Anda di halaman 1dari 73

Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

2.2.1. Pendekatan IS – LM
Pada kajian ini, bahasan digunakan dengan menggunakan pendekatan
Investment Saving–Liquidity Monetary. Pendekatan ini menggunakan
pendekatan 4 kuadran, dan terbagi 3 bahasan lebih lanjut..

2.2.2.Pasar Komoditi dengan kurva IS


Istilah pasar komoditi adalah pasar barang atau commoditi market,
sektor nyata atau real sector, dan sektor pengeluaran atau
expenditure sector. Investasi pada umumnya diperlakukan ssebagai
variabel endogen, investasi secara eksplisit diasumsikan merupakan
fungsi dari tingkat bunga.

Gambar 2.7 Pasar Komoditi dengan Kurva IS

I (Rp) D I =I S B
(Rp)

S=So+SY
45Derajat C A

I (Rp) Y
(Rp)
r r (%)
(%)
F a
G
b

I (Rp) Y
(Rp)
I=Y- Y=C+I H
C
Dengan tujuan agar supaya fungsi IS yang nantinya terlukis pada
kuadran Tenggara dapat memenuhi syarat kesamaan nilai S dengan
nilai I, maka pada kuadran Barat Laut, digunakan gambar garis
pertolongan bersudut 45 derajat yang ditandai dengan tanda I=I.

KUKM Outlook- Muljanto VI-1


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

Dengan menggunakan garis pertolongan 45 derajat ini dengan mudah


nilai I diukur dengan skala sumbu horinzontal kuadran barat daya
nilainya dipindahkan ke kuadran Barat Laut yang pengukurannya
dapat menggunakan sumbu horizontal maupun sumbu vertikal.
Setelah nilai I ini dapat diukur dengan menggunakan sumbu vertikal
kuadran Barat daya, maka nilai I tersebut dapat diperbandingkan
dengan nilai penabungan S. Oleh karen I=I mempunyai sudut 45
derajat, maka OC=OD, dan juga sama dengan OE pada kuadran Barat
Daya. Untuk terwujudnya pengeluaran investasi sebesar OE diperlukan
tingkat bunga setinggi OF. Tingkat bunga setinggi OF ini tingginya
sama dengan OG yang juga sama dengan Hb.

Dengan demikian titik a yang diturunkan dari ttik A pada fungsi saving
SS melalu garis pertolongan 45 derajat I=I dan melalui fungsi
investasi I=Y-C merupakan titik yang menghubungkan tingkat bunga
dengan tingkat pendapatan nasional yang memenuhi ketentuan
samanya S dan I. Sebagai syarat ekuilibriumnya pasar komoditi. Ini
mempunyai makna bahwa titik a merupakan salah satu titik pada
kurva IS

Dengan demikian pula perlakuan sama dengan titik lainnya pada garis
Saving S=So+SY, maka terbentulah pada kurva Tenggara Kurva IS.
Baik fungsi saving maupun juga fungsi investasi masing-masing
berbentuk garis lurus, maka dengan hanya mengambil 2 titik, yaitu
titik A dan B pada kurva saving S=So+SY, dengan mana dihasilkan
dua buah titik IS, yaitu titik a dan b, maka garis yang ditarik melalui
titik a dan b akan merupakan kurva IC yang akan dianalisis

2.2.3.Pasar Uang dengan Kurva LM

KUKM Outlook- Muljanto VI-2


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

Dari sudut pandang ekonomi makro, pasar uang terdiri dari jumlah
penawaran dan permintaan. Pernawaran uang adalah jumlah uang
yang beredar dalam masyarakat, terdiri dari uang kartal dan giral.
Permintaan akan uang adalah kebutuhan masyrakat akan uang tunai.
Ahli ekonomi AS John Maynard Keynes mengemukakan adanya tiga
motif.

Motif pertama : Transaction motive

Apabila penerimaan uang tunai baik jumlahnya maupun saat


terjadinya selalu sama dengan jumlah dan saat terjadinya pengeluaran
penggunaan konsumsi, maka para konsumen tidak perlu memiliki
uang tunai untuk transaksi perdagangan. Kenyataan menunjukkan
bahwa karyawan menerima gaji seminggu sekali atau sebulan sekali,
akan tetapi pengeluaran konsumsi terjadi setiap hari..

Gambar 2.8 Kurva Permintaan Agregatif Uang Transaksi

Lt Kebutuhan Uang Tunai

Lt

Pendapatan
Nasional

Motif kedua : Precautionary motive


Motif kedua yang mendorong individu menyimpag sebgaian dari
kekayaanya dalam bentuk uang tunai ialah motif berjaga-jaga.
Menurut kenyataan dunia ini penuh dengan ketiakpastian. Banyak
pengeluaran yang harus kita lakukan tana kita ketahui sebelumnya
misalnya sakit dan bepergian ke daerah lainnya. Dari segi ekonomi,

KUKM Outlook- Muljanto VI-3


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

penyediaan uang untuk berjaga-jaga, sebenarnya dapat dipertangung


jawabkan.. Disamping untuk maksud membiayai pengeluaran yang
harus dilaksanakan tanpa sebelumnya bisa diperkirakan memiliki uang
tunai yang jumlahya melebihi jumlah pengeluaran yang direncanakan
juga ada manfaat lainnya yang berupa kemungkinan utuk
menggunakan kesempatan mengadakan transaksi yang
menguntungkan.
Gambar 2.9 Permintaan Uang Transaksi dan Berjaga-jaga
dengan Permintaan Uang Lt

Lt .Lj L1 b1,b2,b3=bil Variabel

L1=b2 Y

Lt=b1 Y

Lj=b3 Y

Pendapatan
Nasional

Motif ketiga : Speculative motive


Menurut pendapat JM Keynes, manfaat uang tunai adalah untuk
memperlancar transaksi dan berjaga-jaga, dan spekulasi. Spekulasi
dilakukan dengan pembelian surat berharga pada harga murah dan
menjual harga mahal (bullish market). Dengan meningkatkannya
tingkat bunga bertendensi mengakibatkan menurunnya harga surat
berharga. Dengan menurunnya tingkat bunga bertendensi
mengakibatkan meningkatnya harga surat berharga. Pada tingkat
bunga tinggi jumlah uang di masyarakat dengan motif spekulasi
berjumlah sedikit. Pada waktu tingkat bunga rendah, maka jumlah
uang untuk motif spekulasi berjumlah besar.

KUKM Outlook- Muljanto VI-4


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

Gambar 2.10 Kurva Permintaan uang untuk Spekulasi

r: Tingkat
Bunga A

L2
r0

B
.r1
Jumlah
Uang
:Spekulasi
M0 M1
B

Definisi Analisis IS-LM


Kurva LM didefinisikan kurva menunjukkan hubungan antara tingkat
pendapatan nasional pada berbagi kemungkinan tingkat bunga. Kurva
IS merupakan kurva hubungan tingkat tabungan serta investasi
terhadap perubahan suku bunga. Kurva IS bertemu dengan kurva LM
disuatu titik keseimbangan, titik tersebut merupakan syarat
ekuilibirumnya pasar uang atau titik keseimbangan (General
Equilibirum) adalah terpenuhinya kesamaan antara permintaan dan
penawaran akan uang. Beberapa tulisan kurva LM digambarkan
berbentuk mangkuk, tidak berbentuk garis lurus linearlitas. Ada
asumsi jumlah uang yang beredar berkembang dengan cepat akan
menimbulkan perekonomian Overheating, dimana terjadi hyper
inflation.

Gambar 2.11 Kurva LM

KUKM Outlook- Muljanto VI-5


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

r (%) A LM r (%)
A

L2
B B
L2 (Rp)
Y(Rp
)
L1 M, C
L D
E
M
L1

45 derajat
F
Y a b
(Rp)

Asumsi Analisa IS LM
Untuk analisa IS LM, asumsi-asumsi sebagai berikut:
 Penawaran uang adalah uang kartal dan giral .
 Bank Sentral mampu mempengaruhi jumlah uang yang beredar
di masyarakat
 Dalam Kebijakan pengawasan devisa, masyarakat tidak
mempunyai kebebasan menggunakan valuta asing.
 Tingkat surplus dan defisit neraca pembayaran
 Diasumsikan tidak adanya perubahan harga.

2.2.4. Ekuilibrium Dalam Analisis IS-LM


Kondisi ekuilibrium analisis IS-LM dapat diperoleh melalui proses
penurunan kurva IS-LM. Titik-titik kedudukan pada kurva IS yang
tidak dilalui kurva LM merupakan titik kedudukan, dimana pasar
komoditi berada pada keadaan ekuilibirum semu.
Gambar 2.12 Kurva IS dan LM

KUKM Outlook- Muljanto VI-6


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

I (Rp) I =I S S0
(Rp)

45Derajat

I (Rp) Y
(Rp)
r r (%)
(%)

I (Rp) Y
(Rp)
I=Y-C Y=C+I

Garis berpotongan untuk r (%) IS


memudahkan gambar
LM
Keseimbangan (Rp)
umum
Keseimbangan semu
Y
(Rp)

r (%) LM r (%)

L2

L2 (Rp)
Y(Rp
)
L1 M,
L
L1

45 derajat
Y M,L
(Rp)
2.3 Tujuan Serta Manfaat Kebijakan Perekonomian

KUKM Outlook- Muljanto VI-7


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

Keadaan yang ingin dicapai oleh kebijakan disebut tujuan kebijakan.


Tujuan kebijakan ekonomi dapat diungkapkan dalam bentuk
perubahan nilai variabel tertentu yang dinginkan. Alat untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan dalam suatu kebijakan biasa disebut policy
instruments atau instrumen kebijakan. Dengan dasar pembedaan ini,
akan terdapat dua macam kebijakan, yaitu
1. Kebijakan Ekspansi, yaitu kebijakan ekonomi makro yang
mempunyai tujuan untuk memperbesar kegiatan ekonomi dalam
perekonomian. Kebijakan elspansi pada umumnya diambil pada
masa perekonomian menghadapi masa pengangguran dan
kapasitas produksi nasional belum dalam keadaan pemanfaatan
penuh (full employment). Kebijakan ekspansi dapat diharapkan
memperolah hasil berupa meningkatnya pendapatan nasional dan
menurunnya tingkat penggangguan.
2. Kebijakan Kontraksi, yaitu kebijakan ekonomi makro yang
tujuannya adalah untuk penurunan kegiatan ekonomi dalam
perekonomian (Overheating). Kebijakan kontraksi pada umumnya
dilakukan pada masa masa perekonomin dalam keadaan over
employment, yaitu keadaan permintaan agregatif melampaui
besarnya kapasitas nasional. Keadaan ini pada umumnya ditandai
dengan tingkat inflasi yang tinggi. Kebijakan kontraksi umumnya
dipakai dalam keadaan, dimana perekonomian mengalami defisit
neraca pembayaran secara terus menerus. Kebijakan kontraksi
umumnya diharapkan akan serta menurunkan tingkat inflasi dan
pula memperkecil defisit neraca pembayaran luar negeri.
2.3.1 Cara bekerja Kebijakan Moneter
Dalam rangka memahami kebijakan moneter dalam melaksanakan
kebijakan perekonomian, berfokus pada fungsi investasi, saving, L1
dan L2 dengan jumlah uang beredar sebanyak serta menghasilkan

KUKM Outlook- Muljanto VI-8


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

pendapatan nasional equilibrium sebesar Yo. Apabila perekonomian


mempunyai tingkat full employment income, yang biasa disebut juga
produk nasional potensial sebesar Y1, maka ini berarti bahwa dalam
perekonomian terdapat pengangguran.

Bila Pemerintah menginginkan untuk menghilangkan sama sekali


pengangguran dalam perekonomian, maka pemerintah harus
melaksanakan kebijakan moneter atau fiskal dengan targetnya
tingkat Pendapatan Nasional sebesar Y1. Tingkat pendapatan
ekuilibrium sekarang sebesar Yo, maka berarti pada tingkat
pendapatan nasional dinaikkan sebesar YoY1. Ini berarti Pemerintah
perlu melaksanakan kebijakan ekspansi.

Peningkatan pendapatan nasional ekuilibrium pda tingkat pendapaan


Y1, titik ekuilirium dipindah dari titik Eqo ke EQ1. Untuk maksud
tersebut kurva LM perlu mengalami pergeseran dari semula dari LMo
ke LM1. Pergeseran garis penawaran uang M 1 ke M2 mempunyai
makna, bahwa jumlah uang yang beredar perlu ditambah sebesar M2.
Adapun menemukan garis penawaran uang yang menghasilkan tingkat
pendapatan nasional sebesar Y1 ialah dengan jalan membuat segi
empat bersudut siku-siku. Dengan tergambar garis penawaran uang
M2 jumlah uang yang beredar diperlukan agar supaya tercapai
variabel target berupa pendapatan nasional sebesar Y1. Solusi adalah
M diperbesar sebesar M2.

Gambar 2.13 Kebijakan Moneter

KUKM Outlook- Muljanto VI-9


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

IS
EQ 0 r (%)
L M1

L M0
EQ1
Y
Yo Y1 (Rp)
M1
Mo
1oo
r (%) LM o r (%)
(Rp
)
L2
LM 1

L2 (Rp)
Y(Rp
)
L1 M, M1
L
L1
M2

45 derajat

Y (Rp)
M,L

2.3.2. Cara Bekerja Kebijakan Fiskal


Dengan memperhatikan gambar dibawah khususnya kuadran IS-Lm,
yaitu kuadran yang ditengah-tengah, untuk meningkatkan tingkat
pendapaan nasional dari Yo ke Y1, kurva IS perlu digeser dari semua
ISo ke IS1. Untuk menghasilkan kurva IS1, ini perlu diusahakan agar
supaya hasil penjumlahan 1+G+c(T-Tx) dengan fungsi permintaan
investasi dan fungsi saving yang ada dalam perekonomian
menghasilkan fungsi IS1.

KUKM Outlook- Muljanto VI-10


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

Dari hasil analisis disimpulkan, bahwa untuk menghilangkan


pengangguran dalam perekonomian, pemerintah dapat memilih salah
satu kebijakan berupa
 Memperbesar Pengeluaran Pemerintah sebesar B
 Memperbesar Transfer Pemerintah .
 Mengurangi pungutan pajak
 Melakukan kombinasi perubahan G,T dan Tx dengan ketentuan,
bahwa perubahan memenuhi syarat persamaan Delta (g)=c X
((Delta(T)-Delta(Tx))= B

Gambar 2.14 Kebijakan Fiskal

I+G+c(
I,G,T, T-Tx) S,I,G
Tx I =I T,Tx

45Derajat

I (Rp) Y
(Rp)
r r (%)
(%) B

I (Rp) Y
(Rp)
I=Y-C Y=C+I

KUKM Outlook- Muljanto VI-11


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

r (%) I S1
EQ1

LM
EQ o (Rp)
I S0
Y
Y0 Y1 (Rp)

2.3.3.Keefektifan Kebijakan Moneter dengan Fiskal


Pada Kurva LM dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu
 Daerah Klasik. Daerah inilah yang menghasilkan kesimpulan
teoritik yang dihasilkan oleh pemikir ekonomi klasik
o Pada Daerah Klasik. Kebijakan fiskal paling tidak efektif
meningkatkan tingkat pendapatan nasional ekuilibrium
o Pada Daerah Klasik. Kebijakan moneter paling efektif
meningkatkan tingkat pendapatan nasional ekuilibrium
 Daerah Jeral Likuiditas. Pada tingkat bunga yang demikian
rendah, harga surat berharga obligasi menjadi tinggi. Kebijakan
fiskal paling efektif meningkatkan tingkat pendapatan nasional
ekuilibrium
o Pada Daerah Jerat Likuiditas. Kebijakan moneter paling
tidak efektif meningkatkan tingkat pendapatan nasional
ekuilibrium
 Daerah Tengah. Pada daerah tengah eslastisitas tingkat bunga
kurva LM lebih besar dari pada nol, akan tetapi lebih kecil dari
pada tak terhingga.
o Pada Daerah Tengah. Kebijakan fiskal mampu menaikkan
tingkat pendapatan nasional ekuilibirum, tetapi tidak
seefektif pada daerah Jerat Likuiditas

KUKM Outlook- Muljanto VI-12


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

o Pada Daerah Tengah. Kebijakan moneter dapat menaikkan


tingkat pendapatan nasional ekuilibirum, tetapi tidak
secara seefektif pada pada daerah Jerat Likuiditas

Gambar 2.15 Kebijakan Fiskal vs Moneter

LM1
rr Klasik r
IS
IS
LM
LMo
e
Y
a b c m B Y
a b f g B
Jerat Likuiditas Tengah c
Keb.Moneter
Keb.Fiskal

2.4. Perkembangan Ekonomi Makro Indonesia


Kebijakan tersebut pada gilirannya juga akan memberi peluang yang
besar penetrasi pasar ekspor. Kombinasi dari keberhasilan reformasi
struktural dan peningkatan kapasitas kelembagaan, situasi
perekonomian global yang makin kondusif. Koordinasi yang solid
antara Bank Indonesia dengan Pemerintah, menghantar perekonomian
Indonesia mencapai kisaran pertumbuhan ekonomi 6,7-7,2% di 2013.
Inflasi diturunkan dengan inflasi negara-negara kawasan, yaitu pada
tingkat 3,5 % di tahun 2013. Dengan tingkat pertumbuhan tersebut,
penyerapan tenaga kerja akan bertambah sehingga akan mampu
menekan tingkat pengangguran. Meningkatnya penyerapan tenaga
kerja dibarengi dengan inflasi menurun diharapkan akan berdampak

KUKM Outlook- Muljanto VI-13


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

pada peningkatan pendapatan riil dan pengurangan tingkat kemiskinan


sehingga pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
2.5. Konstelasi Perekonomian Dunia
Sejak pertengahan 2007, kondisi ekonomi dunia ditandai oleh kondisi
yang kurang menggembirakan, dipicu oleh munculnya krisis sub-prime
mortgage di pasar keuangan AS yang dampaknya dengan cepat
menjalar ke negara-negara maju lainnya. Setelah mencapai
pertumbuhan 5,1% di tahun 2006, pada tahun 2007 pertumbuhan
ekonomi dunia menurun menjadi 5%, dan selanjutnya menurun ke
tingkat 4,6% (yoy) pada triwulan pertama 2008 dan ke tingkat 3,9%
pada triwulan kedua 2008. Pelemahan tersebut disamping disebabkan
oleh krisis keuangan, juga dipengaruhi oleh melambungnya harga
minyak hingga sempat menyentuh level USD145 per barrel di bulan
Juli 2008 serta kenaikan harga komoditas makanan.

Menghadapi ancaman stagflasi di atas, negara-negara di dunia


dihadapkan pada pilihan kebijakan ekonomi makro yang sulit. Di
banyak emerging market, terutama negara yang inflasinya sudah
berada di atas tren, bank sentral melakukan kebijakan moneter ketat
yang dikombinasikan dengan pengendalian fiskal yang lebih disiplin,
serta dalam beberapa kasus pengelolaan kebijakan nilai tukar yang
lebih fleksibel. Tantangan tambahan bagi negara berpenghasilan
rendah dan menengah adalah untuk menyediakan kebutuhan pangan
yang memadai namun dengan tetap menjaga inflasi.

2.6. Konstelasi Perekonomian Domestik

KUKM Outlook- Muljanto VI-14


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

Secara umum, kondisi perekonomian domestik selama lima tahun


terakhir terus menunjukkan perbaikan yang terlihat dari pertumbuhan
ekonomi yang terus meningkat, inflasi yang terkendali dan pergerakan
kurs yang stabil. Pertumbuhan ekonomi sempat tertahan di 2006
pasca kenaikan harga BBM di penghujung 2005, namun selanjutnya
kembali mengalami akselerasi hingga mampu mencatat pertumbuhan
6,3% pada 2007. Angka pertumbuhan ini merupakan pencapaian
tertinggi pasca krisis. Penguatan ekonomi di 2008 terus berlanjut
seperti tercermin dari angka pertumbuhan PDB di triwulan I dan II
yang terus meningkat, masing-masing sebesar 6,3% dan 6,4%. Inflasi
yang sempat melejit menjadi dua digit pasca-kenaikan harga BBM
2005 berhasil ditekan kembali menjadi satu digit dan mencapai rata-
rata 6,4% pada 2007. Namun, pergerakan harga minyak dunia yang
semakin tidak terkendali telah memaksa Pemerintah untuk memilih
menaikkan kembali harga BBM pada Mei 2008 yang segera membuat
inflasi kembali naik.

Meskipun demikian, kenaikan suku bunga kebijakan yang dilakukan


secara terukur, serta koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, secara
perlahan-lahan tampak berhasil mengendalikan inflasi. Pada Agustus
2008, inflasi bulanan tercatat 0,51%, jauh menurun dari Juli 2008
yang mencapai 1,37%. Kombinasi pertumbuhan ekonomi yang tinggi
dan inflasi yang terkendali telah mendorong turunnya angka
pengangguran dan jumlah penduduk miskin. Meskipun demikian, kerja
keras untuk terus menurunkan angka pengangguran dan jumah
penduduk miskin masih diperlukan.

Hal ini mengingat masih banyak permasalahan struktural yang


dihadapi oleh perekonomian Indonesia. Dari sisi permintaan, tulang
punggung pertumbuhan ekonomi masih berasal dari konsumsi, baik

KUKM Outlook- Muljanto VI-15


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

Pemerintah maupun swasta. Sementara itu, investasi masih sangat


terbatas meskipun selama 3 triwulan terakhir ini sudah mulai tumbuh
pesat. Dalam jangka panjang, ketimpangan antara konsumsi dan
investasi ini akan memunculkan masalah pembiayaan, yang mulai
terlihat dari semakin tingginya leverage rumah tangga. Disamping itu,
pertumbuhan ekspor yang terjadi selama ini masih didominasi oleh
ekspor komoditas primer yang terdorong oleh kenaikan harga. Dari
sisi produksi, pertumbuhan sektor pertanian dan manufaktur masih
sangat terbatas bahkan cenderung stagnan, padahal kedua sektor ini
sangat besar peranannya dalam menyerap tenaga kerja. Sebaliknya,
perkembangan sektor-sektor tersier khususnya perdagangan,
pengangkutan, dan jasa keuangan maupun non-keuangan semakin
membaik, seperti tercermin dari kontribusinya terhadap pertumbuhan
ekonomi yang semakin meningkat.

Pertumbuhan sektor manufaktur dan pertanian yang melambat tidak


terlepas dari dampak kegiatan investasi yang sangat terbatas.
Akibatnya, pertumbuhan stok kapital pasca krisis jauh menurun
dibandingkan pra krisis. Disamping itu, kegiatan investasi yang terjadi
selama ini juga banyak tercurah pada sektor tersier yang linkage-nya
dengan sektor-sektor lainnya (baik forward linkage maupun backward
linkage) relatif sangat kecil. Terbatasnya kegiatan investasi ini
mengindikasikan berbagai kebijakan di sektor riil yang selama ini
Pemerintah belum memberikan hasil yang diharapkan.

Masih diperlukan kerja keras dan integrasi kebijakan dalam


merangsang kegiatan investasi, terutama koordinasi antara kebijakan
industri, perdagangan, perpajakan, dan ketenagakerjaan. Meskipun
demikian, upaya Pemerintah dalam memperbaiki iklim usaha di
Indonesia sudah mencatat adanya perbaikan-perbaikan meskipun

KUKM Outlook- Muljanto VI-16


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

masih sangat terbatas. Dalam hal menjalankan bisnis, secara umum


pada 2008 peringkat kemudahan melakukan usaha di Indonesia
membaik, dari peringkat 133 pada 2007 menjadi 123. Meskipun
demikian, peringkat ini masih jauh dibawah negara anggota ASEAN
lainnya seperti Singapura, Thailand, Malaysia, dan Filipina. Sementara
itu, dilihat dari daya saing Indonesia, bila merujuk pada Hasil survei
International Institute Management for Development (IMD)
menyatakan bahwa tahun 2008 daya saing Indonesia mengalami
perbaikan menjadi peringkat 51 dari peringkat 54 di tahun 2007.

BAB IV

KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO

KUKM Outlook- Muljanto VI-17


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

TAHUN 2004 – 2009

4.1. TINJAUAN UMUM

Perekonomian Indonesia sepanjang tahun 2008 terus menerus


mendapat berbagai tekanan, yang secara kasat mata berasal dari
faktor-faktor yang bersifat eksternal. Sebagiannya sudah mulai
dirasakan sejak dua tahun terakhir, berupa kenaikan harga beberapa
komoditas utama di pasaran dunia. Kenaikan tersebut tergolong
dramatis dilihat dari besaran masing-masingnya, serta dalam kurun
waktu yang hampir bersamaan. Komoditas dimaksud mencakup
komoditas energi seperti: minyak, gas, batubara; komoditas pangan
seperti: beras, gandum, kedelai, gula; serta logam seperti: emas,
perak, baja.

Karena telah berlangsung sejak tahun sebelumnya, fenomena


kenaikan itu diperhitungkan dalam perencanaan dan tindakan hampir
semua pihak, termasuk oleh pemerintah di banyak negara. Begitu
pula dengan masalah keuangan yang melanda Amerika Serikat,
terutama terkait dengan kasus subprime mortgage. Namun, eskalasi
masalah menjadi krisis, dan krisis satu subsektor menjadi krisis
keuangan secara umum, adalah diluar perkiraan mereka.
Belakangan, semua pihak bahkan waspada mengenai kemungkinan
terjadinya krisis perekonomian dunia secara umum, yang mencakup
semua sektor, serta berdampak buruk bagi hampir semuanya.

Sejak September, otoritas ekonomi di banyak negara melakukan


langkah-langkah pencegahan eskalasi krisis secara lebih khusus, dan
bahkan ada yang tergolong darurat. Lembaga-lembaga ekonomi
dan keuangan internasional pun turut aktif, terutama untuk

KUKM Outlook- Muljanto VI-18


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

menjembatani komunikasi dan sinergi kebijakan antar negara.


Sedangkan pihak korporasi, terutama di sektor keuangan, yang
berskala multinasional, tampak lebih "bersedia" diatur dan relatif
"terbuka" bagi pihak lain.

Sebagai negara yang secara teoritis tergolong perekonomian kecil


dan relatif terbuka (small open economy), berbagai tekanan itu
berdampak langsung kepada Indonesia. Beratnya tekanan amat
dirasakan oleh pemerintah dalam mengelola keuangannya. Bagi
keuangan pemerintah Indonesia, harga komoditi yang paling
berdampak besar adalah tingginya harga minyak mentah.
Prakiraan harga yang diasumsikan dalam RAPBN 2008 meleset
jauh. Pemerintah kemudian memilih kebijakan tidak populer, yang
sebelumnya diupayakan untuk dihindari, yakni menaikkan harga
BBM bersubsidi pada tanggal 24 Mei. Untuk mengimbanginya,
berbagai penyesuaian kebijakan fiskal juga dilakukan, terutama
pada sisi pengeluaran dan pembiayaan defisitnya.

Dampak langsung dari kenaikan harga BBM domestik (bersubsidi


maupun tidak) adalah percepatan laju inflasi, yang kemudian
menembus angka dua digit. Diperkirakan angka inflasi tahun 2008
akan berada di kisaran 12 persen. Artinya, dua kali lipat dari yang
diasumsikan RAPBN maupun ditargetkan Bank Indonesia di awal
tahun.

Bank Indonesia pun tidak memiliki banyak pilihan selain berupaya


menahan laju inflasi dengan berbagai langkah yang lazim sebagai
otoritas moneter. Kebijakan moneter yang bias yang ketat
dijalankan, BI rate dinaikkan bertahap setiap bulan rata-rata
sebesar 25 basis poin.

KUKM Outlook- Muljanto VI-19


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

Konsekwensi logis dari kebijakan moneter yang bias ketat adalah


tekanan likuditas dihadapi oleh pihak korporasi, khususnya bagi
sektor perbankan. Tentu saja, kesulitan likuiditas yang mulai
dirasakan pada triwulan III itu tidak sepenuhnya karena kebijakan
moneter yang demikian, melainkan pula akibat kegiatan bisnis
yang memang amat ekspansif sejak akhir tahun 2007. Yang
kemudian membuat kondisinya menjadi lebih berat adalah gejolak
pasar keuangan internasional, yang dampak buruknya lebih parah
daripada diduga banyak pihak di Indonesia.

Dengan latar belakang demikian, pihak dunia usaha (korporasi)


domestik menghadapi situasi yang cukup rumit. Meskipun
kondisinya beragam, karena pengaruh yang bersifat mikro atau
sektoral adalah berlainan untuk masing-masing bisnis, secara
umum terlihat mereka kurang antisipatif. Business plan tahun 2008
mereka rata-rata bersifat sangat optimistik, yang sedikit banyak
dipengaruhi (pemerintah dan Bank Indonesia). Tetap tingginya
harga komiditas, terutama minyak mentah memang telah di-
perkirakan. Namun tidak banyak yang menduga harga minyak akan
masih terus naik dan sampai melebihi USD 140 per barel. Kenaikan
harga komoditas lainnya pun kurang diperhitungkan, mengingat
levelnya yang jika semata-mata disimulasi dengan aspek
permintaan dan penawaran sudah sulit melaju lagi, bahkan diduga
akan mengalami penurunan.

Kalangan bisnis di sektor keuangan pun semula tampak optimis


menyongsong 2008, meski sudah ada kasus subprime mortgage di
Amerika. Sebagian dari mereka justru mengira akan adanya aliran
dana yang masuk, setidaknya tidak akan ada pembalikan arus

KUKM Outlook- Muljanto VI-20


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

modal, mengingat lebih menariknya secara relatif kondisi pasar


keuangan Indonesia.

Tingginya harga komoditas kemudian ditimpali oleh krisis keuangan


yang tambah meluas di Amerika, yang antara lain ditandai oleh
rontoknya harga saham di seluruh dunia. Keterkaitan erat antar
subsektor keuangan dan antara sektor finansial dengan bisnis barang
dan jasa lainnya di negara industri maju membawa konstelasinya
kepada masalah yang lebih menyeluruh, yakni ancaman krisis
ekonomi. Semula, banyak pengusaha domestik memiliki keyakinan
yang serupa dengan otoritas ekonomi bahwa pengaruh buruknya
tidak akan besar kepada perekonomian nasional. Bahkan, ketika
indeks harga saham gabungan (IHSG) terjun bebas sebagaimana
bursa di belahan dunia lainnya, masih dipercayai tidak akan
merembet cepat ke sektor keuangan lainnya, ke sektor riil. Alasan
utamanya, kaitan subsektor pasar modal dengan sektor keuangan
lain serta dengan sektor riil tidak erat perekonomian negara industri
maju.

Namun, berbagai kenyataan ekonomi mengindikasikan pola yang


tidak demikian. Keterkaitan antar subsektor keuangan domestik lebih
erat daripada yang diduga banyak pihak. Layak pula jika diwaspadai
mengenai hubungan yang lebih erat, dalam arti dampak buruknya
bagi sektor riil. Isyarat yang diberikan oleh otoritas ekonomi tentang
hal ini amat jelas bagi kalangan dunia usaha, meskipun pernyataan
politik untuk tidak panik selalu diutarakan.

Pihak perbankan pun sejak akhir triwulan III telah semakin


memperketat pencairan kredit barunya. Meskipun kesulitan likuiditas
yang sempat dialami sekitar dua bulan telah dibantu oleh otoritas

KUKM Outlook- Muljanto VI-21


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

moneter antara lain dengan melonggarkan ketentuan giro wajib


minimum, mereka masih mengutamakan kesiapan menerima
"pukulan" berikutnya. Dengan kata lain, telah ada ekspektasi akan
keadaan yang lebih buruk di kalangan bankir.

Para pengusaha sendiri menghadapi kondisi yang beragam terkait


masalah likuditas dan kebutuhan dana investasinya. Sebagian
mereka sedang membutuhkan tambahan modal kerja terutama
karena dampak inflasi di atas. Namun, di sisi lain, ada banyak
penundaan keputusan untuk melanjutkan rencana bisnis yang
ekspansif di awal tahun. Hal ini ditandai oleh meningkatnya porsi
kredit yang telah disetujui, namun belum dicairkan. Artinya
memang ada sikap wait and see, tidak sepenuhnya karena pihak
perbankan tidak mau mengucurkan dana. Kesulitan likuiditas jelas
tetap masalah yang paling serius bagi pelaku bisnis di pasar mo dal
dan sebagian pasar keuangan lainnya. Bagaimanapun, konsolidasi
tampak dilakukan hampir oleh semua korporasi, yang kembali
berkaitan dengan ekspektasi akan adanya kondisi yang
kemungkinan lebih buruk dari saat ini.

Pihak asing yang melakukan bisnis di Indonesia juga terindikasi


lebih banyak mempertimbangkan faktor-faktor perekonomian dan
keuangan dunia dibandingkan dengan yang bersifat domestik. Yang
kasat mata adalah di sektor keuangan, khususnya berkenaan
dengan arus dana investasi portofolio. Tidak begitu diperhitungkan
upaya otoritas ekonomi membuat pasar keuangan Indonesia
terlihat relatif menarik dibanding negara lain. Upaya konsolidasi
berbagai korporasi keuangan multinasional atas bisnisnya di
seluruh dunia tampak menjadi pertimbangan terpenting.
Indikasinya antara lain adalah mulai keluarnya dana mereka dari

KUKM Outlook- Muljanto VI-22


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

Indonesia, serta adanya peningkatan porsi portofolio dalam valuta


asing untuk kemudahan dan meminimalkan risiko kurs jika
diperlukan untuk konsolidasi ke korporasi induknya.

Selain karena pertimbangan konsolidasi korporasi, memang ada


daya tarik baru dalam pasar keuangan dunia bagi mengalirnya arus
dana ke negara maju, khususnya Amerika Serikat. Dana talangan
sebesar 700 miliar dolar diupayakan dengan penerbitan obligasi
negara AS. Dengan demikian, tidak hanya penerbitan surat utang
dalam valuta asing sebagai sumber pembiayaan defisit pemerintah
Indonesia yang terganggu. Melainkan juga, dana asing yang masih
berada di pasar keuangan domestik pun sangat berpeluang untuk
mengalir keluar. Setidaknya akan memaksa disediakannya insentif
dan return yang lebih tinggi.

Sementara itu, rumah tangga sebagai pelaku ekonomi dengan porsi


terbesar dalam perekonomian Indonesia baru merasakan sebagian
dari dampak buruk gejolak eksternal. Yang terburuk barulah berupa
inflasi akibat kenaikan harga BBM domestik, setelah sebelumnya
diganggu oleh kenaikan beberapa harga komoditi pangan sebagai
imbas pasaran dunia. Namun, banyak pihak khawatir mengenai
akan adanya pukulan lanjutan bagi daya beli rumah tangga.
Ancaman penurunanan aktivitas atau bahkan krisis ekonomi (dalam
skala kecil sekalipun) akhirnya akan berujung kepada mereka.
Belum pulihnya daya beli akibat inflasi, nampaknya akan
dilanjutkan oleh peningkatan pemutusan hubungan kerja (PHK)
atau menurunnya penyerapan tenaga kerja oleh sektor formal.
Pengucuran kredit konsumsi bagi mereka pun diduga kuat akan
melambat dibanding sebelumnya. Meskipun komitmen berbagai
pihak untuk meningkatkan pembiayaan bagi sektor UMKM, namun

KUKM Outlook- Muljanto VI-23


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

faktor kelembagaan dan aspek teknis lainnya dirasakan masih akan


menghambat realisasinya.

Dari uraian di atas dapat dinyatakan beberapa hal berikut.


Pemerintah terus menerus dan selalu menyatakan optimisnya sejak
pertengahan tahun 2007, yang diikuti pula oleh kebijakan fiskal
yang cukup ekspansif dan bersifat mendorong pertumbuhan
ekonomi. Bank Indonesia memiliki kepercayaan diri yang cukup
tinggi dalam pengelolaan kondisi moneter, sehingga cenderung
memberi iklim ekspansif di sektor perbankan. Oleh karena sebagian
besar kalangan pebisnis juga optimis, maka perbankan
menyalurkan kredit dengan kecepatan tertinggi selama kurun pasca
krisis.

Dengan latar belakang demikian, sebenarnya wajar jika


perkembangan indikator ekonomi, khususnya makroekonomi
selama semester I masih amat bagus. Pertumbuhan ekonomi
tinggi, inflasi terkendali (sebelum kenaikan BBM), neraca
pembayaran membaik, cadangan devisa terus bertambah, dan
angka pengangguran tercatat menurun. Indikator ekonomi lainnya
juga mengkonfirmasi hal-hal positif, seperti : pertumbuhan kredit,
stabilitas nilai tukar, produksi pertanian khususnya beras, indeks
kepercayaan konsumen, ekpektasi pengusaha.

Keadaan mulai berubah pada triwulan III. Pertumbuhan ekonomi


sedikit melambat, meskipun secara tahunan masih berada di atas 6
persen. Inflasi tahunan melampaui batas psikologis angka dua
digit, ekspor melambat, cadangan devisa mulai tergerus meski
masih secara perlahan, dan arus modal keluar mulai berlangsung.

KUKM Outlook- Muljanto VI-24


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

Memasuki triwulan IV, berbagai indikator ekonomi semakin


memburuk. Sekalipun dampak buruk langsungnya bagi
perekonomian nasional belum terbukti, kejatuhan indeks saham
secara dramatis, mengikuti trends di seluruh dunia, tetap saja
mengkhawatirkan. Salah satu yang sulit diukur dan berpotensi
menjelma menjadi faktor penentu dinamika perekonomian adalah
ekpektasi mengenai akan memburuknya kondisi.

Tidak bisa disembunyikan bahwa telah ada pihak yang khawatir


akan terulangnya krisis tahun 1998. Sejauh ini, memang banyak
faktor yang berbeda. Pemerintah dan Bank Indonesia memang
terlihat lebih siap dan waspada. Ada banyak langkah yang
dipersiapkan dan sebagiannya telah dilakukan. Kalangan perbankan
yang menjadi pelaku utama krisis 1998 pun telah memiliki acuan
prosedur yang jauh lebih baik. Dan yang paling mendasar, kondisi
politik kini amat berbeda dengan 1998. Sekalipun suhu politik
memanas karena akan adanya pemilu, tapi pada umumnya semua
merasa ada kepastian akan soal prosedur suksesi, terlepas dari
terpilih kembali atau tidaknya Presiden SBY

4.2. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan Produk Domestik bruto (PDB) Indonesia pada


triwulan III-2008 dibanding triwulan II-2008 adalah sebesar 3,5 %.
Jika dilihat secara tahunan (y-o-y), PDB Indonesia triwulan III-
2008 dibandingkan dengan triwulan III-2007 tumbuh sebesar 6,1
%. Secara kumulatif, pertumbuhannya hingga triwulan III-2008
dibandingkan periode sama pada tahun 2007 (c-to-c) mencapai
6,3 %.

KUKM Outlook- Muljanto VI-25


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

Secara kumulatif, pertumbuhan PDB Indonesia hingga triwulan III-


2008 dibandingkan periode yang sama pada tahun 2007 (c-to-c)
tersebut didukung oleh pertumbuhan yang relatif tinggi di semua
sektor lapangan usaha, kecuali sektor pertambangan dan
penggalian. Laju pertumbuhan PDB Indonesia sedikit melemah
pada triwulan III dibandingkan triwulan I dan II, serta hampir
dipastikan masih akan terus melemah pada triwulan IV. Meskipun
demikian, banyak pihak meyakini bahwa pertumbuhan untuk kurun
waktu setahun ini masih akan diatas 6 %.

Para ahli ekonomi Indonesia menduga angka pertumbuhan triwulan


IV dibanding triwulan III memang di kisaran minus 3,0 %, sehingga
pertumbuhan PDB Indonesia tahun 2008 memang hanya sekitar 6,0
%. Analisis lebih lanjut dan untuk kurun waktu lebih lama
mengenai hal ini, yang biasa disebut analisis sisi penawaran,
memang memperlihatkan pula bahwa seluruh sektor ekonomi
selalu mencatat pertumbuhan positif, kecuali pertambangan dan
penggalian pada tahun 2004. Sumbangan terbesar yang menopang
pertumbuhan selama beberapa tahun berasal dari sektor
perdagangan, sektor industri pengolahan dan sektor pengangkutan
dan komunikasi.

Masih disayangkan bahwa sektor-sektor padat modal seperti


telekomunikasi, keuangan, konstruksi, real estat, dan jasa ritel
tumbuh lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional.
Sementara itu, sekalipun tumbuh, sektor industri pengolahan dan
sektor pertanian cenderung lebih rendah dari rata-rata nasional.
Perlu diingat bahwa sektor industri pengolahan dan sektor
pertanian adalah sektor yang paling banyak menyerap tenaga
kerja, menjadi sumber penerimaan devisa dan penerimaan pajak,

KUKM Outlook- Muljanto VI-26


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

serta memiliki kaitan ke sektor pensuplai inputnya (backward


linkage) dan kaitan ke sektor yang memanfaatkan pada proses
produksi selanjutnya (forward linkage) yang tinggi. Analisis
semacam ini menguatkan kesimpulan mengenai kurang
berkualitasnya pertumbuhan ekonomi indonesia beberapa tahun
terakhir.

Sementara itu, analisis pertumbuhan ekonomi Indonesia menurut


komponen penggunaannya pada tahun 2008 memperlihatkan
adanya sedikit perubahan. Seluruh komponen tumbuh sejalan
dengan laju keseluruhan yang cepat. Namun, konsumsi tetap
memegang peranan penting.

Fenomena konsumsi sebagai sumber pertumbuhan terpenting telah


bertahan sekitar sembilan tahun terakhir, sejak era krisis moneter.
Dan yang paling luar biasa adalah konsumsi rumah tangga,
meskipun konsumsi pemerintah juga kadang terhitung besar.
Sekalipun angka kontribusi ekspor adalah yang tertinggi, namun
jika dilihat ekspor netto yang telah memperhitungkan impor, maka
angkanya masih lebih rendah daripada konsumsi rumah tangga.
Kontribusi net ekspor bahkan sempat negatif pada tahun 2004.
Keadaan konsumsi sebagai sumber pertumbuhan belum banyak
berubah, bahkan meningkat kembali selama tahun 2007.

Sebenarnya, pemerintah berulang kali merencanakan atau


mengharapkan agar sumber pertumbuhan utama beralih kepada
investasi. Target tinggi selalu dikemukakan, dan berbagai paket
kebijakan dikeluarkan. Meskipun belum bisa melampaui konsumsi
rumah tangga, kontribusi investasi sepanjang tahun 2007 sudah
jauh lebih baik daripada tahun 2006. Perbaikan masih berlanjut

KUKM Outlook- Muljanto VI-27


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

hingga triwulan III-2008. Sayangnya, pada triwulan III-2008 dan


tahun 2009, diperkirakan akan melambat lagi.

Bagaimanapun juga, kontribusi investasi masih bersifat harapan,


dan sangat mungkin terhadang oleh kondisi perekonomian global
yang memburuk. Bahkan, investasi yang dirangsang untuk tumbuh
pun terkesan asal besar nominalnya saja, dan tidak bersifat
selektif. Sebagai contoh, kebijakan makroekonomi yang mendorong
investasi tersebut sama hampir tidak memperhitungkan
ketersediaan teknologi atau berdimensi teknologis. Padahal,
penambahan modal secara agregat kenyataan di lapangan (an sich)
kurang efektif, jika tidak disertai perencanaan pengembangan
teknologi yang tepat. Yang kemudian terjadi adalah dinamika
produksi yang bersifat saling meniadakan atau substitutif,
bukannya komplementer untuk menambah kapasitas produksi.

Sementara itu, sumbangan konsumsi telah terbukti dan nampaknya


masih (terpaksa) akan diandalkan. Dalam arahan mewaspadai
krisis pun, secara eksplisit akan diupayakan peningkatan arti
konsumsi pemerintah. Padahal kontribusinya terhadap
pertumbuhan PDB masih kecil, yaitu: 0,51 (2005), 0,74 (2006),
dan 0,31 (2007). Diperkirakan pada tahun 2008 ini hanya di
kisaran 0,5 % dari total pertumbuhan 6,0 %. Begitu pula dengan
kondisi tahun 2009 nanti, karena tidak mudah mengubah haluan
kebijakan fiskal dari orientasi memelihara stabilitas menjadi
pendorong pertumbuhan.

Kekhawatiran lain atas kondisi semacam ini adalah terkait fakta


bahwa pengangguran dan kemiskinan tidak akan teratasi tanpa
pertumbuhan yang didorong oleh investasi riil. Kenyataan bahwa

KUKM Outlook- Muljanto VI-28


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

konsumsi bertahan begitu lama menggerakkan pertumbuhan


merupakan keanehan, dan hanya mungkin dijelaskan dengan
berkembangnya kegiatan ekonomi tersembunyi (hidden economy).
Hidden economy yang dimaksud adalah kegiatan ekonomi yang
tidak tercatat karena bersifat "bawah tanah", tetapi berskala besar,
seperti : penyelundupan, bisnis narkotik, dan perjudian. Namun,
kegiatan ekonomi yang tersembunyi sebenarnya tidak seluruhnya
berkaitan dengan urusan terlarang. Pencatatan kegiatan ekonomi
secara formal kerap dihindari oleh pelaku usaha karena
berhubungan dengan birokrasi yang dirasa menyulitkan. Jumlah
keseluruhan dari sektor nonformal yang tergolong usaha mikro dan
kecil pun menjadi cukup signifikan. Aktivitas ekonomi tersembunyi
juga kian berkembang karena praktik ekonomi biaya tinggi dan
ketidakpastian hukum.

Atas dasar beberapa hal itu, para ahli ekonomi Indonesia


memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2009
adalah di kisaran 4,4 %. Angka itu jauh lebih rendah dari asumsi
pemerintah dalam RAPBN 2009 sebesar 6,2 %, yang kemudian
direvisi menjadi 6,0 % dalam kesepakatan pembahasan di panitia
Anggaran. Juga masih lebih rendah dari kebanyakan estimasi, yang
sampai dengan bulan September lalu masih di kisaran 5,5 - 6 %.
Menteri keuangan sendiri mulai mengemukakan angka 5 % pada
awal Nopember lalu. Lebih rendah pula dari Consensus Forecast
yang dikeluarkan bulan September sebesar 5,6 %. Namun masih
lebih tinggi daripada prediksi Economist Intelegent Unit (EIU) yang
secara mengejutkan menurunkan angka proyeksinya mengenai per-
tumbuhan ekonomi Indonesia 2009 menjadi 3,7 %. Pada bulan
September, EIU masih menyatakan angka sebesar 5,5 %.

KUKM Outlook- Muljanto VI-29


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

Prediksi para ahli ekonomi Indonesia itu didasarkan pada analisis


sisi penawaran maupun permintaan. Selain itu, para ahli ekonomi
Indonesia memperhitungkan kondisi perekonomian dunia yang
lebih buruk daripada yang diperkirakan sebelumnya. Dan yang
terpenting, dampak negatifnya kepada Indonesia ternyata cukup
besar melalui berbagai cara. Salah satunya adalah melalui
signifikannya faktor ekspektasi yang buruk dalam banyak aspek
ekonomi.

Dari sisi penawaran terutama dilandasi oleh perhitungan yang


berbeda dalam melihat dampak krisis keuangan global terhadap
beberapa sektor, seperti : sektor industri pengolahan, sektor
konstruksi, dan sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan.
Sektor-sektor yang tumbuh pesat selama tahun 2008 (sampai
triwulan III), yakni keuangan akan langsung mendapat pukulan.
Tekanan dalam skala yang lebih kecil tetapi cukup signifikan
dialami sektor industri pengolahan, akibat keterkaitannya yang
cukup erat dengan pasaran luar negeri (termasuk bahan baku
produksinya). Sektor Pertanian pun terancam tumbuh lebih rendah,
mengingat ancaman banjir dan kekeringan terjadi secara hampir
bersamaan di wilayah yang berbeda.

Sedangkan dari sisi permintaan, laju investasi dan ekspor bisa


dipastikan akan melambat. Pengeluaran pemerintah memang akan
coba dioptimalkan, seperti yang berulangkali dinyatakan oleh
pejabat dan bahkan oleh Presiden sendiri. Namun, masalah hingga
kini dalam kebijakan fiskal adalah masih adanya gap antara policy
dan realisasinya. Salah satu sebabnya adalah reformasi birokrasi
keuangan yang belum selesai. Upaya mencegah kebocoran justru

KUKM Outlook- Muljanto VI-30


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

masih menjadi kendala bagi optimalisasi peran pengeluaran


pemerintah yang lebih ekspansif. Selain itu, otoritas fiskal tidak
hanya dipegang oleh pemerintah, melainkan juga oleh DPR. Dan
dalam suhu politik yang memanas menjelang Pemilu turut
menyulitkan fleksibilitas kebijakan fiskal dalam menghadapi situasi
krisis.

Konsumsi masyarakat pun akan mengalami tekanan dari beberapa


sisi. Diantaranya adalah mengendornya sektor keuangan
menyalurkan kredit yang begitu deras pada waktu sebelumnya.
Tekanan lain berupa terpukulnya berbagai sektor usaha yang akan
berdampak pada PHK dan penyerapan tenaga kerja yang rendah.
Sementara itu, sektor mikro dan Kecil atau sektor nonformal
memang masih akan menjadi semacam jaring pengaman, namun
"kapasitasnya" sudah mulai optimum. Tentu saja ada beberapa
faktor positif dalam hal konsumsi masyarakat, diantaranya adalah
peningkatan anggaran bagi kebijakan kemiskinan, serta pesta
Pemilu 2009.

Para ahli ekonomi Indonesia merekomendasikan agar otoritas


ekonomi tidak memberi pernyataan yang terlampau optimis,
meskipun juga berhati-hati sehingga tak mendorong kepanikan
kepada pasar dan masyarakat luas. Kenyataan bahwa krisis global
cukup berpengaruh buruk kepada perekonomian domestik tidak
bisa ditutupi, dan pasti memperlambat pertumbuhan ekonomi
2009. Para ahli ekonomi Indonesia menyarankan upaya yang lebih
berorientasi pada perbaikan kualitas pertumbuhan daripada
bersikeras memacu angka agregatnya. Upaya menahan
perlambatan secara agregat ditengah tekanan eksternal saat ini

KUKM Outlook- Muljanto VI-31


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

akan berbiaya amat tinggi. Selain memperbaiki kualitas


pertumbuhan, otoritas ekonomi dapat memulai menata ulang
fundamental ekonomi, khususnya aspek struktur dan infrastruktur
produksi barang dan jasa.

4.3. Inflasi

Laju inflasi tahun kalender (Januari-Oktober) 2008 adalah sebesar


10,96 persen. Besarnya laju inflasi "year on year" untuk Oktober
2008 terhadap Oktober 2007 sebesar 11,77 persen. Inflasi tahun
kalender yang tinggi tersebut ditopang kenaikan indeks semua
kelompok produk.

Meskipun laju kenaikan harga mulai melambat, diperkirakan tingkat


inflasi untuk kurun 2008 masih akan berada di kisaran 11,9 %.
Tingkat inflasi ini jauh melampaui dari asumsi APBN yang
ditetapkan setahun sebelumnya, yang mematok angka 6 %. Target
Bank Indonesia sendiri untuk tahun 2008 adalah sebesar 5 %
dengan toleransi deviasi sekitar 1 %.

Sebagaimana umum diketahui, tugas pengendalian inflasi di


Indonesia diemban oleh Bank Indonesia. Secara teoritis pun, ada
anggapan kuat bahwa Bank Indonesia melalui kebijakan moneter
dapat mengendalikan inflasi. Untuk itu, sebagaimana juga yang
dilakukan oleh otoritas moneter di banyak negara lain, Bank
Indonesia berusaha memilah-milah komponen inflasi, yang oleh
BPS dihitung berdasar perkembangan indeks harga konsumen
(IHK), ke dalam kelompok yang dapat dan tidak dapat dikendalikan

KUKM Outlook- Muljanto VI-32


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

melalui kebijakan moneter. Inflasi yang dianggap dapat


dikendalikan dengan kebijakan moneter lazim disebut dengan
inflasi inti (core inflation).

Inflasi inti pada dasarnya merupakan suatu tingkat inflasi IHK


setelah mengeluarkan bahan makanan yang harganya sangat
berfluktuasi (volatile foods), dan barang-barang yang harganya
banyak ditentukan pemerintah (administered goods). Inflasi inti
dapat lebih tinggi ataupun lebih rendah dari inflasi IHK, tergantung
pada kenaikan harga volatile foods dan administered goods.

Sementara itu pula, harga administered goods seperti BBM dan


listrik banyak ditentukan oleh pemerintah sehingga kenaikan harga
barang-barang tersebut cenderung bersifat sesaat. Dengan
demikian, karena perubahan harga volatile foods dan administered
goods lebih bersumber dari sisi pasokan dan cenderung bersifat
sesaat, inflasi yang ditimbulkan oleh kedua kelompok barang
tersebut jelas di luar kendali BI.

Bahwasanya kebijakan moneter hanya dapat mempengaruhi inflasi


inti telah banyak ditunjukkan dalam model-model ekonomi, baik
secara teoritis maupun secara empiris. Tanpa fluktuasi dari harga
volatile foods dan administered goods, inflasi inti dapat dilihat
sebagai inflasi yang berasal dari kebijakan moneter. Akan tetapi
Perlu dicatat bahwa inflasi inti dapat juga dipengaruhi oleh
kenaikan harga volatile foods dan administered goods melalui efek
lanjutan (second round effects).

KUKM Outlook- Muljanto VI-33


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

Bagaimanapun, pada kenyataannya, banyak faktor yang


mengakibatkan inflasi IHK di luar kendali kebijakan moneter.
Hanya komponen-komponen tertentu dari inflasi IHK yang berada
dalam kendali otoritas moneter. Tentu saja urgensi kebijakan
pengendalian inflasi dari BI menjadi meningkat jika diakui
kesimpulan analisis yang selama dipakai mengenai salah satu
faktor fundamental inflasi adalah masalah ekspektasi.

Dengan melihat berbagai faktor penentu IHK, maka para ahli


ekonomi Indonesia memprediksi angka inflasi pada tahun 2009
masih akan berada di kisaran 9 %. Para ahli ekonomi Indonesia,
mengkhawatirkan akan adanya tingkat inflasi yang lebih tinggi lagi
jika pihak BI mengalami penurunan kredibilitas, meskipun yang
pada mulanya tidak berasal dari tindakannya yang terkait inflasi
secara langsung. Prediksi para ahli ekonomi Indonesia sebesar 9 %
ini jauh lebih tinggi daripada asumsi RAPBN 2009 sebesar 6,5 %,
juga proyeksi Bank Indonesia sebesar 6 %.

Selain soal ekspektasi, sisi penawaran barang dan jasa dianggap


sebagai faktor utama akan tingginya inflasi itu. Tekanan utama
berasal nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika yang secara rata-
rata diduga akan berada di level 10.500, bahkan pada awal tahun
2009 bisa bertahan di kisaran 12.000 untuk satu atau dua bulan.
Pengendalian inflasi oleh BI tidak sepenuhnya optimal mengingat
ada kekhwatiran mengenai likuiditas bagi sektor riil. Faktor
tambahan adalah "belanja Pemilu" yang jumlahnya masih tidak bisa
diduga, namun terindikasi akan sangat besar melihat dana
kampanye terselubung.

KUKM Outlook- Muljanto VI-34


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

Salah satu faktor lain di sisi penawaran yang kurang mendapat


perhatian ekonom dan otoritas ekonomi adalah ancaman banjir dan
kekeringan secara bersamaan bagi sektor pertanian. Berbeda
dengan optimisme pemerintah mengenai soal produksi pangan,
yang bahkan berencana mengekspor beras, para ahli ekonomi
Indonesia justeru khawatir akan adanya penurunan di tahun 2009.
Perubahan iklim yang tidak menentu, dan adanya kemungkinan
naiknya frekuensi dan cakupan wilayah bencana alam, menjadi
alasan utama. Kenaikan produksi beras dalam tahun 2008 lebih
karena alam yang relatif bersahabat dibanding tahun-tahun
sebelumnya, bukan oleh karena faktor-faktor produksi yang lebih
mendasar dan terkontrol.

Selain besaran agregatnya, Bank Indonesia dan pemerintah perlu


memperhatikan secara lebih cermat soal inflasi ini.
Pengelompokkan barang dan jasa ke dalam tujuh kategori memang
dapat menggambarkan perkembangan harga pada masing-
masingnya, akan tetapi tetap mencampur baurkan "kelas" barang
dan jasa. Dibutuhkan informasi yang lebih detil mengenai barang
dan jasa yang memang hampir selalu dibeli oleh masyarakat miskin
dan nyaris miskin.

Kenaikan harga yang benar-benar dihadapi oleh kelompok


masyarakat berpendapatan rendah dan menengah terindikasi lebih
tinggi daripada inflasi utama. Indikasi utama adalah pada rata-rata
kenaikan kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi
lebih tinggi dari inflasi umum selama satu dasawarsa, dengan
kecenderungan yang lebih tinggi pada tiga tahun terakhir.

KUKM Outlook- Muljanto VI-35


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

Penalaran lainnya yang perlu difahami terkait inflasi adalah bahwa


selama ini sebenarnya tetap terjadi kenaikan harga yang terus
menerus. Sekalipun inflasi yang amat tinggi pada tahun 1998
kemudian bisa dikendalikan, masih sempat terjadi inflasi yang
tinggi lagi pada tahun 2005 karena kenaikan harga BBM yang
sangat besar. Jangan dilupakan bahwa kenaikan harga tersebut
bersifat akumulatif dari tahun ke tahun. Sederhananya, yang harus
dibayar oleh masyarakat adalah harga terakhir bukan tingkat
inflasinya.

Sebagian besar ekonom di seluruh dunia saat ini memang


menganggap inflasi sebagai masalah utama perekonomian.
Kebijakan makroekonomi terpenting dan paling banyak
direkomendasikan pun adalah pengendalian inflasi. Akan tetapi kita
perlu mengetengahkan pandangan lain, yang melihat bahwa
sebenarnya bagi banyak negara berkembang seharusnya
pengendalian inflasi bukan lagi menjadi proritas yang mendesak.
Setidaknya, harus dilihat case by case, terkait waktu dan kondisi
perekonomian secara keseluruhan. Fokus yang berlebihan terhadap
inflasi tidak saja bisa mendistorsikan kebijakan ekonomi dengan
menghambat pencapaian pertumbuhan penuh dari output potensial,
namun juga menciptakan hambatan kelembagaan yang
menurunkan fleksibilitas perekonomian tanpa menghasilkan
keuntungan yang memadai.

Para ahli ekonomi Indonesia perlu memperingatkan berbagai pihak,


bahwa ancaman paling serius bagi perekonomian Indonesia 2009
adalah stagflasi, pertumbuhan ekonomi melambat dibarengi
dengan inflasi yang tetap tinggi. Kondisi demikian menyebabkan

KUKM Outlook- Muljanto VI-36


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

segala kebijakan anti inflasi yang normal, sebagaimana biasanya


dijalankan oleh BI, justru bisa memperburuk keadaan.

Salah satu kunci penanganannya adalah koordinasi yang terus


menerus dan harus sinergis antara BI dengan pemerintah. Pihak
DPR pun harus bisa diyakinkan mengenai situasi tersebut. Misalnya
saja, segala pembicaraan terkait dengan wewenang mereka di
bidang fiskal musti lebih "fleksibel" dibanding kondisi biasanya.

4.4. Neraca Pembayaran Internasional

Pada semester I - 2008, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI)


mencatat surplus sekitar USD 2,36 miliar. Sejalan dengan itu,
jumlah cadangan devisa pada akhir periode tersebut meningkat
menjadi USD 59,5 miliar atau setara kebutuhan pembiayaan impor
dan pembayaran utang luar negeri pemerintah selama 4,5 bulan.
Surplus NPI bersumber dari surplus transaksi modal dan keuangan
yang mencapai sekitar USD 3,39 miliar, ditambah dengan surplus
pada transaksi berjalan mencapai sekitar USD 0,85 miliar.

Kondisi itu melanjutkan surplus NPI yang cukup besar selama


kurun 2006 dan 2007, sehingga jumlah cadangan devisa sampai
Juli 2008 sebesar USD 60,56 merupakan rekor tersendiri. Akan
tetapi, dampak buruk krisis keuangan global telah mulai tampak
pada NPI, khususnya dalam transaksi modal dan keuangan, yang
menurunkan jumlah cadangan devisa. Sampai dengan akhir
Oktober, cadangan devisa telah merosot menjadi USD 50,58 miliar.
Cadangan devisa ini diprediksi akan berkurang lagi sampai akhir

KUKM Outlook- Muljanto VI-37


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

tahun 2008. Tambahan penyebab lainnya adalah langkah BI untuk


mencegah kemerosotan nilai tukar rupiah.

Tatkala terjadi surplus NPI yang besar dan ditunjang oleh surplus
transaksi berjalan pada 2007, sebagian pihak telah mengingatkan
tetap adanya kerentanan terhadap gejolak eksternal. Alasan dari
sisi penerimaan devisanya adalah karena surplus transaksi modal
dan keuangan didominasi oleh aliran dana berjangka pendek atau
investasi portofolio. Dari sisi pengeluaran devisa adalah
meningkatnya porsi utang jangka pendek korporasi yang
mendorong kenaikan kerentanan NPI terhadap risiko gejolak
eksternal dan perubahan sentimen investor.

Soal gejolak eksternal dan perubahan sentimen investor ini dirasa


cukup mengkhawatirkan oleh beberapa ekonom. Beberapa bulan
yang lalu bahkan sempat berkembang wacana akan terjadinya
sudden reversal, yang bisa secara seketika mengubah wajah NPI
menjadi sangat buruk. Giliran berikutnya adalah gejolak nilai tukar
rupiah, yang bisa saja memaksa keadaan yang mirip dengan
peristiwa 1997-1998. Sekalipun sampai sejauh ini keadaan buruk
semacam itu tidak terjadi, sebagiannya karena otoritas moneter
dan pemerintah jauh lebih siap dibanding pada masa lalu,
kerawanan bukannya hilang sama sekali.

Bagaimanapun, NPI tidak terlampau kokoh karena besarnya porsi


arus modal jangka pendek, sehingga goncangan eksternal yang
besar bisa berakibat fatal. Di sisi lain, kenaikan harga bahan bakar
minyak dan komoditi unggulan dunia berdampak positif terhadap
kinerja ekspor Indonesia yang mayoritas berbasis sumber daya

KUKM Outlook- Muljanto VI-38


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

alam. Selama kuartal I 2008 total ekspor Indonesia berjumlah USD


34 miliar atau meningkat 29 % dibandingkan kuartal I 2007. Tetap
tingginya kinerja ekspor tersebut juga didukung oleh diversifikasi
negara tujuan ekspor ke negara-negara Asia, khususnya ke Cina
dan India, sehingga cukup mampu mengkompensasi dampak
perlambatan ekspor akibat permasalahan di perekonomian AS.

Walaupun NPI secara keseluruhan masih menunjukkan surplus,


namun Neraca Berjalan defisit akibat meningkatnya impor dan
menurunnya ekspor. Penurunan nilai ekspor juga terkait dengan
mulai menurunnya harga komoditas-komoditas ekspor Indonesia di
pasar internasional sedangkan impor yang tinggi akibat daya
konsumsi didukung terjaganya stabilitas makro ekonomi dalam
beberapa triwulan terakhir sehingga perekonomian Indonesia terus
tumbuh meskipun terhambat oleh dampak perlambatan
pertumbuhan ekonomi dunia.

Masalahnya, dampak gejolak sektor eksternal ke depan


diperkirakan masih akan berlanjut. Indonesia belum pulih dari
dampak krisis subprime mortgage dan tingginya tekanan laju inflasi
dari kenaikan harga bahan bakar minyak dunia dan bahan pangan.
Meskipun sebagian besar harga komoditas mulai menurun sejak
pertengahan Juli 2008, tekananan lain melalui vulnerabilitas sektor
keuangan dunia justeru membesar. Bahkan, pada giliran
berikutnya, perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia memaksa
ekspor Indonesia melambat secara signifikan, dan terancam
tumbuh negatif tahun 2009.

KUKM Outlook- Muljanto VI-39


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

Selain itu, masih banyak ketidakpastian yang dapat mendorong


peningkatan kembali harga minyak dan komoditi pangan di dunia.
Diperkirakan harga minyak memang tidak lagi menembus harga
100 dolar secara rata-rata pada 2009, tetapi kemungkinan bisa
kembali ke harga di bawah 50 dolar. Sedangkan harga pangan
masih terancam oleh persoalan suplai dunia, soal spekulasi mulai
diredam akibat ketatnya regulasi di semua negara.

Secara keseluruhan, para ahli ekonomi Indonesia memperkirakan


akan terjadinya defisit Neraca Pembayaran Internasional pada
2009, diawali oleh defisit pada 2008. Akibatnya, cadangan devisa
dipastikan terus merosot.

Defisit akan disumbang defisit transaksi modal dan finansial.


Langkah otoritas ekonomi, akan tetap ada arus modal keluar.
Kebijakan yang tepat, termasuk membuat aturan yang lebih ketat
atas pembelian valuta asing, hanya bisa mencegah pelarian yang
mendadak dan besar-besaran.

Perlambatan ekspor diperkirakan tetap terjadi. Penurunan


permintaan dunia berdampak signifikan, ditambah lagi lebih
rendahnya harga komoditas ekspor Indonesia. Depresiasi rupiah
sedikit memberi insentif bagi ekspor, dan langsung memberi beban
kepada impor. Laju impor diperkirakan turun lambat, ekspor neto
menjadi kecil lagi.

Para ahli ekonomi Indonesia merekomendasikan agar otoritas


ekonomi meninjau ulang kebijakan devisanya. Sementara belum
bisa diputuskan kebijakan berubah secara lebih radikal, Bank

KUKM Outlook- Muljanto VI-40


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

Indonesia musti meneruskan serta menambah aturan dan


pengawasan ketat. Pemerintah disarankan mengatur laju impor,
serta tidak bermain-main dengan isyu perdagangan, bebas dengan
pertimbangan politik luar negeri.

4.5. Fundamental Ekonomi Indonesia

Sejauh yang diungkapkan kepada publik dalam negeri, optimisme


Pemerintah dan Bank Indonesia bisa dimengerti urgensinya, yakni
agar ekspektasi masyarakat tidak membuat keadaan menjadi lebih
buruk. Namun, kita musti belajar pula dari pengalaman masa lalu,
dimana BI juga mengeluarkan laporan yang bernada kelewat
optimis pada laporan tahun 1996/1997, yang dikeluarkan pada
bulan Mei 1997, hanya beberapa bulan sebelum krisis.

Bank Indonesia kemudian terbukti salah meramal pada tahun 1997,


sehingga sebagian pihak tetap khawatir sekarang ini. Alasannya,
tidak nampak ada perubahan mendasar dalam cara pandang atau
penalaran mengenai perekonomian pada laporan tahunannya.
Pandangan pemerintah bahkan cenderung disikapi secara lebih
skeptis. Indikasinya adalah mudahnya mengubah prakiraan hanya
dalam waktu singkat, antara lain melalui proses penyusunan APBN.

Kebanyakan ekonom ternyata memiliki pandangan yang relatif


senada dengan optimisme Pemerintah dan Bank Indonesia. Pada
akhir tahun 2007 hingga awal 2008, mereka percaya perekonomian
Indonesia masih akan tumbuh pesat dan tidak akan banyak
terpengaruh oleh beberapa gejolak eksternal yang sudah mulai

KUKM Outlook- Muljanto VI-41


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

berlangsung. Sekalipun keyakinan itu sedikit merosot, mereka


masih cukup optimis dengan daya tahan perekonomian domestik
atas krisis keuangan global yang membersar. Argumen dasarnya
bersesuaian dengan pandangan otoritas moneter, yang
mengemukakan bahwa fundamental ekonomi Indonesia sekarang
ini sudah kuat.

Masalahnya, arti dari "fundamental ekonomi yang kuat" yang


menjadi argumen pokok tersebut tidak terlampau jelas. Jika
dicermati, biasanya yang dimaksud dengan fundamental ekonomi
adalah sesuatu yang dicerminkan oleh perkembangan indikator
ekonomi. terutama makroekonomi. Kadang, ada toleransi jika satu
atau dua indikator jelek, sepanjang indikator lainnya masih bagus.

Secara teoritis, indikator makroekonomi memang bisa dipakai


sebagai cerminan dari fundamental perekonomian suatu negara.
Angka-angkanya dihitung berdasar dinamika ekonomi dilihat dari
berbagai aspek pentingnya. Misalnya, angka perkembangan PDB
atau yang lazim dikenal sebagai pertumbuhan ekonomi adalah
gambaran dari produksi seluruh barang dan jasa dalam
perekonomian bersangkutan. Mustinya, produksi barang dan jasa
berasal merupakan aktivitas yang memiliki struktur clan
infrastruktur, yang jika tercatat tumbuh secara terus menerus akan
diasumsikan telah terbentuk dengan baik. Begitu pula indikator
makroekonomi lain, yang perhitungan angkanya dilandasi realita
perekonomian nasional.

Ada baiknya jika kita memeriksa secara lebih cermat dan kritis
mengenai berbagai perkembangan angka-angka indikator ekonomi.

KUKM Outlook- Muljanto VI-42


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

Ide dasarnya adalah memperoleh gambaran yang sedekat mungkin


dengan realita dan dinamika yang tengah berlangsung. Kita pun
harus hati-hati dan tidak bisa mengabaikan, jika ada indikator
ekonomi tertentu memburuk, sekalipun yang lainnya membaik,
karena alasan keterkaitan yang erat antar semuanya.

Fundamental ekonomi harus diartikan dari berbagai aspek. tidak


hanya perkembangan indikator makroekonomi. Diantaranya
adalah: struktur produksi barang dan jasa domestik, struktur
permintaan agregat, keseimbangan yang dinamis antara
permintaan dan penawaran agregat, struktur ekspor, komposisi
penggunaan faktor produksi, keterkaitan antara sektor keuangan
dan sektor riil, distribusi pendapatan antar kelompok masyarakat,
serta efektivitas peran negara dalam perekonomian.

Analisis mengenai fundamental ekonomi yang demikian


menghasilkan kesimpulan yang agak berbeda dari pernyataan
otoritas ekonomi. Fundamental ekonomi Indonesia belum bisa
dikatakan kuat, bahkan cenderung lemah jika dilihat dari beberapa
aspek. Kesimpulan itu antara lain jika mengartikannya sebagai
struktur produksi nasional, dimana akan dipertanyakan soal
kerentanannya terhadap fluktuasi harga beberapa komoditi, seperti
minyak mentah. Jika yang dimaksud adalah adanya keseimbangan
yang dinamis antara permintaan dan penawaran agregat, mengapa
sumber pertumbuhan ekonomi terbesar kita justru berasal dari
konsumsi.

Dan yang paling mendasar, fundamental ekonomi yang kuat tidak


selayaknya memiliki angka pengangguran terbuka sekitar 10 juta

KUKM Outlook- Muljanto VI-43


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

orang (9 %), dan memiliki lebih dari 35 juta penduduk miskin


(15,5) atau lebih dari 100 juta rakyat atau hampir separuh
penduduk dalam ukuran kemiskinan internasional.

4.6. Pengelolaan Ekonomi Jangka Panjang

Otoritas ekonomi Indonesia terindikasi mengelola perekonomian


dengan perspektif yang kurang berjangka panjang. Indikasinya
adalah berbagai laporan resmi pemerintah dan Bank Indonesia
pada umumnya memiliki horison waktu jangka pendek.
Sebagiannya disebabkan periodisasi laporan yang bersifat relatif
jangka pendek (triwulanan, semester, atau tahunan), sehingga
fokusnya adalah perubahan selama kurun waktu tersebut.

Secara teoritis, perbedaan penting antara jangka pendek dengan


jangka panjang adalah perilaku harga. Dalam jangka panjang,
harga bersifat fleksibel clan bisa menanggapi perubahan dalam
penawaran clan permintaan. Dalam jangka pendek, banyak harga
bersifat "kaku" pada tingkat yang ditentukan sebelumnya. Karena
harga berperilaku secara berbeda, maka kebijakan ekonomi
memiliki dampak yang berbeda pada selang waktu berlainan.
Meskipun demikian, kedua perspektif memakai kerangka
bekerjanya mekanisme pasar, yakni interaksi atau pertemuan
antara permintaan dan penawaran, yang memiliki aspek harga dan
aspek kuantitas.

Bias terjadi karena memiliki perspektif yang berjangka pendek


adalah dalam soal pertumbuhan ekonomi dan pilihan atas kebijakan
makroekonomi yang dijalankan. Ada kesan bahwa soal

KUKM Outlook- Muljanto VI-44


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

pertumbuhan ekonomi, perubahan tingkat output nasional secara


keseluruhan, disikapi secara kurang proporsional yakni dalam per -
spektif jangka pendek belaka. Indikasi serupa terlihat pada tulisan
kolom media oleh para ekonom atau pengamat. Bahkan harus
diakui, cara pembahasan kita di atas tadi juga menggunakan
horison waktu jangka pendek. Bukannya hal itu tidak benar, namun
kita sangat perlu melihat persoalannya dengan perspektif waktu
yang lebih panjang.

Definisi pertumbuhan ekonomi yang lebih luas cakupannya dan


berperspektif jangka panjang menekankan perkembangan secara
per kapita, pemerataannya dan kelangsungannya secara terus
menerus dengan sedikit sekali fluktuasi. Biasa pula ditekankan
bahwa pertumbuhan yang terjadi harus bersumber dari proses
internal perekonomian tersebut, bukan dari luar yang bersifat
sementara. Aspek lain yang dijadikan indikasi adalah perubahan
kelembagaan, termasuk yang bukan ekonomi, yang mendukung
kelanggengan peningkatan kapasitas produksi yang berlangsung.

Para ahli ekonomi Indonesia perlu mengingatkan otoritas ekonomi


bahwa akibat berperspektif jangka pendek, maka kebijakan
makroekonomi hanya mengutak-atik permintaan agregat dari tahun
ke tahun. Yang pada kenyataannya, hal itu tidak bisa optimal,
karena hampir tidak mungkin dilakukan. Upaya menyeimbangkan
kontribusi konsumsi (swasta dan pemerintah) dengan investasi sulit
berhasil jika aspek produksi riil tidak ditanganani secara serius.

Masih terkait dengan itu, jika dicermati maka ada pengeluaran


(dalam APBN) yang per definisi adalah belanja modal, namun

KUKM Outlook- Muljanto VI-45


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

sebenarnya tidak signifikan sebagai penambahan kapasitas


produksi. Dalam konteks ini, tidak semua pengeluaran yang
menambah "modal" lembaga atau departemen benar-benar
menjelma menjadi alat produksi.

Soal lain yang terkait adalah kurang mampunya para pengambil


kebijakan melihat tenaga kerja sebagai sumber pertumbuhan
ekonomi. Pertambahan angkatan kerja lebih disikapi sebagai beban
masalah yang harus dipecahkan lewat pertumbuhan ekonomi
dengan mengandaikan adanya investasi besar-besaran secara terus
menerus. Padahal, tenaga kerja itu sendiri merupakan sumber
pertumbuhan ekonomi, terutama dalam jangka panjang.

Jika dibicarakan lebih lanjut, kebijakan makroekonomi yang dipilih


mestinya juga memperhitungkan ketersediaan teknologi atau
berdimensi teknologis. Maksudnya, penambahan modal secara
agregat an sich akan kurang efektif jika tidak disertai perencanaan
pengembangan teknologi yang tepat. Yang terjadi dalam
perekonomian bisa saja dinamika produksi yang bersifat saling
meniadakan atau substitutif, bukannya komplementer untuk
menambah kapasitas produksi.

Suatu investasi menambah kapasitas produksi, karena berdampak


matinya kelompok produktif lainnya, hasil akhirnya tidak dihitung
sebesar tambahan investasi. Masih beruntung jika hasil bersihnya
positif. Perhitungannya menjadi sulit, ketika sektor usaha modern
secara tata keuangan modern menggusur banyak usaha
terabaikan.

KUKM Outlook- Muljanto VI-46


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

Para ahli ekonomi Indonesia merekomendasikan kepada otoritas


ekonomi agar lebih mendasari kebijakannya pada horison waktu
yang lebih panjang. Dalam kasus angka pertumbuhan ekonomi,
sebaiknya dilihat dalam kerangka yang lebih luas dan waktu yang
panjang. Istilah fundamental makroekonomi yang kuat mestinya
merujuk kepada ukuran ini, bukannya indikator tertentu yang
dipilih, sehingga menyamarkan kerentanan.

Pandangan Para ahli ekonomi Indonesia ini berbeda dengan


pendapat yang melihat berbagai permasalahan itu akan "selesai
dengan sendirinya" dalam jangka panjang melalui mekanisme
pasar. Teknologi semacam apa, tenaga kerja seberapa dengan
kualitas yang bagaimana, modal sebanyak apa, seluruhnya akan
menyesuaikan diri dengan fleksibilitas harga jangka panjang.
Penalaran serupa berlaku untuk berbagai aspek penting dari
perekonomian. Para ahli ekonomi Indonesia menilainya sebagai bias
penalaran ekonom, meskipun tidak sepenuhnya keliru.

4.8.Tinjauan Sektoral dan Perspektif Mikro

Para ahli ekonomi Indonesia merasa perlu membahas beberapa


sektor yang diperkirakan akan berpengaruh amat besar dalam
dinamika perekonomian 2009. Pilihan sektoral dimaksud didasarkan
pula atas penilaian akan urgensi masing-masingnya bagi
pembangunan ulang fundamental ekonomi Indonesia. Tinjauan pun
diberikan dengan memperhitungkan perspektif mikro secara lebih
cermat.

KUKM Outlook- Muljanto VI-47


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

Sektor finansial memerlukan perhatian yang paling serius, serta


membutuhkan penanganan atas berbagai masalahnya secara tepat
dan cepat, terutama oleh otoritas ekonomi dan keuangan. Dampak
dari krisis keuangan global terhadap sektor finansial domestik
ternyata lebih besar daripada yang diperkirakan, yang bersifat
langsung dan tak terhindarkan adalah di sektor pasar modal serta
pasar valuta asing. Sektor perbankan pun terindikasi mendapat
pengaruh buruk. Seberapa jauh Bank Indonesia dan kalangan
perbankan sendiri mengatasi sekaligus mencegah eskalasi dari
dampak buruk tersebut akan menjadi kunci utama dari
pemeliharaan stabilitas moneter, sekaligus stabilitas perekonomian
nasional.

Pada sektor riil, salah satu yang menjadi kunci utama adalah soal
pasokan energi yang cukup dan dengan harga yang memungkinkan
dunia usaha menjadi motor penggerak perekonomian domestik.
Sekalipun telah ada blue print pengelolaan energi nasional,
masalah kelangkaan pasokan dan harga yang tinggi masih
menghantui kalangan bisnis. Selain penanganan terhadap pasokan
energi final, diperlukan pencermatan sejak di sektor hulu,
diantaranya berkenaan dengan pengelolaan Sumber Daya Alam
(SDA).

Kunci lain dari sektor riil adalah masalah ketahanan pangan


nasional. Ketersediaan komoditi pangan dalam jumlah yang cukup
dan harga terjangkau bagi rakyat kebanyakan merupakan
prasyarat bagi ketangguhan perekonomian domestik untuk
menghadapi kondisi sesulit apa pun. Sering kurang diperhatikan
bahwa rumah tangga masih memiliki posisi terpenting di Indonesia,

KUKM Outlook- Muljanto VI-48


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

dilihat dari sisi pengeluaran konsumsinya, maupun fungsinya


sebagai pemasok tenaga kerja. Pertimbangan lain dari urgensi
ketahanan pangan ini adalah peranannya bagi stabilitas politik yang
menjadi syarat dari stabilitas perekonomian.

Salah satu penentu bagi kelangsungan pertumbuhan ekonomi


berkelanjutan dalam jangka panjang (sustainable) adalah
keberadaan infrastruktur yang memadai. Berbagai rencana
investasi di sektor infrastuktur yang banyak dilansir selama ini
nampaknya masih kurang luas cakupannya. Sebagai contoh,
infrastruktur terkait langsung dengan sektor pertanian kurang
tersentuh. Investasi dimaksud juga terlihat kurang "diarahkan"
oleh otoritas ekonomi (di tingkat pusat dan daerah) agar memiliki
sinergi dengan dinamika perekonomian secara keseluruhan.
Dampak penggandanya pun menjadi lebih kecil daripada yang
dimungkinkan oleh pengeluaran investasi sejumlah itu. Selain itu,
ada ketidaktepatan jadwal dan ketidaksinkronan antar pengeluaran
investasi membuat kapasitas tidak terpakai sebagian darinya
menjadi membesar.

Hal penting lain yang kurang mendapat perhatian selayaknya oleh


otoritas ekonomi adalah soal pengembangan teknologi, khususnya
teknologi produksi. Pemerintah tampak terlampau mengandalkan
pihak swasta bagi pengembangan teknologi. Investasi asing bahkan
biasanya diasumsikan membawa dan akan mentransfer
teknologinya bagi Indonesia. Sejauh yang terkait teknologi
informasi, asumsi itu memang relatif terbukti, sehingga Indonesia
mampu mengikuti dan menerapkannya setara dengan kebanyakan
negara lain di dunia. Akan tetapi, kondisi teknologi produksi masih

KUKM Outlook- Muljanto VI-49


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

cukup mengkhawatirkan. Penanaman modal asing di sektor riil


memang membawa teknologi produksi dan sebagiannya tertransfer
dengan cukup baik. Namun, sektor yang dimasuki mereka amat
terbatas, sehingga perkembangan teknologi produksi sebagai
upaya peningkatan produktivitas perekonomian secara keseluruhan
akan sulit jika hanya mengandalkannya.

Perlu diingat bahwa sebagian besar pelaku bisnis di Indonesia


adalah sektor UKM, yang biasanya kesulitan mengalokasikan
pengeluaran untuk pengembangan teknologinya sendiri. Peran
pemerintah amat diperlukan dalam hal ini, terutama sekali melalui
bantuan kepada perguruan tinggi dan lembaga riset. Ada baiknya
pula jika ada insentif secara langsung kepada UMKM terkait
pengembangan teknologi produksi.

Sebagaimana soal pengembangan teknologi, maka masalah


peningkatan kualitas sumber daya manusia juga membutuhkan
perhatian yang jauh lebih baik lagi. Pemerintah memang
berulangkali menyatakan komitmennya serta telah meningkatkan
belanjanya untuk itu. Namun, masalah koordinasi pada tingkat
perencanaan dan pelaksanaan segala upaya perbaikan kualitas
tenaga kerja masih belum sesuai harapan.

Kalangan bisnis cenderung menganggap pendidikan formal kurang


mampu mensuplai tenaga kerja dengan kualifikasi yang diinginkan.
Sementara itu, perkembangan yang amat pesat dari sektor
nonformal pun seolah tidak terkait dengan program pendidikan,
bahkan yang disebut dengan pendidikan luar sekolah.

KUKM Outlook- Muljanto VI-50


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

Disampaikan beberapa estimasi para ahli ekonomi Indonesia untuk


indikator ekonomi Indonesia 2008 dan 2009. Perlu diberikan
catatan mengenai beberapa indikator yang dicantumkan pada tabel
4.1. Angka pengangguran adalah untuk kondisi bulan Agustus yang
biasa diumumkan oleh BPS pada akhir tahun bersangkutan. Angka
Kemiskinan adalah berdasar publikasi berita resmi BPS untuk
kondisi Maret yang biasanya diumumkan Juli/Agustus pada tahun
bersangkutan..

Tabel 4.1 Estimasi Para ahli ekonomi Indonesia

Indikator Ekonomi Estimasi Optimis Estimasi Pesimis

Pertumbuhan 6,0% 4,4 %


Ekonomi
Inflasi 9% 11,9 %

Neraca Pembayaran Int. Defisit ($ 5 miliar) Defisit ($ 5-10 miliar)

Kurs Rupiah 9.750 10.500


Terhadap
Angka USD
Pengangguran 9,0% 10,5%

Angka Kemiskinan 16,0 % 16,5 %

Harga Minyak Per (Maret302009)


dolar (Maret202010)
dolar
Barel

4.9.Prospek Ekonomi Jangka Menengah

Apabila kondisi ekonomi dunia terus membaik dan semakin kondusif,


stabilitas ekonomi makro tetap terjaga, dan upaya Pemerintah dalam
memperbaiki iklim investasi dan perbaikan infrastruktur serta
reformasi birokrasi berjalan baik, maka prospek ekonomi Indonesia
dalam jangka menengah diperkirakan akan semakin membaik. Hal ini

KUKM Outlook- Muljanto VI-51


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

akan tercermin pada pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat


hingga mencapai sekitar 7% di tahun 2013, dengan didukung oleh
pertumbuhan yang tinggi pada kegiatan investasi dan ekspor, serta
diiringi oleh tingkat inflasi yang setara negara- negarakawasan pada
tingkat 3,5%.

Konsumsi rumah tangga, yang akan tetap memegang peranan penting


dalam pertumbuhan ekonomi, diperkirakan akan tumbuh lebih dari
5%, bahkan mencapai sekitar 5,7- 6,1% pada 2013. Disamping itu,
membaiknya iklim investasi akan mendorong investasi untuk tumbuh
menjadi sekitar 12,5-13,9% pada tahun 2013. Sementara itu, daya
saing yang meningkat serta membaiknya permintaan dunia
berdampak pada tetap tingginya kinerja ekspor.

Ekspor diprediksi akan tumbuh menjadi 12,2-12,6% pada tahun 2013


yang akan diikuti dengan pertumbuhan impor pada kisaran 15,8-
16,2% akibat kuatnya permintaan domestik. Kondisi di atas
menyebabkan surplus neraca transaksi berjalan (current account)
akan turun. Namun demikian, tekanan pada neraca transaksi
pembayaran ini akan terkompensasi oleh membaiknya neraca
transaksi keuangan (financial account), sejalan dengan terus
masuknya investasi portofolio dan FDI, sehingga secara keseluruhan
neraca pembayaran diperkirakan masih akan mencatat surplus. Hal ini
pada gilirannya mampu menjaga kestabilan nilai Rupiah.

Perkiraan membaiknya kondisi ekonomi dunia didasari oleh


perkembangan harga minyak dunia yang mulai menurun, prospek
pertumbuhan AS yang diperkirakan akan kembali membaik, prospek
pertumbuhan negara berkembang yang tetap tinggi, dan mulai
menurunnya harga komoditas non-migas. Bila perkembangan positif
berlanjut, ekonomi dunia diperkirakan mulai pulih di tahun 2010

KUKM Outlook- Muljanto VI-52


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan terus meningkat


hingga kembali mencapai 5,1% di tahun 2013. Volumeperdagangan
dunia akan mengikuti lintasan yang searah dengan pertumbuhan
ekonomi dunia hingga tumbuh 7,6% ditahun 2013.

Sementara itu harga komoditas diperkirakan akan kembali


menurun.Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi AS yang semakin
meningkat dan tekanan inflasi yang semakin tinggi, Fed Fund Rate
diperkirakan kembali meningkat hingga mencapai 3% pada tahun
2013. Kondisi eksternal yang semakin membaik ini tentunya perlu
didukung sinergi antara kebijakan moneter, fiskal, sektor riil,
perdagangan dan industrialisasi serta jasa.

Kunci keberhasilan pembangunan ekonomi jangka panjang ini


tentunya sangat ditentukan oleh keberhasilan Pemerintah dalam
melakukan reformasi struktural dan peningkatan kapasitas
kelembagaan seiring dengan adanya sinergi yang semakin baik antara
pemerintah dan bank sentral dalam menciptakan stabilitas ekonomi
makro dan iklim investasi yang kondusif.

Reformasi struktural dan peningkatan kapasitas kelembagaan ini akan


mencakup:

1) Penguatan kelembagaan, penyederhanaan perizinan usaha dan


pendaftaran tanah.

2) Kelancaran arus barang dan kepabeanan.

3) Perpajakan.

Kebijakan tersebut juga perlu didukung oleh

KUKM Outlook- Muljanto VI-53


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

 Percepatan pembangunan infrastruktur agar distribusi barang


bisa lebih efisien.

 Keberhasilan reformasi struktural diharapkan mampu


meningkatkan produktivitas tenaga kerja,

 Penguasaan teknologi, modal fisik serta distribusi yang akan


menjadi lebih efektif.

Faktor tersebut akan mendorong peningkatan Total Factor Productivity


(TFP), sehingga perusahaan mampu menghasilkan output yang lebih
tinggi dengan ongkos produksi yang semakin menurun. Hal ini berarti
meningkatnya daya saing produk yang akan memberikan kontribusi
signifikan dalam mendorong ekspor.

Sementara itu, kebijakan fiskal diharapkan tetap menjaga


kesinambungan fiskal jangka panjang dengan menerapkan counter-
cyclical policy. Dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang semakin
baik, defisit fiskal diperkirakan semakin menurun diiringi oleh beban
utang yang semakin rendah.

Tabel 4.2 Proyeksi Ekonomi Indonesia 2008-2013


-
Proyeksi 2007 2008* 2009* 2010* 2011* 2012* 2013*

Inflasi (%) 6,6 11,5 - 6,5 - 4,5 - 3,5 - 3,0 - 2,5 -


4,5
12,5 7,5 6,5 5,5 5,0

Pertumbuhan 6,3 6,1 - 6,2 - 6,0 - 6,2 - 6,5 - 6,7 -


PDB (%) 7,2
6,5 6,7 6,8 6,9 7,0

Konsumsi 5,0 5,1 - 5,2 - 5,2 - 5,4 - 5,6 - 5,7 -


Masyarakat 6,1
5,6 5,9 5,6 5,8 6,0
(%)

KUKM Outlook- Muljanto VI-54


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro
Konsumsi 3,9 5,8 - 12,5 - 5,3 - 5,5 - 5,7 - 5,9 -
Pemerintah 6,3
6,3 13,5 5,7 5,9 6,1
(%)

Investasi 9,2 12,7 - 13,6 - 10,5 - 11,0 - 12,0 - 12,5 -


(%) 13,9
13,2 14,6 12,0 12,5 13,5

Ekspor 8,0 14,6 - 9,1 - 10,7 - 11,3 - 11,7 - 12,2 -


Barang & 12,6
15,1 10,1 11,3 11,7 12,3
Jasa (%)

Impor 8,9 16,3 - 16,4 - 13,7 - 14,3 - 15,1 - 15,8 -


Barang & 16,8 17,4 14,1 14,7 15,5 16,2
Jasa (%)

Sumber : Bank Indonesia

4.10.Implikasi Kebijakan Moneter

Untuk mencapai target inflasi jangka menengah pada level 3,5% di


tahun 2013 serta peningkatan pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas, diperlukan sinergi kebijakan dan kerja keras Bank
Indonesia dan semua elemen masyarakat. Arah kebijakan dimaksud
diantaranya:

1. Kebijakan moneter perlu dilakukan secara berhati-hati dengan


mempertimbangkan dinamika perekonomian dunia dan domestik.
Untuk itu, akan dilakukan penguatan strategi Inflation Targeting
Framework (ITF) dengan mempertimbangkan ekspektasi pelaku pasar
dalam upaya menjaga stabilitas pasar keuangan, baik global maupun
domestik, serta mempertimbangkan konstelasi perekonomian
eksternal terkini.

KUKM Outlook- Muljanto VI-55


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

2. Kebijakan fiskal yang saat ini masih bersifat stimulus di tingkat


pusat, sebaiknya disertai dengan peningkatan kualitas administrasi
keuangan di daerah dan disesuaikan dengan kondisi daerah masing-
masing.

3. Kebijakan sektor riil mencakup percepatan pembangunan


infrastruktur dan perbaikan institusi pemerintahan yang terkait fungsi
ekonomi terutama dari sisi penawaran, yang mencakup perbaikan-
perbaikan yang terkait investasi (baik perizinan, keamanan dan
kepastian usaha), human capital development (keterampilan,
pendidikan dan kesehatan), efisiensi dan produktivitas produksi, serta
distribusi barang dan jasa.

4. Perlu percepatan liberalisasi perdagangan, baik multilateral, regional


maupun bilateral, untuk mendorong ekspor dan meningkatkan daya
saing di pasar domestik. Liberalisasi perdagangan yang berjalan baik
akan menurunkan distorsi pasar sehingga strukturpasar menjadi lebih
sehat.

5. Di sisi industri, Pemerintah dan Komisi Pengawas Persaingan Usaha


(KPPU) perlu terus memantau tingkat persaingan usaha sehingga
dapat menjaga iklim usaha yang kondusif dengan menjamin kepastian
dan kesempatan berusaha yang sama bagi semua pelaku usaha.

6. Selain itu, penyusunan suatu skema grand industry Indonesia


segera perlu diselesaikan, yang selanjutnya akan digunakan sebagai
acuan dalam perumusan kebijakan industri ke depan. Adapun arah
kebijakan industri ke depan diharapkan dapat difokuskan pada produk
andalan yang mengedepankan keunggulan kompetitif Indonesia. Hal
ini terutama bertujuan meningkatkan forward linkage dan backward
linkage industri, yang mendorong sinergi industri dan meningkatkan

KUKM Outlook- Muljanto VI-56


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

daya tahan ekonomi serta mengurangi ketergantungan pada bahan


baku impor.

7. Penguatan peran Kantor Bank Indonesia (KBI) dalam memantau


dan menekan inflasi di daerah.

4.11. Situasi Ekonomi Makro Global

Krisis kredit dan finansial global berawal dari kemacetan pinjaman


hipotik nasabah bawah standar atau subprime mortgages di Amerika
Serikat yang ditandai dengan bangkutnya dua lembaga keuangan
raksasa hedge funds milik bank investasi Bear Steam pada bulan Juli
tahun 2007 lalu.

Krisis kredit dan financial AS ini kemudian menjalar ke negara-negara


lain melalui kegiatan ekonomi keuangan terutama yang terkait dengan
subprime mortgegas. Secara sistemik kejutan ini menimpa bank-bank
serta lembaga keuangan non bank negara-negara dunia, hingga
mengancam sector riil perekonomian masing-masing negara.

4.11.1. Mengapa krisis global Terjadi ?

Banyak pendapat para pengamat tentang penyebab terjadinya krisis


global dengan argumentasi yang berbeda-beda. Salah satunya adalah
Morris Goldstein dari Peterson Institute for International Economics
yang mengidentifikasi 6 (enam) factor penyebab terjadinya krisis.
Analisa yan disajikan menjelaskan krisis keuangan yang terjadi di AS.

KUKM Outlook- Muljanto VI-57


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

Keenam factor yang disebut Goldstein sebagai berpotensi penyebab


krisis meliputi:

(1) Rendahnya suku bunga jangka pendek dan panjang


(2) Kepercayaan yang tidak realistis bahwa harga rumah akan selalu
meningkat
(3) Perubahan konsetrasi pinjaman hipotik kepada subprime; (4)
insentif yang terlalu menarik untuk sekuritas
(5) Kinerja yang buruk dari lembaga-lemabaga pemeringkat (rating
agencies)
(6) Lemahnya pengaturan lembaga keuangan.

Penjelasan lebih lanjut dari factor-faktor penyebab krisis sebagai


berikut:

1. Likuiditas yang melimpah

Rendahnya suku bunga jangka pendek terlihat jelas pada suku bunga
riil di AS yang negative dari tahun 2002 hingga tahun 2005.
sedangkan suku bunga jangka panjang untuk periode 2002–2007
meskipun positif tetapi sangat rendah. Ini berlaku juga di Japang dan
Eurozone.

Kenyataan menunjukan bahwa dalam periode cukup lama suku bunga


AS memang sangat rendah, hal ini mengindikasikan melimpahnya
dana di dunia. Dana ini kebanyakan mengalir ke AS dan negara-
negara lain yang menjanjikan return yang memadai. Rendahnya suku
bunga menyebabkan murahnya pinjaman hipotik yang kemudian
dipergunakan untuk membiayai permintaan terhadap perumahan dan
property yang menggelembung. Di lain pihak, rendahnya suku bunga
mendorong pemilik dana melakukan pengambilan resiko yang semakin
berani, seperti terjadi dalam pemberian pinjaman kepada nasabah
bawah standar yang sangat meningkat.

KUKM Outlook- Muljanto VI-58


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

Di AS statistic memang menunjukan bahwa semenjak tahun 1970-an


harga rumah tidak pernah menurun dari tahun 1996 – 2005 harga
rumah rata-rata meningkat 90%, sedangkan dari tahun 2000 – 2005
meningkat 60%. Perkembangan serupa terjadi dibanyak perekonomian
lain di Eropa maupun Asia. Informasi mengenai harga rumah ini
menumbuhkan persepsi bahwa harga rumah selalu meningkat dengan
waktu.

Bagi peminjam kepercayaan bahwa harga rumah tidak akan pernah


turun ini, mendorong mereka lebih berani meminjam untuk pembelian
rumah. Kalaupun pembelian rumah tersebut untuk tujuan investasi,
maka ada rasa aman bahwa pinjaman hipotiknya akan bisa
dikembalikan, bahkan dalam keadaan terpaksa tidak dapat
mengangsur pinjamannya, rumah tersebut dengan mudah dapat dijual
dengan harga yang akan lebih tinggi dari harga beli. Hasil penjualan
ini digunakan untuk menutup kewajiban bayarnya. Mungkin masih
menghasilkan uang lebih sebagai keuntungan.

2. Maraknya pinjaman bawah standar

Semua ini telah mendorong maraknya pemberian pinjaman kepada


nasabah bawah standar atau subprime loan/mortgages. Di AS dalam
periode 2003-2006 porsi dari pinjaman hipotik yang temasuk bawah
standar telah meningkat tiga kali lipat, menunjukan populernya
pinjaman subprime tersebut. Ini yang menyebabkan terjadinya
housing buble di AS, dan juga negara-negara lain.

Murahnya dana mendorong orang untuk mencari return atau yield


yang lebih tinggi. Dalam dunia keuangan return yang tinggi berkaitan
dengan risiko yang tinggi pula. Ini mendorong inovasi baru,
penciptaan instrument keuangan baru, yang tentu saja lebih tinggi

KUKM Outlook- Muljanto VI-59


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

risikonya. Akan tetapi inovasi berjalan terus dan merambah pula


teknik-teknik baru untuk mengurangi atau membagi risiko.

Masalahnya segera timbul, karena pengembilan risiko yang semakin


berani akhirnya mendorong pemberian kredit kepada nasabah yang
sebenarnya tidak sepantasnya memperoleh pinjaman dengan struktur
seperti yang diberikan oleh bank-bank hipotik di AS tersebut.

3. Proses sekuritisasi

Dalam kaitan pinjaman bawah standar ini teknik sekuritisasi yang


sudah mulai berkembang akhir dasawarsa delapan puluhan semakin
marak digunakan. Tetapi karena didorong insentif yang sangat
menarik, teknik yang membantu menyebarkan resiko yang menjadi
terlalu berani.

Dalam pemberian pinjaman hipotik yang biasa, bank pemberi


pinjaman menanggung resiko kredit yaitu kemungkinan tidak dibayar
kembali pinjaman tersebut. Bank harus menunggu pengembalian
dananya seseuai dengan kesepakatan angsuran dan suku bunga
maupun jangka waktunya, biasanya antara 15-30 tahun. Dalam kata
lain bank akan lebih berhati-hati, lebih prudent dalam memberikan
kredit.

Akan tetapi dengan adanya teknik sekuritisasi pemberi pinjaman tidak


perlu menunggu terlalu lama untuk memperoleh kembali dana yang
dipinjamkan. Melalui sekuritisasi bank hipotik menjual hak tagih
terhadap peminjam kepada lembaga keuangan yang membelinya,
biasanya bank investasi. Pada waktu bank menjual hak tagihnya
kepada lembaga keuangan lain, bank hipotik langsung memperoleh
kembali dana yang dipinjamkan, resiko kredit pindah ke bank investasi
tersebut. Dana yang diperoleh kembali digunakan untuk memberikan

KUKM Outlook- Muljanto VI-60


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

pinjaman hipotik baru kepada nasabah-nasabah lain. Dengan demikian


supply dana untuk dipinjamkan terus menerus tersedia untuk melayani
permintaan dan terus meningkat pula.

Dalam proses ini bank investasi yang membeli hak tagih dan banyak
bank hipotik mengumpulkan semua asset tersebut untuk dijadikan
basis penerbitan sekuritas, dengan nilai kelipatan dari nilai asset yang
dipegang. Sekuritas tersebut dijual dipasar modal atau over the
counter. Dalam proses ini bank-bank investasi mendistribusikan resiko
kepada para pembeli sekuritas yang akan menguangkannya waktu
jatuh tempo atau menjual kembali sebelum itu. Karena itu teknik
sekuritisasi ini juga disebut sebagai original to distribute model.
Melalui sekuritisasi resiko yang semula ada di bank hipotik setelah
pindah ke bank investasi yang menerbitkan sekuritas terbagi kebanyak
pembeli sekuritas. Karena resiko ini akhirnya dipegang oleh pembeli
sekuriti di pasar modal yang jumlahnya banyak. Maka memang terjadi
distribusi resiko dan dengan demikian resiko menjadi kecil, sebesar
kepemilikan sekuriti tadi.

Terdapat perbedaan besar dalam pemberian pinjaman hipotik tanpa


sekuritisasi resiko tetap melekat pada pemberi pinjaman semula.
Sedangkan dalam hal adanya sekuritisasi resiko itu dipindahkan dan
kemudian didistribusikan kepada pemilik sekuritas yang besar
jumlahnya.

Karena basisnya adalah mortgage loans, maka sekuriti tersebut


dikenal dengan mortgages backed securities. Sekutiries itu sendiri
karena berbasiskan asset yang tercampur kualitasnya dan dikeluarkan
oleh bank investasi yang mempunyai peringkat bagus, maka
semuanya memperoleh peringkat yang bagus pula.

KUKM Outlook- Muljanto VI-61


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

4. Peran derivatives

Sekuritas ini merupakan derivatives, atau tepatnya credit derivatives


yang beragam konstruksinya, dari yang sederhana, dikenal sebagai
vanilla derivatives, mungkin hanya diketahui oleh yang melakukan
transaksi dalam instrumen keuangan ini. Mereka yang membuat
investasi dalam instrumen ini sering hanya percaya saja kepada dealer
dan broker, apalagi diyakinkan bahwa sekuritas tersebut memperoleh
peringkat bagus dari lembaga peringkat terkemuka.

Selain itu masih adalagi teknik instrumen keuangan yang dikeluarkan


oleh lembaga keuangan lain untuk melindungi pembeli sekuritas dari
resiko tidak terbayarnya sekuritis karena default dari sekuritis atau
perusahaan yang mengeluarkannya. Instrumen keuangan ini disebut
credit dafault swap (CDS). Pembeli sekuritas melindungi diri terhadap
resiko tidak terbayarnya sekuritas dipegangnya dengan membeli
instrument penjaminan sekuritas CDS ini.

Jadi dari bank hipotik yang memberi pinjaman jangka panjang dengan
jaminan asset yang dibeli dengan pinjaman tersebut (tanah, rumah,
dan property), karena adanya sekuritisasi. Untuk manajeman resiko
sekuritisasi menumbuhkan suatu mata rantai proses teknik keuangan
yang mengikutsertakan peran bank investasi, lembaga pemeringkat
dan lembaga asuransi. Mata rantai ini memungkinkan distribusi
resiko,berarti penurunan resiko karena bertambahnya pemikulnya. Di
pihak lain, meningkatkan terjadi kerugian membagi kerugian kepada
banyak pihak. Ini yang mempertajam contagion.

5. Peran lembaga pemeringkatan

Mengenai buruknya kinerja lembaga pemeringkat sudah banyak


diungkap, seperti di dalam dengar pendapat di kongres AS. Di

KUKM Outlook- Muljanto VI-62


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

lingkungan European Union bahkan sudah diajukan rancangan untuk


dikeluarkannya ketentuan baru yang lebih ketat mengatur kegiatan
lembaga pemeringkat. Di masyarakat banyak yang mempertanyakan
kinerja lembaga-lembaga pemeringkat yang sama sekali tidak
memberikan peringatan sebelumnya mengenai akan timbulnya
masalah dalam subprime mortgages, apalagi untuk berkembang
menjadi krisis keuangan global.

Secara umum masalah yang sering dikemukakan adalah pertentangan


kepentingan antara lembaga pemeringkat dan lembaga keuangan
yang mengeluarkan sekuritas dalam berbagai bentuk. Sering disebut
bahwa lembaga pemeringkat bukan memberikan peringatan tatapi
justru mengikuti apa yang terjadi di pasar, karena itu biasanya
berdampak mempertajam ketidak pastian dan bukan sebaliknya, yang
menjadi tugas utamanya untuk menjembatani tidak simetrisnya
informasi dalam dunia keuangan.

6. Regulasi dan supervisi

Yang terakhir adalah mengenai lemahnya regulasi keuangan dan


pengawasan keuangan. Ada berbagai area dimana banyak dilancarkan
kritik terhadap otorita pengawasan dan regulator keuangan. Secara
umum, liberalisasi dalam sektor finansial sudah sangat luas dan
mendalam sehingga kekuatan pasar sangat sukar untuk dikendalikan.

Salah satu yang paling tajam memperoleh sorotan dalam hal ini adalah
otorita pengawasan pasar modal di AS, Securities and Exchange
Comission (SEC). Ada beberapaperturan yang sangat teknis, yang
pada umumnya terus menerus mengalami pengendoran sehingga
memberi keleluasaan bagi bank investasi dan lembaga-lembaga
keuangan non bank melakukan kegiatan yang pada dasarnya

KUKM Outlook- Muljanto VI-63


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

menanggung resiko yang besar untuk memperoleh return semakin


besar pula.

Sebelum tahun 2004 SEC tidak membuat ketentuan tentang


pengawasan secara formal tentang prasyarat likuiditas dan
permodalan bagi bank investasi yang juga memiliki lembaga-lembaga
keuangan perantara (broker dealers). Dan waktu kemudian
dikeluarkan ketentuan mengenai manajemen resiko ternyata justru
bersifat lunak dan mendorong kegiatan-kegiatan menanggung resiko
yang semakin besar dibandingkan dengan kemampuan nyatanya.

Salah satu latar belakang timbulnya krisis adalah operasi finansial dari
lembaga-lembaga keuangan yang semakin besar mengandalkan
pinjaman (higly leverage). SEC mulai tahun 2004 memperbolehkan
kelima bank-bank investasi raksasa Bear Sterm, Goldman Sachs,
Lehman Brothers, Merrill Lynch, dan Morgan Stanley meningkat dua
kali lipat rasio pinjaman terhadap equity, yang dalam neraca
menghapus ketentuan tentang diskon atau haircut dari capital yang
dimilikinya.

Secara singkatnya, melalui penggunaan formula yang kompleks pada


dasarnya ketentuan ini memperkecil diskon (mamperbesar nilai
capital) dalam manajeman resiko. Pada dasarnya perubahan
ketentuan ini membuka peluang bagi pelaku pasar mananggung resiko
yang besar dari kemampuan riilnya. Dengan kata lain mengendorkan
prinsip kehati-hatian.

Rasio antara pinjaman dan equity menjadi sangat besar. Dalam hal
Merrill Lynch, misalnya pernah mencapai 40:1, artinya keseluruhan
asset/pinjaman adalah 40 kali lipat besar equity pemegang saham.

KUKM Outlook- Muljanto VI-64


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

Manajemen bank investasi ini dapat memaksimalkan


penghasilan/return dari equity.

CDS pada dasarnya adalah suatu jasa asuransi yang pemegangnya


peroleh untuk melindungi investasi mereka dalam obligasi atau
sekuritas dari kemungkinan terjadinya default dari pihak yang
mengeluarkan sekuriti tersebut. Dengan demikian kalau perusahaan
yang menerbitkan sekuriti bangkrut pembeli sekuriti tidak kehilangan
investasinya. Akan tetapi jasa tersebut tidak diberi nama asuransi, dan
karena luput dari pengawasan otorita yang mengawasi kegiatan
asuransi. Lembaga yang mengeluarkan adalah lembaga asuransi,
American International Group (AIG). Kerugian yang diderita dan
operasinya, yang sebagian besar terkait dengan pemberian jaminan
melalui CDS untuk sekutiries yang berbasis subprime mortgages
akhirnya harus di bailout oleh pemerintah AS dengan USD 85 milyar
dan meningkat lagi.

Lebih lanjut transaksi dalam cedit derivatives seperti CDS, CDO


(Collateralised debt obligation) dan yang lain, biasanya dilaksanakan
melalui perusahaan lain yang beroperasi sebagai conduit perusahaan
induknya. Perusahaan-perusahaan ini dikenal sebagai special
investment vehicles (SIVs) yang bersama dengan lembaga leuangan
non bank lain baik tidak dibawah lembaga supervisi bank yang
mempunyai persyaratan permodalan dan supervisi yang lebih ketat.

Jadi bank yang memiliki asset dalam berbagai bentuk sekuriti ini
melaksanakan operasinya melalui conduit dan SIVs karena itu tidak
tercatat dalam neraca bank, tetapi diluar atau off balance sheet,
artinya bahkan untuk lembaga yang dibawah supervisi tertentu
kegiatan ini tidak termasuk diawasi. Semua ini menunjukan lemahnya
supervisi terhadap kegiatan yang berkaitan dengan subprime loans.

KUKM Outlook- Muljanto VI-65


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

4.11.2. Kebijakan Fiskal menghadapi Dampak Krisis

Krisis financial tahun 2008 ini ditandai dengan dampak krisis yang
menjalar begitu cepat serta dana bailoat yang dikeluarkan negara
episentrum krisis (AS dan negara-negara eropa) dengan nilai hingga
USD ratusan milyar. Amerika Serikat sebagai negara pusat krisis telah
mengalokasikan dana sebesar USD 700 milyar yang diperuntukan bagi
penyelamatan system keuangan dan pembayaran nasionalnya yang
dikenal dengan kebijakan Troubel Assets Relieved Program (TARP).
Langkah kebijakan dalam rangka menyelamatkan system keuangan
serta mendorong pemulihan pasar kredit melalui penjualan bank
investasi bermasalah (Bear Stean), penyelamatan lembaga keuangan
non bank (Freddie Mac dan Fannie May serta IAG) serta membiarkan
bangkrut bank investasi lainnya (Lehman Brothers).

Sementara itu, negara-negara maju seperti negara-negara eropah


menerapkan program Fedres sebagai Lender of Last Resort (LOLR)
guna menghadapi badai krisis global ini, dalam hal ini European
Central Bank (ECB), Bank of England, dan bank-bank sentral eropa
lainnya. Hal sama juga dilakukan bank sentral negara Amerika Latin,
Asia serta Australia.

Hampir seluruh pemerintahan negara dunia, baik negara maju maupun


negara berkembang melakukan langkah penyelamatan melalui
program bantuan likuiditas kepada perbankan, penerapan jaminan
deposito (baik secara penuh atau peningkatan jumlah minimum) serta
pembelian saham bank-bank bermasalah atau bahkan hingga
melakukan nasionalisasi. Langkah ini, populer dengan sebutan
‘Bailout’. Salah satu langkah Indonesia adalah meningkatkan nilai
jaminan deposito bank.

KUKM Outlook- Muljanto VI-66


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

Dibanyak negara, kebijakan menerapkan stimulasi fiscal serta bantuan


bagi sector riil diambil sebagai upaya antisipasi dampak krisis global.
Salah satu negara yang menerapkan kebijakan ini adalah RRC dengan
mengalokasikan dana sebesar USD 585 milyar untuk menopang
pembangunan infrastruktur untuk beberapa tahun kedepan.
Dibeberapa negara berkembang seperti Pakistan melakukan
pengajuan penggunaan fasilitas siaga (standby arrangement) kepada
IMF, sebagaimana dilakukan Indonesia pada 1997.

Semua kebijakan tersebut diatas, merupakan upaya negara-negara


dunia untuk meningkatkan kepercayaan kepada sector perbankan dan
system keuangan nasional dalam rangka menjaga stabilitas
perekonomian masing-masing negara serta menghindari dampak krisis
global yang lebih luas.

Beragamnya langkah kebijakan negara-negara dunia dalam


menghadapi krisis kredit dan financial global ini terkesan sebagai
bentuk kepanikan jika dilihat dari cepatnya penyusunan serta
penerapannya tidak mengikuti pola yang jelas. Hal ini dapat dipahami
mengingat dampak dari krisis global ini sangat cepat menjalar
melebihi percepatan krisis yang dialami negara-negara Asia tahun
1997/1998. menurut Prof. Takatoshi Ito dari Tokyo University,
tingginya percepatan krisis saat inilah yang menyebabkan berbedanya
langkah-langkah penyelamatan yang dilakukan Amerika berbeda
dengan saat terjadi krisis satu dasawarsa lalu. Fakta terjadinya
depresiasi Peso Meksiko secara drastic melebihi kecepatan penurunan
penurunan mata uang Asia saat krisis tahun 1997/1998 menunjukan
betapa krisis global saat ini melebihi krisis periode sebelumnya.

4.12. Kebijakan Pemerintah Dalam Mengatasi Krisis Moneter

KUKM Outlook- Muljanto VI-67


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

4.12.1 Kebijakan Penanggulangan Dampak Negatif Krisis dan


Mempersiapkan Fondasi Jangka Menengah

Berkaitan dengan antisipasi dampak krisis keuangan global, Menko Sri


Mulyani menjelaskan bahwa Pemerintah telah melakukan respon yang
cepat bukan hanya untuk meredam dampak krisis global, tetapi juga
mempersiapkan fondasi yang lebih kuat untuk mempercepat laju
pertumbuha ekonomi yang berkelanjutan dalam jangka menengah.
Oleh karena itu kebijakan pemerintah tahun 2008 dan 2009 bukan
hanya sekedar mengatasi masalah jangka pendek tetapi juga
bertujuan meletakkan dasar-dasar yang lebih kuat dan memperkokoh
sendi-sendi perekonomian nasional. Kebijakan Utama dalam merespon
krisis terletak pada elemen-elemen penting yaitu memperkuat
ketahanan sektor finansial dan stimulus fiskal untuk pembangunan
infrastruktur, penciptaan lapangan kerja dan penurunan kemiskinan.

4.12.2 STIMULUS FISKAL UNTUK PERTUMBUHAN

Konsolidasi fiskal yang dilakukan sepanjang periode 1999-2007, telah


membuahkan hasil yang memadai bukan hanya untuk memperkuat
keberlangsungan fiskal tetapi juga tersedianya fiscal space yang
memadai untuk mendorong perekonomian domestik. Inti dari
konsolidasi fiskal terletak dari perbaikan struktur penerimaan negara,
meningkatnya efektifitas pengeluaran pemerintah baik pusat maupun
daerah maupun terkendalinya risiko fiskal terutama menyangkut sisi
pembiayaan defisit anggaran. Realisasi APBN 2008 menunjukkan
terjadi perubahan yang signifikan dari proses konsolidasi fiskal ini.

Pertama, dari sisi penerimaan. Struktur penerimaan makin sehat


dengan meningkatnya peran penerimaan non migas khususnya pajak
penghasilan. Jumlah penduduk yang memiliki NPWP telah melebihi 10

KUKM Outlook- Muljanto VI-68


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

juta pada tahun 2008. Dengan kebijakan sunset policy yang akan
diperpanjang hingga Februari 2009 ini, akan semakin meningkatkan
jumlah penduduk yang memiliki NPWP. Kebijakan ini bukan hanya
diharapkan akan meningkatkan penerimaan negara tetapi mengurangi
risiko fluktuasi penerimaan pajak dengan meluasnya basis pajak.
Dewasa ini penerimaan pajak sangat tergantung pada sedikit
pembayar pajak saja.Misalnya pada tahun 2007 sebesar 56%
penerimaan pajak penghasilan perorangan disumbangkan oleh hanya
1% pembayar pajak.

Kedua, trend penerimaan pajak pun makin membaik. Rasio pajak


terhadap PDB meningkat dari 12,5% pada tahun 2005 menjadi 14,1%
pada tahun 2008.

Ketiga, dari sisi pengeluaran, efektifitas pengeluaran pemerintah


makin mendekati tingkat optimal. Memang masih ada pengeluaran
yang tidak bisa direalisasikan. Namun sebagian dari hal tersebut
disebabkan oleh sistem pengadaan yang makin baik dengan dilakukan
e-procurement yang menghemat pengeluaran hingga 15%.

Keempat, pengeluaran untuk kebutuhan yang esential bagi


pembangunan terus meningkat termasuk untuk keperluan pendidikan
dan kesehatan maupun untuk kebutuhan infrastruktur. Tantangan
yang ada adalah bagaimana membuat agar peningkatan pengeluaran
ini juga terefleksikan dalam perbaikan kualitas baik dalam stok
maupun perbaikan proses pelayanan publik.

Kelima, konsolidasi ini berujung pada perbaikan risiko ekonomi makro


Indonesia.

KUKM Outlook- Muljanto VI-69


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

4.12.3.PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR MENGHADAPI KRISIS


EKONOMI GLOBAL

Pengalaman berbagai negara dan landasan teoretis yang ada


memperlihatkan pentingnya pemerintah tetap membangun
infrastruktur di tengah perlambatan ekonomi dunia. Oleh karena itu
kementerian dan lembaga yang menangani infrastruktur diharapkan
dapat melakukan berbagai langkah untuk mengantisipasi imbas
perlambatan ekonomi global pada tahun 2009. Beberapa langkah
yang akan diambil untuk proyek pemerintah diantaranya adalah

(1) Mempercepat proses pelelangan anggaran 2009 melalui misalnya


memulai pengumuman pelelangan akhir tahun 2008.

(2) Mempercepat proses pencairan anggaran proyek sehingga para


pelaku pasar leluasa dalam mengelola arus kasnya.

(3) Mempercepat pelaksanaan proyek yang bersumberkan dana


pinjaman luar negeri.

Demikian pula peranan pembangunan infrastruktur sangat dibutuhkan


dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan pemanfaatan
produk dalam negeri. Dalam kaitan dengan hal tersebut, perlu
direncanakan pembangunan infrastruktur yang mampu untuk
menyerap tenaga kerja yang banyak (pola padat karya) yang tentunya
tanpa mengorbankan kualitasnya. Untuk itu perlu dilakukan
pendampingan dan pelatihan di lapangan agar kualitas
pembangunannya akan tetap terjaga. Demikian pula untuk mendorong
industri dalam negeri, maka pemanfaatan teknologi lokal dan bahan
baku yang berasal dari dalam negeri perlu digalakkan.

KUKM Outlook- Muljanto VI-70


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

Pembangunan proyek-proyek infrastruktur baru, selalu memerlukan


pengadaan tanah. Pada saat ini pengadaan tanah untuk pembangunan
infrastruktur mengalami banyak hambatan. Walaupun pemerintah
mempunyai perangkat hukum yang lengkap dan telah direvisi, untuk
mengakomodir prinsip keadilan dan menjaga hak setiap warga negara,
dan ditemukan banyak kendala. Kendala utama adalah belum adanya
mekanisme penyelesaian yang efisien dan efektif adalah pada saat
tidak terjadinya kesepakatan harga antara pemerintah dengan pemililk
tanah.

Untuk mengatasi permasalahan harga tanah berfluktuasi, pemerintah


menyediakan dana sebesar Rp 4,89 Triliun sehingga diharapkan
pembangunan jalan tol di pulau Jawa dapat segera terealisasikan.
Demikian pula pemerintah menyediakan dana bergulir untuk
pertanahan (Land Fund) , yang dimanfaatkan para investor untuk
membebaskan tanah.

Di dalam upaya mendorong dan mempercepat pembangunan


infrastruktur baik yang didanai melalui APBN maupun yang
dikerjasamakan dengan pemerintah, maka berbagai strategi
pemerintah diantaranya mempercepat pelaksanaan pengadaan tanah
yang saat ini sering menjadi momok atas keterlambatan pembangunan
infrastruktur terutama di sektor transportasi.

Untuk melaksanakan proyek infrastruktur dengan efisien, efektif,


akuntabel, dan transparan harus dimulai dari proses pengadaan yang
sesuai prosedurnya. Pemerintah memperluas pelaksanaan pengadaan
barang dan jasa bidang infrastruktur dengan penggunaan isitilah E-
Procurement.

KUKM Outlook- Muljanto VI-71


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

Berdasarkan APBN 2009, dana transfer pemerintah Pusat ke Daerah


cukup besar baik yang berupa DAK senilai Rp 24.819 Triliun dan Dana
Otonomi Khusus senilai Rp 8.856 Triliun. Sebagian dari dana tersebut
untuk membiayai program pembangunan infrastruktur. Untuk menjaga
agar pemanfaatan dana sesuai sasarannya, pemerintah menyiapkan
mekanisme pengendalian terhadap pemanfaatan dana transfer
tersebut

4.12.4. STIMULUS UNTUK PERTUMBUHAN SEKTOR RIIL

Untuk mendorong pertumbuhan sektor riil, Pemerintah telah


mengalokasikan stimulus pajak untuk pangan, pertanian, dan industri
manufaktur antara lain dalam bentuk pemberian Pajak Pertambahan
Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk 17 industri. Selain itu
disediakan fasilitas Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BM DTP)
untuk 9 industri. Alokasi dua stimulus ditetapkan dengan peraturan
menteri keuangan mencapai Rp 12 triliun. Selain itu, Pemerintah telah
menerbitkan PP 62 tahun 2008 Tentang Perubahan atas PP Nomor 1
Tahun 2007 Tentang Fasilitas Pajak Penghasilan Penanaman Modal di
Bidang Usaha Tertentu di Daerah-Daerah Tertentu. PP ini memberikan
beberapa perbaikan terhadap pemberian fasilitas PPh untuk
penanaman modal.

KUKM Outlook- Muljanto VI-72


Makalah IS LM Mata Kuliah Ekonomi Makro

KUKM Outlook- Muljanto VI-73

Anda mungkin juga menyukai