Anda di halaman 1dari 8

FENOMENA PENGANGGURAN DI INDONESIA DITINJAU DARI TEORI

AGENDA SETTING DAN TEORI FRAMMING

ARTIKEL ILMIAH

Artikel Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah
Komunikasi Pembangunan dan Perubahan Sosial

Disusun Oleh :

Ananda Dastin Putri Ardianti (2210411236)

Khautsar Noor Alip Pramono (2210411250)

Hafish Irfan Pramasta (2210411285)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA


LATAR BELAKANG
Pengangguran merupakan salah satu permasalahan utama yang konstan dihadapi oleh
setiap negara. Ketika berbicara tentang pengangguran, kita tak hanya membicarakan isu
sosial, tetapi juga isu ekonomi, karena pengangguran bukan hanya memengaruhi aspek sosial,
tetapi juga memberikan dampak signifikan pada pertumbuhan ekonomi negara, terutama di
negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia. Menurut Sadono Sukirno (1994),
pengangguran adalah situasi di mana individu yang masuk dalam angkatan kerja ingin
bekerja, tetapi belum berhasil mendapatkan pekerjaan yang sesuai. Pengangguran adalah
ketika seseorang ingin bekerja, namun belum mendapatkan kesempatan. Di Indonesia, angka
pengangguran terus meningkat.

Pengangguran adalah salah satu masalah ekonomi yang berdampak besar pada
pertumbuhan ekonomi. Ini menyebabkan individu tidak memiliki sumber pendapatan dan
mendorong mereka ke dalam jurang kemiskinan. Secara umum, pemerintah menghadapi
masalah pengangguran dengan berusaha untuk menciptakan lebih banyak peluang kerja, baik
di sektor publik maupun swasta. Pengangguran adalah isu yang selalu sulit diatasi di hampir
setiap negara. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang terus meningkat setiap
tahun, yang mengakibatkan peningkatan jumlah pencari kerja, sementara lapangan kerja yang
tersedia mungkin tidak sejalan dengan pertumbuhan ini. Jika tenaga kerja tidak dapat
ditempatkan dalam pekerjaan yang ada, mereka akan tetap dalam status pengangguran.

GAMBARAN PERMASALAHAN
Pengangguran terjadi karena berbagai faktor, termasuk kondisi ekonomi, kebijakan
pemerintah yang tidak mendukung rakyat, pengembangan sektor ekonomi yang tidak nyata,
rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan, keterbatasan lapangan kerja dibanding
jumlah pencari kerja, ketidaksesuaian kompetensi pencari kerja dengan kebutuhan pasar
kerja, kesulitan lulusan program pendidikan dalam menemukan peluang kerja karena
terbatasnya akses, serta budaya di beberapa daerah yang mengharapkan perempuan saja yang
bekerja, sementara kaum pria tidak. Selain itu, kurangnya informasi yang efektif tentang
pasar kerja juga berperan dalam fenomena pengangguran. Pengangguran juga terkait erat
dengan pemutusan hubungan kerja, yang bisa disebabkan oleh penutupan atau pemangkasan
operasi perusahaan akibat krisis ekonomi atau ketidakstabilan keamanan, peraturan yang
menghambat investasi, hambatan dalam perdagangan internasional, dan faktor lainnya.
Keterbatasan lapangan pekerjaan di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun,
yang merupakan indikator penting kesejahteraan masyarakat dan juga keberhasilan sistem
pendidikan dalam mengurangi tingkat kemiskinan. Jenis pengangguran ini memiliki dampak
sosial yang signifikan, termasuk peningkatan tingkat kriminalitas di berbagai daerah karena
tekanan ekonomi. Dengan kompleksitas masalah ini, penanganannya tidak dapat dibatasi
hanya pada bidang pendidikan, tetapi melibatkan berbagai dimensi. Fenomena pengangguran
juga berpotensi menciptakan tingkat produktivitas sosial yang rendah, yang pada akhirnya
akan mempengaruhi pendapatan masyarakat. Pengangguran merupakan tantangan serius
dalam upaya pengembangan sumber daya manusia saat ini. Krisis ekonomi yang tengah
dihadapi telah mengguncang struktur sosial bangsa.

Indonesia memiliki potensi sumber daya manusia yang bisa dikembangkan, namun di
sisi lain, ada berbagai kendala yang harus diatasi, terutama dalam hal ketenagakerjaan. Salah
satu kendala utama adalah pertumbuhan angkatan kerja yang cepat, tetapi lapangan kerja
yang tersedia tidak sebanding. Masalah lain dalam sektor ketenagakerjaan adalah
kesenjangan antara penawaran tenaga kerja dan permintaan, di mana kompetensi yang
dimiliki oleh tenaga kerja tidak selalu sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja, bahkan
ketika permintaan akan tenaga kerja sangat tinggi, sehingga menyebabkan angka
pengangguran yang terus meningkat. Selain itu, upah minimum juga memiliki dampak
signifikan pada tingkat pengangguran. Besar atau kecilnya upah minimum yang ditetapkan
oleh pemerintah berpengaruh terhadap tingkat pengangguran; setiap kenaikan upah minimum
seringkali diikuti oleh penurunan permintaan tenaga kerja, yang pada gilirannya
meningkatkan tingkat pengangguran.

TUGAS/ SASARAN
Untuk mencegah dampak pengangguran, pemerintah secara konsisten berusaha mengatasi
masalah ini. Dalam bukunya, Sukirno (2006) mengidentifikasi berbagai tujuan yang
ditekankan oleh pemerintah dalam upaya mengatasi pengangguran. Tujuan ini dapat dibagi
menjadi dua kategori, yaitu tujuan ekonomi dan tujuan sosial serta politik. Tujuan ekonomi
mencakup:

1. Menyediakan peluang pekerjaan.


2. Meningkatkan taraf hidup masyarakat.
3. Memperbaiki distribusi pendapatan.
Sementara tujuan yang bersifat sosial dan politik adalah:

1. Meningkatkan kesejahteraan keluarga dan stabilitas rumah tangga.


2. Mencegah terjadinya tindak kejahatan.
3. Mendukung stabilitas politik.

Dalam mengatasi isu pengangguran, pemerintah memiliki sejumlah opsi kebijakan yang
dapat diambil. Agar mencapai sasaran yang telah ditetapkan, tujuan-tujuan yang bersifat
ekonomi, sosial, dan politik harus digabungkan dengan tepat. Berikut ini adalah rincian
tentang kebijakan yang dianggap seharusnya diimplementasikan oleh pemerintah,
sebagaimana yang dikemukakan oleh Sadono Sukirno (2006) sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003, dimana kebijakan makro merupakan wewenang pemerintah yang
dikelola oleh Menteri Keuangan. Oleh karena itu, terdapat beberapa tindakan kebijakan yang
dapat diambil oleh pemerintah:

1. Mempermudah proses perizinan untuk investasi di sektor industri dan pertanian.


2. Meningkatkan program padat karya dalam proyek-proyek pembangunan di sektor
pekerjaan umum.
3. Memberlakukan insentif atau pembatasan terhadap sektor jasa yang memiliki
keterbatasan dalam penyerapan tenaga kerja.
4. Mengubah sistem pemberian pinjaman atau kredit.
5. Mengimplementasikan asuransi pengangguran untuk mengurangi dampak psikologis
dan sosial.
6. Mendorong pengembangan dan memberikan insentif bagi penciptaan lapangan kerja
melalui kewirausahaan.
7. Membentuk serikat pekerja yang kuat untuk mengurangi angka pengangguran jenis
friksional.
8. Mendirikan lembaga pelatihan di perguruan tinggi guna mengatasi pengangguran
struktural.

Terdapat solusi-solusi untuk mengatasi isu pengangguran di Indonesia yang dapat


diterapkan sebagai berikut:

1. Memperluas peluang pekerjaan: Peluang pekerjaan dapat diperluas melalui dua cara:
• Pengembangan industri, terutama di sektor industri yang membutuhkan
banyak tenaga kerja.
• Pelaksanaan berbagai proyek pekerjaan umum, seperti pembangunan
infrastruktur jalan, saluran air, bendungan, dan jembatan.
2. Mengurangi jumlah angkatan kerja.
3. Meningkatkan kualitas tenaga kerja yang ada sehingga mereka mampu menyesuaikan
diri dengan persyaratan yang diperlukan oleh situasi saat ini.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Pengangguran merupakan isu makroekonomi yang memiliki dampak langsung pada
individu dan dianggap sebagai masalah yang sangat serius. Kehilangan pekerjaan oleh
banyak orang berarti menurunnya tingkat hidup dan meningkatnya tekanan psikologis. Oleh
karena itu, tidak heran bahwa pengangguran sering menjadi topik utama dalam perdebatan
politik, dan para politisi sering menjanjikan kebijakan-kebijakan yang mereka klaim akan
membantu menciptakan lapangan kerja. Dalam istilah umum, pengangguran didefinisikan
sebagai situasi di mana seseorang yang termasuk dalam angkatan kerja aktif mencari
pekerjaan, tetapi belum berhasil mendapatkannya. Pengangguran mencerminkan berapa
banyak dari angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan.

Teori Framing dan Teori Agenda Setting adalah dua kerangka konsep dalam
komunikasi yang digunakan untuk menganalisis bagaimana media massa memengaruhi cara
masyarakat memahami isu-isu tertentu. Walaupun keduanya berkaitan dengan peran media
dalam membentuk pemikiran publik, keduanya memiliki fokus yang berbeda. Teori Framing
menekankan pada cara media dan komunikator lainnya merancang narasi dan konteks
tertentu untuk mempengaruhi cara masyarakat memandang suatu isu. Teori Agenda Setting,
di sisi lain, berkaitan dengan bagaimana media massa memilih isu-isu apa yang harus
menjadi perhatian utama masyarakat, daripada cara isu-isu tersebut dijelaskan. Meskipun ada
perbedaan fokus antara keduanya, seringkali mereka berinteraksi. Teori Framing dapat
membantu menjelaskan bagaimana media massa memilih dan merancang isu-isu yang
kemudian menjadi bagian dari agenda publik, seperti dalam konteks isu pengangguran.

Teori Agenda Setting dapat diterapkan dalam konteks pengangguran dengan


membantu kita memahami peran media massa dalam membentuk fokus perhatian masyarakat
dan persepsi mereka mengenai isu pengangguran. Dalam konteks ini, berikut adalah beberapa
cara di mana Teori Agenda Setting terkait dengan fenomena pengangguran:
1. Menyusun Agenda Publik: Media massa memiliki kemampuan untuk menentukan
isu-isu yang menjadi fokus utama perhatian masyarakat terkait isu pengangguran.
Dengan memberikan liputan yang mendalam mengenai statistik pengangguran, kisah
individu yang terkena dampak pengangguran, serta implikasi ekonomi dan sosial dari
pengangguran, media dapat mempromosikan pengangguran sebagai isu yang penting
yang memerlukan perhatian masyarakat.
2. Mempengaruhi Prioritas dan Pemahaman: Melalui berita, investigasi, atau program
khusus, media massa dapat memengaruhi pemahaman masyarakat tentang penyebab
dan konsekuensi pengangguran. Mereka juga dapat membentuk persepsi tentang
apakah pengangguran merupakan masalah struktural dalam ekonomi atau bagian dari
siklus ekonomi yang alami.
3. Dampak pada Kebijakan Pemerintah: Media massa dapat memengaruhi proses
pembuatan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pengangguran. Dengan
memberikan sorotan berkelanjutan dan mendalam pada isu pengangguran, media
massa dapat mendorong pemerintah untuk mengambil tindakan berupa kebijakan
yang mendukung pembuatan lapangan kerja atau program pelatihan bagi mereka yang
menganggur.
4. Peningkatan Kesadaran: Media massa juga memiliki peran dalam meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang berbagai aspek pengangguran, termasuk dampaknya
pada individu dan komunitas, serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi
permasalahan ini.
5. Mendorong Diskusi Publik: Berita dan laporan mengenai pengangguran sering kali
memicu diskusi publik mengenai solusi-solusi yang dapat diterapkan untuk
mengurangi tingkat pengangguran. Diskusi ini dapat mencakup pertimbangan tentang
pendidikan, pelatihan, kebijakan fiskal, serta berbagai upaya yang dilakukan untuk
menciptakan lapangan kerja.

Teori Framing atau Framing Theory, adalah kerangka konsep yang berguna dalam
menganalisis isu pengangguran dengan fokus pada cara media massa, organisasi, atau
individu merancang narasi (frame) isu tersebut dalam berita, laporan, atau komunikasi publik.
Teori Framing menekankan bahwa cara suatu isu dipresentasikan dalam konteks tertentu
memiliki potensi untuk memengaruhi cara masyarakat memahami dan merespons isu
tersebut. Dalam analisis pengangguran, Teori Framing membantu kita memahami bagaimana
isu pengangguran dipahami dan dilihat oleh masyarakat. Berikut adalah cara Teori Framing
dapat diterapkan dalam konteks pengangguran:

1. Membingkai Isu Pengangguran: Media massa dan komunikator lainnya memiliki


pilihan dalam cara mereka merancang narasi pengangguran. Mereka dapat memilih
untuk menggambarkan pengangguran sebagai masalah ekonomi, sosial, atau politik.
Selain itu, mereka dapat memilih untuk menyoroti pengangguran sebagai hasil dari
faktor eksternal, seperti resesi ekonomi, atau sebagai akibat dari faktor internal,
seperti kurangnya keterampilan atau pendidikan. Setiap kerangka ini akan membentuk
persepsi masyarakat mengenai penyebab dan solusi terkait pengangguran.
2. Membingkai Dampak Pengangguran: Isu pengangguran juga dapat dibingkai dengan
fokus pada dampaknya pada individu dan komunitas. Media massa dapat memilih
untuk menyoroti kisah individu yang mengalami pengangguran, seperti hilangnya
pendapatan, kesulitan keuangan, atau masalah kesehatan mental. Dalam kerangka ini,
pengungkapan tersebut dapat memicu simpati masyarakat terhadap individu yang
terkena dampak pengangguran.
3. Pada hakikatnya, dalam Teori Framing, perlu diingat bahwa cara suatu isu disajikan
dapat memiliki dampak besar pada cara masyarakat memahami dan melihat isu
pengangguran, dan juga dapat memengaruhi tindakan yang diambil oleh pemerintah
dan masyarakat dalam menangani permasalahan ini.
4. Membingkai Solusi Pengangguran: Media massa memiliki kemampuan untuk
merancang kerangka solusi terkait pengangguran, seperti program pelatihan,
dukungan sosial, atau insentif bagi perusahaan untuk menciptakan lapangan kerja.
Kerangka ini akan memengaruhi pemahaman masyarakat tentang langkah-langkah
yang perlu diambil untuk mengatasi isu pengangguran.
5. Membingkai Tindakan Pemerintah: Isu pengangguran juga bisa dibingkai dalam
konteks tindakan yang diambil oleh pemerintah. Media massa dapat menyoroti
kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi pengangguran dan
memberikan penilaian tentang efektivitasnya. Ini bisa mempengaruhi pandangan
masyarakat terhadap kinerja pemerintah dalam menangani isu ini.

Dalam analisis isu pengangguran dengan pendekatan Agenda Setting, perlu


mempertimbangkan bagaimana media massa mengulas isu ini dan dampaknya pada
perubahan sosial dan kebijakan yang berkaitan. Analisis framing dalam konteks
pengangguran dapat mengungkapkan bagaimana media massa dan komunikator lainnya
memengaruhi persepsi masyarakat terhadap isu ini, serta bagaimana hal tersebut dapat
memengaruhi perubahan sosial, tindakan pemerintah, dan respons masyarakat terhadap
pengangguran.

DAFTAR PUSTAKA
Adriyanto, Didi Prasetyo, Rosmiyati Khodijah. (2020). Angkatan Kerja Dan Faktor Yang
Mempengaruhi Pengangangguran. Jurnal Ilmu Ekonomi & Sosial,11 (2): 66 – 82

Franita, Riska, Andes Fuady. (2019). ANALISA PENGANGGURAN DI INDONESIA.


Nusantara ( Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial ), 2

Handayani, Yaya Sri, dkk. (2022). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengangguran Di


Indonesia. Jurnal Spirit Edukasia, 02 (02): 317-323

Hartawan, Yusuf. (2020). KOMUNIKASI PERSUASIF DISNAKERTRANS KOTA


BOGOR MENGATASI MASALAH PENGANGGURAN GENERASI MILENIAL
(Kajian Kualitatif Tentang Komunikasi Persuasif Melalui Media Sosial Instagram
Pada Program Pengurangan Pengangguran Di Kota Bogor). LINIMASA : JURNAL
ILMU KOMUNIKASI, 3 (2)

Ishak, K. (2018). Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Pengangguran Dan Inflikasi Terhadap


Indeks Pembangunan Di Indonesia. IQTISHADUNA: Jurnal Ilmiah Ekonomi
Kita, 7(1), 22-38.
https://www.ejournal.stiesyariahbengkalis.ac.id/index.php/iqtishaduna/article/view/12
1

Muzzaki, Arrizal Diwa, dkk. (2023). Perubahan Sosial Kultural Masyarakat Pedesaan (Suatu
Tinjauan Teoritik-Empirik). Dewantara : Jurnal Pendidikan Sosial Humaniora, 2 (3):
01-17

Anda mungkin juga menyukai