PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wilayah pesisir dan lautan memiliki arti strategis karena merupakan wilayah
peralihan antara ekosistem darat dan laut, serta memiliki potensi sumber daya alam dan jasa-
jasa lingkungan yang sangat kaya. Namun, karakteristik laut tersebut belum sepenuhnya
dipahami dan diintegrasikan secara terpadu. Kebijakan pemerintah yang sektoral dan bias
daratan, akhirnya menjadikan lautan sebagai kolam sampah raksasa. Dari sisi social ekonomi,
pemanfaatan kekayaan laut masih terbatas pada kelompok pengusaha besar dan pengusaha
asing. Nelayan sebagai jumlah terbesar merupakan kelompok profesi paling miskin di
Indonesia. Kekayaan sumber daya laut tersebut menimbulkan daya tarik dari berbagai pihak
untuk memanfaatkan sumberdayanya dan berbagai instansi untuk meregulasi
pemanfaatannya.
Bila dibandingkan dengan kelompok pelaku ekonomi lainnya, kelompok ekonomi
yang mengalami kondisi keterasingan dari dinamika perekonomian nasiaonal lebih parah
terjadi pada kelompok nelayan. Hal ini banyak bersumber dari sifat dasar arena aktifitas yang
dimiliki yang tidak memiliki dukungan perangkat hukum yang memadai, seperti tidak
dimungkinkannya pemilikan laut atau kawasan pantai sebagai aset produksi, kebutuhan
investasi yang relatif besar dan beresiko tinggi, serta luas pemasaran yang cenderung hanya
untuk memenuhi kebutuhan local. Kondisi seperti ini mengakibatkan kelompok masyarakat
nelayan cenderung tertinggal jauh dibandingkan dengan kelompok lain yang bekerja
didaratan.
Hal ini yang muncul di permukaan dalam hubungannya dengan peningkatan kualitas
hidup nelayan adalah keterdesakkan kelompok masyarakat ini akibat semakin intensifnya
penetrasi nelayan asing terhadap sumber daya dan pasar domestic. Pengusaha dalam bidang
marine-bisnis nasional dengan modal besar dengan jaringan pasar yang luas dan pemanfaatan
teknologi yang hampir mustahil tersaingi oleh kelompok masyarakat nelayan nasional. Upaya
perlindungan melalui peraturan daerah dan peningkatan kemandirian kelompok masyarakat
ini merupakan agenda yang mendesak untuk segera diselesaikan sebagai bagian integral
pengembangan masyarakat nelayan.
Keseluruhan kecenderungan pembangunan tersebut melahirkan ketersaingan
kelompok yang tidak hanya nampak pada tingkat pendapatan yang dimiliki, melainkam juga
pada kualitas hidup, pola aktifitas ekonomi, skala dan jenis output yang dihasilkan. Tentu saja
pergantian generasi pada kelompok masyarakat ini juga berlangsung secara marjinal dengan
segala konsekwensi social yang terbawa serta. Bila keadaan seperti ini berlanjut, maka
investasi yang dibutuhkan untuk pengelolaan sumber daya kelautan, dan upaya
pengembangan sumberdaya manusia makin bertambah mahal.
B. Rumusan Masalah?
1. Bagaimana mengentahui potensi Sumber Daya Pesisir dan Lautan dalam ruang lingkup
pemberdayaan masyarakat pesisir?
2. Bagaimana menjelaskan tentang strategi pemberdayaan masyarakat pesisir?
3. Bagaimana menjelaskan dinamika social kelompok masyarakat pesisir?
BAB II
PEMBAHASAN
3. Studi Kasus
- Kerusakan fisik habitat ekosistem wilayah pesisir dan lautan Indonesia
Pada umumnya, kerusakan tumbuh karang yang ada pada wilayah Indonesia
disebabkan oleh kegiatan-kegiatan perikanan yang bersifat desktruktif, yaitu penggunaan
bahan-bahan peledak, bahan beracun dan juga aktifitas penambangan karang untuk bahan
bangunan, reklamasi pantai, kegiatan pariwisata yang kurang bertanggung jawab, dan
sedimentasi akibat meningkatnya erosi dan lahan atas.
D. Strategi Pengembangan
Terdapat beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam strategi pengembangan,
yaitu :
a. Penentuan kelompok sasaran yakni keluarga nelayan dengan melakukan pemetaan kualitas
hidup, potensi dan kendala pengembangan yang mereka hadapi
b. Selanjutnya ditentukan sasaran wilayah pengembangan yang merupakan pemetaan sumber
daya biota laut yang paling layak untuk dikembangkan baik dari sudut daya dukung yang
dimiliki maupun terhadap daya saing pada pasar regional, nasional, dan global.
c. Kemudian dirumuskan kendala kelembagaan yang dimiliki, baik yang telah melekat secara
historis maupun karena adanya perkembangan eksternal yang me\nyebabkan terciptanya
kendala kelembagaan.
d. Langkah penting lainnya adalah penentu mitra usaha bagi para kelompok nelayan, baik dari
lembaga pemerintah maupun swasta nasional atau asing. Dalam hubungan ini dilakukan
evaluasi peluang dan hambatan pengembangan kemitraan terhadap lembag-lembaga yang
terkait dan pemecahan yang paling memungkinkan untuk mengatasinya.
e. Perumusan model monitoring dan evaluasi dan lembaga-lembaga terkait.
1. Pengembangan Kope
2. rasi Nelayan dan Unit Usaha Nelayan
Terdapat beberapa aspek yang perlu mendapat perhatian dan dirumuskan, baik dalam
bentuk peraturan pemerintah, maupun aturan main koperasi nelayan dan atau unit usaha
nelayan yang terbentuk sebagai tindak lanjut pembentukan kelompok nelayan yang telah
dilakukan sebelumnya. Adapun aspek-aspek tersebut, paling tidak menyangkut beberapa hal
utama :
a. Rumusan bentuk profit shering antara anggota kelompok nelayan, koperasi dan pelaku
ekonomi swasta (nasional atau asing)
b. Hak dan kewajiban anggota dan pola manajemen kelompok / koperasi / unit usaha.
c. Sebagai lembaga yang menjembatani pihak nelayan dengan lembaga financial / perbankkan
dan kelompok nelayan
d. Perluasan pelayan koperasi atau kelompok nelayan yang bersifat non ekonomis, seperti
pelayanan jasa financial, bantuan teknis baik terhadap usaha ekonomi ekonomi yang
dilakukan maupun terhadap pemeriharaan asset produksi yang dimiliki, maupun terhadap
bantuan aktifitas social yang berkaitan dengan budaya setempat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan yang telah dilakukan, ada beberapa hal yang menjadi
kesimpulan dalam makalah ini, sebagai berikut :
1. Pemberdayaan pada hakikatnya merupakan suatu usaha untuk mengatasi untuk mengatasi
ketidakberdayaan individu dan masyarakat dalam menghadapi masalah dan meningkatkan
kemampuan mengambil keputusan yang menyangkut dirinya sendiri dan memberi
kesempatan untuk mengaktualisasikan diri.
2. Bila dilihat dari studi kasus, maka dapat disimpulkan bahwa masih kurangnya masyarakat
pesisir terhadap ancaman kerusakan pesisir dan laut, seperti kegiatan-kegiatan perikanan
yang bersifat desktruktif, yaitu penggunaan bahan-bahan peledak, bahan beracun, dan lain-
lain
3. Bila dibandingkan dengan kelompok ekonomi lainnya, kelompok pelaku ekonomi yang
mengalami keterasingan dari dinamika perekonomian nasional lebih parah terjadi pada
kelompok nelayan.
4. Rendahnya pemanfaatan potensi sumber daya pesisir dan lautan yang sedemikian besar
terutama disebabkan karena berbagai macam Kendala yang dihadapi terutama pada
masyarakat pesisir misalnya : rendahnya kualitas SDM, keterbatasan akses pasar, sumberdaya
financial, teknologi dan lain-lain.
B. Saran
Makalah ini masih memiliki kekurangan olehnya itu kritik yang sifatnya membangun
sangat kami harapkan.