Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR


*disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Pemberdayaan Masyarakat Pesisir & Pertambangan

Dosen Pengampu:
Bromo Kusumo A., SKM., M.Kes

DISUSUN OLEH:

Ananda Restu
L202101028
B2

PROGRAM STUDI D-III SANITASI


FAKULTAS ILMU SAINS DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya. Tidak lupa sholawat dan

salam tercurah kepada junjungan kita nabi besar muhammad SAW, sehingga penulis bisa

menyusun makalah ‘‘PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR” ini dapat terselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini

masih jauh dari kata sempurna. Demi kesempurnaan makalah ini, penulis sangat mengharapkan

kritik dan saran dari semua pihak


BAB I

PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG

a.    Konsepsi Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan pada hakekatnya adalah upaya pemberian daya atau peningkatan keberdayaan.

Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya untuk memandirikan masyarakat agar

mampu berpartisipasi aktif dalam segala aspek pembangunan. Kemandirian buka berarti mampu

hidup sendiri tetapi mandiri dalam pengambilan keputusan, yaitu memiliki kemampuan untuk

memilih dan keberanian menolak segala bentuk bantuan dan atau kerjasama yang tidak

menguntungkan.

Dengan pemahaman seperti itu, pemberdayaan dapat diartikan sebagai proses terencana guna

meningkatkan skala/upgrade utilitas dari obyek yang diberdayakan. Karena itu pemberdayaan

masyarakat merupakan upaya untuk terus menerus meningkatkan harkat dan martabat lapisan

masyarakat bawah yang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan

keterbelakangan. Dalam pengertian sehari-hari, pemberdayaan masyarakat selalu dikonotasikan

sebagai pemberdayaan masyarakat kelas bawah (grassroots) yang umumnya dinilai tidak

berdaya.

b.   Konsepsi Kemiskinan

Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah pembangunan di Negara Republik Indonesia

tercinta. Kedua permasalahan ini memiliki keterkaitan satu sama lain. Kemiskinan adalah situasi

serba kekurangan yang terjadi bukan karena dikehendaki oleh si miskin melainkan karena tak

dapat dihindari dengan kekuatan yang ada. Kemiskinan didefinisikan sebagai standar hidup yang
rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi dibandingkan dengan standar kehidupan

yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Secara ekonomis, kemiskinan juga

dapat diartikan sebagai kekurangan sumberdaya yang dapat digunakan untuk meningkatkan

kesejehtaraan sekelompok orang. Kemiskinan memberi gambaran situasi serba kekurangan

seperti terbatasnya modal yang dimiliki, rendahnya pengetahuan dan keterampilan, rendahnya

produktivitas, rendahnya pendapatan, lemahnya nilai tukar hasil produksi orang miskin dan

terbatasnya kesempatan berperan serta dalam pembangunan

Kemiskinan antara lain ditandai oleh:

1.    Sikap dan tingkah laku yang menerima keadaan yang seakan tak dapat diubah, yang

tercermin di dalam lemahnya kemauan untuk maju,

2.    Rendahnya kualitas sumberdaya manusia,

3.    Lemahnya nilai tukar hasil produksi,

4.    Rendahnya produktivitas,

5.    Terbatasnya modal yang dimiliki,

6.    Rendahnya pendapatan,

7.    Terbatasnya kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan.

Kemiskinan diyakini sebagai akar permasalahan hilangnya martabat manusia, hilangnya

keadilan, belum terciptanya masyarakat madani, tidak berjalannya demokrasi, dan terjadinya

degradasi lingkungan (Faturochman, dkk., 2007)

Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan

Beberapa penyebab kemiskinan antara lain :


1.      Sebab-sebab yang berhubungan dengan kondisi awal yang meliputi lapisan miskin sehingga

menyulitkan mereka menanggulangi kemiskinan yang dialaminya;

2.      Sebab yang berkait dengan gejala kemiskinan baru yang bisa diakibatkan oleh realisasi

pembangunan proyek-proyek mega, seperti waduk, pabrik, lapanga golf, kompleks pemukiman

mewah, dan sebagainya. (Nico L. Kana. 1994. Percik: Dampak Progran Penanggulangan

Kemiskinan)

3.      Secara makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumberdaya

yang menimbulkan distribusi yang timpang.

4.      Kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal.

5.      Di daerah perkotaan, derasnya arus migran masuk juga memberi dampak terhadap semakin

banyaknya penduduk dalam katagori miskin. Para migran memanfaatkan hanya sebagian kecil

pendapatannya mereka untuk pengeluaran di daerah tujuan, disamping memang sebagian besar

dari mereka berpendapatan rendah karena kualitas sumberdaya manusianya juga rendah.

Munculnya permukiman kumuh adalah salah satu ciri kemiskinan perkotaan.

6.      Masih banyak faktor lain penyebab kemiskinan, baik eksternal maupun internal, seperti

kenaikan harga BBM dab lain-lain.

B.  MAKSUD DAN TUJUAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Maksud Pemberdayaan Masyarakat adalah :

a.    Meningkatkan kemampuan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan

b.    Meningkatkan partisipasi masyarakat dengan mengembangkan kelembagaan masyarakat

agar diperoleh perbaikan tatanan kelembagaan.

c.    Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam sumberdaya – sumbedaya yang ada sesuai

dengan kondisi sosial dan budaya masyarakat yang seimbang dari aspek ekologis dan ekonomis.
Sedangkan tujuannya adalah :

Terwujudnya kemandirian masyarakat dalam berusaha dengan kelembagaan yang tangguh

sehingga masyarakat sejahtera.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1.       Program Pengentasan Kemiskinan dan Permasalahannya

Kemiskinan dan tekanan-tekanan sosial ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat berakar pada

faktor-faktor kompleks yang saling terkait. Ketidakmudahan dalam mengatasi faktor-faktor yang

kompleks tersebut telah mempersulit untuk mengatasi secara efektif dan efisien persoalan

kemiskinan dan kesenjangan ekonomi masyarakat.

Masyarakat yang didera oleh tekanan-tekanan sosial ekonomi yang terus menerus, sekurang-

kurangnya telah menumbuhkan sejumlah potensi kreatif untuk menghadapi kesulitan hidup.

Namun strategi adaptasi seperti ini belum memberikan solusi terbaik untuk meningkatkan

kesejahteraan hidup mereka. Pilihan rasional dan kontekstual yang bisa dikembangkan untuk

kepentingan jangka panjang adalah melakukan diversifikasi pekerjaan.

Berbagai program pembangunan pemerintah untuk membantu mengatasi kesulitan kehidupan

masyarakat telah digulirkan, namun hasil yang dicapai belum sepadan dengan biaya yang telah

dikorbankan dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya serta belum membawa hasil yang

memuaskan, terlihat dari semakin banyaknya penduduk miskin.

Beberapa contoh kegiatan pemberdayaan antara lain :

1.      Pola pengentasan kemiskinan yang cenderung kurang mendidik seperti BLT (Bantuan

Langsung Tunai) diduga memberi andil terhadap banyaknya masyarakat terutama kelompok abu-

abu (hampir miskin) yang ingin tetap miskin agar mendapat bantuan.
2.      Motorisasi armada nelayan skala kecil untuk menghapuskan pukat harimau pada awal tahun

1980-an, ternyata tidak berhasil karena pelaksanaannya tidak tepat sasaran.

3.      Program pengembangan nilai tambah melalui penerapan system rantai dingin (cold chain

system) pada tahun 1980-an, kurang berhasil karena sosialisasi system ini kurang bagus dan

sarana prasarana pabrik es yang tidak tersedia dengan baik.

4.      Program pembangunan prasarana perikanan khususnya pelabuhan perikanan berbagai tipe dan

ukuran, tetapi ternyata prasrana tersebut masih belum dimanfaatkan secara optimalbahkan

banyak fasilitas yang rusak dimakan usia.

5.      Gerakan Peningkatan Ekspor Perikanan pada tahun 2003, namun program ini berakhir dengan

berakhirnya kepemimpinan Habibie.

6.      Pengembangan kelambagaan seperti, koperasi perikanan, KUD Mina, Kelompok Nelayan,

Kelompok Wanita Nelayan dan lain-lain, namun hanya sedikit yang mampu bertahan.

2.2.       Pemberdayaan Masyarakat

Partisipasi masyarakat terutama grass root dalam pembangunan selama 50 tahun terakhir ini

adalah adalah sesuatu yang artificial, sebatas slogan, direkayasakan dan dipaksakan. Dengan pola

sentralistik maka partisipasi masyarakat kurang mendapatkan tempat.

Pada akhir tahun 1990-an, program pemberdayaan masyarakat sebagai ganti program pembinaan

masyarakat mulai mendapat tempat karena bukti dan pengalaman empiris di banyak Negara.

Program pemberdayaan menjadi new mainstream dalam pembangunan, dikembangkan dan

diproosikan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Program pemberdayaan masyarakat

adalah program pelibatan dan peningkatan partisipasi masyarakat, yang berpangkal dan berbasis

masyarakat karena sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi mereka, program yang berasal dari

bawah (bottom up planning) yang berarti masyarakatlah yang mengusulkannya, serta program
yang bersifat advokasi karena peran orang luar hanya sebatas mendampingi dan memberikan

alternatif pemecahan masalah kepada masyarakat.

Program pemberdayaan masyarakat sebagai upaya peningkatan kesejahteraan serta pengentasan

kemiskinan. Dengan pemberdayaan masyarakat maka pembangunan tidak mulai dari titik nadir,

tetapi berawal dari sesuatu yang sudah ada pada msyarakat. Pemberdayaan berari apa yang telah

dimiliki masyarakat adalah sumberdaya pembangunan yang perlu dikembangkan sehingga makin

nyata kegunaannya bagi masyarakat sendiri. Dengan Pemberdayaan Masyarakat diharapkan :

1.        Tersedianya dan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang terdiri dari sandang, pangan,

papan, kesehatan dan pendidikan.

2.        Tersedianya prasarana dan sarana produksi secara lockal yang memungkinkan masyarakat

dapat memperolehnya dengan harga murah dan kualitas yang baik.

3.        Meningkatnya peran kelembagaan masyarakat sebagai wadah aksi kolektif (collective action)

untuk mencapai tujuan-tujuan individu.

4.        Terciptanya hubungan kegiatan-kegiatan ekonomi produktif di daerah yang memiliki cirri-ciri

berbasis sumberdaya local (resource based), memiliki pasar yang jelas (market-based),

dilakukan secara berkelanjutan dengan memperhatikan kapasitas sumberdaya (environmental-

based), dimiliki dan dilaksanakan serta berdampak bagi masyarakat local (local society-based),

dan dengan menggunakan teknologi maju tepatguna yang berasal dari proses pengkajian dan

penelitian (scientific-based).

5.        Terciptanya hubungan transportasi dan komunikasi atau dasar hubungan ekonomi antar daerah.

6.        Terwujudnya struktur ekonomi Indonesia yang berbasis pada kegiatan ekonomi dengan wujud

pemanfaatan dan pendayagunaan sumberdaya yang ada.


2.2.1. Prinsip Dasar Pemberdayaan

a.    Prinsip pendekatan kelompok masyarakat

b.    Prinsip keserasian

c.    Prinsip kepemimpinan dari mereka sendiri

d.   Prinsip pendekatan kemitraan

e.    Prinsip swadaya

f.     Prinsip belajar sambil bekerja

g.    Prinsip pendekatan keluarga

2.2.2.      Arah Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan pada dasarnya mempunyai tiga arah :

1.        Pemihakan dan pemberdayaan masyarakat dalam arti bahwa pemberdayaan diutamakan untuk

meningkatkan kemampuan, daya saing, dan partisipasi masyarakat kelas bawah.

2.        Pemantapan otonomi dan pendelegasian wewenang dalam pengelolaan pembangunan yang

mengembangkan peranserta masyarakat, dalam arti semakin memberikan kesempatan yang lebih

besar terhadap masyarakat kelas bawah yang selama ini terpinggirkan dan tidak pernah

dilibatkan dalam pengambil keputusan pembanguan.

3.        Modernisasi melalui penajaman arah perubahan struktur sosial, ekonomi, budaya, dan politik

yang bersumber pada partisipasi masyarakat dalam arti semakin meningkatkan transparansi dan

akuntabilitas publik dalam pelaksanaan pembangunan

2.2.3        Bentuk Pemberdayaan Masyarakat


Sejalan dengan pengertian pemberdayaan di atas, kegiatan pemberdayaan mencakup dua

kegiatan utama, yaitu :

a.  Penumbuhkembangan kesempatan, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk

berpartisipasi. Partisipasi di sini tidak terbatas pada keterlibatan dalam memberikan korbanan

dan atau pelaksanaan kegiatan, melainkan keterlibatan masyarakat secara sukarela sejak

pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan kegiatan, pemantauan, dan evaluasi serta

pemanfaatan hasil-hasil pembangunan.

b.  Pengembangan kapasitas individu, organisasi, dan jejaring kelembagaan. Yang dimaksud

dengan kapasitas adalah kemampuan individu dan atau organisasi untuk menunjukkan

efektivitas, efisiensi, dan keberlanjutan fungsi-fungsinya sesuai dengan status dan peran masing-

masing. Kapasitas bukan sesuatu yang pasif, melainkan merupakan bagian dari sustu proses yang

berkelanjutan. Kapasitas menyangkut mutu SDM dan pemanfaatannya. Karena itu fungsi-fungsi

individu dalam organisasi menajdi kata kunci yang harus diperhatikan.

2.2..4 Penguatan Kapasitas

a.  Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

Merupakan pembinaan manusia/kelompok tani sehingga terwujud SDM yang berkualitas melalui

peningkatan kesadaran dan percaya diri, peningkatan pendapatan, peningkatan kesejahteraan,

peningkatan sosial, politik, dan budaya agar mampu dan dapat menjangkau akses sumber daya

alam, permodalan, teknologi, dan pasar sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasar sandang,

pangan, papan, pendidikan, kesehatan, hukum, lingkungan, dan sosial politik.

b.  Pengembangan kemampuan dalam permodalan


Kegiatan pemberdayaan dalam bidang permodalan diharapkan masyarakat mampu

menghilangkan ketergantungan dan tumbuh keswadayaan serta berusaha dalam sistem pasar.

Penguatan modal usaha dapat diberikan dalam bentuk dana cuma-cuma atau pinjaman

tergantung kemampuan kelompok. Dana ini dikelola secara langsung oleh kelompok untuk

dipergunakan secara bersama.

c.  Pengembangan kelembagaan ekonomi rakyat

Pengembangan kelembagaan ekonomi rakyat tumbuh dari, oleh, dan untuk kepentingan rakyat

berdasarkan asas kekeluargaan yang dapat dilakukan melalui pembinaan kepada petani di bidang

ekonomi secara berkelompok yang diharapkan mereka saling mengenal, percaya, dan

mempunyai kepentingan yang sama akan tumbuh kerjasama yang baik dan serasi sehingga

mampu menumbuhkan keswadayaan dan kemandirian. Di samping itu pembinaan diarahkan agar

kelompok mampu mengelola usaha bersama melalui kursus-kursus, pelatihan teknis, manajemen,

kewirausahaan, dan magang sehingga mampu mengembangkan usahanya melalui kegiatan temu

usaha, pameran dalam rangka memasarkan hasil usahanya.

2.2.5. Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat

1.        Penciptaan lapangan pekerjaan alternatif sebagai sumber pendapatan lain bagi keluarga.

2.        Mendekatkan masyarakat dengan sumber modal dengan penekanan pada penciptaan mekanisme

mendanai diri sendiri (self financing mechanism).

3.        Mendekatkan masyarakat dengan sumber teknologi baru yang lebih berhasil dan berdaya guna,

4.        Mendekatkan masyarakat dengan pasar,

5.        Membangun solidaritas serta aksi kolektif di tengah masyarakat.


2.2.6.  Tanggung Jawab Stakeholders dalam Pemberdayaan

Keberhasilan pembangunan atau pemberdayaan masyarakat adalah resultante dari semua upaya

pembangunan yang dilaksanakan atau diprogramkan setiap instansi, sehingga menuntut adanya

sinegitas dan koordinasi yang benar-benar terjalin antara berbagai instansi pemerintah. Hal ini

harus diwujudkan secara lebih komprehensif, terpadu, menyangkut berbagai aspek

pembangunan, bukan saja teknis tetapi juga sosial budaya.

Tanggung jawab pembangunan masyarakat lebih banyak berada pada pundak pemerintah daerah,

dan bukan didominasi oleh pemerintah pusat. Hal ini disebabkan karena pemerintah daerahlah

yang lebih mengenal masyarakatnya, memahami masalah-masalah yang dihadapi mereka.

Dengan desentralisasi kegiatan pembangunan, selayaknyalah pemerintah daerah lebih banyak

memberikan prioritas pada pembangunan yang berbasis pada masyarakat.

Tanggung jawab pemberdayaan masyarakat bukan hanya pada tangan pemerintah tetapi juga

pihak-pihak non pemerintah yaitu, masyarakat sendiri, pengusaha swasta, usaha milik Negara

dan lembaga swadaya masyarakat.

Tanggung jawab membangun masyarakat pada hakekatnya merupakan tanggung jawab utama

masyarakat itu sendiri. Supaya pembangunan masyarakat berlangsung dengan tepat maka

pemerintah hanya mempersiapkan dan memfasilitasi lingkungan yang sehat bagi peningkatan,

perluasan serta pendalaman kegiatan-kegiatan yang telah dimiliki oleh masyarakat sendiri. Hal

ini merupakan makna perberdayaan, yaitu mengembangkan apa yang telah ada pada masyarakat

menjadu lebih besar skalanya, lebih ekonomis dan lebih berdaya guna dan berhasil guna.

2.2.7. Contoh Program Pemberdayaan Masyarakat

a. Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (Program PEMP)


Tujuan PEMP adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penciptaan system

produksi serta pengelolaan sumberdaya perikanan yang menjamin kelangsungan usaha perikanan

yang berbasis masyarakat melalui usaha sebagai berikut :

1.             Mereduksi kenaikan harga BBM dan inflasi melalui peningkatan dan penciptaan usaha

produktif secara berkesinambungan.

2.             Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan

pengembangan kegiatan ekonomi pesisir.

3.             Memperkuat kelembagaan ekonomi masyarakat

4.             Memicu usaha ekonomi produktif di desa pesisir

5.             Mendorong terlaksananya mekanisme manajemen pembangunan masyarakat yang partisipatif

dan transparan.

6.             Meningkatkan kemampuan aparat dan masyarakat pesisir dalam mengelola pembangunan di

wilayahnya.

7.             Adapun lingkup kegiatan PEMP adalah :

8.             Pengembangan dan partisipasi masyarakat melalui pembentukan dan penguatan kelompok

sasaran.

9.             Pelatihan teknis dan manajemen bagi kelompok sasaran.

10.         Pemberian bantuan modal usaha (investasi dan modal kerja)

11.         Pembentukan lembaga keuangan mikro sebagai pengelola bantuan.

12.         Sosialisasi, pemantauan, evaluasi dampak sebagai umpan balik, persipan pembinaan pasca

proyek.

13.         Pembinaan pasca proyek

14.         Prinsip-prinsip pengelolaan PEMP


15.         Pilihan kegiatan berdasarkan musyawarah sehingga memperoleh dukungan masyarakat

(acceptability).

16.         Pengelolaan kegiatan dilakukan secara terbuka dan diketahui oleh masyarakat (transparency.)

17.         Pengelolaan kegiatan harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat (accountability)

18.         Pengelolaan kegiatan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat secara berkelanjutan

(sustainability)

19.         Kegiatan dilaksanakan sebagai bentuk kepedulian atas beban penduduk miskin

(responsiveness)

20.         Penyampaian bantuan kepada masyarakat secara cepat (quick Distribursment)

21.         Proses pemilihan peserta dan kegiatan PEMP dilakukan secara musyawarah (Democracy)

22.         Pemberian kesempatan kepada kelompok lain yang belum memperoleh kesempatan, agar

semua masyarakat merasakan manfaat langsung (Equality)

23.         Setiap ketentuan dalam pemanfaatan Dana Ekonomi Produktif masyarakat diharapkan dapat

mendorong terciptanya kompetisi yang sehat dan jujur dalam mengajukan usulan kegiatan yang

layak (Competitiveness)

b.  Program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN RHL/Gerhan)

Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN RHL/Gerhan) pada dasarnya merupakan

gerakan moral yang bersifat missal dan melibatkan berbagai lapisan masyarakat untuk

memulihkan kerusakan hutan dan lahan termasuk di dalamnya hutan mangrove di Indonesia.

Pergeseran paradigma pembangunan di sector kehutanan telah mendorong kepada upaya

pencarian bentuk pengelolaan dan pemanfaatan hutan yang berkeadilan. Masyarakat desa di

dalam dan sekitar hutan yang secara turun temurun menjadi bagian dari ekosistem hutan sudah
saatnya memperoleh peranan dan manfaat secara wajar dalam pengelolaan hutan di

lingkungannya. Dengan demikian orientasi ekonomi jangka pendek yang ditandai oleh

eksploitasi hutan alam secara besar-besaran tanpa usaha pelestarian hutan yang memadai sudah

saatnya dihentikan.

Untuk mewujudkan upaya tersebut di atas perlu diupayakan reorientasi kebijakan pengelolaan

hutan yang mengacu pada prinsip keadilan dan pemerataan dalam memperoleh manfaat

sumberdaya hutan, prinsip demokrasi dalam proses pengelolaan hutan, serta prinsip

kelestarian sumberdaya hutan. Dalam kerangka reorientasi kebijakan pengelolan hutan

tersebut, perlu disimak lebih mendalam bahwa community based development dapat menjadi titik

tolak dalam memperbaharui system pengelolaan hutan yang lebih mendukung bagi

pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Pembangunan kehutanan baik bangunan civil teknis maupun pembuatan hutan rakyat serta hutan

mangrove ini meliputi di dalam kawasan (milik pemerintah/Perum Perhutani) maupun di luar

kawasan (lahan milik rakyat). Bisa dibayangkan betapa masyarakat akan makmur bila program

ini berhasil. Di samping kekayaan hasil hutan yang mereka miliki yang memiliki nilai jual tinggi

juga adanya pemberdayaan masyarakat yang begitu gencar disosialisaikan adalah merupakan

sarana pengentasan masyarakat dari kemiskinan menuju kesejahteraan.


BAB III

PENUTUP

A.      KESIMPULAN

Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa mengenyam pendidikan yang

berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya tabungan untuk membiayai investasi,

kurangnya akses ke pelayanan public, kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya jaminan social

dan perlindungan terhadap keluarga, menguatnya arus urbanisasi ke kota, dan menyebabkan

jutaan rakyat memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan secara terbatas.

Kemiskinan diyakini sebagai akar permasalahan hilangnya martabat manusia, hilangnya

keadilan, belum terciptanya masyarakat madani, tidak berjalannya demokrasi, dan terjadinya

degradasi lingkungan.

Program kemiskinan selama ini kurang berhasil disebabkan antara lain :

1.    Bersifat Top-down

2.    Sentralistik

3.    Rendah partisipatif masyarakat

4.    Berorientasi proyek

5.    Peran pemerintah terlalu besar

6.    Masyarakat hanya menerima


Melalui pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat mengentaskan kemiskinan melalui program

yang besifat :

a.         Bottom-up planning

b.        Desentralistik

c.         Partisipasi masyarakat yang tinggi

d.        Berorientasi tujuan

e.         Peran LSM besar

f.         Masyarakat sangat aktif

B.       SARAN

Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu kritik yang sifatnya

membangun sangat kami harapkan.


DAFTAR PUSTAKA

Bappenas, Pengembangan Ekonomi Masyarakat di Daerah. Laporan


Pilot Project Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir,
1999.
Bappenas, Pengembangan Ekonomi Masyarakat di Daerah. Laporan
Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir, 2000.
Departemen Kelautan dan Perikanan, Pedoman Umum Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat Pesisir. 2001

Anda mungkin juga menyukai