KEMISKINAN
Akhbar Putra Yuliendri 01021182025007
Kampus Indralaya
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengangguran merupakan masalah yang belum terselesaikan bagi pemerintah pusat dan daerah.
Berbagai cara telah ditempuh pemerintah untuk mengatasi masalah ini, namun masalah tersebut
belum juga diselesaikan. Pengangguran disebabkan oleh ketidaksesuaian antara permintaan tenaga
kerja dan penawaran tenaga kerja. Berdasarkan data BPS menunjukkan jumlah penduduk Indonesia
yang mengalami kenaikan dari tahun- ketahun. Dimulai pada tahun 2001 sebesar 214. 448. 300
sampai pada tahun 2020 sebesar 271. 349. 889 jiwa ( BPS, 2001 dan 2020). Kenaikan tersebut juga
diikuti oleh kenaikan jumlah pengangguran, hal ini menunjukkan kenaikan anka kemiskinan dan
perekonomian sehingga jumlah pengangguran pun naik.
Indonesia, dengan laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2010 sebesar 1.46 % menjadi 1.27%
pada tahun 2016. Di satu sisi mengalami penurunan angka pertumbuhan penduduk, namun jika
dilihat dari komposisi penduduk yang ada saat ini di atas proyeksi penduduk sebelumnya.
Berdasarkan proyeksi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) 2013 jumlah
penduduk Indonesia pada 2018 mencapai 265 juta jiwa. Jumlah tersebut terdiri dari 133,17 juta jiwa
laki-laki dan 131,88 juta jiwa perempuan.
Rendahnya kegiatan produktivitas menyebabkan pendapatan masyarakat menjadi menurun, dengan
modal masyarakat yang sedikit mampu memenuhi kebutuhan pangan mereka tetapi hal itu juga
membuat masyarakat tidak bisa menyimpan uang mereka dengan baik. Pada saat era pembangunan,
kemiskinan merupakan salah satu akibat dari banyaknya jumlah masyarakat yang tidak memiliki
pekerjaan, hal ini juga ada diakibatkan adanya dampak dari perekonomian yang mereka hadapi. jika
perekonomian masyarakat stabil maka akan meningkatkan produktivitas, kejadian ini mendorong
proses kenaikan kesejahteraan dan menurunkan angka kemiskinan, (Made Ariasih & Yuliarmi,
2021)
Pertumbuhan Ekonomi merupakan salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan suatu proyek
pembangunan di suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil secara terus menerus akan
menjadikan kondisi di suatu daerah tinggi, pertumbuhan ekonomi juga menjadikan pengukur
apakah kebijakan yang dibuat suatu daerah akan berhasil atau tidak. Sebelum keadaan
perekonomian yang membaik pada tahun 2000, pada tahun 1997 terjadi krisis yang sangat
berdampak dan menurunkan perekonomian Indonesia di seleruh Indonesia yaitu krisis moneter.
Sampai pada tahun 2000,Perekonomian Indonesia sudah mulai bangkit dan membaik dengan
adanya kenaikan pertumbuhan sebesar 19,13 persen, tetapi dibalik membaiknya keadaan
perekonomian masih ada masalah yang harus di lalui, yaitu kemiskinan yang tinggi setiap tahun
semakin naik. Berbagai upaya dan kebijakan sudah dilakukan pemerintah untuk menurunkan angka
kemiskinan baik daerah, regional, nasional maupun internasional. Hingga pada tahun 2012 angka
kemiskinan mulai sedikit demi sedikit menurun sebesar 29 juta. (T. T. Kemiskinan, 2012)
Kemiskinan adalah keadaan sekumpulan orang-orang atau seseorang yang tidak bisa membiayai
kehidupanya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi. (T. Kemiskinan et al., 2001). Banyak
factor yang mepengaruhi kemiskinan terutama pengangguran, penganguran berdampak mengurangi
pendapatan masyarakat, sehingga akan menurunkan tingkat kemakmuran yang mereka capai.
Seseorang yang menganggur tidak memiliki pendapatan dari pekerjaannya.
Kemiskinan menjadi suatu persoalan yang sangat rumit di selesaikan termasuk di negara
berkembang seperti Indonesia, kondisi yang buruk merupakan cerminan dari kesejahteraan
masyarakat itu sendiri. Namun beberapa negara berkembang telah berhasil mengurangi angka
kemiskinan dengan melakukan pembangunan dan pendapatan nasional. Faktor yang membuat
negara berkembang memiliki tingginya kemiskinan adalah pertumbuhan ekonomi yang lambat,
indeks pembangunan masyarakat yang rendah, dan juga meningkatnya angka pengangguran.
Kebutuhan masyarakat yang banyak dan beragam membuat mereka berusaha untuk memenuhi
kebutuhannya, hal yang dilakukan adalah bekerja untuk mendapatkan penghasilan. Namun
demikan, adalah salah jika beranggapan bahwa setiap orang yang tidak memiliki pekerjaan adalah
miskin, sedang yang bekerja secara penuh adalah orang kaya. (Farid, 2007) Kemiskinan di suatu
suatu negara akan mengalami penurunan bila pertumbuhan ekonomi sebelumnya tiap tahun
mengalami peningkatan terus menerus maka laju pertumbuhan PDB akan cepat menurun pada
tingkat kemiskinan (Ratih Primandari, 2019)
Usaha dalam mengurangi pengangguran dan kemiskinan adalah suatu hal sama penting. menurut
teori, apabila masyarakat bekerja otomatis mendapat penghasilan maka dapat dikatakan masyarakat
tersebut mampu dalam memenuhi kebutuhan apabila kebutuhan dapat terpenuhi maka tidak akan
ada masyarakat miskin. Dengan demikian menurun nya pengangguran akan berdampak pada
menurunnya kemiskinan.
Pengeluaran/ belanja pemerintah adalah suatu komponen yang penting juga dengan tujuan agar
mengurangi kemiskinan. macam pengeluaran/ belanja pemerintah yang dideteksi memiliki efek
secara langsung atau tidak terhadap kemiskinan yaitu melalui pengeluaran/ belanja dalam bidang
infrastruktur kesehatan, pendidikan dll.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan dari uraian latar belakang yang ada, perlu adanya kajian yang menganalisi dari
penelitian ini adalah “Apakah adanya pengaruh pengangguran dan pertumbuhan ekonomi Indonesia
terhadap kemiskinan?”
TINJAUAN PUSTAKA
Teori Pengangguran
Menurut Sukirno (1994), pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang termasuk
dalam angkatan kerja ingin memperoleh pekerjaan akan tetapi belum mendapatkannya. Seseorang
yang tidak bekerja namun tidak secara aktif mencari pekerjaan tidak tergolong sebagai
pengangguran. Fator utama yang menyebabkan terjadinya pengangguran adalah kurangnya
pengeluaran agregat. (Qadrunnanda, 2017)
Dari tahun ketahun pengangguran mempunyai kecenderungan untuk meningkat. Hal ini menjadi
tantangan besar bagi pemerintah Indonesia karena indikator pembangunan yang berhasil salah
satunya adalah mampu mengangkat kemiskinan dan mengurangi pengangguran secara signifikan.
Jika masyarakat memiliki kemampuan atau kapasitas tinggi makai a bisa menghasilkan dan
menyerap hasil produksi yang dihasilkan.
Pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja, yang secara aktif
sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh
pekerjaan yang diinginkan. Selain itu pengangguran juga berpengaruh terhadap kemiskinan sesuai
dengan penelitian bahwa pengangguran berpengaruh terhadap kemiskinan karena dengan adanya
pengangguran yang tinggi berdampak pada laju pertumbuhan yang lambat sehingga bisa
menyebabkan kemiskinan. (Suripto & Subayil, 2020)
Beberapa ciri-ciri pengangguran yang berlaku, pengangguran dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Pengangguran terbuka, pengangguran ini tercipta akibat penambahan lowongan pekerjaan yang
lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja. Sebagai akibatnya dalam perekonomian semakin
banyak jumlah tenaga kerja yang tidak dapat memperoleh pekerjaan. Efek dari keadaan inii di
dalam suatu jangka masa yang cukup panjang mereka tidak melakukan pekerjaan. Jadi mereka
menganggur secara nyata dan sepenuh waktu.
2. Pengangguran tersembunyi, pengangguran ini terutama wujud di sektor pertanian atau jasa.
Setiap kegiatan ekonomi memerlukan tenaga kerja, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan
tergantung kepada banyak faktor. Antara lain faktor yang perlu dipertimbangkan adalah: besar
atau kecilnya perusahaan, jenis kegiatan perusahaan, mesin yang digunakan dan tingkat produksi
yang dicapai.
3. Pengangguran bermusim, pengangguran ini terutama terdapat disektor pertanian dan perikanan.
Pada musim hujan penyadap karet dan nelayan tidak dapat melakukan pekerjaan mereka dan
terpaksa menganggur.pada musim kemarau pula para pesawah tidak dapat mengerjakan
tanahnya.
Stok barang Kapital yang ada, yang secara aktif menentukan tingkat output. Smith
memang memberikan peranan sentral kepada pertumbuhan stok kapital atau akumulasi
kaptal dalam proses pertumbuhan output. Apa yang terjadi dengan tingkat output
tergantung pada apa yang terjadi pada stok kapital, dan laju pertumbuhan output
tergantung pada laju pertumbuhan stok kapital (tentu saja sampai tahap pertumbuhan
dimana sumber-sumber alam mulai membatasi).
B. Pertumbuhan penduduk
Aspek kedua dari pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan penduduk. Disebutkan diatas
bahwa penduduk bersifat ―pasif‖ dalam proses pertumbuhan output, dalam arti bahwa,
dalam jangka panjang, berapapun jumlahnya tenaga kerja yang dibutuhkan oleh proses
produksi akan tersedia melalui pertumbuhan penduduk. Smith mempunyai teori
pertumbuhan penduduk yang tidak banyak berbeda dengan teori kependudukan dari Thomas
Malthus yang terkenal itu, meskipun Smith justru mengungkapkan lebih dahulu daripada
Malthus.
Menurut Smith, penduduk meningkat apabila tingkat upah yang berlaku lebih tinggi
daripada tingkat upah subsistensi, yaitu tingkat upah yang pas-pasan untuk seseorang agar
bias mempertahankan hidupnya. Apabila tingkat upah berada diatas tingkat substensi, maka
orang-orang akan kawin pada umur klebih muda, kematian anak-anak berkurang dan jumlah
kelahiran bertambah. Sebaliknya jumlah penduduk akan berkurang apabila tingkat upah
yang berlaku jatuh dibawah tingkat upah substensi. Dalam keadaan ini kematian anak-anak
meningkat dan banyak perkawinan ditunda.
Garis kemiskinan makanan merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
disetarakan dengan 2.100 kilo kalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan
diwakili oleh 52 jenis komoditi. Sedangkan garis kemiskinan non makanan merupakan nilai
kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi
kebutuhan dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di
pedesaan. Dengan demikian, garis kemiskinan merupakan penjumlahan dari garis kemiskinan
makanan dan garis kemiskinan non makanan, atau secara matematis dituliskan :
GK = GKM + GKMN (1)
Dimana :
GK = Garis Kemiskinan
GKM = Garis Kemiskinan Makanan
GKMN = Garis Kemiskinan Non Makanan
Hasil Penelitian
Tahun Kemiskinan Pengangguran Pertumbuhan Ekonomi
2001 37870000 8010000 14404057
2002 38390000 9130000 15052164
2003 37340000 9940000 15771713
2004 36150000 10250000 16565168
2005 35100000 10850000 17508152
2006 39300000 11100000 18471267
2007 37170000 10550000 19643273
2008 34960000 9430000 20824561
2009 32530000 9260000 21788504
2010 31020000 8590000 23144588
2011 30020000 8120000 24645661
2012 29130000 7610000 26189320
2013 28070000 7170000 27690530
2014 28280000 7150000 29091815
2015 28590000 7450000 8982517
2016 28010000 7030000 9434613
2017 27770000 7040000 9912928
2018 25950000 7000000 10425852
2019 25140000 7050000 10949155
2020 26420000 9770000 107230548
Berdasarkan data tabel diatas, dapat dilihat bahwa adanya perbedaan pada periode 2001-2012. Pada
periode 2001 Indonesia mengalami kenaikan angka kemiskinan yang cukup tinggi sebesar 37 juta
diakibatkan adanya kasus krisis moneter pada tahun 1997. Banyak hal yang sudah dilakukan dan
upaya pemerintah untuk menurunkan angka kemiskinan tersebut. Hingga pada tahun 2013 angka
kemiskinan menurun sebanyak 29 juta hingga tahun 2020 angka kemiskinan mencapai 26 juta.
Berbeda dengan angka pengangguran yang mengalami beragam fluktuasi. Meskipun demikian,
pada masa periode 2008-2019 menunjukan adanya penurunan terhadap tingkat pengangguran,
tingkat pengangguran terendah terdapat pada tahun 2018 sebesar 7 juta. Tingkat pengangguran
tertinggi terdapat pada tahun 2006 mencapai 11 juta, hingga pada tahun 2020 angka pengangguran
melonjak tinggi sebesar 97 juta, dikarena adanya kemunculan virus covid-19 yang dimana membuat
sebagian masyarakat kehilangan pekerjaanya.
Secara umum, laju perekonomian ekonomi pada tahun 2001-2020 memberikan macam-macam
fluktuasi. Meskipun demikian, jika dikaitkan dengan krisis ekonomi dunia pada tahun 2008-2009
yang menyebabkan penurunan laju pertumbuhan ekonomi diberbagai Negara lain terutama
negaranegara eropa secara signifikan, nampaknya hal tersebut juga berdampak pada laju
pertumbuhan ekonomi. Seperti pada tahun 2009 tumbuh menjadi 2i juta setelah di tahun 2008
tumbuh menjadi 20 juta.
METODE PENELITIAN
Jenis Data
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu suatu penelitian yang mencari dan
mendeskripsikan adanya hubungan (sebab akibat) dan pengaruh dari variabel-variabel penelitian
untuk ditarik kesimpulan. Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis membahas
bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya.
Metode Pengumpulan Data
Secara umum data sebagai suatu fakta merupakan keterangan atau sumber informasi mengenai
subjek yang akan di teliti sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Dalam penelitian ini
menggunakan data sekunder; yang peroleh dari instansi yang terkait dengan penelitian ini. Adapun
data yang digunakan dalam penelitian ini meliput :
1. Data pertumbuhan ekonomi, dan tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di
Indonesia Tahun 2001-2020
2. Dokumentasi Badan Pusat Statistik (BPS)
Metode Analisis
Metode Regresi Linier Berganda
Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan
model regresi linier berganda yang berfungsi untuk mengetahui pengaruh faktor variabel
pengangguran dan pertumbuhan ekonomi yang berpengaruh terhadap kemiskinan pada tahun 2001-
2020 di Indonesia.
Berdasarkan observasi data yang dilakukan dan simulasi terhadap hasil regresi maka diputuskan
model persamaan yang digunakan yaitu:
Y= β0 + β1X1 + β2X2 + ε
Dimana :
Y = Tingkat Kemiskinan
X1 = Tingkat Pengangguran
X2 = Tingkat Pertumbuhan Ekonomi
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel dependen dan
variabel independen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Ada beberapa metode yang
bisa digunakan untuk melakukan uji normalitas, yaitu melalui histogram residual dan Jarque-Bera
(J-B). Apabila menggunakan histogram residual, ketika residual menyerupai grafik distribusi
normal maka bisa dikatakan bahwa residual mempunyai distribusi normal. Apabila menggunakan
uji J-B, ketika residual terdistribusi secara normal maka diharapkan nilai statistic JB akan sama
dengan nol. Ukuran sampel yang dipakai dalam penelitian ini lebih dari 20 tahun yang
memungkinkan data terdistribusi normal.
2. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah kondisi dimana variabel gangguan mempunyai varian yang tidak
konstan. Heteroskedastisitas biasa ditemukan pada data cross-section, sementara pada data time
series jarang ditemukan heterokedastisitas. Hal ini terjadi karena ketika menganalisis perilaku data
yang sama dari waktu ke waktu fluktuasinya akan relatif stabil.
3. Uji Multikoliaritas
Multikoliearitas adalah kondisi dimana adanya hubungan erat antara variabel independen di dalam
suatu model regresi. Hubungan linier antara variabel independen dalam terjadi dalam bentuk
hubungan linier yang sempurna dan hubungan linier yang kurang sempurna. Ada beberapa cara
yang dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya multikonliearitas. Pertama, jika terlihat bahwa pada
hasil regresi nilai R2 tinggi tetapi hanya sedikit variabel independen yang signifikan maka hal
tersebut merupakan gejala yang akan terjadi pada model yang mengandung multikolinearitas.
Kedua, melihat korelasi parsial antar variabel independent.
4. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah kondisi dimana adanya korelasi antara anggota observasi satu dengan ibservasi
lain yang berlainan waktu. Data time series diduga seringkali mengandung unsur autokorelasi,
sedangkan data cross-section diduga jarang mengandung autokorelasi. Ada beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk mendeteksi masalah autokorelasi, yaitu dengan metode Durbin-Watson
(DW) dan metode Breusch-Godfrey. Jika nilai chi-squares hitung lebih kecil dari nilai kritisnya
maka hipotesis nol diterima, sehingga model tidak mengandung unsur autokorelasi.
Uji Hipotesis
1. Uji F
Data time series diduga seringkali mengandung unsur autokorelasi, sedangkan data cross-section
diduga jarang mengandung autokorelasi. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi
masalah autokorelasi, yaitu dengan metode Durbin-Watson (DW) dan metode Breusch-Godfrey.
Jika nilai chi-squares hitung lebih kecil dari nilai kritisnya maka hipotesis nol diterima, sehingga
model tidak mengandung unsur autokorelasi
2. Koefisien Determinasi
Nilai koefisien determinasi ) menunjukkan ketepatan atau goodness of fit model yang
digunakan. Berdasarkan hasil analisis pengaruh desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi
diperoleh nilai koefisien determinasi atau ).
3. Koefisien Korelasi (R)
Koefisien korelasi merupakan suatu cara untuk mengetahui kuat atau tidaknya hubungan antara
variabel independen (X) dan variabel dependen (Y), apabila dinyatakan dengan fungsi linear dan di
ukur dengan suatu nilai yang disebut koefisien korelasi.
4. Pengujian Parsial (Uji t)
Uji statistik merupakan pengujian terhadap koefisien dari variabel bebas secara parsial. Uji ini
dilakukan untuk melihat tingkat signifikansi dari variabel bebas secara individu dalam
mempengaruhi variabel terikat.
ESTIMASI MODEL DAN PENGUJIAN
Uji Asumsi Klasik
Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
Null hypothesis: No serial correlation at up to 2 lags
C 1.23E+13 38.93038 NA
X1 0.169018 40.78445 1.049178
X2 0.000799 2.314132 1.049178
Berdasarkan hasil uji F, nilai Prob (F-statistik) sebesar 0,000009 dan lebih kecil dari tingkat
signifikansi sebesar 5% = 0,05, sehingga H0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
pengangguran dan pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan.
Koefisien Determinasi
Hasil pengujian menunjukkan nilai koefisien determinasi sebesar 0,745027. Ternyata
pengangguran dan pertumbuhan ekonomi mampu menjelaskan kemiskinan sebesar 74,50 persen
dan sisanya 25,5 persen variabel lainnya yang tidak termasuk dalam penelitian ini.
Koefisien Korelasi (R)
REFERENSI
Lampiran Data
Tahun Kemiskinan Pengangguran Pertumbuhan Ekonomi
2001 37870000 8010000 14404057
2002 38390000 9130000 15052164
2003 37340000 9940000 15771713
2004 36150000 10250000 16565168
2005 35100000 10850000 17508152
2006 39300000 11100000 18471267
2007 37170000 10550000 19643273
2008 34960000 9430000 20824561
2009 32530000 9260000 21788504
2010 31020000 8590000 23144588
2011 30020000 8120000 24645661
2012 29130000 7610000 26189320
2013 28070000 7170000 27690530
2014 28280000 7150000 29091815
2015 28590000 7450000 8982517
2016 28010000 7030000 9434613
2017 27770000 7040000 9912928
2018 25950000 7000000 10425852
2019 25140000 7050000 10949155
2020 26420000 9770000 107230548
C 1.23E+13 38.93038 NA
X1 0.169018 40.78445 1.049178
X2 0.000799 2.314132 1.049178
Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey
Null hypothesis: Homoskedasticity