Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TERHADAP

PENGANGGURAN DAN KEMISKINAN DI INDONESIA

Latar belakang

Pembangunan ekonomi merupakan upaya perubahan struktural yang bertujuan

untuk meningkatkan produktivitas dan menciptakan kesempatan kerja yang pada

akhirnya akan meningkatkan pendapatan penduduk. Pembangunan ekonomi

merupakan proses multidimensional yang melibatkan bermacam-macam perubahan

mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusi-institusi nasional

disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan

ketimpangan wilayah, pengentasan kemiskinan serta penurunan tingkat

pengangguran (Todaro, 2003).

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

menilai kinerja suatu perekonomian, terutama untuk melakukan analisis tentang hasil

pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan suatu negara atau suatu daerah.

Pertumbuhan ekonomi suatu negara atau suatu wilayah yang terus menunjukkan

peningkatan menggambarkan bahwa perekonomian negara atau wilayah tersebut

berkembang dengan baik. Pertumbuhan ekonomi belum dapat dikatakan berhasil jika

beban sosial semakin berat, distribusi pendapatan tidak merata, jumlah penduduk di

bawah garis kemiskinan semakin meningkat serta masih tingginya tingkat

pengangguran (Noviyanti, 2014).

Kemiskinan adalah masalah dalam pembangunan. Kemiskinan sampai sekarang, terlihat

jelas sebagai ketidak mampuan dalam ekonomi, tetapi juga kegagalan untuk memenuhi hak

hak

dasar dan perlakuan khusus bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalankan

ek

sistensi kedaulatan. Umumnya hak


-

hak esensial mencakup pemenuhan kebutuhan akan

makanan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, air bersih, tanah, sumber daya

alam, lingkungan hidup, dan keputusan untuk berpartisipasi dalam sosial politik. Ada b

anyak

dampak buruk yang ditimbulkan oleh kemiskinan, selain berkembangnya berbagai masalah

sosial, kemiskinan juga dapat mempengaruhi kemajuan ekonomi suatu negara. Kemiskinan

yang tinggi akan membuat anggaran yang besar untuk mendapatkan pembangunan ekono

mi,

sehingga secara tidak langsung akan menghambat jalannya perekonomian. Masyarakat miskin

memiliki daya beli yang rendah sehingga efek

multiplier

kecil lalu menyebabkan pertumbuhan

ekonomi tidak bisa tumbuh cepat

Utami

020

kemiskinan merupakan suatu kondisi di mana seorang individu atau keluarga tidak dapat
beradaptasi dengan masalah yang signifikan. Indonesia adalah negara yang sarat dengan paradoks,
bangsa ini adalah bangsa yang subur dan memiliki kekayaan alam yang melimpah, namun
sebagian besar penduduknya tergolong miskin. Pada dasarnya, kemajuan pembangunan adalah
kemajuan kegiatan dengan memanfaatkan semua potensi sebagai modal besar yang kokoh dan
layak melalui rencana pemanfaatan untuk bekerja pada peningkatan kesejahteraannya.
Perluasan direncanakan untuk membangun pendapatan yang tidak dapat dipisahkan dari
pencapaian pembangunan ekonomi dan yang dicapai dengan memperkirakan tingkat pembangunan
ekonomi di suatu domain (Aludhori2017).Timbulnya kemiskinan antara lain disebabkan oleh
keterbelakangan manusia dan sumber daya alam. Produktivitas sumber daya alam sangat
bergantung pada batas produktif manusia. Jika banyak orang miskin dan tidak cukup terdidik, itu
akan menyebabkan tidak adanya keterampilan, pengetahuan, dan kewirausahaan yang kemudian
akan menyebabkan sumber daya alam yang tersedia tidak berkembang, dibiarkan, atau bahkan
disalahgunakan. Faktor lain yang kemiskinan adalah kekurangan SDM. Dengan asumsi individu
tidak memiliki kapasitas, mereka tidak akan mendapatkan pemasukan/pendapatan yang
menyebabkan daya beli mereka berkurang sehingga mereka terjebak ke dalam lingkaran
kemiskinan. Ini akan mempengaruhi pembangunan ekonomi di suatu daerah dan suatu negara
(Prasentyoningrum, Sukmawati2018)

Kehadiran individu yang miskin di suatu tempat tidak akan membawa perbaikan pada

suatu daerah sehingga harus digentaskan. Pengentasan kemiskinan telah menjadi ujian besar

yang dalam pembangunan, karena pembangunan tidak terletak pada pendapatan yang didapat

oleh suatu daerah, tetapi pada upaya pemenuhan kebutuhan individu itu sendiri (Meriyanti

2015). Kemiskinan digambarkan sebagai kekurangan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan

dasar hidup atau kebutuhan dasar minimum, terutama sandang, pangan, papan, dan kesehatan

(Segoro, Pou 2016).

Pembangunan dalam perspektif yang saat ini sedang dilakukan adalah pembangunan

terkait ekonomi yang diantisipasi oleh pembangunan manusia dilihat dari tingkat kualitas

kehidupan manusia di setiap negara. Pembangunan manusia adalah salah satu upaya yang

dapat diperoleh untuk mendapatkan kemajuan di berbagai bidang. Salah satu tolok ukur yang

digunakan dalam melihat gagasan kehidupan manusia adalah IPM (Mirza 2011). IPM juga

digunakan untuk mengelompokkan apakah suatu negara diakui sebagai negara maju, negara

berkembang atau negara terbelakang. Ini adalah tolok ukur untuk memutuskan pengaruh

kebijakan ekonomi di suatu Negara (Ningrum 2017).

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah penanda yang digunakan untuk melihat

pencapaian dalam pergantian pembangunan manusia. Pointer ini dapat mempengaruhi

produktivitas lingkungan, IPM rendah maka kemampuan lingkungan juga menjadi rendah.

Rendahnya efisiensi kerja masyawarah lokal akan menambah kuantitas masyarakat yang tidak

mampu dan miskin(Wati dan Sadjiarto).

IPM adalah salah satu penanda untuk menentukan pertumbuhan peningkatan ekonomi

yang mempengaruhi tingkat fisik dan non-fisik masyarakat, terutama kesehatan, kesejahteraan,

tingkat sekolah dan indikator ekonomi. Dengan demikian, manusia adalah kekayaan pure

negara. Ekspansi nyata dan tidak nyata dalam SDM menunjukkan peningkatan batas

fundamental masyarakat. Pembangunan ekonomi dan peningkatan manusia saling terkait dan
menambah satu sama lain. Tingkat kemajuan manusia yang signifikan sangat menentukan

kemampuan daerah tersebut untuk mengasimilasi dan menyaring sumber-sumber

pembangunan ekonomi, terlepas dari apakah itu dikaitkan dengan teknologi, inovasi maupun

lembaga sebagai teknik penting untuk mencapai pembangunan ekonomi(Putri 2019).

IPM mengukur pencapaian peningkatan manusia berdasarkan jumlah bagian dari

komponen kualitas individu. IPM diselesaikan berdasarkan data yang dapat menggambarkan

angka harapan hidup, rata – rata lama sekoalah, dan daya beli masyarakat terhadap berbagai

kebutuhan pokok (Segoro, Pou 2016).

IPM memiliki beberapa manfaat sebagai fitur dari ekonomi, yaitu penanda penting

untuk mengukur pencapaian dengan tujuan akhir membangun kualitas manusia, dapat

menentukan posisi dan tingkat pembangunan suatu daerah atau Negara. Bagi Indonesia IPM

merupakan data penting karena tidak terlepas dari sejauh mana pelaksanaan kinerja

pemerintah. Keterkaitan antara IPM dengan pembangunan juga merupakan tolak ukur dimana

pembangunan merupakan perubahan dari kondisi tertentu ke kondisi yang lebih baik.

Mengenai kesejahteraan sosial, pembangunan menyiratkan upaya untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, setiap perubahan yang menuju kondisi yang lebih

baik dapat diartikan sebagai semacam pembangunan (Garnella, Wahid, Yulindawati 2020).

Indonesia sebagai negara berkembang dengan jumlah penduduk yang tinggi

memiliki potensi pasar yang cukup besar dilihat dari sisi input tenaga kerja. Jumlah

penduduk yang besar dapat menggerakkan pasar dari sudut permintaan melalui

multiplier effect karena adanya aggregat demand yang tinggi. Sebagai sumber tenaga

kerja, jumlah penduduk yang besar dapat menjadi penggerak perekonomian dari sisi

penawaran. Namun, pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat apabila

tidak diimbangi dengan peningkatan kesempatan kerja akan mengakibatkan

terjadinya masalah ketenagakerjaan seperti semakin tinggi angka pengangguran yang

dapat meningkatkan probabilitas kemiskinan, kriminalitas dan fenomena sosial-

ekonomi di masyarakat (Wahyuni, 2005).

Masalah pengangguran merupakan salah satu masalah yang cukup serius


dihadapi oleh negara berkembang seperti Negara Indonesia. Menurut Alghofari, 2010

menyatakan bahwa pengangguran terjadi sebagai akibat dari tingginya tingkat

perubahan angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan adanya lapangan pekerjaan

yang cukup luas serta penyerapan tenaga kerja yang cenderung kecil persentasenya.

Hal ini disebabkan oleh rendahnya tingkat pertumbuhan penciptaan lapangan kerja

untuk menampung tenaga kerja yang siap bekerja.

Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur pengangguran

adalah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Besarnya nilai TPT memberikan indikasi

besarnya penduduk usia kerja yang termasuk dalam pengangguran. Menurut Badan

Pusat Statistik (BPS) Indonesia (2016), pengangguran terbuka yaitu terdiri dari

mereka yang tidak mempunyai pekerjaan, sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan

usaha dan mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin

mendapatkan pekerjaan serta mereka yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi belum

mulai bekerja. Besarnya tingkat pengangguran di Indonesia dari tahun 2011-2015

terlihat pada Gambar 1.1 berikut ini:

Gambar 1.1 menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di

Indonesia berfluktuasi tiap tahunnya. Tingkat pengangguran tertinggi di Indonesia

selama tahun 2011-2015 terjadi pada tahun 2011 sebesar 7,48%, kemudian menurun

sampai 6,13% pada tahun 2012, namun pada tahun 2015 mengalami peningkatan

menjadi 6,18%.

Pulau Jawa sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dan sebagai pusat kawasan

industri harusnya mampu menyerap tenaga kerja sehingga dapat mengurangi

tingginya tingkat pengangguran. Hal ini dapat dilihat dari besarnya kontribusi sektor

industri di Pulau Jawa yang mampu menyumbang sebesar 58% terhadap PDB

nasional. Selain itu, sektor industri di Pulau Jawa mampu menjadi leading sector

dengan kontribusi sebesar 29,87% terhadap PDRB. Sedangkan wilayah lain masih

belum bisa berkontribusi banyak, seperti Pulau Sumatera dan Kalimantan hanya

berkontribusi 24% dan 9% (BPS Indonesia, 2016). Berbeda halnya dengan pulau-
pulau lain yang berada di wilayah tengah dan timur Indonesia, meskipun wilayah dan

potensi alamnya cukup luas namun kontribusinya terhadap perekonomian nasional

masih sangat kecil (Gambar 1.2).

Indikator ekonomi yang berpengaruh terhadap tingkat

pengangguran dapat disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang sangat

penting dalam menilai apakah perekonomian di suatu wilayah atau

daerah tersebut berkembang atau tidak, terutama untuk melakukan

analisis tentang hasil pembangunan ekonomi yang telah

dilaksanakan suatu negara (Mustika, 2010). Pertumbuhan ekonomi

pada suatu negara jika terus meningkat pada waktu-kewaktu, ini

menunjukkan bahwa perekonomian negara tersebut mengalami

peningkatan, sebaliknya apabila perekonomian tidak mengalami

peningkatan bahkan mengalami penurunan, itu menunjukkan

bahwa perekonomian suatu wilayah tersebut tidak mengalami

peningkatan dan tidak mengalami kemajuan yang baik. Hal ini

dapat menimbulkan banyak masalah bagi suatu negara dan akan

memperburuk perekonomian di negara tersebut, hal terburuk yang

akan timbul dalam masalah perekonomian tersebut diantaranya

adalah masalah pengangguran.

Menurut Sukirno (2016), salah satu faktor utama yang

menimbulkan pengangguran adalah kekurangan pengeluaran

agreget, dimana para perusahaan memproduksi barang dan jasa

dengan maksud untuk mencari keuntungan dan keuntungan

tersebut hanya akan dapat diperoleh apabila para perusahaan dapat

menjual barang yang mereka produksikan. Dengan demikian

semakin besar permintaan terhadap barang tersebut, semakin

banyak barang dan jasa yang akan di produksi. Dengan


meningkatkan hasil produksi yang dilakukan akan menambah

penggunaan tenaga kerja dengan demikian terdapat perhubungan

yang erat diantara tingkat pendapatan nasional (GDP) yang dicapai

dengan penggunaan tenaga kerja yang dilakukan, semakin tinggi

pendapatan nasional (GDP), semakin banyak penggunaan tenaga

kerja maka tingkat pengangguranpun akan semakin berkurang.

Berdasarkan hukum okun (Okun’s Law), untuk setiap

penurunan 2 persen Gross Domestic Product (GDP) yang

berhubungan dengan GDP potensial, maka angka pengangguran

meningkat 1 persen. Ini menunjukkan bahwa setiap pergerakan

penurunan tingkat Gross Domestic Product akan meningkatkan

jumlah penggangguran di negara tesebut. Begitupun sebaliknya

dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang semakin

meningkat dengan baik maka hal ini akan membuat tingkat

pengagguran semakin berkurang, dengan kata lain angka

penggangguran pada sebuah negarapun akan semakin menurun dari

tahun sebelumnya. Hukum Okun ini menyatakan bahwa terdapat

hubungan antara tingkat pengangguran dan GDP (Samuelson,

2004).

Indikator selanjutnya yang berpengaruh terhadap

pegangguran juga disebabkan oleh rendahnya tingkat indeks

pembangunan manusia (IPM). Indeks pembangunan manusia

merupakan ukuran capaian pembangunan manusia berbasis

sejumlah komponen dasar kualitas hidup berupa pendidikan,

kesehatan dan standar hidup. Kualitas sumberdaya manusia juga

dapat menjadi faktor penyebab terjadinya pengangguran (Latifah

dkk, 2017).

Human Development Index (HDI) atau Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) merupakan suatu terobosan dalam


menilai pembangunan manusia dari suatu negara untuk

menentukan apakah negara tersebut termasuk negara maju,

berkembang atau miskin. IPM diukur dari harapan hidup, melek

huruf, pendidikan dan standar hidup (Putra, 2018). Indeks

pembangunan manusia yang dapat menurunkan tingkat

pengangguran salah satunya dapat dilihat dari peningkatan

pembangunan infrastruktur pendidikan. Dengan meningkatnya

pembangunan pendidikan di suatu negara atau daerah maka

permasalahan seperti pengangguran dapat diatasi, hal ini

disebabkan karena angkatan kerja dapat masuk ke dalam pasar

tenaga kerja sesuai dengan kriteria yang diinginkan atau yang

dibutuhkan oleh pasar tenaga kerja tersebut.

UNDP 1995 mendefinisikan pembangunan manusia sebagai

suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk

dalam hal pendapatan, kesehatan, pendidikan, lingkungan fisik, dan

sebagainya. Empat hal pokokyang perlu diperhatikan dalam

pembangunan manusia adalah produktivitas, pemerataan,

kesinambungan dan pemberdayaan (Setiawan dan Abdul, 2013).

Menganggur akan menurunkan pertumbuhan ekonomi dan

menggantungkan hidupnya pada orang-orang yang berproduktif sehingga

menjadikan angka ketergantungan meningkat dan merosotnya pendapatan

per kapita. Salah satu faktor penting dalam menentukan tingkat

kemakmuran suatu masyarakat adalah tingkat pendapatan. Pendapatan

masyarakat akan mencapai maksimum jika tingkat penggunaan tenaga

kerja penuh dapat diwujudkan. Dengan menganggur, sumber daya

menjadi terbuang percuma. Tidak hanya produktivitas yang menurun,

pendapatan masyarakat juga akan berkurang sehingga dapat

menimbulkan kemiskinan dan masalah sosial lainnya.


Menurut BPS, pengangguran yaitu orang yang mencari pekerjaan,

menyiapkan usaha, tidak mencari pekerjaan karena tidak mungkin

mendapatkan pekerjaan, dan yang mempunyai pekerjaan tapi belum

memulai bekerja (BPS, 2015). BPS mengelompokkan orang dewasa ke

dalam beberapa kategori di antaranya sebagai berikut:

a. Bekerja yaitu kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan

maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau

keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang

lalu. Kegiatan tersebut termasuk pola kegiatan pekerja tak dibayar yang

membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi.

b. Pengangguran yaitu seseorang yang berhenti bekerja sementara atau

sedang mencari pekerjaan.

c. Bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih)

yang masih sekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan

kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi.

Terezia V. Pattimahu (2016) menyatakan bahwa pengangguran

terbuka di provinsi Maluku memberikan pengaruh yang positif dan

signifikan terhadap tingkat kemiskinan di provinsi Maluku (Pattimahu 2016). Sedangkan penelitian Ni
ketut (2016) menyatakan pengangguran

tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Bali

(Endrayani dan Dewi, 2016). Dalam penelitian yang akan diambil sebuah

hipoteisis yaitu:

H3: Tingkat Pengangguran berpengaruh positif terhadap tingkat

kemiskinan

Dalam penelitian ini, selain sebagai variabel independen, juga

merupakan variabel intervening. Beberapa riset telah menunjukkan bahwa

IPM memiliki pengaruh terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Kota

Manado melalui tingkat pengangguran terbuka dan bersifat negative


(Latifah, et.al, 2017), dengan demikian dapat dirumuskan bahwa:

H4: Tingkat Pengangguran memediasi antara IPM dan Kemiskinan

Selanjutnya, beberapa riset telah membuktikan bahwa penelitian

Qamariah menunjukkan adanya pengaruh negatif antara pertumbuhan

ekonomi dengan pengangguran begitu juga penelitian Hamidah Muhd

Irpan dkk, bahwa di Malaysia berlaku hukum o’kun dimana Pertumbuhan

ekonomi berpengaruh negatif dengan pengangguran (Irpan et.al, 2017).

Penelitian selamat siregar menunjukkan bahwa pengangguran memediasi

antara pertumbuhan ekonomi dengan pengguran (Siregar, 2017), dengan

demikian dapat dirumuskan bahwa:

H5: Tingkat Pengangguran memediasi antara Pertumbuhan Ekonomi dan

Kemiskinan

Berdasarkan landasan teori, hasil penelitian terdahulu yang

dikemukakan, dan hipotesis. Diperoleh secara ringkas kerangka pikir

penelitian ini sebagai berikut.

Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Pertumbuhan


Ekonomi dan Pengagguran Terhadap Kemiskinan di Indonesia

EQUILIBRIUM, Volume 6, Nomor 2, 2018 227

Keterangan

IPM = Indeks Pembangunan Manusia

PE = Pertumbuhan Ekonomi dengan variabel formatinya

PDRB

PGRN = Pengangguran

KMSKN = Kemiskinan

β = koefisien jalur

1.2. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini

yaitu sebagai berikut:

1. Berapa besar Petumbuhan Ekonomi berpengaruh terhadap

pengangguran di Indonesia?

2. Berapa besar Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

berpengaruh terhadap Pengangguran di Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penenlitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui berapa besar Petumbuhan Ekonomi

berpengaruh terhadap pengangguran di Indonesia?

2. Untuk mengetahui berapa besar Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) berpengaruh terhadap Pengangguran di Indonesia?

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Pengangguran

2.1.1 Definisi Pengangguran

Pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja


sama sekali, sedang mencari pekerjaan, bekerja kurang dari dua

hari selama seminggu atau seseorang yang sedang berusaha

mendapatkan pekerjaan yang layak (Pujoalwanto, 2014).

Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja

atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan

kerja yang disediakan sehingga tidak mampu menyerap angkatan

kerja tersebut. Angkatan kerja adalah suatu keadaan dimana

seseorang tersebut sudah mencapai usia produktif yaitu antara 15

sampai dengan 64 tahun.

Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam

perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas

dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat

menyebabkan timbulnya kemiskinan dan berbagai masalah-

masalah sosial lainnya (Pujoalwanto, 2014). Pengangguran adalah

mereka yang sedang mencari pekerjaan, mereka yang

mempersiapkan usaha, atau mereka yang tidak mencari pekerjaan

karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan dan mereka

yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja dapat

digolongkan sebagai pengangguran (Latumaerissa, 2015).

Anda mungkin juga menyukai