Anda di halaman 1dari 9

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEBAGAI SALAH SATU UPAYA

MENGATASI KEMISKINAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : IDA AYU KOMANG

UNTUK MEMENUHI TUGAS

MATA KULIAH TEORI DAN ISU PEMBANGUNAN


1. PENDAHULUAN
Kemiskinan secara sederhana dapat diartikan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan pokok baik berupa kebutuhan pangan maupun kebutuhan non pangan, sedangkan
Badan Pusat Statistik sendiri mendefinisikan kemiskinan dengan konsep kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar sehingga kemiskinan merupakan ketidakmampuan secara
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar berupa makanan dan bukan makanan yang yang
terukur dari segi pengeluaran. Sehingga penduduk yang dikategorikan miskin merupakan
penduduk yang berpenghasilan per kapita rata – rata per bulan dibawah garis kemiskinan.
Kemiskinan kemudian menjadi hal yang serius untuk ditangani dalam proses pembangunan
di Indonesia. Indonesia terus berupaya agar permasalahan kemiskinan dapat dapat
diselesaikan demi kesejahteraan warga negara sebagaimana pada masa Presiden Joko
Widodo telah memprogramkan program Nawacita yang memiliki 9 fokus pembangunan
yang didalamnya terdapat program yang mendukung pengentasan kemiskinan yaitu
pembangunan indonesia dari daerah pinggiran dengan penguatan daerah dan desa didalam
bingkai negara kesatuan serta didukung juga dengan peningkatan kualitas hidup manusia
melalui wajib belajar 12 tahun tanpa biaya pungutan dan program Indonesia sehat sebagai
salah satu bentuk program dalam rangka meningkatan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa angka penduduk miskin di Indonesia
mencapai 9,54% per Maret 2022 yang mana angka ini menunjukan penurunan sebesar 0,17
poin jika dibandingkan dengan September 2021. Hal ini menunjukan penurunan terendah
semenjak covid 19 menyerang Indonesia, sebagai contoh pada tahun 2020 penduduk miskin
terus meningkat sampai dengan tahun 2021 dengan kata lain bahwa pandemi memberi
dampak terhadap peningkatan angka penduduk miskin, angka penduduk miskin terendah
tercipta sebelum pandemi covid 19.
Kemiskinan sendiri sebenarnya tidak hanya menjadi konsern masalah yang hanya
dipikirkan oleh pemerintah tetapi semua komponen masyarakat, salah satu pendekatan yang
digunakan adalah pemberdayaan masyarakat yang menempatkan masyarakat sebagai pelaku
utama sedangkan pemerintah ditempatkan sebagai motivator dan fasilitator didalam
pembangunan. Pada masa ini kita kenal dengan berbagai program pemberdayaan yang
dilaksanakan oleh setiap Kementerian dan Lembaga agar masyarakat mampu secara mandiri
dan kontinyu menopang kehidupan perekenomian mereka untuk peningkatan pendapatan
kapita mereka sehingga terhindar dari kemiskinan. Berdasarkan hal tersebut penulis ingin
menulis makalah dengan judul Pemberdayaan sebagai salah satu upaya mengatasi
kemiskinan dengan memaparkan berbagai kegiatan pemberdayaan yang memiliki dampak
nyata terhadap peningkatan pendapatan masyarakat yang signifikan.

2. PEMBAHASAN

Secara sederhana, miskin (absolute) berarti tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok
anggota keluarga baik berupa pangan maupun non pangan (Tjondronegoro, 1996.)
Berbeda dengan BPS, Bank Dunia memberikan definisi kemiskinan yang lebih
komprehensif, meliputi kebutuhan dasar, deprivasi kesejahteraan dan ketidakcukupan
kapasitas untuk hidup lebih baik. Oleh karena itu kemiskinan dapat diukur dengan
mendefinisikan ukuran kesejahteraan individu dan mendefinisikan batas kemiskinan¹.
Beberapa hal yang memicu tercipatnya kemiskinan antara lain ialah :
a. Tidak tersedianya lapangan kerja yang memadai menimbulkan angka pengangguran
yang tinggi;
b. Tingkat urbanisasi yang tinggi setiap tahunnya;
c. Program dan kebijakan pembangunan di daerah yang tidak menjangkau kaum marjina
seutuhnya.
Kemiskinan merupakan masalah masalah sosial yang harus serius dipikirkan dan ditangani
bersama. Langkah mula – mula dalam pembahasan terkait kemiskinan ialah mengidentifikasi
apa itu pengertian kemiskinan dan bagaimana cara mengukur kemiskinan kemudian
menemukan faktor terbesar yang menyebabkan kemiskinan itu muncul dalam masyarakat dan
mencari solusi agar masalah kemiskinan dapat teratasi. Salah satu solusi yang saat ini kerap
digalakkan pemerintah untuk mengatasi atau bahkan mengurani kemiskinan tersebut adalah
pemerdayaan masyarakat. Pemberdayaan dilakukan secara menyeluruh dan tidak dapat
dilaksanakan secara parsial, pemberdayaan juga harus dilakukan secara terus menerus
melalui tahapan demi tahapan yang sistematis sehingga mampu mengubah perilaku dan
kebiasaan masyarakat menuju ke arah yang positif dan lebih baik. Sumodiningrat (2009: 48-
49) berpendapat bahwa untuk mengatasi kemiskinan harus dilaksanakan atas prinsip keadilan
yang merata, partisipatif, demokratis mekanisme pasar, ketertiban hukum dan adanya rasa
saling percaya yang akan menciptakan rasa aman. Berdasarkan prinsip tersebut pendekatan
yang cocok dan pas untuk digunakan dalam mengatasi dan menanggulangi kemiskinan
adalah pemberdayaan masyarakat yang menjadikan masyarakat sebagai pemeran utama
sedangkan pemerintah sebagai fasilitator dan motivator didalam pembangunan. Selain
pemberdayaan perlu juga diadakan pendampingan kepada kelompok masyarakat yang
tergolong miskin dengan mengikutsertakan mereka didalam berbagai kegiatan
pemberdayaan.
Pemerintah berperan dalam menciptakan iklim dan kondisi kondusif bagi proses kegiatan
untuk penanggulangan kemiskinan, peran pemerintah terhadap kelompok masyarakat miskin
yang produktif potensiala adalah agar kelompok tersebut mampu meningkatkan kemampuan
dalam mengelola sumber daya yang ada dengan pendekatan pengembangan berbasis
kelompok sehingga tercipta masyarakat yang maju, mandiri, sejahtera dan berkeadilan.
Pemberdayaan adalah bagian tindakan mengacu pada proses pemberdayaan diri dan
dukungan profesional dari orang-orang, yang memungkinkan mereka untuk mengatasi rasa
tidak berdaya dan kurangnya pengaruh, dan untuk mengenali dan menggunakan sumber daya
mereka untuk melakukan pekerjaan dengan kekuatan yang dimiliki.
Dimana dalam pekerjaan sosial, pemberdayaan membentuk pendekatan praktis dari intervensi
berorientasi sumber daya. Dalam bidang pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan
demokratis, pemberdayaan dipandang sebagai alat untuk meningkatkan tanggung jawab
warga. Oleh karena itulah, pemberdayaan sebagai konsep kunci dalam wacana
mempromosikan keterlibatan sipil. Pemberdayaan sebagai sebuah konsep, yang ditandai
dengan bergerak dari yang berorientasi defisit menuju persepsi yang lebih kuat, dapat
semakin ditemukan dalam konsep manajemen, serta di bidang pendidikan berkelanjutan dan
swadaya.
Pemberdayaan pada masyarakat memiliki beberapa tujuan yang ingin di capai, antara lain
yaitu sebagai berikut;
1. Pemberdayaan dalam masyarakat dibentuk dalam potensi yang ada di dalam
kehidupan masyarakat.
2. Pembedayaan masyarakat dilakukan dengan tujuan memperkuat potensi
3. Pemberdayaan dilakukan sebagai langkah meningkatkan arti modal sosial
4. Tujuan pemberdayaan dalam masyarakat dilakukan dalam upaya membentengi
masyarakat dari berbagai ketertindasan dalam aspek-aspek ekonomi.
Setidaknya untuk cara yang harus dilakukan sebagai upaya untuk memberdayakan, yaitu:
a) Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk
berkembang. Kondisi tersebut didasarkan pada asumsi bahwa setiap individu dan
masyarakat mempunyai potensi yang bisa dikembangkan. Hakikat dari kemandirian
dan keberdayaan rakyat merupakan keyakinan dan potensi kemandirian masing-
masing individu perlu untuk diberdayakan.
b) Proses pemberdayaan masyarakat memiliki akar yang kuat pada proses kemandirian
tiap individu, yang kemungkinan dapat meluas ke keluarga, serta kelompok
masyarakat baik ditingkat lokal maupun nasional.
c) Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat dengan menerapkan
langkah-langkah nyata, menampung berbagai masukan, menyediakan prasarana dan
sasaran yang baik fisik (irigasi, jalan, dan listrik) dan sosial (fasilitas sekolah
pelayanan kesehatan) yang bias diakses oleh masyarakat lapisan paling bawah.
d) Adanya akses pada berbagai peluang dapat membuat rakyat makin berdaya, seperti
tersedianya lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan, dan pemasaran. Dalam upaya
pemberdayaan masyarakat tersebut, hal yang penting diantaranya yaitu peningkatan
mutu dan perbaikan sarana pendidikan dan kesehatan, serta akses pada sumber-
sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan
pasar.
e) Memberdayakan masyarakat dalam artian melindungi dan membela kepentingan
masyarakat yang lemah. Dalam proses pemberdayaan harus dapat dicegah jangan
sampai terjadi yang lemah bertambah lemah atau mungkin terpinggirkan dalam
menghadapi yang kua.
Oleh sebab itulah adanya perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar
sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi dan membela harus dilihat
sebagai upaya yang bertujuan untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang
dan eksploitasi atas yang lemah. Adapun beberapa program pemberdayaan yang didasarkan
pada program berbasis kelompok yang cukup inovatif ialah sebagai berikut :
 Program Desa Mandiri BPJS
Sudah bukan rahasia lagi jika BPJS jadi andalan warga untuk meringankan biaya kesehatan.
Akan tetapi, tidak semua warga memilikinya karena kendala teknis ataupun tidak mempunyai
keinginan membuatnya. Hal ini disadari oleh pemerintah Desa Kuripan Selatan, Kuripan,
Lombok Barat. Sehingga, pemerintah pun melakukan inisiatif merintis kebijakan agar biaya
perawatan warga bisa terbantu.

Jadi, pemerintah melakukan program desa terbaik, yakni, BPJS mandiri. Dimana
pengelolanya adalah Organisasi Kesehatan Masyarakat (OKM) di desa tersebut. Dengan
BPJS mandiri, maka warga pun diharapkan bisa melakukan gotong royong untuk kebaikan.
Sebab, iuran BPJS pemerintah besarannya kerap jadi kendala tersendiri bagi warga kurang
mampu.
 Teknologi Sumur untuk Persediaan Air di Desa
Pastinya, kamu harus belajar dari kejadian 2007 lalu. Dimana Indonesia pernah mengalami
kemarau yang panjang. Sehingga, banyak daerah yang harus mengalami kekeringan. Air
bersih pun menjadi lebih sulit didapatkan. Untuk mengantisipasinya, maka tercetus lah
program desa terbaik Teknologi Sumur di Desa Sugih Waras, Bojonegoro, Jatim. Program ini
terlaksana karena bantuan tenaga profesional dari Himpunan Pendudukan pemakai Air Pam
(HIPPAM). Tenaga ahli membantu pembuatan sumur submersible dengan kedalaman sekitar
60 meter. Akhirnya, warga Sugih Waras dapat memiliki sumber air bersih di desanya.
Dengan inovasi ini, maka sudah 972 warga yang bisa menikmati kemudahan ini. Nah, jika
desamu memiliki sumber air yang cukup sulit, maka program inovasi desa yang ini sepertinya
bisa menginspirasi.
 Mengubah Limbah Minyak Jadi PAD
Salah satu jenis limbah yang kerap mengkontaminasi lingkungan desa yang asri adalah
minyak goreng. Sudah selayaknya, pihak desa melakukan suatu tindakan terhadap fakta
ini. BUMDes di salah satu desa sudah melakukan kerja sama dengan PT Tirta Investama.
Dimana limbah tersebut akan dijadikan sebagai produk campuran bahan bakar. Program desa
terbaik ini dilakukan oleh Desa Panggungharjo yang ada di Yogyakarta. Sebelumnya, warga
membuang limbah tersebut ke sungai. Sehingga, sungai pun menjadi tercemar. Selain
menyelamatkan lingkungan, pihak BUMDes bersama warga pun memeroleh penghasilan
yang besar. Sehingga, kesejahteraan warga juga ikut terangkat.
 Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
Untuk mendukung fasilitas penerangan sebaik di kota, maka desa harus mampu melakukan
inovasi sendiri. Dimana salah satu solusinya adalah dengan menggunakan Pembangkit Listrik
Tenaga Mikro Hidro. Seperti yang dilakukan oleh warga desa Batang Uru, Mamasa, Sulbar.
Warga bersama tenaga ahli membuat inovasi PLTMH sehingga desa tersebut bisa menikmati
terangnya listrik di malam hari. Bahkan, sampai saat ini, desa tersebut menjadi penyedia
turbin yang kemudian dipesan juga oleh berbagai daerah. Mulai dari warga NTT sampai
Pulau Sulawesi.
 Program Penyusunan Informasi Tanah Milik Warga
Jika penduduk yang ada di desamu banyak yang mempunyai sertifikat tanah yang rusak atau
buram, maka sudah selayaknya dilakukan program desa terbaik yang satu ini. Hal tersebut
bukan tidak mungkin terjadi, pasalnya, sejak 1940, belum terdapat pergantian maupun
perbaikan sertifikat tanah.
Tujuan diadakannya program penyusunan ulang informasi kepemilikan tanah adalah agar
terhindar konflik dan sengketa. Sebab, kepemilikan tanah jadi perkara yang sensitif di antara
warga. Program ini juga disertai dengan adanya edukasi mengenai pentingnya mempunyai
sertifikat tanah oleh tenaga profesional.
 Tempat Pengolahan Sampah Terpadu
Desa Ngabab di Malang punya inovasi yang dapat membantu alam. Desa ini mengolah
sampah untuk dijadikan pupuk alami dan produk bernilai jual lebih tinggi. Tempat mengolah
sampah ini diberinama Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Dworowati. Dengan
adanya TPST ini, masa akan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang kurang
mampu. Selain mengatasi masalah lingkungan, pengangguran pun dapat dikurangi. Sampah
organik akan diolah menjadi pupuk dan dapat dijual lagi. Sampah anorganik diolah menjadi
kerajinan daur ulang yang tentu saja juga memiliki nilai jual.
 Budidaya Ikan di Irigasi
Irigasi itu saluran air yang digunakan untuk mengairi sawah, kegunaannya hanya itu saja.
Tapi itu dulu, di Desa Limok Manai, Kecamatan Keliling Danau, irigasi dijadikan tempat
budidaya ikan. Dengan memanfaatkan irigasi yang ada, sekarang perkembangannya cukup
bagus. Bahkan, inovasi desa ini masuk ke Bursa Inovasi Desa tingkat nasional lho.
Selain program inovasi diatas yang menerapkan konsep pemberdayaan masyarakat, berikut
juga terdapat beberapa keberhasilan dari program pemberdayaan masyarakat oleh pemerintah
yang tentu saja jika ditekuni dan digeluti secara kontinyu akan meningkatkan pendapatan
masyarakat yang berujung pada penurunan angka kemiskinan :

1) Program Investasi Hutan Proyek II (Proyek Forest Investment Program 2/FIP 2) dari
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dengan dukungan World
Bank dan Danida telah dilaksanakan di 10 wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan
(KPH) yang tersebar di 8 provinsi dan telah bermitra dengan 95 Kelompok Tani
Hutan (KTH) terseleksi yang memiliki usaha berbasis hutan. Ke-95 KTH ini
mendapat bantuan investasi dari proyek FIP 2 untuk meningkatkan produk dan skala
bisnisnya menuju kemandirian bisnis KTH. Lebih khusus KTH yang
mengembangkan tanaman kopi mendapatkan dukungan Proyek FIP 2 berupa
pelatihan budidaya dan produksi kopi, pendampingan pengembangan organisasi dan
manajemen usaha, pengadaan bibit unggul dan berbagai peralatan produksi kopi, serta
pengembangan pasar. KTH yang telah mengembangkan usaha kopi sampai menjadi
usaha siap dipasarkan adalah (1) KTH Sampean Jaya I (KPH Panyabungan, Sumatera
Utara), (2) KTH Payung Putih (KPH Limau, Jambi), (3) KTH Alam Hijau (KPH
Tasik Besar Serkap, Riau), (4) KTH Sumber Rejeki (KPH Tanah Laut, Kalimantan
Selatan), (5) KTH Nyungen Jaya (KPH Kendilo, Kalimantan Timur), (6) KTH Bukit
Hanoman (KPH Dolago Tanggunung, Sulawesi Tengah); (7) Koperasi Tani Maju
Bersama (KPH Rinjani Barat, NTB), (8) KTH Meleko Bangkit (KPH Rinjani Barat,
NTB), (9) KTH Tunas Lestari (KPH Rinjani Barat, NTB), (10) Bumdes Sahabat
(KPH Batulanteh, NTB), dan (11) KTH Brang Tampu (KPH Batulanteh, NTB). FIP 2
telah berhasil mengubah paradigma berpikir, sikap dan perilaku masyarakat dari mind
set yang dulunya menjadi perambah hutan sekarang memiliki usaha dengan
memanfaatkan hutan tanpa merusaknya dengan pendampingan dari KPH. Hal ini
sangat penting dan luar biasa karena dengan sendirinya, mereka akan menjaga hutan
demikian Erwan Sudaryanto, Kepala BPHP Wilayah XI Samarinda mengatakan
kepada konsultan fact finding Project FIP 2 dari PT Raka dalam kunjungan akhir
tahun 2021 di Samarinda Kaltim. Disamping itu juga terdapat pengelolaan jasa
lingkungan yang menarik dan dikelola secara profesional oleh KTH dan memiliki
potensi pengembangan usaha yang menjanjikan. Beberapa diantaranya pengembangan
wisata alam Birah di wilayah KPH Tanah Laut Kalsel, usaha pemandian alam di
Hutan Adat Mandala wilayah KPH Rinjani Barat NTB, serta kebun agroforestry
buah-buahan di wilayah KPH Kendilo dan lain sebagainya.
3. KESIMPULAN
Dengan salah satu contoh keberhasilan diatas terkait dengan pola pemberdayaan
masyarakt serta begitu banyak jenis pemberdayaan seharusnya dapat menjadi corong dan
alat bagi masyarakat untuk meningkatkan pendapatan mereka yang akan berujung pada
peningkatan pendapatan masyarakat. Hanya saja kembali lagi pemberdayaan tidak hanya
menjadi sekedar rancangan program untuk menghabiskan anggaran negara tanpa melihat
follow up lebih lanjut dengan program pemberdayaan tersebut.
4. REKOMENDASI
Sistem pemberdayaan sebaiknya dilaksanakan secara kontinyu dan mampu mengawasi
serta memfollow up setiap kegiatan pemberdayaan yang telah selesai pelaksanaan agar
bisa mendapatkan informasi mengenai dampak pemberdayan bagi pengentasan
kemiskinan.
DAFTAR PUSTAKA
http://satunama.org/365/success-story-from-ngenep-subvillage-terong-village-a-change-
is-started-by-eagerness-to-try/

Girsang, Wardis.2009. Strategi Pengentasan Kemiskinan di Pulau Kecil di. Provinsi Maluku.
Universitas Pattimura. Jurnal Agrikultura 2009
Pemberdayaan Perempuan Desa untuk. Mengurangi Kemiskinan. Jurnal seminar nasional
Universitas PGRI. Yogyakta. Soekanto, Soerjono. 1990
Masalah Penanggulangan Kemiskinan. Jakarta: Puspa Swara. Sumodiningrat. 2000
Hamid, Hendrawati (2018) MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT. De La Macca,
Makassar

Anda mungkin juga menyukai