Anda di halaman 1dari 5

GAMBARAN SITUASI KETENAGAKERJAAN, PENGANGGURAN, DAN

KEMISKINAN DI INDONESIA MENJADI TOPIK YANG DIBAHAS DALAM


"MASALAH DAN SOLUSI"

Situasi ketenagakerjaan, pengangguran, dan kemiskinan di Indonesia dari tahun 2007


hingga 2011 telah mengalami beberapa perubahan yang signifikan. Dalam beberapa tahun
tersebut, terlihat adanya sensitivitas atau elastisitas yang relatif tinggi terhadap pertumbuhan
ekonomi. Namun, dampak krisis ekonomi global menyebabkan Pemerintah Indonesia
memperkirakan peningkatan jumlah pengangguran atau pemutusan hubungan kerja (PHK)
pada tahun tersebut.
Seorang dosen dari Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam di Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo, Muhdar HM, menjelaskan bahwa jumlah tambahan
pengangguran diperkirakan mencapai 200 ribu orang sebagai akibat dari penurunan
pertumbuhan ekonomi dari perkiraan semula sebesar 5,5% menjadi hanya 4,5%. Penurunan
pertumbuhan ekonomi ini disebabkan oleh menurunnya pertumbuhan ekspor yang
seharusnya tumbuh sebesar 5%, namun hanya mencapai 2,5%. Selain itu, produktivitas
nasional juga mengalami penurunan.
Jika pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 4,5%, maka jumlah penduduk miskin
diperkirakan mencapai 30,24 juta jiwa atau 13,34% dari total penduduk. Krisis ekonomi
global yang melanda dunia memiliki dampak yang tidak dapat dicegah oleh satu negara saja,
dan hal ini berdampak pada kesehatan ekonomi nasional. Untuk mengatasi masalah ini,
diperlukan langkah-langkah untuk meminimalkan dampak negatif tersebut serta melakukan
pemikiran ulang tentang makna reformasi ekonomi.
Kemiskinan dan pengangguran tidak boleh dianggap sebagai hasil sampingan dari
pertumbuhan ekonomi, melainkan harus menjadi fokus utama dalam perencanaan
pembangunan. Penanggulangan pengangguran dan kemiskinan bukanlah masalah yang sepele
dan harus menjadi prioritas. Namun, seringkali penanganan masalah ini dilakukan ketika
masalah tersebut sudah menjadi isu nasional, padahal penanganan yang efektif seharusnya
telah dipersiapkan sebelumnya.
Salah satu penyebab terjadinya masalah ini adalah orientasi para perencana
pembangunan yang terlalu berfokus pada sektor pasar. Ketika pertumbuhan ekonomi
tergantung terlalu banyak pada industri dan perusahaan besar, maka usaha ekonomi rakyat
lambat laun akan terpinggirkan. Barulah saat terjadi krisis global, pemerintah menyadari
pentingnya pertumbuhan ekonomi usaha kecil dan menengah serta melibatkan mereka.
Meskipun pemerintah telah memiliki kebijakan strategi tiga jalur (progrowth,
propoor, dan proemployment), belum tentu kebijakan tersebut diimplementasikan dengan
baik. Terdapat kebutuhan akan kebijakan makro yang komprehensif antar sektor, seperti
hubungan antara pembangunan pertanian dengan sektor industri, perdagangan,
ketenagakerjaan, pembangunan daerah, infrastruktur, dan sektor lainnya. Selain itu, penting
juga untuk menentukan instansi mana yang bertanggung jawab dalam mencapai keberhasilan
kebijakan pembangunan tersebut.
Adanya ketidakberpihakan terhadap masalah pengangguran dan kemiskinan akan
semakin memperburuk situasi. Secara ekonomi, daya beli masyarakat akan melemah dan
mereka akan kesulitan memenuhi kebutuhan hidup minimum. Secara psikologis, mereka juga
akan menderita secara mental. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengoptimalkan sumber
daya yang ada dan mencari sumber-sumber ekonomi potensial lainnya. Program stimulus
ekonomi dan pengembangan infrastruktur sebaiknya difokuskan pada sektor padat karya,
terutama usaha kecil dan menengah seperti pertanian dan industri.
Batasan masalah yang diajukan adalah bagaimana masalah pengangguran dan
kemiskinan di Indonesia dari tahun 2007 hingga 2011.
Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi karena tenaga
kerja merupakan salah satu faktor produksi yang memperoleh balas jasa. Masalah
kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi baik di tingkat nasional maupun regional
menjadi fokus perhatian banyak orang. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi membutuhkan
peningkatan investasi dan kebijakan ekonomi yang kondusif. Dengan adanya investasi baru,
diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya menciptakan
lapangan kerja baru.
Dalam terminologi Badan Pusat Statistik (2007), terdapat beberapa konsep penting
dalam memahami masalah ketenagakerjaan di Indonesia. Pertama, tingkat partisipasi
angkatan kerja adalah indikator yang menggambarkan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas
yang terlibat dalam kegiatan ekonomi. Kedua, tingkat pengangguran terbuka mengacu pada
jumlah penduduk yang tidak memiliki pekerjaan tetapi mencari pekerjaan aktif. Ketiga,
penyerapan tenaga kerja merujuk pada jumlah individu yang terserap dalam berbagai
lapangan kerja dalam suatu periode.
Dalam teori ketenagakerjaan menurut Badan Pusat Statistik (2007), digunakan
Konsep Dasar Angkatan Kerja (Standar Labour Force Concept) seperti yang
direkomendasikan oleh International Labour Organization (ILO). Konsep ini membagi
penduduk menjadi dua kategori, yaitu usia kerja dan bukan usia kerja. Penduduk usia kerja
terdiri dari angkatan kerja dan non-angkatan kerja. Angkatan kerja mencakup individu yang
bekerja dan yang menganggur, sedangkan non-angkatan kerja terdiri dari penduduk yang
pada periode tertentu tidak terlibat dalam aktivitas ekonomi, baik karena alasan pendidikan,
tanggung jawab rumah tangga, atau alasan lainnya (seperti pensiun, menerima
transfer/kiriman uang, bunga deposito, lanjut usia, atau alasan lainnya).
Selain itu, United Nations (1962) mendefinisikan angkatan kerja atau penduduk yang
aktif secara ekonomi sebagai individu yang terlibat dalam produksi barang dan jasa secara
ekonomi, termasuk mereka yang tidak bekerja tetapi bersedia untuk bekerja. Penduduk yang
bekerja adalah individu yang melakukan kegiatan penghasilan atau keuntungan minimal
selama satu jam dalam satu minggu terakhir. Kegiatan tersebut harus dilakukan secara
berkelanjutan dan tidak terputus.
Pengangguran
Pengangguran dianggap sebagai masalah yang selalu ada dalam perekonomian
menurut Keynes. Ini terjadi ketika permintaan efektif dalam masyarakat lebih rendah dari
kemampuan produksi faktor-faktor produksi yang tersedia. Definisi pengangguran bervariasi,
tetapi secara umum mengacu pada individu yang mencari pekerjaan tetapi belum berhasil
mendapatkannya. Pengangguran dapat dibedakan menjadi tiga jenis: pengangguran
terselubung, setengah menganggur, dan pengangguran terbuka. Faktor-faktor yang
menyebabkan pengangguran meliputi ketidakseimbangan antara angkatan kerja dan
kesempatan kerja yang tersedia, ketidakseimbangan struktur lapangan kerja, kebutuhan
tenaga terdidik yang tidak seimbang dengan penyediaannya, peran dan aspirasi angkatan
kerja wanita, serta ketidakseimbangan penyediaan dan pemanfaatan tenaga kerja antar
daerah. Dampak pengangguran meliputi penghambatan pertumbuhan ekonomi, penurunan
pendapatan nasional, pengurangan pendapatan dari sektor pajak, penurunan daya beli
masyarakat, penurunan investasi, hilangnya mata pencaharian, hilangnya keterampilan, dan
ketidakstabilan sosial politik.
Kemisikinan
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu kemiskinan absolut dan
kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut terjadi ketika pendapatan seseorang berada di bawah
garis kemiskinan atau tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum seperti
pangan, sandang, kesehatan, perumahan, dan pendidikan. Kemiskinan relatif terjadi ketika
pendapatan seseorang berada di atas garis kemiskinan, tetapi masih lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya.
Kemiskinan juga dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya menjadi tiga jenis, yaitu
kemiskinan natural, kemiskinan struktural, dan kemiskinan kultural. Kemiskinan natural
terjadi karena kelompok masyarakat tersebut memiliki keterbatasan sumber daya yang
memadai, baik sumber daya alam maupun manusia, sehingga mereka tidak dapat ikut serta
dalam pembangunan dan mendapatkan pendapatan rendah. Kemiskinan struktural disebabkan
oleh ketidakseimbangan hasil pembangunan, termasuk kemiskinan absolut dan relatif.
Kemiskinan kultural terkait dengan sikap hidup dan kebiasaan masyarakat yang
mengakibatkan mereka tidak berpartisipasi dalam pembangunan, menolak perubahan, dan
tidak berusaha memperbaiki kehidupan mereka.
Beberapa definisi kemiskinan dari sumber lain adalah sebagai berikut:
 BAPPENAS (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) mendefinisikan
kemiskinan sebagai kondisi di mana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu
memenuhi hak-hak dasarnya untuk hidup yang bermartabat, seperti kebutuhan
pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, dan lainnya.
 BPS (Badan Pusat Statistik) menyatakan bahwa kemiskinan adalah ketidakmampuan
memenuhi standar minimum kebutuhan dasar, baik makanan maupun non-makanan.
 UNDP (Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa) mengartikan
kemiskinan sebagai ketidakmampuan untuk memperluas pilihan-pilihan hidup,
termasuk tidak adanya partisipasi dalam pengambilan kebijakan publik sebagai salah
satu indikator kemiskinan.
Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara kelompok
masyarakat berpendapatan tinggi dan rendah serta tingkat kemiskinan adalah dua masalah
utama di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia.
Untuk mengurangi kemiskinan, diperlukan strategi pengurangan kemiskinan yang
melibatkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, pemerintahan yang baik, dan
pembangunan sosial. Intervensi pemerintah yang tepat melalui kebijakan yang sesuai dengan
sasaran yang ditentukan dapat membantu mengurangi kemiskinan.
Pengukuran kemiskinan dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan kebutuhan
dasar atau indikator pendapatan. Beberapa indeks kemiskinan yang sering digunakan adalah
Indeks Send, Indeks Foster-Greer-Thorbecke (FGT), dan Indeks Kemiskinan Manusia.

REFERENSI
Arifianto, A., Marianti, R., & Budiyati, S. (2005). Menyediakan Layanan Efektif bagi Kaum
Miskin di Indonesia: Laporan Mekanisme Pembiayaan Kesehatan (JPK-GAKIN) di
Kabupaten Tabanan, Bali: Sebuah Studi Kasus. Lembaga Penelitian SMERU, Jakarta.
BAPENAS. (2007). Kumpulan Bahan Pelatihan. Pemantauan dan Evaluasi Program
Penanggulangan Kemiskinan, Jakarta.
Potret Ketenagakerjaan, Pengangguran, dan Kemiskinan di Indonesia: Masalah dan Solusi.
(2015). Jurnal Al-Buhuts, 11(1), 65. ISSN 1907-0977, E-ISSN 2442-823X.
Badan Pusat Statistik. (2007). Statistik Sosial Sulawesi Selatan Tahun 2007. Bappeda Sulsel
dan BPS Sulsel, Makassar.
Badan Pusat Statistik. (2007). Analisis Sensus Ekonomi 2006 Mengenai Ketenagakerjaan
Provinsi Sulawesi Selatan (Hasil Sensus Sampel 2007). BPS Sulsel, Makassar.
Sukirno, S. (1981). Pengantar Teori Makro Ekonomi. Lembaga Penerbitan Universitas
Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Rahardja, P., & Manurung, M. (2004). Pengantar Ilmu Ekonomi: Mikroekonomi dan
Makroekonomi. Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
Jakarta.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan.
Gregorius Sahdan. Menanggulangi Kemiskinan Desa. Retrieved from
http://www.ekonomirakyat.org
Artikel "PENGANGGURAN DAN KEMISKINAN" (n.d.). Retrieved from
http://www.scribd.com/doc/49101647/artikel-PENGANGGURAN-
DANKEMISKINAN
"Sulitnya Pengangguran dan Kemiskinan Dicegah" (n.d.). Retrieved from
http://indosdm.com/sulitnya-pengangguran-dan-kemiskinan-dicegah
"Pengangguran dan Kemiskinan: Ekonomi Rakyat" (n.d.). Retrieved from
http://www.waspada.co.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=13459:pengangguran-kemiskinan-ekonomi-
rakyat&catid=25:artikel&Itemid=44
"Artikel 1 Masalah Pengangguran dan Kemiskinan" (2010, March 11). Retrieved from
www.scribd.com/doc/40800981/Artikel-Pengangguran

Anda mungkin juga menyukai