dilakukan evaluasi peluang dan hambatan pengembangan kemitraan
terhadap lembag-lembaga yang terkait dan pemecahan yang paling
memungkinkan untuk mengatasinya.
e. Perumusan model monitoring dan evaluasi dan lembaga-lembaga terkait.
1. Pengembangan Koperasi Nelayan dan Unit Usaha Nelayan
Terdapat beberapa aspek yang perlu mendapat perhatian dan dirumuskan, baik dalam
bentuk peraturan pemerintah, maupun aturan main koperasi nelayan dan atau unit usaha
nelayan yang terbentuk sebagai tindak lanjut pembentukan kelompok nelayan yang telah
dilakukan sebelumnya.
Adapun aspek-aspek tersebut, paling tidak menyangkut beberapa hal utama :
a. Rumusan bentuk profit shering antara anggota kelompok nelayan, koperasi dan
pelaku ekonomi swasta (nasional atau asing).
b. Hak dan kewajiban anggota dan pola manajemen kelompok / koperasi / unit
usaha.
c. Sebagai lembaga yang menjembatani pihak nelayan dengan lembaga financial /
perbankkan dan kelompok nelayan
d. Perluasan pelayan koperasi atau kelompok nelayan yang bersifat non
ekonomis, seperti pelayanan jasa financial, bantuan teknis baik terhadap usaha
ekonomi ekonomi yang dilakukan maupun terhadap pemeriharaan asset
produksi yang dimiliki, maupun terhadap bantuan aktifitas social yang
berkaitan dengan budaya setempat.
2. Pengembangan Model Adaptasi Teknologi Marikultura
Pengembangan model adaptasi teknologi, khususnya pembudidayaan hasil laut,
merupakan tahapan yang paling strategis. Adaptasi teknologi yang dimaksud disini bukan
hanya yang berhubungan dengan aspek keterampilan teknis, melainkan mencakup
pengorganisasian dan peningkatan kemampuan manejerial.
Adapun tahapan dari materi yang akan ditawarkan kepada kelompok masyarakat nelayan
secara garis besarnya meliputi :
a. Pelatihan dan percontohan dalam bidang budidaya hasil laut. Aktifitas ini
dilakukan secara bertahap dan bergilir terhadap kelompok masyarakat nelayan
pada wilayah sasaran.
b. Pemagangan bagi kelompok nelayan yang merupakan target pada tahap lebih
lanjut pada kelompok yang telah terlatih sebelumnya atas pengawasan kelompok
penyuluhan, akan akan dilaksanakan agar proses adaptasi teknologi dapat
menyebar.
c. banding di daerah yang lebih maju, kelompok nelayan yang kemudian hari
dianggapsanggup sebagai pengerak kelompok akan dipilh untuk berkunjung pada
daerah yang lebih maju.
d. Materi dasar yang akan merupakan titik bertkan proses adaptasi teknologi adalah :
1. Peningkatan keterampilan dalam proses produksi
2. Peningkatan kemampuan manajerial usaha
3. Peningkatan kemampuan kualiti control
4. Keterkaitan fungsional antara kegiatan budidaya hasil laut dan lingkungan
hidup.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemberdayaan pada hakikatnya merupakan suatu usaha untuk mengatasi untuk
mengatasi ketidakberdayaan individu dan masyarakat dalam menghadapi masalah dan
meningkatkan kemampuan mengambil keputusan yang menyangkut dirinya sendiri
dan memberi kesempatan untuk mengaktualisasikan diri. Dengan kelompok ekonomi
lainnya, kelompok pelaku ekonomi yang mengalami keterasingan dari dinamika
perekonomian nasional lebih parah terjadi pada kelompok nelayan.Rendahnya
pemanfaatan potensi sumber daya pesisir dan lautan yang sedemikian besar terutama
disebabkan karena berbagai macam Kendala yang dihadapi terutama pada masyarakat
pesisir misalnya : rendahnya kualitas SDM, keterbatasan akses pasar, sumberdaya
financial, teknologi dan lain-lainya
B. Saran
Makalah ini masih memiliki kekurangan olehnya itu kritik yang sifatnya membangun
sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2003. Pedoman Umum Perberdayaan Masyarakat di Dalam dan Di Sekitar Hutan,
Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial.
Jakarta.

Anonim, 2003. Petunjuk Pelaksanaan GN RHL/Gerhan, Departemen Kehutanan. Jakarta.

Dewi Mayavanie Susanti, TT. Peranan Perempuan Dalam Upaya Penanggulangan


Kemiskinan.

Faturochman, dkk. 2007. Membangun Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Melalui


Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta: Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan
Universitas Gadjah Mada.

Gregorius Sahdan, 2008. Menanggulangi Kemiskinan Desa. Jurnal Ekonomi Rakyat.

I putu Ananda citra April 2017,strategi pemberdayaan masyarakat untuk pengembangan


ekowisata wilayah pesisir di kabupaten buleleng,universitas pendidkan ganesha
singaraja,indonesia

Anda mungkin juga menyukai