Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULAN

1.1 Latarbelakang Masalah

Pada dewasa ini kemajuan dunia industri berkembang pesat di negara


Indonesia. Dimana dunia industri dan bisnis dimulai dari kota-kota kecil dengan
melakukan pembukaan-pembukaan lapangan kerja yang banyak di setiap daerah
guma meningkatkan kotanya masing-masing. Di,mana didalam industri terdapat
salah satu pilar dalam melakukan pererkonomian yaitu dengan melakukan
produksi.
Dalam proses kegiatan produksi dan menawarkan produknya perusahaan
memerlukan analis ke atas berbagai aspek kegiatan memproduksinya. Pertama-
tama dianalisis sampai mana faktor-faktor produksi akan digunakan untuk
menghasilkan barang yang akan diproduksikan. Setelah kegiatan tersebut lalu
dilihat biaya produksinya untuk menghasilkan produk-produk tersebut. Dan pada
akhirnya perlu dianalisis bagaimana seorang pengusaha akan membandingkan hasil
penjualan produksinya dengan biaya produksi yang dikeluarkannya. Untuk
menentukan tingkat produksi yang akan memberikan keuntungkan yang
maksimum kepadanya.
Produksi dan biaya produksi bagaikan sisi kepingan uang mata logam yang
saling berkaitan. Menurut (Magfuri, 1987 : 72) pengertian produksi yaitu,
“mengubah barang agar mempunyai kegunaan untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Jadi produksi merupakan segala kegiatan untuk menciptakan atau
menambah guna atas suatu benda yang ditunjukkan untuk memuaskan orang lain
melalui pertukaran. Dan menurut (Sofyan Assauri), pengertian produksi yaitu,
segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan (utility) sesuatu
barang atau jasa, untuk kegiatan mana dibutuhkan faktor-faktor produksi dalam
ilmu ekonomi berupa tanah, tenaga kerja, dan skill (organization, managerial, dan
skills). Dan dalam produksi membahas tentang nilai fisik penggunaan faktor
produksi, biaya mengukurnya dengan nilai uang. Dalam ekonomi yang sudah
modern, di mana peranan uang amat penting, maka ukuran efisiensi yang paling
baik (walaupun bukan paling lengkap) dengan uang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang masalah diatas, maka rumusan masalahnya yaitu :
1. Jelaskan organisasi produksi dan fungsi produksi
2. Jelaskan fungsi produksi dengan input variabel
3. Jelaskan pengunaan input variabel secara optimum
4. Jelaskan fungsi produksi dengan dengan input produksi dua variabel
5. Jelaskan skala hasil
6. Jelaskan inovasi dan daya saing global

1.3 Tujuan Pembahasan


Tujuan penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
Ekonomi Manajerial, penulis juga ingin menambah wawasan tentang Teori
Produksi khususnya dan bagi pembaca pada umumnya , serta untuk mengatasi
masalah – masalah yang terjadi disekitar kita terkait pembahasan ini.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Organisasi Produksi dan Fungsi Produksi


A. Organisasi produksi
Teori produksi adalah pembelajaran mengenai suatu proses ekonomi untuk
mengubah faktor-faktor produksi (input) menjadi hasil produksi (output). Teori
produksi merupakan teori pemilihan atas berbagai alternatif, terutama menyangkut
keputusan yang diambil oleh seorang produsen dalam menentukan pilihan atas
alternatif-alternatif yang ada. Produsen berusaha dalam memaksimalkan produksi
yang dapat dicapainya dengan suatu kendala biaya tertentu agar dapat dihasilkan
keuntungan yang maksimal. Produksi juga merupakan suatu kegiatan yang
dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru
sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan.
Ada 3 aspek proses produksi antara lain :
1. Kuantitas barang atau jasa di hasilkan.
2. Bentuk barang atau jasa di ciptakan, dan
3. Distribusi temporal dan spasial dari barang atau jasa yang di hasilkan.
Kegiatan menambah daya guna suatu benda tanpa mengubah bentuknya
dinamakan produksi jasa. Sedangkan kegiatan menambah daya guna suatu benda
dengan mengubah sifat dan bentuknya dinamakan produksi barang. Dalam
melakukan kegiatan produksi maka harus mempunyai landasan teknis yang didalam
teori ekonomi disebut fungsi produksi. Proses produksi dapat kita gambarkan
sebagai kegiatan yang meningkatkan kesamaan antara pola permintaan barang atau
jasa dan kuantitas, bentuk ukuran, panjang dan distribusi barang atau jasa tersedia
bagi pasar.

Teori tersebut meliputi:

1. Teori Produksi Dengan Satu Faktor Berubah


Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan diantara
tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan
untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam
analisis ini bahwasannya faktor-faktor produksi lainnya adalah tetap
jumlahnya, yaitu modal dan tanah. Satu-satunya faktor produksi yang dapat
diubah jumlahnya adalah tenaga kerja.
2. Teori produksi dengan dua faktor berubah.
Teori produksi ini berupa data analisis yang baru saja dibuat
menggambarkan bagaimana tingkat produksi akan mengalami perubahan
apabila dimisalkan satu faktor produksi, yaitu tenaga kerja, terus-menerus
ditambah tetapi faktor-faktor produksi lainnya dianggap tetap jumlahnya,
yaitu tidak dapat diubah lagi.

B. Fungsi Produksi
Fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukan hubungan
ketergantungan antara tingkat input yang digunakan dalam proses produksi dengan
tingkat output yang di hasilkan. Faktor-faktor produksi dikenal pula dengan istilah
input dan jumlah produksi selalu juga disebut sebagai output.
Fungsi produksi dapat diartikan juga sebagai suatu fungsi atau persamaan
yang menunjukkan hubungan antara tingkat output dengan tingkat (kombinasi)
penggunaan input-input. Secara matematis fungsi produksi dapat dirumuskan
sebagai berikut

Q = f (K L R T),

Q: Quantity (jumlah barang yang dihasilkan)


f :Fungsi(simbol persamaan fungsional)
K : Capital (modal atau sarana yang digunakan)
L : Labour (tenaga kerja)
R: Resources (sumber daya alam)
T : Technology (teknologi dan kewirausahaan)
Q adalah output, sedangkan K, L, R, dan T merupakan input. Besarnya jumlah
output yang dihasilkan tergantung dari penggunaan input-input tersebut. Jumlah
output dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan penggunaan jumlah input
C(modal), L (tenaga kerja) dan R(sumber daya alam) ataupun meningkatkan
T(teknologi). Untuk memperoleh hasil yang efisien, produsen dapat melakukan
penggunaan input yang lebih efisien.
Dalam penerapannya, hubungan input dan output dapat pisahkan secara
lebih khusus. Misalnya, untuk menghasilkan hasil-hasil pertanian akan digunakan
input tanah, bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan alat-alat pertanian lainnya
(tidak termasuk teknologi).Untuk meningkatkan hasil-hasil pertanian tersebut maka
harus ditingkatkan penggunaan input seperti tanah yang luas, menambah tenaga
kerja, menambah jumlah pupuk, menambah penggunaan pestisida, dan lain
sebagainya. Atau cara lain yaitu dengan meningkatkan teknologi pertanian. Untuk
menghasilkan barang atau output dapat dilakukan dengan menggunakan hanya satu
input saja, dua atau lebih input.

2.2 Fungsi Produksi Dengan Input Variabel


Dengan mengamsumsikan beberapa input dianggap konstan dalam jangka
pendek dan hanya satu faktor produksi yaitu tenaga yang dapat berubah, maka
fungsi produksinya dapat ditulis sebagai berikut :

Q = f(L)
Persamaan produksi ini menjadi sangat sederhana kerana hanya melibatkan
tenaga kerja untuk mendapatkan tingkat produksi suatu barang tertentu. Artinya,
factor produksi yang dapat berubah dan mempengaruhi tingkat produksi adalah
hanya jumlah tenaga kerja. Jika perusahaan berkeinginan untuk menambah Tingkat
produksi, maka perusahaan hanya dapat menambah jumlah tenaga kerja.
Dapat disimpulkan :
1. Tahap I menunjukkan tenaga kerja yang masih sedikit, apabila ditambah
akan meningkatkan total produksi, produksi rata-rata dan produksi
marginal.
2. Tahap II produksi total terus meningkat sampai produksi optimum sedang
produk rata-rata menurun dan produksi marginal menurun sampai titik nol.
3. Tahap III penambahan tenaga kerja menurunkan total produksi, dan
produksi rata-rata, sedangkan produksi marginal negatif.
a. Produksi Marginal
Tambahan produksi yang diakibatkan oleh pertambahan satu tenaga kerja yang
digunakan.
MP = ΔTP
ΔL
MP = Produksi Marginal
ΔTP = Pertambahan Produksi Total
ΔL = Pertambahan Tenaga Kerja
b. Produksi Rata-Rata
Produksi yang secara rata-rata dihasilkan oleh setiap pekerja.
AP = TP
L
DP = Produksi rata-rata
TP = Produksi Total
L = Tenaga kerja
c. Produksi Total
Jumlah produksi yang dihasilkan oleh sejumlah tenaga kerja tertentu.

2.3 Penggunaan Input Variabel Secara Optimum

Berapa banyak tenaga kerja yang harus digunakan oleh perusahaan untuk
mendapatkan laba atau keuntungan maksimum? Jawabannya adalah bahwa
perusahaan harus mempekerjakan tambahan satu unit tenaga kerja sepanjang
tambahan penerimaan yang dihasilkan dari penjualan output yang di produksi
melebihi tambahan biaya karena mempekerjakan tenaga kerja tersebut (sampai
tambahan penerimaan sama dengan tambahan biaya).
Tambahan penerimaan yang dihasilkan dengan penggunan tambahan unit
tenaga kerja disebut produk pendapatan marginal (marginal revenue product) dari
tenaga kerja (MRʟ). Dimana, MRPʟ=(MPʟ)(MR)
Disisi lain, tambahan biaya karena menambah unit tenaga kerja atau
biaya marginal sumber daya (marginal resource cost) tenaga kerja adalah sama
dengan peningkatan biaya total perusahaan akibat menambah unit tenaga kerja.
Sehingga, suatu perusahaan harus terus mempekerjakan tenaga kerja sepanjang
MRPʟ>MRʟ sampai dengan MRPʟ=MRCʟ.

Penggunaan L Optimal saat L= 3,50


L MPL MR = P MRPL MRCL
2.50 4 $10 $40 $20
3.00 3 10 30 20
3.50 2 10 20 20
4.00 1 10 10 20
4.50 0 10 0 20
Penggunaan yang Optimum dari Tenaga Kerja

Menguntungkan bagi perusahaan untuk mempekerjakan lebih banyak tenaga kerja


sepanjang produk pendapatan marginal dari tenaga kerja (MPRʟ) melebihi biaya
sumber daya marginal dari pemekerjaan tenaga kerja (MRCʟ), sehingga
MRPʟ=MRʟ. Dengan MRCʟ= w = $20, jumlah optimum dari tenaga kerja yang
digunakan perusahaan adalah 3,5 unit. Pada 3,5L, MRPʟ = MRCʟ = $20, dan total
laba perusahaan mencapai maksimum.
2.4 Fungsi Produksi Dengan Dua Input Variabel
Jika factor produksi yang dapat berubah adalah jumlah tenaga kerja dan
jumlah modal atau sarana yang digunakan, maka fungsi produksi dapat dinyatakan
sebagai berikut :
Q = f(L, C)
Pada fungsi produksi ini diketahui, bahwa tingkat produksi dapat berubah dengan
merubah faktor tenaga kerja dan atau jumlah modal. Perusahaan mempunyai dua
alternative jika berkeinginan untuk menambah tingkat produksinya. Perusahaan
dapat meningkatkan produksi dengan menambah tenaga kerja, atau menambah
modal atau menambah tenaga kerja dan modal.
Hasil produksi sama dalam teori ini akan ditunjukan oleh suatu kurva yang diberi
nama isoquant curve (biasanya disebut isoquant sisi). Sedangkan biaya yang
digunakan dalam rangka menghasilkan produk tersebut disebut isoqost (biaya
sama).
a. Isoquant (Kurva Produksi Sama)
Isoquant adalah kurva yang menggambarkan kombinasi dua macam input
(faktor produksi) untuk menghasilkan output/produksi yang sama jumlahnya.
Bentuk kurva isoquant bermacam-macam, bisa liniar apabila kombinasi antara
input tersebut akan memberikan perubahan yang proporsional bila salah
satunya berubah, dan dapat juga cembung dari titik orgin (seperti kurva
indifference). Yang terpenting adalah bahwa isoquant tidak berupa garis lurus
vertical maupun horizontal, karena lazimnya tidak mungkin untuk
menghasilkan barang dalam jumlah tak hingga atau nol dengan menggunakan
jumlah faktor produksi terbatas. Oleh karena itu dalam kurva isoquant akan
terdapat batas atas, yaitu titik merupakan kombinasi input dalam jumlah tidak
ada atau 0 dan batas bawah yang merupakan kombinasi tak hingga dari input.
Ciri-ciri isoquant :
1. Mempunyai kemiringan negatif,
2. Semakin ke kanan kedudukan isoquant menunjukkan semakin tinggi
jumlah output,
3. Isoquant tidak pernah berpotongan dengan isoquant yang lainnya, dan
4. Isoquant cembung ke titik origin.
b. Isoqost (Garis Ongkos Sama)
Isoqost adalah suatu kurva yang menggambarkan biaya yang dikeluarkan oleh
produsen dalam rangka berproduksi dengan menggunakan beberapa faktor
input tertentu. Isoqost membatasi dan membedakan kemampuan produksi dan
produsen. Semakin besar isoqost nya, maka makin besar pula hasil yang dapat
diperoleh. Sebaliknya, semakin kecil isoqost semakin kecil hasilnya.

Kurva isoqost dapat berslope negatif dan positif. Negatif apabila ada
penambahansatu unit input akan menyebabkan penurunan pemakaian input
lain. Sebaliknya bila input lain dikurangi maka akan menyebabkan input yang
ssatunya akan bertambah. Kemudian kuva isoqost dapat berslope positif, yaitu
hanya sebagai pemuasan kebutuhan yang dipetakan oleh kurva indifference
sifatnya tidak efisien, karena bila produsen menambah input yang satu, maka
input yang lainnya juga bertambah, dan begitu juga sebaliknya.
2.5 Skala Hasil
Analisis skala usaha merupakan analisis produksi guna melihat
kemungkinan perluasan usaha dalam suatu proses produksi. Dalam suatu proses
produksi, perluasan skala usaha pada hakekatnya merupakan suatu upaya
maksimalisasi keuntungan dalam jangka panjang. Dengan perluasan skala usaha,
rata-rata komponen biaya input tetap per unit output menurun sehingga keuntungan
produsen meningkat. Dalam hal ini tidak selamanya perluasan skala usaha akan
menurunkan biaya produksi, sampai suatu batas tertentu perluasan skala usaha
justru dapat meningkatkan biaya produksi. Analisis skala usaha sangat penting
untuk menetapkan skala usaha yang efisien.
Dalam hubungan antara faktor produksi atau input dengan tingkat produksi
atau output, skala usaha (returns to scale) menggambarkan respon dari output
terhadap perubahan proporsional dari input. Dalam hal ini (Teken dalam Sigit
Larsito, 2005) menyebutkan ada tiga kemungkinan hubungan antara input dengan
output, yaitu :
1. Skala usaha dengan kenaikan hasil bertambah (increasing returns to scale)
yaitu kenaikan satu unit input menyebabkan kenaikan output yang semakin
bertambah. Pada keadaan demikian elastisitas produksi lebih besar dari satu
(Ep>1), atau marginal product (MP) lebih besar dari average product (AP).
Disamping itu dalam skala usaha ini average variabel cost (AVG) lebih
besar dari marginal cost (MC).
2. Skala usaha dengan kenaikan hasil tetap (constan return to scale). Yaitu
penambahan satu unit input menyebabkan kenaikan output dengan proporsi
yang sama. Pada keadaan ini elastisitas produksi sama dengan satu (Ep=1),
atau marginal product (MP) sama dengan average product (AP) dan average
variable cost (AVC) sama dengan marginal cost (MC).
3. Skala usaha dengan kenaikan hasil yang berkurang (decreasing return to
scale) yaitu bila pertambahan satu unit input menyebabkan kenaikan output
yang semakin berkurang. Pada keadaan elastisitas produksi lebih kecil dari
satu (Ep<1), atau marginal product (MP) lebih kecil average product (AP)
dan average variabel cost (AVC) lebih kecil marginal cost (MC).
Pengetahuan mengenai keadaan skala usaha sangat penting sebagai salah satu
pertimbangan mengenai pemilihan ukuran perusahaan. Jika keadaan skala usaha
dengan kenaikan hasil berkurang telah tercapai, hal ini berarti luas usaha sudah
perlu dikurangi. Sebaliknya jika keadaan skala usaha berada pada keadaan kenaikan
hasil bertambah, maka luas usaha diperbesar untuk menurunkan biaya produksi
rata-rata dan diharapkan dapat menaikkan keuntungan. Jika keadaan skala usaha
dengan kenaikan hasil tetap, maka luas rata-rata unit perusahaan yang ada tidak
perlu dirubah. Dalam hubungan antara faktor produksi atau input dengan tingkat
produksi atau output, skala usaha (returns to scale) menggambarkan respon dari
output terhadap perubahan proporsional dari input (Sigit Larsito, 2005).

2.6 Inovasi dan Daya Saing Global


Banyak para pakar atau ahli manajemen yang menyatakan bahwa inovasi
merupakan salah satu jaminan untuk perusahaan atau organisasi dalam
meningkatkan daya saingnya. Pernyataan tersebut banyak didukung dengan hasil
penelitian atau bukti empiris. Berbagai indikator menunjukkan bahwa
ketertinggalan dalam hal inovasi atau faktor terkaitnya lainnya bisa menyebabkan
sebuah negara relatif tertinggal perkembangan ekonomi dan kesejahteraan
rakyatnya

A. Posisi Indonesia di Lingkungan Global


Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan dan hambatan besar di era
informasi dan globalisasi saat ini. Indonesia pada saat ini masih relatif tertinggal
dalam percaturan ekonomi dunia yang sudah mengarah ke era globalisasi dan
perdagangan bebas. Dan di era tersebut, penguasaan teknologi informasi dan
komunikasi menjadi faktor yang sangat penting. Sedangkan penguasaan jenis
teknologi tersebut erat kaitannya dengan pengembangan sumber daya manusia
sebagai aktor utama dalam implementasinya. Posisi Indonesia dalam lingkungan
global tersebut merupakan salah satu dasar pemikiran diperlukannnya inovasi pada
berbagai tingkat yaitu tingkat individu, perusahaan atau industri, serta pemerintah.

B. Pengertian Inovasi
Konsep inovasi mempunyai sejarah yang panjang dan pengertian yang
berbeda-beda, terutama didasarkan pada persaingan antara perusahaan-perusahaan
dan strategi yang berbeda yang bisa dimanfaatkan untuk bersaing.Konsep inovasi
tersebut terus dikembangkan oleh sejumlah pakar dan institusi. Beberapa
pengertian tersebut dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
1. Inovasi adalah memperkenalkan ide, barang, jasa atau praktek-praktek baru
yang bermanfaat
2. Memperkenalkan ide baru ke pasar dalam bentuk barang dan jasa yang baru
atau perbaikan dalam organisasi atau proses
3. Ide, metode atau peralatan baru. Tindakan dalam menciptakan barang atau
proses baru. Tindakan yang mencakup penemuan atau pekerjaan yang
diperlukan untuk membawa ide atau konsep ke dalam bentuk akhir

C. Inovasi Kaitannya dengan daya saing

Inovasi berhubungan erat dengan daya saing. Semakin tinggi inovasi suatu
negara semakin tinggi pula daya saingnya.Banyak ahli mengakui bahwa bukan
kekayaan alam yang menjadi ukuran kemajuan suatu bangsa, melainkan inovasi
yang merupakan kunci utama kemajuan sebuah bangsa. Banyak bukti menunjukkan
sebuah negara yang sumber daya alamnya minim ternyata mampu bersaing dengan
negara lain karena kemampuan inovasinya yang tinggi.

Beberapa hal yang mungkin dapat dipersiapkan oleh Pemerintah Indonesia


dalam persiapan menuju era globalisasi yaitu :
1. Penegakan Hukum dan Penguatan Sistem Hukum.
Penguatan sistem hukum merupakan salah satu hal yang sangat
krusial karena dapat jaminan kesetaraan kesempatan dan keadilan serta
memberikan kepastian berusaha bagi setiap orang termasuk investor yang
ingin menanamkan modalnya di Indonesia.
Salah satu alasan mengapa negara berkembang seringkali kalah
bersaing dengan negara maju dalam globalisasi ekonomi adalah belum
siapnya atau kurang kuatnya sistem hukum di negara berkembang (Stiglitz,
2002). Hal yang menjadi masalah utama sejak dulu dan hampir selalu
menjadi headline media tanah air, serta menjadi masalah terbesar dalam
menghambat daya saing Indonesia adalah korupsi.
Lemahnya penerapan dan sistem hukum di Indonesia membuat
korupsi “kecil” dianggap hal biasa bagi sebagian masyarakat Indonesia,
merupakan sebuah Ironi karena korupsi adalah penyebab terhambatnya
pembangunan baik fisik maupun non-fisik. Korupsi di Indonesia sudah
menggurita dari berbagai departemen dari tingkat atas hingga bawah.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Transparansi Internasional, indeks
persepsi korupsi Indonesia masih berada pada rangking 88 dari 167 negara
dengan status merah.
2. Penguatan infrastruktur.
Rendahnya daya saing Indonesia dibandingkan dengan negara
tetangga juga ditengarai akibat rendahnya kualitas infrastruktur Indonesia
yang menyebabkan meningkatnya biaya pengangkutan dan logistik. Secara
keseluruhan, kualitas infrastruktur Indonesia pada tahun 2013 menempati
peringkat 72 dari 144 negara berdasarkan data yang dirilis oleh WEF.
Kualitas ini sudah mengalami sedikit peningkatan dibandingkan tahun-
tahun sebelumnya dimana pada survey WEF terakhir kualitas infrastruktur
Indonesia berada pada posisi rata-rata.

Dengan fokus pemerintahan saat ini yang concern terhadap


pembangunan infrastruktur utamanya di Indonesia Timur, diharapkan dapat
menekan ongkos pengangkutan dan logistik di Indonesia. Pada tahun
2014 Logistic Performer Index (LPI) Indonesia mendapatkan nilai 3,08
yang berarti berada pada level consistent performers (Munandar, 2015).
Kondisi infrastruktur di Indonesia harus terus dibenahi agar dapat mencapai
level logistic friendly untuk meningkatkan daya saing Indonesia.
3. Privatisasi.
Bagi sebagian besar orang Indonesia, privatisasi merupakan hal
yang tabu untuk dibicarakan karena selalu dikaitkan dengan “menggadaikan
aset negara” atau “maenambal anggaran”. Padahal pengertian sebenanrnya
adalah memberikan usaha dari Pemerintah kepada swasta yang bentuknya
bisa melalui strategic partner, pasar modal, dan lain-lain. Privatisasi ini
diharapkan dapat mendorong efisiensi sehingga dapat menguntungkan
konsumen karena mendapat harga yang lebih murah, dan sebagai produsen
akan mendapatkan profit yang lebih optimal.
Dalam privatisasi yang artinya menyerahkan usaha kepada
mekanisme pasar mempunyai keuntungan tersendiri, mekanisme pasar
memungkinkan dirinya dikritik untuk sebuah kesalahan. Proses pasar
adalah proses yang memungkinkan terjadinya perubahan permintaan dan
penawaran yang memungkinkan dirinya untuk dikritik, selalu untuk
berubah, karena ia bukan sesuatu yang final (Basri, 2006).
Contoh yang dapat kita lihat adalah efisiensi dari perusahaan-
perusahaan BUMN yang mulai membagi sebagian modalnya kepada swasta
melalui pasar modal. Setelah melantai di Bursa, perusahaan BUMN yang
tadinya sarat dengan berbagai kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN)
dapat menjadi perusahaan yang bersih. Hal ini tidak lain disebabkan karena
kepemilikan modal dari BUMN tersebut dimiliki oleh banyak pihak,
sehingga mau tidak mau BUMN harus melakukan transparansi. Selain itu
dengan adanya privatisasi BUMN akan didorong untuk melakukan inovasi
agar dapat bersaing dengan perusahaan swasta lainnya.

Penegakan hukum dan penguatan sistem hukum, penguatan infrastruktur,


dan privatisasi untuk mendorong inovasi diharapkan dapat mempersiapkan
Indonesia dalam menghadapi globalisasi ekonomi yang secara bertahap mulai
diterapkan secara bertahap. Satu hal lagi yang harus dipenuhi adalah kemampuan
diplomasi Indonesia dalam perjanjian keikutsertaan perdagangan bebas. Dengan
demikian, inovasi yang ada di Indonesia dapat bergerak dengan lebih leluasa dalam
meningkatkan daya saingnya dengan dimulainya perdagangan bebas yang sudah
ada didepan mata.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Teori produksi adalah teori yang menerangkan sifat hubungan antara tingkat
produksi yang akan dicapai dengan jumlah faktor-faktor produksi yang digunakan.
Konsep utama yang dikenal dalam teori ini adalah memproduksi output semakismal
mungkin dengan input tertentu, serta memproduksi sejumlah output tertentu dengan
biaya produksi seminimal mungkin.
Fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukan hubungan
ketergantungan antara tingkat input yang digunakan dalam proses produksi dengan
tingkat output yang di hasilkan
DAFTAR PUSTAKA

http://furaidana55.blogspot.com/2017/12/teori-produksi.html
https://djafharraya.wordpress.com/2018/01/03/tugas-ekonomi-manajerial-teori-
produksi/
https://penadarisma.blogspot.com/2019/02/ekonomi-manajerial-dalam-teknik-
produksi.html
http://sebatasharapanku.blogspot.com/2012/11/inovasi-dan-kaitannya-dengan-
daya-saing.html?m=1

https://syafaatmuhari.wordpress.com/2017/02/17/mendorong-inovasi-
meningkatkan-daya-saing-global-1/

http://chikaypputri-9757.blogspot.com/2017/12/teori-produksi.html

http://prihatniaisyah.blogspot.com/2017/01/teori-produksi.html

http://tutupohosali.blogspot.com/2013/04/teori-produksi-dan-teori-
biaya.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai