Teori ekonomi kelembagaan merupakan pemekarana dari teori biaya transaksi yang muncul
akibat kegagalan pasar. Teori ekonomi kelembagaan kelembagaan juga diformulasikan oleh
teori Coase, yang mengkalrifikasikan tentang biaya transaksi dalam teori ekonomi neoklasik.
Coase mendemostrasikan bahwa inefisiensi dalam ekonomi neoklasik bisa terjadi bukan
cuma akibat adanya struktur pasar yang tidak sempurna atau penjelasan standar lainnya,
melainkan karena adanya kehadiran secara implisit biaya transaksi.
Sebenarnya untuk mendefinisika biaya transaksi ini sangatlah pelik, sehingga untuk
membedakan antara baiya tansasksi dan biaya produksi dengan sendirinya juga sulit.
Meskipun demikian, sebagai upaya untuk mengerjakan investigasi, konsep tentang biaya
transaksi sangatlah berguna untuk mengenali bentuk dan struktur sebuah
pertukaran/transaksi. Definis yang paling umum adalah bahwa aktivitas menciptakan
manfaat pada masa sekarang dan mendatang (faktor-faktor produksi) ke dalam output. Di
antara input-input untuk proses produksi, ahli ekonomi memasukkan faktor produksi tanah,
tenaga kerja, modal, dan kategori yang lebih sulit dipahami yang disebut kewiraswastaan.
Sedangkan transaksi sebagai unit analisis juga memiliki beberapa definisi. Menurut
Williamson, transaksi terjadi bila barang dan jasa ditransfer melalui teknologi yang terpisah.
Satu tahap aktivitas berhenti dan tahap yang lain dimulai. Selanjutnya, Coase menunjukkan
bahwa jika pekerja pindah dari departemen (divisi) Y ke departemen (divisi) X, dia tidak
pindah karena perubahan harga relatif (yang lebih menguntungkan), tetapi dia pindah karena
diminta untuk melakukannya. Akhirnya, Commons menyatakan bahwa unit terakhir dari
sebuah aktivitas harus mengandung ketiga prinsip, yaitu konflik, saling menguntungkan, dan
ketertiban. Unit itu tidak lain adalah transaksi.
Ringkasnya, biaya transaksi adalah ongkos untun melakukan negosisasi, mengukur, dan
memaksakan pertukaran. Sedangkan menurut Mburu yang lebih luas, yaitu (1) biaya
pencarian dan informasi (2) biaya negosiasi dan keputusan atau mengeksekusi kontak dan (3)
biaya pengawasan detail, proses negosiasi sendiri bisa sangat panjang dan memakan banyak
biaya. Furubotn dan Richter menunjukkan bahwa biaya transaksi adalah ongkos untuk
menggunakan pasar dan biaya memakai hak untuk memberikan pesanan di dalam
perusahaan. Ada tiga jenis biaya transaksi, yaitu bisa dibedakan menjadi dua tipe: (1) biaya
transaksi 'tetap' (2) biaya transaksi 'variabel'.
Secara spesifik, biaya transaksi pasar bisa dikelompokkan secara lebihrinci sebagai:
Biaya menyiapkan kontrak (secara sempit bisa diartikan sebagi biaya pencarian dan
informasi)
Biaya mengeksekusikan kontrak (biaya negosiasi dan pengambilan keputusan)
Biaya pengawasan dan pemaksaan kewajiban yang tertuang dalam kontrak
Biaya transaksi manajerial meliputi: (1) biaya penyusunan, pemeliharaan, atau perubahan
desain organisasi.(2) biaya menjalankan organisasi, yang kemudian bisa dipilah dalam dua
sub kategori: (a) biaya informasi; dan (b) biaya yang diasosiasikan dengan trasnfer fisik
barang dan jasa yang divisinya terpisah. Terakhir, biaya transaksi politik berhubungan
dengan penyediaan organisasi dan barang publik yang diasosiakan dengan aspek politik.
Secara umum, biaya transaksi politik ini tidak lain adalah biaya penawaran barang publik
yang dilakukan melalui tindakan kolektif, dan bisa dianggap sebagai analogi dari biaya
transaksi manajerial. Secara khusus, biaya ini meliputi: (1) biaya penyusunan, pemeliharaan,
dan perubahan organisasi politik formal dan informal; dan (2) biaya untuk menjalankan
politik. Biaya ini adlah pengeluaran masa sekarang untuk hal-hal yang berkaitan dengan
tugas kekuasaan. Oleh karena itu, yang dimaksud biaya transaksi adalah biaya atas lahan,
tenaga kerja, kapital, dan keterampilan kewirausahaan yang diperlukan untuk memindahkan
secara fisik input menjadi output.
Literatur ekonomi biaya transaksi mengidentifikasi tiga biaya yang sangat penting dalam
proses pertukaran. Pertama, biaya yang muncul atas seluruh perbedaan yang terjadi
belakangan setelah hubungan kontrak diputuskan, dan biaya perencanaan untuk
menyelesaikan bagaimana persoalan perbedaan tersebut harus diselesaikan. Kedua, biaya
negosiasi dengan pihak lain berkenaan dengan rencana yang dibuat. Ketiga, biaya pembuatan
rencana yang dalam implementasinya bisa ditegakkan oleh pihak ketiga seperti pengadilan
hakim, apabila terjadi perselisihan. Dari sudut pandang yang lain, biaya transaksi tersebut
dapat pula dipisahkan menjadi biaya transaksi sebulum kontrak (ex-ante) dan setelah kontrak
(ex-post). Biaya transaksi ex-ante adalah biaya membuat draf, negosiasi, dan mengamankan
kesepakatan. Sedangkan biaya transaksi ex-post meliputi:
(1) Biaya kegagalan adaptasi (maladaption) ketika transaksi menyimpang dari kesepakatan
yang telah dipersyaratkan
(2) Biaya negosiasi/tawar-menawar (haggling costs) yang terjadi jika upaya bilateral
dilakukan untuk mengkoreksi penyimpangan setelah kontrak (ex-post)
(3) Biaya untuk merancang dan menjalankan kegiatan yang berhubungan dengan struktur
tata kelola pemerintahan (tidak selalu pengadilan) apabila terjadi sengketa
(4) Biaya pengikatan agar komitmen yang telah dilakukan bisa dijamin
Agar perdagangan atau pertukaran bisa terjadi dengan biaya transasi yang murah, masing-
masing pelaku ekonomi harus mengeluarkan sumber daya dalam tiga wilayah yang tergolong
kegiatan kontrak (Poulton, et. al., 1998:12):
Besaran biaya transaksi juga bisa terjadi karena adanya penyimpangan dalam wujud: (i)
penyimpangan atas lemahnya jaminan hak kepemilikan; (ii) penyimpangan pengukuran atas
tugas yang kompleks dan prinsip yang beragam; (iii) penyimpangan yang muncul karena
kelemahan dalam kebijakan kelembagaan, yang berhubungan dalam pembangunan dan
reformasi ekonomi; dan (v) kelemahan integritas (probity), yang dirujuk oleh James Wilson
sebagai 'sovereign transactions'. Biaya kontak yang telah diidentifikasi oleh North
ditambahkan oleh Williamson dengan biaya adaptasi. Biaya adaptasi itu meliputi: (i) biaya
yang ditimbulkan ketika kontrak yang sudah terjadi mengalami perpindahan ke situasi sub-
optimal di bawah kondisi yang diharapkan; (ii) biaya negoisasi untuk mendapatkan skema
kontrak yang lebih baik dari pihak lain; dan (iii) biaya arbitrasi atau pergi ke pengadilan
apabila terjadi sengketa perselisihan.
Relatif pentingnya perbedaan biaya yang diasosiasikan dengan transaksi tergantung dari sifat
transaksi tersebut. Williamson mengompilasi tiga sifat utama dari transaksi, yaitu frekuensi,
ketidakpastian, dan spesifitas aset. Poulton et. al selanjutnya menjelaskan sifat-sifat itu dalam
penjelasan berikut:
Berdasarkan penjelasan tentang definisi dan faktor-faktor yang memengaruhi besaran biaya
transaksi diatas, setidaknya terdapat empat determinan penting dari biaya transaksi sebagai
nit analisis:
1. Apa yang disebut sebagai atribut perilaku yang melekat pada setiap pelaku ekonomi,
yaiturasionalitas terbatas/terikat dan oportunisme.
2. Sifat yang berkenaan dengan atribut dari transaksi, yaitu spesifitas aset,
ketidakpastian, dan frekuensi.
3. Hal-hal yang berkaitan dengan struktur tata kelola kegiatan ekonomi, yaitu pasar,
hierarki, dan pengadilan, regulasi, birokrasi publik.
4. Faktor yang berdekatan aspek lingkungan kelembagaan, yaitu hukum kepemilikan,
kontrak, dan budaya.
Bagaimana konsep biaya transaksi yang sedemikian kompleks tersebut bisa diderivasi dalam
bentuk variabel-variabel yang mudah untuk diukur? Collins dan Fabozi menjelaskan jawaban
atas pertanyaan tersebut melalui formulasi biaya transaksi sebagai berikut:
Dalam konteks variabel biaya transaksi pada level perusahaan, kategorisasi yang dilakukan
oleh Strassmann cukup membantu sebagai bahan studi. Dia menglasifikasikasikan biaya
transaksi dalam variabel-variabel berikut:
Dari deskripsi tersebut bisa dibayangkan betapa luasnya ruang lingkup dari biaya transaksi,
khususnya level perusahaan. Namun, dalam analisis ekonomi konvesional (neoklasik)
seluruh variabel tersebut digolongkan sebagai biaya produksi, yang dengan sendirinya tidak
terkait dengan model kelembagaan yang didesain. Pandangan ini tentu saja mengaburkan
cara penanganan perusahaan untuk mencapai efisiensi. Sekedar contoh, bila biaya pemasaran
dimasukkan sebagai bagian dari variabel biaya produksi, maka orientasi perusahaan berusaha
untuk menekan ongkos tersebut dengan jalan mengurangi intensitas promosi, misalnya