net/publication/323834373
CITATIONS
READS
4
47,960
1 author:
Muhdar Hm
State Islamic Institute of Sultan Amai Gorontalo, Gorontalo Province, Indonesia
22 PUBLICATIONS 79 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
TRAINING ROLE WITHIN MSME DEVELOPMENT OF BEEF CATTLE AS A VILLAGE ECONOMIC SECTOR IN GORONTALO DISTRICT, INDONESIA View project
All content following this page was uploaded by Muhdar Hm on 18 March 2018.
Muhdar HM1
muhdar73@ gmail.com
Abstrak
1. PENDAHULUAN
Fenomena masalah pengangguran dan kemiskinan akan menjadi isu
sentral hingga tahun 2012 bahkan tahun ini. Hal ini ditandai dengan adanya
kepekaan atau elastisitas terhadap pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi.
Akibat krisis ekonomi global, Pemerintah Indonesia memperkirakan jika tahun
ini jumlah tambahan pengangguran atau pemutusan hubungan kerja (PHK)
1
Dosen Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan
Amai Gorontalo.
4
Muhdar
mencapai 200 ribu orang. Tingginya angka PHK ini dipengaruhi oleh
menurunnya pertumbuhan ekonomi dari prakiraan semula sebesar 5.5% menjadi
4.5% saja.
Pelambatan pertumbuhan ekonomi ini salah satunya disebabkan
menurunnya pertumbuhan ekspor yang diproyeksikan tumbuh 5%, namun
hanya diprakirakan mencapai 2.5%. Demikian pula produktifitas nasional pun
mengalami penurunan. Sedangkan untuk proyeksi pertumbuhan ekonomi
sebesar 5.5% saja, jumlah penduduk miskin akan mencapai 28 juta atau 12,68%
dari total penduduk. Namun jika mencapai 4.5%,akan menyebabkan
pengangguran baru yang juga diikuti dengan meningkatnya penduduk miskin
hingga menjadi 30,24 juta jiwa atau 13,34% dari total penduduk.
Krisis ekonomi global yang sedang melanda belahandunia ini tidak bisa
dicegah apalagi dikendalikan hanya satu bangsa saja. Olehnya itu, pasti akan
berdampak pada kesehatan ekonomi nasional. Guna mengatasi masalah ini,
salah satu langkah yang ditempuh adalah meminimumkan dampak negatif
tersebut sekaligus berpikir ulang tentang makna reformasi ekonomi.
Kemiskinan dan pengangguran jangan ditempatkan sebagai turunan dan sisa
dari target pertumbuhan ekonomi. Dan ini dicerminkan dengan pendekatan
tambal sulam. Dengan kata lain arusutama ( mainstream) para perencana
pembangunan harus propopulis ketimbang berorientasi mutlak pada propasar.
Padahal sejak republik ini berdiri, penanggulangan pengangguran dan
kemiskinan bukanlah masalah yang disepelekan melainkan menjadi prioritas
penangnanan. Mengatasi pengangguran dan kemiskinan itu tidaklah dilakukan
ketika masalah ini menjadi isu nasional. Hal inilah yang menjadi faktor utama
mengapa pengangguran dan kemiskinan sulit dicegah karena penanganan
permasalahan tidak dipersiapkan sebelumnya.
Kejadian ini bermula dari mashab pemikiran para perencana
pembangunan yang terlalu berorientasi pada propasar semata. Ketika
pertumbuhan ekonomi terlalu mengandalkan pada industri-industri atau
perusahaan besar saja, maka lambat laun usaha ekonomi rakyat akan tergilas.
Sebaliknya ketika terjadi krisis global maka runtuhnya produktifitas raksasa-
raksasa tersebut akan berakibat pada penderitaan rakyat. Ketika itu barulah
pemerintah menengok pentingnya pertumbuhan ekonomi usaha kecil dan
menengah.
Sebenarnya, pemerintah saat itu sudah punya kebijakan triple track
strategy yakni progrowth, propoor, dan proemployment. Namun pertanyaannya
apakah dalam operasionalnya sudah sesuai dengan kebijakan tersebut. Belum
tentu bukan. Kenyataannya, pemerintah belum terbuka mengutarakan
bagaimana kebijakan triple track strategy itu diterjemahkan dalam kebijakan
makro yang komprehensif antarsektor. Misalnya apa dan bagaimana
pembangunan pertanian berkaitan dengan pembangunan sektor industri,
perdagangan, ketenagakerjaan, pembangunan daerah, infrasruktur, dan
http://journal.iaingorontalo.ac.id/ 4
Potret Ketenagakerjaan, Pengangguran, dan kemiskinandi Indonesia: Masalah
dan Solusi
2. LANDASAN TEORI
2.1. Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan merupakan aspek yang penting dalam pembangunan
ekonomi karena tenaga kerja merupakan salah satu balas jasa faktor produksi.
Topik mengenai masalah kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi baik
dalam skla nasional maupun regional mendapat perhatian banyak orang.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi membutuhkan penambahan investasi dan
kebijakan ekonomi yang kondusif merupakan hal penting. Dengan penambahan
investasi baru diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang pada
akhirnya juga dapat menciptakan lapangan kerja baru.
Dalam istilah Badan Pusat Statistik (2007), beberapa istilah
ketenagakerjaan yang mesti dipahami sebagai dasar dalam memahami masalah
tersebut di Indonesia di antaranya (1) tingkat partisipasi angkatan kerja yang
merupakan indikator yang dapat menggambarkan keadaan penduduk yang
berumur 15 tahun ke atas yang berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi, (2)
4 Jurnal Al- Buhuts Volume 11 Nomor 1 Juni 2015 ISSN 1907-0977 E ISSN 2442-
Muhdar
tingkat pengangguran terbuka, dan (3) penyerapan tenaga kerja yaitu mereka
yang terserap diberbagai lapangan pekerjaan pada suatu periode. 2
Dalam teori ketenagakerjaan menurut BPS (2007) digunakan Konsep
Dasar Angkatan Kerja (Standar Labour Force Concept) seperti yang digunakan
dalam Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas). Konsep ini merupakan
konsep yang disarankan dan rekomendasikan International Labour Organization
(ILO). 3Lebih lanjut disebutkan bahwa penduduk dibedakan atas usia kerja dan
penduduk bukan usia kerja. Sedang penduduk usia kerja dibedakan atas dua
kelompok, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja
terdiri dari penduduk yang bekerja dan pengangguran. Sedangkan bukan
angkatan kerja terdiri penduduk yang periode rujukan tidak mempunyai/
melakukan aktivitas ekonomi, baik karena sekolah, mengurus rumah tangga
atau lainnya (pensiun, penerima transfer/kiriman, penerima deposito/bunga
bank, jompo atau alasan yang lain)4
Sementara itu, United Nation (1962) mendefisikan angkatan kerja atau
penduduk yang aktif secara ekonomi sebagai penduduk yang memproduksi
barang dan jasa secara ekonomi yang juga mencakup mereka yang tidak bekerja
tapi bersedia bekerja.Sedang yang dimaksud dengan penduduk bekerja adalah
penduduk yang melakukan kegiatan melakukan pekerjaan penghasilan atau
keuntungan paling sedikit selama satu jam dalam seminggu yang lalu. Bekerja
dalam satu jam tersebut harus dilakukan secara berturut-turut dan tidak terputus.
2.2.Pengangguran
Masalah pengangguran menurut Keynes dianggap selalu wujud dalam
perekonomian karena permintaan efektif yang wujud dalam masyarakat
(pengeluaran agregat) adalah lebih rendah dari kemampuan faktor-faktor
produksi yang tersedia dalam perekonomian untuk memproduksi barang-barang
dan jasa-jasa 5
Defenisi pengangguran masih beragam. Dalam ilmu kependudukan
(demografi), orang yang mencari kerja masuk dalam kelompok penduduk yang
disebut akangkatn kerja. Berdasarkan kategori usia, angkatan kerja berusia 15-
64 tahun. Tetapi tidak semua orang yang berusia 15-64 tahun dihitung sebagai
angkatan kerja. Yang dihitung sebagai angkatan kerja adalah penduduk 15-64
2
Badan Pusat Statistik. Analisis Sensus Ekonomi 2006 Mengenai Ketenagakerjaan
Provinsi Sulawesi Selatan (Hasil Sensus Sampel 2007). (Makassar: BPS Sulsel, 2007).
Hal. 52.
3
Badan Pusat Statistik. Statistik Sosiasl Sulawesi Selatan Tahun 2007.(Makassar:
Bappeda Sulsel dan BPS Sulsel, 2007). Hal. 136.
4
Ibid. hal. 137
5
Sadono Sukirno. Pengantar Teori Makro Ekonomi. (Jakrta: Lembaga Penerbitan
Universitas Ekonomi Universitas Indonesia, 1981). Hal. 169
http://journal.iaingorontalo.ac.id/ 4
Potret Ketenagakerjaan, Pengangguran, dan kemiskinandi Indonesia: Masalah
dan Solusi
tahun dan sedang mencari kerja sedangkan yang tidak mencari kerja mungkin
saja sedang mengurus keluarga atau sekolah, tidak masuk angkatan kerja. Jadi
tingkat pengangguran adalah persentase angakatan kerja yang tidak/belum
mendapatkan pekerjaan6
Pengangguran adalah seseorang yang tergolong angkatan kerja dan
ingin mendapat pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Masalah
pengangguran yang menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat
kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi maksimal yaitu masalah
pokok makro ekonomi yang paling utama.
4 Jurnal Al- Buhuts Volume 11 Nomor 1 Juni 2015 ISSN 1907-0977 E ISSN 2442-
Muhdar
http://journal.iaingorontalo.ac.id/ 4
Potret Ketenagakerjaan, Pengangguran, dan kemiskinandi Indonesia: Masalah
dan Solusi
2.3.Kemiskinan
Gunawan Somodiningrat (1998) menjelaskan bahwa kemiskinan
dibedakan dalam kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.
Dikatakankemiskinan absolut apabila tingkat pendapatan berada di bawah garis
kemiskinan, ataupendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup
minimum. Kebutuhanhidup minimum tersebut dapat diukur dengan kebutuhan
pangan, sandang, kesehatan,perumahan, dan pendidikan, yang diperlukan untuk
bisa hidup dan bekerja. Kemiskinanrelatif adalah keadaan perbandingan antara
kelompok masyarakat dengan tingkatpendapatan sudah di atas garis
kemiskinan. Sehingga, sebenarnya sudah tidaktermasuk miskin, tetapi masih
lebih miskin dibandingkan dengan kelompok masyarakatlain. Dengan ukuran
pendapatan, keadaan ini dikenal dengan ketimpangan dalamdistribusi
pendapatan antargolongan penduduk, antarsektor kegiatan ekonomi
maupunketimpangan antardaerah.7
Sedangkanberdasarkan penyebabnya, kemiskinan dapat dibedakan dalam
tiga pengertian:kemiskinan natural (alamiah), kemiskinan struktural, dan
kemiskinan kultural. Kemiskinan natural adalah keadaan miskin, karena dari
asalnya memang miskin.Kelompok masyarakat ini miskin karena tidak
memiliki sumber daya yang memadai,baik sumber daya alam, sumber daya
manusia maupun sumber daya lainnya, sehinggamereka tidak dapat ikut serta
dalam pembangunan, mereka hanya mendapatkan imbalan pendapatan yang
rendah.Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan hasil
pembangunan yangbelum seimbang, termasuk jenis kemiskikan ini adalah
kemiskinan absolut dankemiskinan relatif.Sedangkan kemiskinan kultural
adalah mengacu pada sikap hidup seseorang ataumasyarakat yang disebabkan
oleh gaya hidup, kebiasaan hidup dan budayanya, dimana mereka sudah merasa
kecukupan dan tidak merasa kekurangan. Kelompok initidak mudah untuk
diajak berpartisipasi dalam pembangunan, tidak mudah untukmelakukan
perubahan, menolak untuk mengikuti perkembangan, dan tidak mauberusaha
untuk memperbaiki kehidupannya. Akibatnya, tingkat pendapatan
merekarendah menurut ukuran yang dipakai umum. Dengan ukuran absolut,
misalnya tingkatpendapatan minimum, mereka dapat dikatakan miskikn. Tetapi
mereka tidak merasamiskin dan tidak mau disebut miskin. Dengan keadaan
seperti ini, bermacam tolok ukurdan kebijakan pembangunan sulit menjangkau
mereka.8
7
Gunawan Sumodiningrat. Membangun perekonomian rakyat. (Yogyakarta:
PustakaPelajar, 1998). Hal. 26.
8
Ibid.
4 Jurnal Al- Buhuts Volume 11 Nomor 1 Juni 2015 ISSN 1907-0977 E ISSN 2442-
Muhdar
9
BAPENAS, Kumpulan Bahan Pelatihan. Pemantauan dan Evaluasi Program Program
Penanggulangan Kemiskinan, (Jakarta: BAPPENAS, 2007)
http://journal.iaingorontalo.ac.id/ 4
Potret Ketenagakerjaan, Pengangguran, dan kemiskinandi Indonesia: Masalah
dan Solusi
upah neto; (3) Distribusi pendapatan; (4) Kesempatan kerja; (5) Tingkat inflasi;
(6) Pajak dan subsidi; (7) Investasi; (8) Alokasi serta kualitas SDA; (9)
Ketersediaan fasilitas umum; (10) Penggunaan teknologi; (11) Tingkat dan jenis
pendidikan; (12) Kondisi fisik dan alam; (13) Politik; (14) Bencana alam; (15)
Peperangan.
2.3.2. Kebijakan Anti Kemiskinan
Untuk menghilangkan atau mengurangi kemiskinan di tanah air
diperlukan suatu strategi dan bentuk intervensi yang tepat, dalam arti cost
effectiveness-nya tinggi.
Ada tiga pilar utama strategi pengurangan kemiskinan,
yakni:pertama,pertumuhan ekonomi yang berkelanjutan dan yang
prokemiskinan; kedua,Pemerintahan yang baik (good governance), dan ketiga,
pembangunan sosial.
Untuk mendukung strategi tersebut diperlukan intervensi-intervensi
pemerintah yang sesuai dengan sasaran atau tujuan yang bila di bagi menurut
waktu yaitu: Pertama, intervensi jangka pendek, terutama pembangunan sektor
pertanian dan ekonomi pedesaan; Kedua, intervensi jangka menengah dan
panjang yang meliputi: Pembangunan sektor swasta, Kerjasama regional,
APBN dan administrasi, Desentralisasi, Pendidikan dan Kesehatan, Penyediaan
air bersih dan Pembangunan perkotaan.
5 Jurnal Al- Buhuts Volume 11 Nomor 1 Juni 2015 ISSN 1907-0977 E ISSN 2442-
Muhdar
yakni bahwa jika kita memberi sejumlah uang kepada seseorang yang berada
dibawah garis kemiskinan, jika diasumsikan semua pendapatan yang lain tetap
maka kemiskinan yang terjadi tidak mungkin lebuh tinggi dari pada
sebelumnya. Prinsip sensitivitas distribusional menyatakan bahwa dengan
semua hal lain konstan, jika anda mentransfer pendapatan dari orang miskin ke
orang kaya, maka akibatnya perekonomian akan menjadi lebih miskin.
Dua indeks kemiskinan yang sangat sering digunakan karena memenuhi
empat kriteria tersebut adalah Indeks Send dan Indeks Foster-Greer-Thorbecke
(FGT). UNDP selain mengukur kemiskinan dengan parameter pendapatan pada
tahun 1997 memperkenalkan apa yang disebut Indeks Kemiskinan Manusia
(IKM) (Human Poverty Indeks-HPI) atau biasa juga disebut Indeks
Pembangunan Manuisia (Human Development Indeks-HDI), yakni bahwa
kemiskinan harus diukur dalam satuan hilangnya tiga hal utama (theree key
deprivations), yaitu kehidupan, pendidikan dan ketetapan ekonomi.
Kemiskinan diukur sebagai tingkat konsumsi per kapita di bawah suatu
standar tertentu yang kemudian disebut garis kemiskinan. Mereka yang berada
di bawah garis kemiskinan tersebut dikategorikan sebagai miskin. Garis
kemiskinan dihitung dengan cara menjumlahkan: biaya untuk memperoleh
“sekeranjang” makanan dengan kandungan 2.100 kalori per kapita per hari;dan
biaya untuk memperoleh “sekeranjang” bahan bukan makanan yang dianggap
“dasar”, seperti pakaian, perumahan, kesehatan, transportasi dan pendidikan.
Peningkatan faktor-faktor penentu kemiskinan menggulirkan lagi
perkembangan definisi kemiskinan dengan juga melibatkan dimensi-dimensi
tertentu. Menurut SMERU (2005), kemiskinan berwajah majemuk sehingga
untuk memahaminya harus memperhatikan dimensi-dimensi kemiskinan, yaitu:
1) kerentanan, 2) ketidakberdayaan, dan 3) ketidakmampuan untuk
menyampaikan aspirasi (voicelessness).
Penyebab kemiskinan sangat banyak sehingga tidak mudah untuk
disebutkan. Karakteristik kemiskinan di tiap daerah memiliki perbedaan.
Dengan dimensi-dimensi kemiskinan, penyebab kemiskinan akan lebih mudah
untuk diketahui dan dipahami secara utuh. Menurut SMERU, penyebab
kemiskinan adalah: 1) Keterbatasan pendapatan, modal dan sarana untuk
memenuhi kebutuhan dasar, 2) Kerentanan dan ketidakmampuan menghadapi
goncangan-goncangan, dan 3) Tidak adanya suara yang mewakili dan terpuruk
dalam ketidakberdayaan di dalam institusi negara dan masyarakat 10
10
Alex Arifianto; Ruly Marianti; Sri Budiyati. Menyediakan Layanan Efektif bagi Kaum
Miskin di Indonesia: Laporan Mekanisme Pembiayaan Kesehatan (JPK-GAKIN) di
Kabupaten Tabanan, Bali: Sebuah Studi Kasus. (Jakarta: Lembaga Penelitian SMERU,
2005). Hal. 10
http://journal.iaingorontalo.ac.id/ 5
Potret Ketenagakerjaan, Pengangguran, dan kemiskinandi Indonesia: Masalah
dan Solusi
3. PEMBAHASAN
Ketenagakerjaan-pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah
yang menjadi isu sentral di setiap negara tak terkecuali di Indonesia. Kedua hal
ini saling berhubungan satu sama lainnya. Masalah ketenagakerjaan dapat
menyebabkan pengangguran dan penganggguran dapat menyebabkan
kemiskinan.Di Indonesia, potret kemiskinan dapat dijumpai di desa maupun
diperkotaan. Namun secara empiris, kasus kemiskinan banyak dijumpai di desa
dibanding di perkotaan.
Dalam sejarah perjalanan perekonomian Indonesia, telah terjadi
beberapa kali resesi ekonomi yang cukup besar. Diantaranya krisis tahun 1965
dan yang terakhir masa krisis ekonomi tahun 1997. Pada kasus yang terakhir
ini, masalah kemiskinan mengalami peningkatan yang signifikan. Pada saat itu,
jumlah orang miskin meningkat drastis hingga 100% dari sekitar 25 juta jiwa
membengkak menjadi 50 juta jiwa. Suatu angka yang sangat fantastis. Padahal
penduduk Indonesia saat itu berjumlah sekitar 200 juta jiwa. Artinya jumlah
orang miskin telah mencapai 25% dari jumlah penduduk Indonesia.
5 Jurnal Al- Buhuts Volume 11 Nomor 1 Juni 2015 ISSN 1907-0977 E ISSN 2442-
Muhdar
http://journal.iaingorontalo.ac.id/ 5
Potret Ketenagakerjaan, Pengangguran, dan kemiskinandi Indonesia: Masalah
dan Solusi
5 Jurnal Al- Buhuts Volume 11 Nomor 1 Juni 2015 ISSN 1907-0977 E ISSN 2442-
Muhdar
http://journal.iaingorontalo.ac.id/ 5
Potret Ketenagakerjaan, Pengangguran, dan kemiskinandi Indonesia: Masalah
dan Solusi
Pada bulan Agustus 2010, jumlah angkatan kerja mencapai 116,5 juta
orang naik sekitar 530 ribu orang dibanding keadaan Februari 2010 dan naik 2,7
juta orang dibanding keadaan Agustus 2009. Penduduk yang bekerja pada
Agustus 2010 bertambah sebesar 800 ribu orang dibanding keadaan Februari
2010, dan bertambah 3,3 juta orang dibanding keadaan setahun yang lalu
(Agustus 2010).
Jumlah penganggur pada Agustus 2010 mengalami penurunan sekitar
270 ribu orang jika dibanding keadaan Februari 2010, dan mengalami
penurunan 640 ribu orang jika dibanding keadaan Agustus 2009. Peningkatan
jumlah tenaga kerja serta penurunan angka pengangguran telah menaikkan
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 0,49 persen selama periode
satu tahun terakhir.
5 Jurnal Al- Buhuts Volume 11 Nomor 1 Juni 2015 ISSN 1907-0977 E ISSN 2442-
Muhdar
http://journal.iaingorontalo.ac.id/ 5
Potret Ketenagakerjaan, Pengangguran, dan kemiskinandi Indonesia: Masalah
dan Solusi
Tabel 6. Penduduk Usia 15 Ke Atas yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja
PermingguTahun 2008–2010 (juta orang)
5 Jurnal Al- Buhuts Volume 11 Nomor 1 Juni 2015 ISSN 1907-0977 E ISSN 2442-
Muhdar
jumlah pekerja dengan pendidikan tinggi masih relatif kecil. Pekerja dengan
pendidikan Diploma hanya sekitar 3,0 juta orang (2,79 persen) dan pekerja
dengan pendidikan Sarjana hanya sebesar 5,2 juta orang (4,85 persen).
Penyerapan tenaga kerja dalam enam bulan terakhir (Februari 2010–Agustus
2010) masih didominasi oleh mereka yang berpendidikan rendah.
http://journal.iaingorontalo.ac.id/ 5
Potret Ketenagakerjaan, Pengangguran, dan kemiskinandi Indonesia: Masalah
dan Solusi
Berdasarkan data diatas, bahwa secara umum pada bulan Agustus tahun
2010 tingkat pengangguran mengalami penurunan dibandingkan bulan Agustus
tahun 2009 yaitu 8.962,6 menurun menjadi 8.319,8 pada tahun 2010. Oleh
6 Jurnal Al- Buhuts Volume 11 Nomor 1 Juni 2015 ISSN 1907-0977 E ISSN 2442-
Muhdar
karena itu maka perlu dicarikan solusi tentang kebijakan yang dapat digunakan
oleh Pemerintah untuk terus menurunkan tingkat pengangguran di Indonesia
http://journal.iaingorontalo.ac.id/ 6
Potret Ketenagakerjaan, Pengangguran, dan kemiskinandi Indonesia: Masalah
dan Solusi
3.2. Kemiskinan
3.2.1. Analisis Kemiskinan
Kemiskinan merupakan masalah utama dalam sejarah perekonomian di
Indonesisa. Hal ini ditandai dengan data empiris yang menunjukkan bahwa
jumlah orang miskin dari tahun ke tahun berfluktuasi. Terhitung pada periode
1996-2009 jumlah dan persentase penduduk miskin11adalah: (a). Periode 1996-
1999, penduduk miskin meningkat dari 34,01 juta pada tahun 1996 menjadi
47,97 juta pada tahun 1999. Jika dibandingkan di perdesaan, kemiskinan di
perkotaan terbilang kecil.Pada akhir tahun 1999 penduduk miskin pedesaan
meningkat dari 19,78% menjadi 26,03%, lebih besar dari perkotaan 19,41%.
(b). Periode 2000-2005, penduduk miskin menurun dari 38,07 juta pada tahun
2000 menjadi 35,01 juta pada 2005. Penurunan ini terjadi juga pada persentase
penduduk miskin perdesaan dari 22,38% pada tahun 2000 menjadi 19,98% pada
2005. Periode sama, persentase kemiskinan perdesaan masih lebih besar dari
perkotaan. (c). Periode 2005-2009, penduduk miskin tahun 2006 sempat naik
dari 35,1 juta jiwa atau 15,97% menjadi 39,3 juta jiwa atau 17,75%, karena
meningkatnya inflasi sehingga naik menjadi 17,95%. Di akhir tahun 2009
jumlah kemiskinan turun menjadi 32,53 juta atau 14,15% dengan persetase
kemiskinan perdesaan masih lebih besar dari perkotaan atau 17,35%. (d). Pada
tahun 2010, penduduk miskin sebesar 31.023 ribu jiwa atau 13,33% dari jumlah
penduduk Indonesia turun 4,86% dari tahun 2009 sebesar 31.023,4 ribu jiwa.
Dari data di atas menunjukkan bahwa penduduk miskin di perdesaan
umumnya petani. Upaya untuk menurunkan angka kemiskinanmelalui
pertumbuhan ekonomi dan menerapkan pemerataan distribusi pendapatan yang
baik melalui sektor pertanian.
11
Badan Pusat Statistik
6 Jurnal Al- Buhuts Volume 11 Nomor 1 Juni 2015 ISSN 1907-0977 E ISSN 2442-
Muhdar
http://journal.iaingorontalo.ac.id/ 6
Potret Ketenagakerjaan, Pengangguran, dan kemiskinandi Indonesia: Masalah
dan Solusi
6 Jurnal Al- Buhuts Volume 11 Nomor 1 Juni 2015 ISSN 1907-0977 E ISSN 2442-
Muhdar
program lainnya yang baik secara langsung ataupun tidak langsung dapat
meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat miskin.
Selain program yang telah disebutkan di atas, selama ini pemerintah
juga telah melaksanakan berbagai program penanggulangan kemiskinan
diantaranya: (1) Proyek Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil
(P4K), (2) Inpres Desa Tertinggal (IDT); (3) Pembangunan Prasarana
Pendltukung Desa Tertinggal (P3DT); (4) Program Penanggulangan
Kemiskinan Perkotaan (P2KP); (5) Pemberdayaan Daerah Mengatasi Dampak
Krisis Ekonomi (PDMDKE); (6) Proyek Pembangunan Masyarakat dan
Pemerintah Daerah (P2MPD)
4. PENUTUP
4.1. Simpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan:
Pertama, penanganan masalah ketenagakerjaan dan pengangguran di Indonesia
dilakukan dengan pendekatan sinkronisasi kebijakan fiskal dan moneter dan
pengembangan usaha mikro dan usaha kecil yang mandiri dan sinergisitas
kebijakan Pemerintah Pusat dengan kebijakan Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten/Kota. Kedua, Sedangkan penangangan masalah
kemiskinan dilakukan melalui pengembangan strategi dan program
penanggulangan kemiskinan.
DAFTAR PUSTAKA
http://journal.iaingorontalo.ac.id/ 6
Potret Ketenagakerjaan, Pengangguran, dan kemiskinandi Indonesia: Masalah
dan Solusi
Payung Hukum
Internet
6 Jurnal Al- Buhuts Volume 11 Nomor 1 Juni 2015 ISSN 1907-0977 E ISSN 2442-