NIM : 01021282025122
Mata Kuliah : Seminar Teori Ekonomi
Teori perilaku produksi adalah sebuah teori ekonomi yang menjelaskan bagaimana
perusahaan menentukan jumlah produksi untuk mencapai tujuannya, seperti memaksimalkan
laba. Teori ini memperhitungkan faktor-faktor seperti biaya produksi, harga produk, dan
tingkat produksi. Ada dua pendekatan utama dalam teori perilaku produksi, yaitu pendekatan
biaya total dan pendekatan biaya margin. Pendekatan biaya total memperhitungkan semua
biaya yang terkait dengan produksi, seperti biaya bahan baku, tenaga kerja, dan biaya overhead.
Pendekatan biaya margin memperhitungkan hanya biaya tambahan yang terkait dengan
menambah produksi. Teori ini juga mempertimbangkan jenis produksi, seperti produksi
tunggal atau produksi massal. Produksi tunggal memiliki biaya tetap yang lebih tinggi dan
biaya variabel yang lebih rendah, sedangkan produksi massal memiliki biaya tetap yang lebih
rendah dan biaya variabel yang lebih tinggi.
Seiring berjalannya waktu ketika tenaga kerja bertambah dalam produksi pertanian
perbaikan teknologi sedang dilakukan. pada oleh kurva ditunjukkan O1, tetapi memungkinkan
kurva bergeser keatas ke O2 lalu ke O3. Perbaikan ini mungkin mencakup benih modifikasi
genetik yang tahan hama, atau pupuk yang lebih mudah diserap dan efektif dan peralatan
pertanian yang lebih baik alhasil perubahan output dari A ke B dan Ke C. pergerakan ini
Peningkatan input tenaga kerja dengan peningkatan output dan menjadikannya seolah-olah
tidak terjadi hasil Marginal yang semakin menurun padahal sebenarnya memang terjadi
pergeseran kurva produk total menyiratkan adanya potensi implikasi jangka panjang yang
bersifat non negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. ketika bergerak dari titik A yaitu pada
kurva O1, ke B pada kurva O2 dan C pada kurva O3, dari waktu ke waktu produktivitas tenaga
kerja meningkat.
Produksi dengan Dua Input Variabel.
Isokuan
Pada gambar diatas mrts sama dengan 2 ketika tenaga kerja meningkat dari 1 unit
menjadi 2 unit tidak berubah pada 75 unit namun mrts menurun satu ketika tenaga kerja
bertambah dari 2 unit ketiga unit dan kemudian menurun menjadi ⅔ lalu ⅓ titik A ketika
makin banyak tenaga kerja menggantikan modal tenaga kerja menjadi makin kurang produktif
dan modal relatif menjadi lebih produktif dengan begitu tidak banyak membutuhkan modal
untuk Menjaga tetap konstan dan isoquant pun menjadi lebih datar.
isoquant memiliki kemiringan negatif dan cembung dimana mengukur tingkat
substitusi teknis Marginal yaitu kemampuan perusahaan untuk menggantikan modal dengan
tenaga kerja sembari menjaga tingkat output sama, Pada gambar tersebut mrts dari 2 ke 1 ke
⅔ ⅓.
Fungsi Produksi.
fungsi produksi dengan proporsi tetap merupakan produk dengan berbentuk sehingga
hanya satu kombinasi Tenaga Kerja dan modal saja yang dapat digunakan untuk memproduksi
setiap tingkat output.
pada kasus pertama input produksi bersifat subtitusi sempurna satu sama lain di mana
mrts nya konstan pada seluruh titik isoquant akibatnya yang sama dapat dihasilkan dengan
sebagian besar modal(pada titik A). sebagian besar tenaga kerja (titik C), atau dengan paduan
seimbang kedua input (titik B). ketika isoquant berbentuk garis lurus mrts adalah konstan
dengan demikian tingkat dimana modal dan tenaga kerja Dapat disubstitusikan satu sama lain
adalah sama tanpa memandang tingkat input yang sedang digunakan.titik A,B,C Gambarkan
tiga kombinasi modal tenaga kerja yang berbeda yang menghasilkan output yang sama yaitu
kurva q3.
pada kedua yang berlawanan yaitu fungsi produksi dengan proporsi tetap dalam kasus
ini tidak mungkin untuk melakukan subtitusi apapun pada input setiap tingkat output
memerlukan kombinasi tertentu dari tenaga kerja dan modal output tambahan tidak dapat
diperoleh kecuali jika lebih banyak modal dan tenaga kerja yang ditambahkan dengan proporsi
tertentu akibatnya berbentuk L seperti halnya kurva indiferensi berbentuk l ketika dua barang
bersifat komplementer sempurna.
Titik A,B dan C menggambarkan kombinasi input yang efisien secara teknis Sebagai
contoh untuk memproduksi output q1, kuantitas tenaga kerja L1 dan modal K1 dapat
digunakan seperti halnya pada titik A jika modal tetap berada pada K1, penambahan tenaga
kerja tidak akan mengubah output demikian pula dengan penambahan modal dengan tenaga
kerja maka akan tetap pada L1. dengan demikian kurva isoquant berbentuk l salah satu dari
produk Marginal modal atau produk Marginal tenaga kerja bernilai nol, yang lebih tinggi akan
dihasilkan hanya ketika kedua tenaga kerja dan modal ditambahkan seperti halnya beralih dari
kombinasi input A ke kombinasi input B.
Ketika isoquant berbentuk L, berarti hanya ada satu kombinasi Tenaga Kerja dan modal
yang dapat digunakan untuk memproduksi output tertentu seperti pada titik A pada isoquant
q1, lalu pada titik B pada isoquant q2, Pada titik C isoquant q3. dengan menambahkan lebih
banyak tenaga kerja tidak akan meningkatkan output demikian pula jika hanya menambahkan
modal.
Skala Hasil.
Skala hasil merupakan tingkat dimana output bertambah ketika input bertambah secara
proporsional. hasil yang meningkat apabila output meningkat lebih dari dua kali lipat ketika
input bertambah dua kali lipat maka terjadi skala hasil yang meningkat. ketika skala hasil yang
konstan adalah ke mungkinan kedua terkait dengan skala produksi adalah output mungkin
bertambah dua kali lipat ketika input meningkat dua kali lipat. salah hasil yang menurun adalah
ketika output mungkin peningkatannya kurang dari dua kali lipat ketika seluruh input
bertambah dua kali lipat.
Ketika suatu proses produksi perusahaan menunjukkan skala hasil yang konstan
Seperti yang diperlihatkan oleh pergerakan di sepanjang garis 0A pada bagian A, kurva
isoquant berjarak sama ketika output bertambah secara proporsional namun skala hasil yang
meningkat seperti pada gambar B isoquant makin mendekat jaraknya ketika input bertambah
di sepanjang garis.
dimisalkan pada garis 0A, dari titik asal pada setiap panel menggambarkan proses
produksi di mana Tenaga Kerja dan modal digunakan sebagai input untuk menghasilkan
berbagai tingkat output pada rasio 5 jam kerja dan 2 jam mesin. gambar A, fungsi produksi
mesin menunjukkan hasil yang konstan ketika 5 jam kerja dan 2 jam mesin digunakan
dihasilkan ketika kedua input dilipatgandakan dari 10 menjadi 20 unit. pada gambar B, fungsi
produksi perusahaan menunjukkan skala hasil yang meningkat isoquant makin mendekat saat
kita menjauhi titik asal di sepanjang garis 0A, akibatnya kurang dari dua kali lipat kedua input
bisa meningkatkan produksi dari 10 unit menjadi 20 unit dan kurang dari 3 kali lipat input bisa
menghasilkan output sebesar 30 unit.
REVIEW JURNAL ANALISA PERILAKU KONSUMEN, PRODUKSI, DAN
PASAR DALAM ISLAM
PAMER KEMEWAHAN :
KAJIAN TEORI KONSUMSI THORSTEIN VEBLEN
Oleh : Indra Setia Bakti
Anismar
Khairul Amin
Volume 14, Nomor 1, Juni 2020
Jurnal ini bertujuan untuk mendiskusikan sudut pandang Thorstein Veblen dalam
melihat perilaku konsumsi berlebihan yang dilakukan oleh kelas sosial tertentu dalam
masyarakat.
Studi yang dilakukan oleh Geertz (1963) mengungkap realitas tentang keberadaan etos
masyarakat petani di pedesaan Jawa. Pada era itu, mereka bersama hidup dalam kemiskinan.
Kendati demikian, mereka berbagi kesulitan dengan sesamanya dan tidak muncul kelas – kelas
sosial yang tajam. Secara sosiologis, uang tidak hanya berfungsi sebagai alat tukar ekonomi,
tetapi juga memiliki fungsi secara sosial. Dalam kehidupan bermasyarakat, uang mampu
membangun reputasi baik seseorang.
Veblen merupakan salah seorang sosiolog awal yang mengakui signifikan sosial dari
konsumsi. Pada masa Veblen hidup, kajian sosiologi cenderung didominasi pada pembahasan
hubungan sosial yang terjadi di dalam sektor produksi. Pada masa hidup Veblen, kelas
penikmat sebenernya bukan termasuk kategori kelas atas. Kelas atas itu sendiri sudah melekat
pada sosok keluarga kerjaan dan kaum bangsawan di benua Eropa. Adapun kelas penikmat
yang dimaksudkan oleh Veblen ialah kelas menengah perkotaan di Amerika Serikat yang baru
merasakan kekayaan (orang kaya baru). Kekayaan tersebut diperoleh melalui kerja keras dalam
memproduksi barang – barang sebagai buah dari zaman Revolusi Industri.
Legitimasi perbedaan status maksudnya ialah menegaskan kepada public bahwa kelas
penikmat tidak sama dengan kelas pekerja. Meskipun kelas penikmat adalah pemilik pabrik
dimana kelas pekerja mencari nafkah, namun kelas penikmat tidak pernah melakukan hal – hal
yang biasa dilakukan oleh kelas pekerja. Perbedaan status ini ditandai dengan perbedaan
konsumsi yang mencolok diantara kedua kelas tersebut.
Veblen berpendapat bahwa konsumsi mencolok dapat memberikan status dalam
masyarakat materialis. Status tersebut mewakili posisi yang patut ditiru oleh kelas – kelas di
bawahnya. Cara hidup dan standar nilai kelas penikmat menghasilkan norma baru bagi
masyarakat. Kelas – kelas yang lebih rendah “dipkasa” taat dengan cara mematuhi kode – kode
kelas penikmat sebagai mimpi yang selalu ingin digapai. Akibatnya energi mereka tersalurkan
untuk mengejar impian tersebut.
Tindakan membeli barang untuk meningkatkan status seseorang tetap merupakan
wawasan mendasar tentang berbagai perilaku manusia yang non – rasional dan sulit dijelaskan.
Veblen setidaknya telah menanamkan pengaruh yang cukup kuat pada beberapa pemikir sosial
kontemporer, sebut saja Bourdieu mengempiriskan ide – ide Veblen dan bahkan berhasil
mengembangkan ide tentang model kultural setelah merefleksikan studi tentang konsumsi
mencolok ini. Fakta lain yang juga tidak boleh dikesampingkan, pengaruh gagasan Veblen
telah berjasa menginspirasi dan melahirkan konsep nilai – tanda yang menjadi ide penting
Baudrillard dalam ranah akademis untuk mengkritisi dan menggulingkan ide Marx tentang
nilai – guna.
Perilaku pamer kemewahan pada masa kini tidak terlepas dari konteks sosial dimana
individu atau kelompok tertentu mencoba mengakomodasi Hasrat mereka akan penghargaan
sosial dan status sosial. Hal ini diwujudkan melalui konsumsi waktu luang dan barang yang
mencolok. Perilaku konsumsi mencolok ini kemudian meluas dan berdampak secara sosial
termasuk mempengaruhi perilaku kelas dari strata yang lebih rendah.