Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Analisis Potensi Dan Problematika Pembangunan Masyarakat Pesisir

OLEH

Nama: EKO SAPUTRA


Nim: D1D1 17 038

Kelas: PPT B

JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI
2021

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil ‘Alamin segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kepada


Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, Namun penulis menyadari
makalah ini belum dapat dikatakan sempurna karena mungkin masih banyak
kesalahan-kesalahan. Shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada
junjunan kita semua habibana wanabiana Muhammad SAW, kepada keluarganya,
kepada para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku umatnya.

Makalah ini penulis membahas mengenai “ANALISIS POTENSI DAN


PROBLEMATIKA PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR”, dengan
makalah ini penulis mengharapkan agar dapat membantu sistem pembelajaran.
Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata penulis ucapkan terimakasih atas segala perhatiannya.

Raha, 12 Juli 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................... i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
A. Latar Belakang.............................................................................................. 1
B. Pembangunan kualitas manusia ................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.... ................................................................................... 4
A. Potensi Sumber Daya Pesisir dan Lautan.......................................................4.
B. Problematika dan Isu Strategi..........................................................................5
C. Strategi Pengembangan.................................................................................. 7
BAB III PENUTUP................................................................................................10
A. Kesimpulan.................................................................................................. 10
B. Saran............................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wilayah pesisir dan lautan memiliki arti strategis karena merupakan


wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut, serta memiliki potensi sumber
daya alam dan jasa-jasa lingkungan yang sangat kaya. Namun, karakteristik laut
tersebut belum sepenuhnya dipahami dan diintegrasikan secara terpadu. Kebijakan
pemerintah yang sektoral dan bias daratan, akhirnya menjadikan lautan sebagai
kolam sampah raksasa. Dari sisi social ekonomi, pemanfaatan kekayaan laut
masih terbatas pada kelompok pengusaha besar dan pengusaha asing. Nelayan
sebagai jumlah terbesar merupakan kelompok profesi paling miskin di Indonesia.
Kekayaan sumber daya laut tersebut menimbulkan daya tarik dari berbagai pihak
untuk memanfaatkan sumberdayanya dan berbagai instansi untuk meregulasi
pemanfaatannya.

Bila dibandingkan dengan kelompok pelaku ekonomi lainnya, kelompok


ekonomi yang mengalami kondisi keterasingan dari dinamika perekonomian
nasiaonal lebih parah terjadi pada kelompok nelayan. Hal ini banyak bersumber
dari sifat dasar arena aktifitas yang dimiliki yang tidak memiliki dukungan
perangkat hokum yang memadai, seperti tidak dimungkinkannya pemilikan laut
atau kawasan pantai sebagai asset produksi, kebutuhan investasi yang relatif besar
dan beresiko tinggi, serta luas pemasaran yang cenderung hanya untuk memenuhi
kebutuhan local. Kondisi seperti ini mengakibatkan kelompok masyarakat nelayan
cenderung tertinggaljauh dibandingkan dengan kelompok lain yang bekerja
didaratan.

1
Hal ini yang muncul di permukaan dalam hubungannya dengan
peningkatan kualitas hidup nelayan adalah keterdesakkan kelompokm masyarakat
ini akibat semakin intensifnya penetrasi nelayan asing terhadap sumber daya dan
pasar domestic. Pengusaha dalam bidang marine-bisnis nasional dengan modal
besar dengan jaringan pasar yang luas dan pemanfaatan teknologi yang hmpir
mustahil tersaingi oleh kelompok masyarakat nelayan nasional. Upaya
perlindungan melalui peraturan daerah dan peningkata kemandirian kelompok
masyarakat ini merupakan agenda yang mendesak untuk segera diselesaikan
sebagai bagian integral pengembangan masyarakat nelayan.

B. Pembangunan Kualitas Manusia

Menurut Brian dan White dalam Widodo, menyatakan ada 4aspek yang
terkandung dalam pembangunan kualitas manusia sebagai sebagai upaya
peningkatan kapasitas mereka :

1. Pembangunan harus memberikan penekanan pada kapasitas kepada apa yang


harus dilakukan untuk meningkatkan kemampuan tersebut serta energi yang
diperlukan.

2. Pembangunan harus menekankanpada pemerataan (equity) perhatian yang


tidak merata pada masyarakat, akan memecahkan masyarakat dan akan
menghancurkan kapasitas mereka.

3. Pembangunan mengandung arti pemberian kuasa dan wewenang yang lebih


besar pada rakyat. Hal pembangunan baru cukup bermanfaat bagi masyarakat bila
mereka memiliki wewenang yang sepadan. Pembangunan harus mengandung
upaya peningkatan wewenang pada kelompok masyarakat lemah. Koreksi
terhadap keputusan-keputusan yang tidak adil tentang alokasi hanya dapat
dilakukan bila kelompok lemah ini mempunyai wewenang yang sangat besar.

4. Pembangunan mengandung kelangsungan perkembangan (sustainable) dan


interdependensi di antara Negara-negara dunia. Karena konsep kelangsungan dan

2
kelestarian pembangunan, kendala sumber daya yang bterbatas dan langka akan
menjadi pertimbangan pertama dalam upaya peningkatan kapasitas.

Pemberdayaan pada hakikatnya merupakan suatu usaha untuk mengatasi ketidak


berdayaan individu dan masyarakat, mengatasi adanya perasaan inpotensial –
emosional dan sosial dalam menhadapai masalah dan meningkatkan kemampuan
mengambil keputusan yang menyangkut dirinya sendiri dan memberi kesempatan
untuk mengaktualisasikan diri. pemberdayaan adalah peningkatan potensi atau
daya individu dan masyarakat atas dasar aspirasi dan kebutuhannya dan
bertumpuh pada kemampuan dan perkembangan individu dan masyarakat yang
bersngkutan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Potensi Sumber Daya Pesisir dan Lautan

Sektor kelautan mulai diperhatikan oleh pemerintah Indonesia dalam


pembangunan sejak Repelita VI rezim Orde Baru. Sejak kemerdekaan sampai
awal Repelita VI tersebut, pemerintah lebih memperhatikan eksploitas sumber
daya daratan, karena pada masa tersebut daratan mempunyai potensi yang sangat
besar, baik sumber daya mineral maupun sumber daya hayati, seperti hutan.
Namun setelah hutan ditebang habis sumber minyak dan gas baru sulit ditemukan
didaratan, maka pemerintah berpaling ke sektor kelautan.

Potensi kelautan Indonesia sangat besar dan beragam, yakni memiliki 17.508
pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 Km dan 5,8 juta kilometer laut atau
sebesar 70% dari luas total wilayah Indonesia. Potensii tersebut tercermin dengan
besarnya keanekaragaman hayati. Potensi budidaya perikanan pantai dan laut
sentral pariwisata bahari.

Namun potensi kelautan yang besar tersebut baru dimanfaatkan sebagian


kecilnya saja. Sebagai contoh, potensi perikanan laut baru dimanfaatkan sebersar
62% saja. Potensi perikanan pantai dan lautan juga baru dimanfaatkan sebagian
kecil saja. Demikian juga pariwisata bahari baru dimanfaatkan pada pulau-pulau
tertentu saja. Biota laut untuk pengembangan industri pangan, kosmetik, dan
farmasi baru sebagian kecil dimanfaatkan. Jasa perhubungan laut antara pulau di
tanah air maupun dengan negara-negara lain sebagian besar masih didominasi

4
oleh pelayaran asing. Sumber minyak dan gas buni dilaut sudah banyak
dimanfaatkan, namun baru sebagian kecil dari potensi yang ada.

B. Problematika dan Isu Strategi

1. Problematika/ Masalah

Ada beberapa masalah yang dilihat dari beberapa aspek yang dihadapi dalam
pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya pesisir, yaitu :

a. Aspek sosial

1. Masih lemahnya kesadaran masyarakat terhadap ancaman kerusakan pesisir.

2. Masih kurangnya keterlibatan dan kemampuan masyarakat lokal untuk


berpartisipasi secara aktif dan diberdayakan dalam upaya berbagai pelestarian
lingkungan serta dalam proses pengambilan keputusan untuk pengelolaan sumber
daya pesisir.

b. Aspek ekonomi

a. Belum dilaksanakannya secara optimal dan berkelanjutan kegiatan


pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya pesisir karena keterbatasan modal,
sarana produksi, pengetahuan dan keterampilan, serta faktor eksternal seperti
keterbatasan pelayanan dan penyediaan fasilitas oleh pemerintah.

b. Masih perlu ditingkatkannya koordinasi dalam penyusunan perencanaan


dan pengambilan keputusan oleh instansi-instansipemerintah daerah yang
berkaitan dengan pembangunan pesisir.

c. Aspek ekologis

Masih rendahnya pengertian dan kesadaran masyarakat untuk melindungi,


menjaga keseimbangan dan memantapkan ekosistem pesisir, sehingga terjadi

5
banyak pengrusakan hutan bakau (magrove), tumbuh karang dalam jangka waktu
pendek.

d. Aspek administratif

Masih perlunya ditingkatkan koordinasi dan mekanisme administrasi dan


penyusunan perencanaan dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
pengelolaan sumber daya pesisir dan perairan karena selama ini masih terdapat
banyak tumpang tindih wewenang dan tanggung jawab diantara lembaga-lembaga
pemerintah dan nono pemerintah yang terkait.

2. Isu Strategi

Disamping permasalahan-permasalahan diatas, terdapat isu-isu strategi dalam


pengelolaan sumber daya pesisir dan laut untuk kedepan, yaitu :

a. Rendahnya sumber daya manusia terutama pada masyarakat bahari.

b. Lemahnya kemampuan kelembangaan pada sektor pemerintah dan


masyarakat.

c. Belum dikelolahnya potensi sumber daya pesisir khususnya perikanan


secara optimal sebagai suatu usaha yang dapat memberikan kontribusi yang besar
terhadap peningkatan pendapatan daerah dan masyarakat

d. Belum dikembangkan secara optimal potensi pariwisata sebagai salah satu


sektor andalan dalam pembangunan daerah.

e. Kurang memadainya pembangunan diwilayah kepulauan baik


pembangunan prasarana sosial maupun prasarana fisik.

6
C. Strategi Pengembangan

Terdapat beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam strategi pengembangan,


yaitu :

a. Penentuan kelompok sasaran yakni keluarga nelayan dengan melakukan


pemetaan kulitas hidup, potensi dan kendala pengembangan yang mereka hadapi

b. Selanjutnya ditentukan sasaran wilayah pengembangan yang merupakan


pemetaan sumber daya biota laut yang paling layak untuk dikembangkan baik dari
sudut daya dukung yang dimiliki maupun terhadap daya saing pada pasar
regional, nasional, dan global.

c. Kemudian dirumuskan kendala kelembagaan yang dimiliki, baik yang


telah melekat secara historis maupun karena adanya perkembangan eksternal yang
menyebabkan terciptanya kendala kelembagaan.

d. Langkah penting lainnya adalah penentu mitra usaha bagi para kelompok
nelayan, baik dari lembaga pemerintah maupun swasta nasional atau asing. Dalam
hubungan ini dilakukan evaluasi peluang dan hambatan pengembangan kemitraan
terhadap lembag-lembaga yang terkait dan pemecahan yang paling
memungkinkan untuk mengatasinya.

e. Perumusan model monitoring dan evaluasi dan lembaga-lembaga terkait.

1. Pengembangan Koperasi Nelayan dan Unit Usaha Nelayan

Terdapat beberapa aspek yang perlu mendapat perhatian dan dirumuskan, baik
dalam bentuk peraturan pemerintah, maupun aturan main koperasi nelayan dan
atau unit usaha nelayan yang terbentuk sebagai tindak lanjut pembentukan
kelompok nelayan yang telah dilakukan sebelumnya. Adapun aspek-aspek
tersebut, paling tidak menyangkut beberapa hal utama :

7
a. Rumusan bentuk profit shering antara anggota kelompok nelayan, koperasi
dan pelaku ekonomi swasta (nasional atau asing)

b. Hak dan kewajiban anggota dan pola manajemen kelompok / koperasi /


unit usaha.

c. Sebagai lembaga yang menjembatani pihak nelayan dengan lembaga


financial / perbankkan dan kelompok nelayan

d. Perluasan pelayan koperasi atau kelompok nelayan yang bersifat non


ekonomis, seperti pelayanan jasa financial, bantuan teknis baik terhadap usaha
ekonomi ekonomi yang dilakukan maupun terhadap pemeriharaan asset produksi
yang dimiliki, maupun terhadap bantuan aktifitas social yang berkaitan dengan
budaya setempat.

2. Pengembangan Model Adaptasi Teknologi Marikultura

Pengembangan model adaptasi teknologi, khususnya pembudidayaan hasil laut,


merupakan tahapan yang paling strategis. Adaptasi teknologi yang dimaksud
disini bukan hanya yang berhubungan dengan aspek keterampilan teknis,
melainkan mencakup pengorganisasian dan peningkatan kemampuan manejerial.
Adapun tahapan dari materi yang akan ditawarkan kepada kelompok masyarakat
nelayan secara garis besarnya meliputi :

a. Pelatihan dan percontohan dalam bidang budidaya hasil laut. Aktifitas ini
dilakukan secara bertahap dan bergilir terhadap kelompok masyarakat nelayan
pada wilayah sasaran.

b. Pemagangan bagi kelompok nelayan yang merupakan target pada tahap


lebih lanjut pada kelompok yang telah terlatih sebelumnya atas pengawasan
kelompok penyuluhan, akan akan dilaksanakan agar proses adaptasi teknologi
dapat menyebar.

8
c. Studi banding di daerah yang lebih maju, kelompok nelayan yang
kemudian hari dianggapsanggup sebagai pengerak kelompok akan dipilh untuk
berkunjung pada daerah yang lebih maju.

d. Materi dasar yang akan merupakan titik bertkan proses adaptasi teknologi
adalah :

 Peningkatan keterampilan dalam proses produksi

 Peningkatan kemampuan manajerial usaha

 Peningkatan kemampuan kualiti control

 Keterkaitan fungsional antara kegiatan budidaya hasil laut dan lingkungan


hidup.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan yang telah dilakukan, ada beberapa hal yang menjadi
kesimpulan dalam makalah ini, sebagai berikut :

 Pemberdayaan pada hakikatnya merupakan suatu usaha untuk mengatasi untuk


mengatasi ketidakberdayaan individu dan masyarakat dalam menghadapi masalah
dan meningkatkan kemampuan mengambil keputusan yang menyangkut dirinya
sendiri dan memberi kesempatan untuk mengaktualisasikan diri.

 dapat disimpulkan bahwa masih kurangnya masyarakat pesisir terhadap


ancaman kerusakan pesisir dan laut, seperti kegiatan-kegiatan perikanan yang
bersifat desktruktif, yaitu penggunaan bahan-bahan peledak, bahan beracun, dan
lain-lain

 Bila dibandingkan dengan kelompok ekonomi lainnya, kelompok pelaku


ekonomi yang mengalami keterasingan dari dinamika perekonomian nasional
lebih parah terjadi pada kelompok nelayan.

 Rendahnya pemanfaatan potensi sumber daya pesisir dan lautan yang


sedemikian besar terutama disebabkan karena berbagai macam Kendala yang
dihadapi terutama pada masyarakat pesisir misalnya : rendahnya kualitas SDM,
keterbatasan akses pasar, sumberdaya financial, teknologi dan lain-lain.

B. Saran

10
Makalah ini masih memiliki kekurangan olehnya itu kritik yang sifatnya
membangun sangat kami harapka

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, 2003. Pedoman Umum Perberdayaan Masyarakat di Dalam dan Di


Sekitar Hutan, Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan
Perhutanan Sosial. Jakarta.

2. Anonim, 2003. Petunjuk Pelaksanaan GN RHL/Gerhan, Departemen


Kehutanan. Jakarta

3. Dewi Mayavanie Susanti, TT. Peranan Perempuan Dalam Upaya


Penanggulangan Kemiskinan.

4. Faturochman, dkk. 2007. Membangun Gerakan Penanggulangan


Kemiskinan Melalui Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta: Pusat Studi
Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada.

5. Gregorius Sahdan, 2008. Menanggulangi Kemiskinan Desa. Jurnal Ekonomi


Rakyat.

Anda mungkin juga menyukai