Anda di halaman 1dari 6

Teori Kuantitas (Quantity Theory) uang adalah teori ekonomi mengenai permintaan uang (demand for money).

Teori kuantitas tergolong sangat tua namun masih memadai dengan keadaan saat ini. Teori kuantitas uang membahas penyebab utama terjadinya perubahan nilai uang atau tingkat harga.

TEORI KLASIK Teori ini menyatakan bahwa perubahan nilai uang atau tingkat harga merupakan akibat adanya perubahan jumlah uang beredar. Seperti halnya benda-benda ekonomi lainnya (ingat, bahwa uang juga merupakan barang ekonomi), bertambahnya jumlah uang yang beredar dalam masyarakat akan mengakibatkan turunnya nilai mata uang. Menurunnya nilai uang sama artinya dengan naiknya tingkat harga. Menurut teori kuantitas uang, bertambahnya jumlah uang yang beredar cenderung mengakibatkan naiknya tingkat harga (inflasi), dan sebaliknya. Teori kuantitas uang dikemukakan oleh Irving Fisher. Ia mengemukakan persamaan yang dinamakan persamaan pertukaran (equation of exchange) Persamaan pertukaran dinyatakan sebagai berikut: MV = PT, dimana

M V P T

= = = =

jumlah uang beredar/penawaran uang (money suplly) kecepatan peredaran uang (velocity circulation of moneya) tingkat harga-harga (price level) jumlah barang-barang dan jasa-jasa yang diperjual-belikan dalam satu tahun tertentu (transaction)

Di dalam persamaan tersebut, M sama dengan jumlah uang kertas, logam, dan uang giral yang beredar (terdapat) dalam perekonomian. Kecepatan peredaran uang (V) ditentukan berdasarkan berapa seringnya uang beredar yang terdapat dalam masyarakat berpindah tangan dalam satu tahun. Apabila setiap jenis uang secara rata-rata berpindah tangan sebanyak sepuluh kali dalam satu tahun, maka V adalah sepuluh. Nilai P ditentukan berdasarkan indeks harga. Di dalam perekonomian terdapat banyak jenis barang dan harganya berbeda-beda pula. Dari waktu ke waktu harga-harga mengalami

perubahan yang berbeda. Adalah tidak mungkin untuk menggambarkan semua keadaan ini dalam persamaan di atas. Untuk menunjukkan keadaan harga-harga dan perubahannya dari tahun ke tahun, digunakan indeks harga beserta perubahan-perubahannya. T menunjukkan jumlah barangbarang jadi dan barang-barang setengah jadi yang diperjualbelikan. Perlu diingat bahwa PT tidak sama nilainya dengan pendapatan nasional. Penadapatan Nasional (BAB II) adalah nilai seluruh barang jadi yang dihasilkan oleh suatu negara dalam satu tahun tertentu. Nilai tersebut diperoleh dengan menjumlahkan hasil perkalian tiap-tiap barang jadi dan jasa dengan harga-harganya. Sedangkan PT adalah penjumlahanj hasil perkalian tiap-tiap barang yang termasuk pendapatan nasional dengan harga-harganya, ditambah dengan hasil perkalian tiap-tiap barang setengah jadi dengan harga-harganya. Singkatnya, PT meliputi pendapatan nasional ditambah nilai transaksi barang-barang setengah jadi. Berarti nilai PT lebih besar dari pendapatan nasional. Dalam teori kuantitas diasumsikan (dianggap) bahwa kecepatan peredaran uang adalah tetap; dan penggunaan tenaga kerja penuh (fullemployment) sudah tercapai. Berdasarkan asumsi tersebut maka dalam persamaan MV = PT, besarnya faktor V dan T adalah tetap (konstan). T dianggap tetap karena pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh, pendapatan nasional tidak dapat ditambah lagi. Jumlah barang-barang yang diperjualbelikan (ditransaksikan) pun tidak mengalami perubahan. Setiap perubahan jumlah uang beredar (M) akan menimbulkan perubahan yang sama tingkatnya terhadap harga-harag (P). Ahli-ahli ekonomi Klasik berpendapat bahwa kecepatan peredaran uang (V) adalah tetap. Mereka beranggapan bahwa jumlah uang beredar dan pertambahannya tidak mempunyai pengaruh yang berarti terhadap kecepatan peredaran uang. Menurut mereka kecepatan itu dipengaruhi oleh beberapa faktor teknis. Faktor-faktor tersebut antara lain sistem pembayaran gaji dalam masyarakat, kebiasaaan masyarakat dalam melakukan perdagangan, efisienai sistem pengangkutan, dan kepadatan penduduk. Kesimpulan teori kuantitas uang oleh Irving Fisher yaitu perubahan jumlah uang beredar akan menimbulkan perubahan yang sama besarnya terhadap harga-harga, dan dalam arah yang bersamaan. Maksudnya, bila uang beredar bertambah sebanyak 5%, maka tingkat harga-harga juga akan bertambah (inflasi) sebanyak 5%, dan sebaliknya.

TEORI CAMBRIDGE

Teori Cambridge befokus pada fungsi uang sebagai alat tukar umum. Oleh karena itu, teori-teori klasik ini melihat permintaan uang dari masyarakat sebagai kebutuhan akan alat likuid untuk tujuan transaksi. Ketika Fisher mengatakan permintaan uang semata-mata merupakan proporsi konstan dari volume transaksi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor kelembagaan yang konstan. Cambridge justru berpendapat faktor-faktor perilaku (pertimbangan untung rugi) yang menghubungkan antara permintaan uang seseorang dengan volume transaksi yang direncanakannya. Atau dengan kata lain, Fisher memandang velocity uang konstan sedangakan Cambridge tidak. Menurut teori Cambridge, permintaan uang selain dipengaruhi oleh volume transaksi dan faktor-faktor kelembagaan, juga dipengaruhi oleh bunga, dan ekspektasi masyarakat terhadap kondisi yang akan datang. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan uang seseorang dengan demikian juga akan mempengaruhi permintaan uang masyarakat secara keseluruhan. Kemudian Pigou melakukan berbagai penyederhanaan dimana variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan uang dalam jangaka pendek dianggap konstan. Teori Cambridge menganggap bahwa permintaan uang adalah proporsional dengan tingkat pendapatan nasional (ceteris paribus). Dalam hal ini dia tidak menutup kemungkinan bahwa faktor-faktor seperti tingkat suku bunga dan ekspektasi berubah walaupun dalam jangka pendek.

TEORI KEYNES Ketika ekonomi klasik cenderung menekankan penggunaan uang dalam melakukan transaksi, Keynes mengidentifikasikan tiga motif memegang uang yaitu : motif bertransaksi, motif berjaga-jaga, dan motif berspekulasi. Seperti ekonom klasik, Keynes memandang memegang uang untuk transaksi proporsional dengan pendapatan. Keynes juga sependapat dengan pemikiran Cambridge, dimana orang memegang uang untuk melancarkan proses transaksi yang dilakukan, dan permintaan uang masyarakat untuk tujuan ini dipengaruhi oleh tingkat pendapatan nasional, semakin besar tingkat transaksi, maka semain besar pula jumlah uang yang diminta masyarakat untuk transaksi. Selain itu, Keynes juga berpendapat bahwa permintaan uang untuk transaksi ini pun bukan merupakan suatu proporsi yang konstan, tapi juga dipengaruhi oleh tinggi rendahnya

tingkat bunga. Hanya saja faktor bunga dalam permintaan uang untuk transaksi ini tidak terlalu ditekankan, salah satu sebabnya adalah karena dia ingin menekankan permintaan uang untuk tujuan lain, yaitu tujuan spekulasi. Motif memegang uang untuk tujuan spekulasi terutama ditujukan untuk mendapatkan keuntungan. Keynes membatasi keadaan dimana pemilik kekayaan bisa memilih memegang kekayaanya dalam bentuk tunai atau obligasi. Uang tunai dianggap tidak memberikan penghasilan, sedang obligasi dianggap memberikan penghasilan berupa sejumlah uang tertentu setiap periodenya.

TEORI MODERN Teori kuantitas modern dari permintaan uang di bangun berdasarkan teori kuantitas uang dengan menekankan kekhasan kepemilikan uang sebagai media pertukaran. Kekhasan ini karena memandang permintaan uang mirip permintaan akan suatu barang yang dipengaruhi oleh tiga hal yaitu; total kekayaan yang merupakan kendala anggaran (budget constraint) dalam perilaku konsumen, harga dari masing-masing bentuk kekayaan, serta selera dan preferensi (taste and preference) pemilik kekayaan (Jansen : 2002). Teori kuantitas modern menekankan permintaan uang dari keuntungan dari proses subtitusi antar bentuk kekayaan seperti uang, obigasi, saham, surat berharga, dan bentuk kekayaan yang lain baik manusiawi maupun nonmanusiawi. Permintaan uang terhadap bentuk kekayaan di atas sangat dipengaruhi oleh hasil (return) yang akan diterima oleh pemilik kekayaan di masa yang akan datang. Dalam teori permintaan uangnya, Friedman menganggap bahwa pemilik kekayaan memutuskan aktiva-aktiva apa yang akan dipegang atas dasar perbandingan manfaat, selera dan jumlah kekayaanya. Pengertian kekayaan dari Friedman tidak hanya berbentuk uang atau bisa diubah atau dijual menjadi uang, tetapi juga termasuk nilai dari aliran penghasilan ditahun-tahun mendatang dari tenaga kerjanya. Kekayaan tidak lain adalah nalai sekarang dari aliran penghasilan yang diharapakan dari aktiva-aktiva yang dipegang. Pengertian kedua yang penting adalah manfaat. Manfaat (returns) dari setiap bentuk aktiva merupakan faktor pertimbangan untuk memutuskan berapa jumlah dari masing-masing bantuk aktiva yang akan dipegang tersebut. Dalam melakukan perumusan fungsi permintaan uang (permintaan total uang, Friedman tidak menganal pembagian motif memegang uang seperti Keynes), Friedman melakukan beberapa penyederhanaan. Ia menganggap pemilik kekayaan bisa memilih lima bentuk kekayaan

untuk dipegang, yaitu: uang tunai, obligasi, saham atau equities, barang-barang fisik bukan manusia, dan kekayaan manusiawi / human capital. Teori Kuantitas (Klasik)

RESUME :

Teori Kuantitas (Quantity Theory) uang adalah teori ekonomi mengenai permintaan uang (demand for money). Teori kuantitas uang membahas penyebab utama terjadinya perubahan nilai uang atau tingkat harga. Teori Klasik Teori ini menyatakan bahwa perubahan nilai uang atau tingkat harga merupakan akibat adanya perubahan jumlah uang beredar. Menurunnya nilai uang sama artinya dengan naiknya tingkat harga. Perubahan jumlah uang beredar akan menimbulkan perubahan yang sama besarnya terhadap harga-harga, dan dalam arah yang bersamaan. Maksudnya, bila uang beredar bertambah sebanyak 5%, maka tingkat harga-harga juga akan bertambah (inflasi) sebanyak 5%, dan sebaliknya. Teori Cambridge Teori Cambridge befokus pada fungsi uang sebagai alat tukar umum. Cambridge berpendapat faktor-faktor perilaku (pertimbangan untung rugi) yang menghubungkan antara permintaan uang seseorang dengan volume transaksi yang direncanakannya. Teori Cambridge menganggap bahwa permintaan uang adalah proporsional dengan tingkat pendapatan nasional (ceteris paribus). Dalam hal ini dia tidak menutup kemungkinan bahwa faktor-faktor seperti tingkat suku bunga dan ekspektasi berubah walaupun dalam jangka pendek. Teori Keynes Keynes mengidentifikasikan tiga motif memegang uang yaitu : motif bertransaksi, motif berjagajaga, dan motif berspekulasi. Seperti ekonom klasik, Keynes memandang memegang uang untuk transaksi proporsional dengan pendapatan. Keynes membatasi keadaan dimana pemilik kekayaan bisa memilih memegang kekayaanya dalam bentuk tunai atau obligasi. Uang tunai dianggap tidak memberikan penghasilan, sedang obligasi dianggap memberikan penghasilan berupa sejumlah uang tertentu setiap periodenya. Teori Modern Teori kuantitas modern dari permintaan uang di bangun berdasarkan teori kuantitas uang dengan menekankan kekhasan kepemilikan uang sebagai media pertukaran. Teori kuantitas modern menekankan permintaan uang dari keuntungan dari proses subtitusi antar bentuk kekayaan seperti uang, obigasi, saham, surat berharga, dan bentuk kekayaan yang lain baik manusiawi maupun nonmanusiawi.

Anda mungkin juga menyukai