3.2. Visi
Sebagaimana yang telah tertera pada poin ke-1 SDGs (Sustainability
Development Goals): Tanpa Kemiskinan, menjadi cita-cita terbesar penulis untuk
dapat mengentas kemiskinan, setidaknya menyumbang secuil buah pikir yang dapat
direalisasikan oleh pihak yang lebih memiliki kapabilitas. Hingga saat ini, Indonesia
telah berhasil memenuhi sebagian besar target dari MDGs (Millenium Development
Goals) Indonesia yaitu 49 dari 67 indikator MDGs (Millenium Development Goals),
namun demikian masih terdapat sejumlah indikator lain yang perlu dipenuhi dalam
pelaksanaan pemenuhan TPB (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan)/SDGs
(Sustainability Development Goals). Namun, indikator yang diprioritaskan untuk
dilanjutkan adalah mengenai penurunan angka kemiskinan berdasarkan garis
kemiskinan nasional. Pada September 2022, secara rata-rata Indonesia masih
memiliki 4,34 orang anggota rumah tangga yang menyandang status miskin. Dengan
demikian, besaran Garis Kemiskinan per rumah tangga miskin secara rata-rata di
Indonesia adalah sebesar Rp2.324.274,00/rumah tangga miskin per bulan.
Selain itu, berdasarkan data yang dilansir dari laman resmi Badan Pusat
Statistik (BPS), persentase penduduk miskin pada bulan September 2022 adalah
sebesar 9,57%, meningkat sebanyak 0,03% poin terhadap data di bulan Maret 2022
dan menurun 0,14% poin terhadap bulan September 2021. Sedangkan untuk
persebarannya, persentase penduduk miskin perkotaan pada bulan Maret 2022 adalah
berjumlah 7,50%, yang berikutnya naik menjadi 7,53% pada bulan September 2022.
Sementara persentase penduduk miskin pedesaan pada bulan Maret 2022 sebesar
12,29%, naik menjadi 12,36% pada September 2022. Dibandingkan dengan bulan
Maret 2022, jumlah penduduk miskin perkotaan bulan September 2022 meningkat
sebanyak 0,16 juta orang (dari yang semula berjumlah 11,82 juta orang pada bulan
Maret 2022 menjadi 11,98 juta orang pada bulan September 2022). Sementara itu,
pada periode yang sama, jumlah penduduk miskin pedesaan meningkat sebanyak 0,04
juta orang (semula 14,34 juta orang pada bulan Maret 2022 menjadi 14,38 juta orang
pada September 2022). Dengan persentase jumlah penduduk miskin yang bersifat
stagnan, menandakan bahwa permasalahan kemiskinan di Indonesia dan pemenuhan
poin pertama SDGs (Sustainability Development Goals) perlu lebih diperhatikan dan
menjadi pekerjaan rumah yang harus segera terselesaikan lewat koordinasi setiap
pemangku kepentingan (stakeholders) yang ada.
Selain itu, tertera pula pada alinea keempat pembukaan undang-undang dasar
mengenai tujuan negara yaitu: Memajukan Kesejahteraan Umum, yang mana hal ini
merupakan amanan yang sepatutnya dipenuhi oleh pemerintah Republik Indonesia
kepada rakyatnya. Kesejahteraan umum yang dimaksud adalah pemenuhan kebutuhan
primer (sandang, pangan, dan papan), kesehatan jasmani dan rohani, pendidikan, serta
keseluruhan aspek yang harus dimiliki seorang individu untuk dapat hidup sejahtera.
Namun, sebagaimana yang telah dijabarkan melalui data terkait kemiskinan di
Indonesia, tujuan tersebut masih layaknya angan-angan belaka. Oleh karenanya, guna
menciptakan negara yang dicita-citakan tersebut, perlu diberlakukan sejumlah strategi
pengentasan kemiskinan.
3.3. Misi
Memiliki visi yang teramat besar, penulis sangat menyadari bahwa perlu terdapat
serangkaian mekanisme yang disusun sedemikian rupa guna mencapainya. Oleh
karena itu, berikut adalah sejumlah buah pikir yang dinilai layak untuk menjadi
kendaraan bagi penulis untuk mencapai visi berupa pemenuhan poin SDGs dan tujuan
negara yang tertuang pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.
3.4. Strategi
Adapun pola sasaran, tujuan, dan kebijakan rencana yang secara spesifik akan
dilakukan untuk mengentas kemiskinan secara umum di Indonesia dan secara
khususnya adalah wilayah Jatinangor, penulis menilai bahwa strategi ini dapat
dipertimbangkan untuk diimplementasikan ke depannya:
1. Pengenalan dan pemetaan karakteristik wilayah dan masyarakat setempat
untuk mengetahui potensi yang dimiliki oleh daerah.
2. Melakukan budgeting dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
3. Melakukan penilitian langsung kepada masyarakat untuk mengetahui akar
permasalahan dari kemiskinan yang dihadapi.
4. Menyusun kurikulum program pengentasan kemiskinan yang disesuaikan
dengan karakteristik wilayah serta masyarakat dan berkoordinasi dengan
dengan para pemangku kepentingan (stakeholders); perangkat desa, dinas-
dinas terkait, serta masyarakat.
5. Melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi program bersama dengan para
pemangku kepentingan (stakeholders); perangkat desa, dinas-dinas terkait,
serta masyarakat.