Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“ Konsep Psikologi pada Komunitas Masyarakat Pesisir dan


Sumber Daya Manusia Kelautan”

Disusun Oleh

Kelompok 11:

Sherlien Amelia Putri (2120001)

Delfani Hanyzar (2120015)

Safitri Sukma Dewi (2120017)

Titus Perdana Putra (2120036)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH


SURABAYA
D3 KEPERAWATAN
2021 – 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah- Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Konsep Psikologi pada
Komunitas Pesisir dan Sumber Daya Manusia Kelautan" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas. Selain itu, makalah ini bertujuan
menambah wawasan tentang “Konsep Psikologi pada Komunitas Pesisir dan Sumber Daya
Manusia Kelautan” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada para pengajar yang telah memberikan
bimbingannya. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, …. September 2021

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................................1

Daftar Isi..............................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................3

A. Latar Belakang......................................................................................................…….3
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................7

A. Potensi Sumber Daya Pesisir dan Lautan..........................................................7


B. Masalah dan Isu Strategi....................................................................................8
C. Skenario Pengembangan kelompok Nelayan....................................................10
D. Strategi Pengembangan.....................................................................................11

BAB III PENUTUP.............................................................................................................14

A. Kesimpulan.....................................................................................................................14
B. Saran...............................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................16

2
Komunitas Masyarakat Pesisir dan Sumber Daya Manusia Kelautan

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Wilayah pesisir dan lautan memiliki arti strategis karena merupakan wilayah peralihan antara

ekosistem darat dan laut, serta memiliki potensi sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan

yang sangat kaya. Namun, karakteristik laut tersebut belum sepenuhnya dipahami dan

diintegrasikan secara terpadu. Kebijakan pemerintah yang sektoral dan bias daratan, akhirnya

menjadikan lautan sebagai kolam sampah raksasa. Dari sisi social ekonomi, pemanfaatan

kekayaan laut masih terbatas pada kelompok pengusaha besar dan pengusaha asing. Nelayan

sebagai jumlah terbesar merupakan kelompok profesi paling miskin di Indonesia. Kekayaan

sumber daya laut tersebut menimbulkan daya tarik dari berbagai pihak untuk memanfaatkan

sumberdayanya dan berbagai instansi untuk meregulasi pemanfaatannya.

Bila dibandingkan dengan kelompok pelaku ekonomi lainnya, kelompok ekonomi yang

mengalami kondisi keterasingan dari dinamika perekonomian nasiaonal lebih parah terjadi

pada kelompok nelayan. Hal ini banyak bersumber dari sifat dasar arena aktifitas yang

dimiliki yang tidak memiliki dukungan perangkat hokum yang memadai, seperti tidak

dimungkinkannya pemilikan laut atau kawasan pantai sebagai asset produksi, kebutuhan

investasi yang relatif besar dan beresiko tinggi, serta luas pemasaran yang cenderung hanya

untuk memenuhi kebutuhan local. Kondisi seperti ini mengakibatkan kelompok masyarakat

nelayan cenderung tertinggaljauh dibandingkan dengan kelompok lain yang bekerja

didaratan.

3
Hal ini yang muncul di permukaan dalam hubungannya dengan peningkatan kualitas hidup

nelayan adalah keterdesakkan kelompokm masyarakat ini akibat semakin intensifnya

penetrasi nelayan asing terhadap sumber daya dan pasar domestic. Pengusaha dalam bidang

marine-bisnis nasional dengan modal besar dengan jaringan pasar yang luas dan pemanfaatan

teknologi yang hmpir mustahil tersaingi oleh kelompok masyarakat nelayan nasional. Upaya

perlindungan melalui peraturan daerah dan peningkata kemandirian kelompok masyarakat ini

merupakan agenda yang mendesak untuk segera dise;esaikan sebagai bagian integral

pengembangan masyarakat nelayan.

Keseluruhan kecenderungan pembangunan tersebut melahirkan ketersaingan kelompok yang

tidak hanya nampak pada tingkat pendapatan yang dimiliki, melainkam juga pada kualitas

hidup, pola aktifitas ekonomi, skala dan jenis output yang dihasilkan. Tentu saja pergantian

generasi pada kelompok masyarakat ini juga berlangsung secara marjinal dengan segala

konsekwensi social yang terbawa serta. Bila kieadaan seperti ini berlanjut, maka investasi

yang dibutuhkan untuk pengelolaan sumber daya kelautan, dan upaya pengembangan

sumberdaya manusia makin bertambah mahal.

B.   Rumusan Masalah

Menurut Brian dan White dalam Widodo, menyatakan ada 4aspek yang terkandung dalam

pembangunan kualitas manusia sebagai sebagai upaya peningkatan kapasitas mereka :

1.      Pembangunan harus memberikan penekanan pada kapasitas kepada apa yang harus

dilakukan untuk meningkatkan kemampuan tersebut serta energi yang diperlukan.

2.      Pembangunan harus menekankanpada pemerataan (equity) perhatian yang tidak merata

pada masyarakat, akan memecahkan masyarakat dan akan menghancurkan kapasitas mereka.

3.      Pembangunan mengandung arti pemberian kuasa dan wewenang yang lebih besar pada

rakyat. Hal pembangunan baru cukup bermanfaat bagi masyarakat bila mereka memiliki

4
wewenang yang sepadan. Pembangunan harus mengandung upaya peningkatan wewenang

pada kelompok masyarakat lemah. Koreksi terhadap keputusan-keputusan yang tidak adil

tentang alokasi hanya dapat dilakukan bila kelompok lemah ini mempunyai wewenang yang

sangat besar.

4.      Pembangunan mengandung kelangsungan perkembangan (sustainable) dan interdependensi

di antara Negara-negara dunia. Karena konsep kelangsungan dan kelestarian pembangunan,

kendala sumber daya yang bterbatas dan langka akan menjadi pertimbangan pertama dalam

upaya peningkatan kapasitas.

Pemberdayaan pada hakikatnya merupakan suatu usaha untuk mengatasi ketidak berdayaan

individu dan masyarakat, mengatasi adanya perasaan inpotensial – emosional dan sosial

dalam menhadapai masalah dan meningkatkan kemampuan mengambil keputusan yang

menyangkut dirinya sendiri dan memberi kesempatan untuk mengaktualisasikan diri.

pemberdayaan adalah peningkatan potensi atau daya individu dan masyarakat atas dasar

aspirasi dan kebutuhannya dan bertumpuh pada kemampuan dan perkembangan individu dan

masyarakat yang bersngkutan.

C.      Tujuan Penulis

Menurut Widodo, untuk dapat memberdayakan sumberdaya manusia dapat digunakan salah

satu paradigma yang disebut dengan paradigma pembanguna yang bertumpuh pada manusia.

Paradigma yang bertumpuh pada manusia ini, memberikan peran individu bukan sebagai

objek pembangunan, tetapi sebagai subjek (pelaku) yang menentukan tujuan, menguasai

sumber-sumber, mengarahkan proses menentukan hidup mereka. Karenanya paradigma

pembangunan yang dipusatkan pada kepentingan rakyat sebagai lawan bagi pembangunan

yang berpihak pada produksi dan akumulasi.

5
Pokok pikiran dari paradigma pembangunan yang bertumpuh pada manusia, dijadikan

tumpuan dari pengelolaan sumber daya local yang disebut dengan community based

resources management (CBRM). CBRM merupakan sosok manajemen pembangunan yang

mencoba menjawab tantangan yaitu kemiskinan, memburuknya lingkungan hidup, dan

kurangnya partisipasi masyarakat didalam proses pembangunan yang menyangkut dirinya.

CBRM merupakan mekanisme perencanaan “ people centered development” yang

menekankan pada teknologi social learning, dan strategi perumusan program yang bertujuan

untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengaktualisasikan diri (empowerment).

6
BAB II

PEMBAHASAN

A.         Potensi Sumber Daya Pesisir dan Lautan

Sektor kelautan mulai diperhatikan oleh pemerintah Indonesia dalam pembangunan sejak

Repelita VI rezim Orde Baru. Sejak kemerdekaan sampai awal Repelita VI tersebut,

pemerintah lebih memperhatikan eksploitas sumber daya daratan, karena pada masa tersebut

daratan mempunyai potensi yang sangat besar, baik sumber daya mineral maupun sumber

daya hayati, seperti hutan. Namun setelah hutan ditebang habis sumber minyak dan gas baru

sulit ditemukan didaratan, maka pemerintah berpaling ke sektor kelautan.

Potensi kelautan Indonesia sangat besar dan beragam, yakni memiliki 17.508 pulau dengan

garis pantai sepanjang 81.000 Km dan 5,8 juta kilometer laut atau sebesar 70% dari luas total

wilayah Indonesia. Potensii tersebut tercermin dengan besarnya keanekaragaman hayati.

Potensi budidaya perikanan pantai dan laut sentral pariwisata bahari.

Namun potensi kelautan yang besar tersebut baru dimanfaatkan sebagian kecilnya saja.

Sebagai contoh, potensi perikanan laut baru dimanfaatkan sebersar 62% saja. Potensi

perikanan pantai dan lautan juga baru dimanfaatkan sebagian kecil saja. Demikian juga

pariwisata bahari baru dimanfaatkan pada pulau-pulau tertentu saja. Biota laut untuk

pengembangan industri pangan, kosmetik, dan farmasi baru sebagian kecil dimanfaatkan.

Jasa perhubungan laut antara pulau di tanah air maupun dengan negara-negara lain sebagian

7
besar masih didominasi oleh pelayaran asing. Sumber minyak dan gas buni dilaut sudah

banyak dimanfaatkan, namun baru sebagian kecil dari potensi yang ada.

B.  Masalah dan Isu Strategi

1.     Masalah

Ada beberapa masalah yang dilihat dari beberapa aspek yang dihadapi dalam pemanfaatan

dan pengelolaan sumber daya pesisir, yaitu :

a.       Aspek sosial

1.      Masih lemahnya kesadaran masyarakat terhadap ancaman kerusakan pesisir.

2.      Masih kurangnya keterlibatan dan kemampuan masyarakat lokal untuk berpartisipasi secara

aktif dan diberdayakan dalam upaya berbagai pelestarian lingkungan serta dalam proses

pengambilan keputusan untuk pengelolaan sumber daya pesisir.

b.      Aspek ekonomi

a.         Belum dilaksanakannya secara optimal dan berkelanjutan kegiatan pemanfaatan dan

pengelolaan sumber daya pesisir karena keterbatasan modal, sarana produksi, pengetahuan

dan keterampilan, serta faktor eksternal seperti keterbatasan pelayanan dan penyediaan

fasilitas oleh pemerintah.

b.         Masih perlu ditingkatkannya koordinasi dalam penyusunan perencanaan dan pengambilan

keputusan oleh instansi-instansipemerintah daerah yang berkaitan dengan pembangunan

pesisir.

c.       Aspek ekologis

8
Masih rendahnya pengertian dan kesadaran masyarakat untuk melindungi, menjaga

keseimbangan dan memantapkan ekosistem pesisir, sehingga terjadi banyak pengrusakan

hutan bakau (magrove), tumbuh karang dalam jangka waktu pendek.

d.      Aspek administratif

Masih perlunya ditingkatkan koordinasi dan mekanisme administrasi dan penyusunan

perencanaan dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya

pesisir dan perairan karena selama ini masih terdapat banyak tumpang tindih wewenang dan

tanggung jawab diantara lembaga-lembaga pemerintah dan nono pemerintah yang terkait.

2.     Isu Strategi

Disamping permasalahan-permasalahan diatas, terdapat isu-isu strategi dalam pengelolaan

sumber daya pesisir dan laut untuk kedepan, yaitu :

a.         Rendahnya sumber daya manusia terutama pada masyarakat bahari.

b.        Lemahnya kemampuan kelembangaan pada sektor pemerintah dan masyarakat.

c.         Belum dikelolahnya potensi sumber daya pesisir khususnya perikanan secara optimal

sebagai suatu usaha yang dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan

pendapatan daerah dan masyarakat

d.        Belum dikembangkan secara optimal potensi pariwisata sebagai salah satu sektor andalan

dalam pembangunan daerah.

e.         Kurang memadainya pembangunan diwilayah kepulauan baik pembangunan prasarana

sosial maupun prasarana fisik.

9
3.     Studi Kasus

 Kerusakan fisik habitat ekosistem wilayah pesisir dan lautan Indonesia

Pada umumnya, kerusakan tumbuh karang yang ada pada wilayah Indonesia disebabkan oleh

kegiatan-kegiatan perikanan yang bersifat deskruktif, yaitu penggunaan bahan-bahan peledak,

bahan beracun dan juga aktifitas penambangan karang untuk bahan bangunan, reklamasi

pantai, kegiatan pariwisata yang kurang bertanggung jawab, dan sedimentasi akibat

meningkatnya erosi dan lahan atas.

 Pencemaran dan sedimentasi

Tingkat pencemaran di beberapa kawasan pesisir dan lautan di Indonesia pada saat ini telah

berada pada kondisi yang sangat memprihatinkan. Kawasan yang termasuk kategori tingkat

pencemaran yang tinggi adalah Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah,

Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimatan Timur, Riau, Lampung, dan sulawesi Selatan.

Kawasan dengan kategori pencemaran sedang adalah Provinsi Kalimatntan Barat,

Kalimantan Selatan, DI Aceh, Jambi, Maluku, Sulawesi Utara. Sedangkan kawasan yang

tingkat pencemarannya rendah adalah Sulawesi Tenggara, Irian Jaya, Bengkulu.

Dari seluruh perairan di Indonesia, wilayah yang rentan terhadap pencemaran yang

diakibatkan oleh tumpahan minyak adalah selat malaka, selat makassar, dan jalur-jalur yang

dilalui kapal tangker. Posisi strategi tersebut disamping memberikan manfaat secara ekonomi,

dilain pihak juga mengundang resiko terhadap bahaya kerugian dari segi ekologis. Kerugian

secara ekologis tersebut berdampak cukup luas baik secara ekonomis maupun sumber daya

alam.

C.    Skenario Pengembangan kelompok Nelayan

10
Pengembangan kelompok nelayan tidak dapat hanya didekati dari sudut yang sempit atau

secara sektoral. Pengembangan suatu sistem yang didasari oleh pendekatan pembangunan

masyarakat, merupakan cara yang terbaik. Dalam hubunga ini, pengembangan kualitas

kelembangaan, kualitas sumber daya manusia, dan infrastruktur penunjang dan atau

pemanfaatan infrastruktur yang telah ada kedalam skenario pengembangan, merupakan suatu

pola pembangunan masyarakat yang memerlukan perumusan permasalahan secara

terintegrasi. Interaksi fungsional keseluruhan variabel strategis tersebut diharapkan sanggup

menciptakan proses pemberdayaan kelompok masyarakat nelayan yang dapat

mempertahankan diri dan terlindungi dari pola interaksi yang sehat dengan kelembagaan lain

yang sejenisnyadan atau yang terkait dalam menjalankan usahanya.

D.   Strategi Pengembangan

Terdapat beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam strategi pengembangan, yaitu :

a.         Penentuan kelompok sasaran yakni keluarga nelayan dengan melakukan pemetaan kulitas

hidup, potensi dan kendala pengembangan yang mereka hadapi

b.        Selanjutnya ditentukan sasaran wilayah pengembangan yang merupakan pemetaan sumber

daya biota laut yang paling layak untuk dikembangkan baik dari sudut daya dukung yang

dimiliki maupun terhadap daya saing pada pasar regional, nasional, dan global.

c.         Kemudian dirumuskan kendala kelembagaan yang dimiliki, baik yang telah melekat secara

historis maupun karena adanya perkembangan eksternal yang menyebabkan terciptanya

kendala kelembagaan.

d.        Langkah penting lainnya adalah penentu mitra usaha bagi para kelompok nelayan, baik

dari lembaga pemerintah maupun swasta nasional atau asing. Dalam hubungan ini dilakukan

evaluasi peluang dan hambatan pengembangan kemitraan terhadap lembag-lembaga yang

terkait dan pemecahan yang paling memungkinkan untuk mengatasinya.

11
e.         Perumusan model monitoring dan evaluasi dan lembaga-lembaga terkait.

1.   Pengembangan Koperasi Nelayan dan Unit Usaha Nelayan

Terdapat beberapa aspek yang perlu mendapat perhatian dan dirumuskan, baik dalam bentuk

peraturan pemerintah, maupun aturan main koperasi nelayan dan atau unit usaha nelayan

yang terbentuk sebagai tindak lanjut pembentukan kelompok nelayan yang telah dilakukan

sebelumnya. Adapun aspek-aspek tersebut, paling tidak menyangkut beberapa hal utama :

a.         Rumusan bentuk profit shering antara anggota kelompok nelayan, koperasi dan pelaku

ekonomi swasta (nasional atau asing)

b.        Hak dan kewajiban anggota dan pola manajemen kelompok / koperasi / unit usaha.

c.         Sebagai lembaga yang menjembatani pihak nelayan dengan lembaga financial /

perbankkan dan kelompok nelayan

d.        Perluasan pelayan koperasi atau kelompok nelayan yang bersifat non ekonomis, seperti

pelayanan jasa financial, bantuan teknis baik terhadap usaha ekonomi ekonomi yang

dilakukan maupun terhadap pemeriharaan asset produksi yang dimiliki, maupun terhadap

bantuan aktifitas social yang berkaitan dengan budaya setempat.

2.   Pengembangan Model Adaptasi Teknologi Marikultura

12
Pengembangan model adaptasi teknologi, khususnya pembudidayaan hasil laut, merupakan

tahapan yang paling strategis. Adaptasi teknologi yang dimaksud disini bukan hanya yang

berhubungan dengan aspek keterampilan teknis, melainkan mencakup pengorganisasian dan

peningkatan kemampuan manejerial. Adapun tahapan dari materi yang akan ditawarkan

kepada kelompok masyarakat nelayan secara garis besarnya meliputi :

a.         Pelatihan dan percontohan dalam bidang budidaya hasil laut. Aktifitas ini dilakukan secara

bertahap dan bergilir terhadap kelompok masyarakat nelayan pada wilayah sasaran.

b.        Pemagangan bagi kelompok nelayan yang merupakan target pada tahap lebih lanjut pada

kelompok yang telah terlatih sebelumnya atas pengawasan kelompok penyuluhan, akan akan

dilaksanakan agar proses adaptasi teknologi dapat menyebar.

c.         Studi banding di daerah yang lebih maju, kelompok nelayan yang kemudian hari

dianggapsanggup sebagai pengerak kelompok akan dipilh untuk berkunjung pada daerah

yang lebih maju.

d.        Materi dasar yang akan merupakan titik bertkan proses adaptasi teknologi adalah :

 Peningkatan keterampilan dalam proses produksi

 Peningkatan kemampuan manajerial usaha

 Peningkatan kemampuan kualiti control

 Keterkaitan fungsional antara kegiatan budidaya hasil laut dan lingkungan hidup.

13
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dari hasil pembahasan yang telah dilakukan, ada beberapa hal yang menjadi kesimpulan

dalam makalah ini, sebagai berikut :

 Pemberdayaan pada hakikatnya merupakan suatu usaha untuk mengatasi untuk mengatasi

ketidakberdayaan individu dan masyarakat dalam menghadapi masalah dan meningkatkan

kemampuan mengambil keputusan yang menyangkut dirinya sendiri dan memberi

kesempatan untuk mengaktualisasikan diri.

 Bila dilihat dari studi kasus, maka dapat disimpulkan bahwa masih kurangnya masyarakat

pesisir terhadap ancaman kerusakan pesisir dan laut, seperti kegiatan-kegiatan perikanan

yang bersifat desktruktif, yaitu penggunaan bahan-bahan peledak, bahan beracun, dan

lain-lain

 Bila dibandingkan dengan kelompok ekonomi lainnya, kelompok pelaku ekonomi yang

mengalami keterasingan dari dinamika perekonomian nasional lebih parah terjadi pada

kelompok nelayan.

14
 Rendahnya pemanfaatan potensi sumber daya pesisir dan lautan yang sedemikian besar

terutama disebabkan karena berbagai macam Kendala yang dihadapi terutama pada

masyarakat pesisir misalnya : rendahnya kualitas SDM, keterbatasan akses pasar,

sumberdaya financial, teknologi dan lain-lain.

B. Saran

Makalah ini masih memiliki kekurangan olehnya itu kritik yang sifatnya membangun sangat

kami harapkan.

15
DAFTAR PUSTAKA

1.      Anonim, 2003. Pedoman Umum Perberdayaan Masyarakat di Dalam dan Di Sekitar Hutan,

Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial.

Jakarta.

2.      Anonim, 2003. Petunjuk Pelaksanaan GN RHL/Gerhan, Departemen Kehutanan. Jakarta

3.      Dewi Mayavanie Susanti, TT. Peranan Perempuan Dalam Upaya Penanggulangan

Kemiskinan.

4.      Faturochman, dkk. 2007. Membangun Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Melalui

Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta: Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan

Universitas Gadjah Mada.

5.      Gregorius Sahdan, 2008. Menanggulangi Kemiskinan Desa. Jurnal Ekonomi Rakyat.

16

Anda mungkin juga menyukai