Anda di halaman 1dari 4

Nama : Evi Febriani

NIM : 185020100111038
Ekonomi Kelembagaan

Teori Ekonomi Biaya Transaksi

Dalam ilmu ekonomi kelembagaan terdapat satu alat analisis yaitu biaya transaksi (transaction
cost economics). Alat analisis ini sering digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi desain
kelembagaan. Semakin tinggi biaya transaksi dalam kegiatan ekonomi (transaksi), maka tidak efisien
kelembagaan yang didesain, begitu juga dengan sebaliknya. Namun, alat analisis ini memiliki beberapa
hambatan. Hambatan tersebut ada dalam tiga level. Pertama, secara teoritis masih belum terungkap
secara tepat definisi dari biaya transaksi itu sendiri. Kedua, setiap kegiatan (transaksi) ekonomi selalu
bersifat spesifik, sehingga biaya transaksi juga berlaku secara khusus. Ketiga, meskipun definisi dan
variabel sudah dapat dirumuskan dengan baik dan jelas,tetapi terjadi masalah dalam hal pengukurannya.

1. Definisi dan Makna Biaya Transaksi


Teori ekonomi kelembagan merupakan pemekaran dari teori biaya transaksi (transaction
costs) yang muncul akibat kegagalan pasar. Pandangan neoklasik menganggap pasar sistemnya
sempurna tanpa ada biaya apapun karena pembeli memiliki informasi yang sempurna dan penjual
saling berkompetisi sehingga menghasilkan harga yang rendah, tetapi faktanya adalah sebaliknya.
Masih belum ada definisi yang pasti untuk menjelaskan apa itu biaya transaksi, sehingga
menyebabkan munculnya beberapa cara pandang yang berbeda dari para ahli ekonomi
kelembagaan, antara lain:
a. teori Coase (Coase Theorem)
Mengklarifikasi tentang biaya transaksi dalam teori ekonomi neoklasik. Coase
mendemonstrasikan bahwa inefesiensi dalam ekonomi neoklasik terjadi bukan hanya karena
struktur pasar yang tidak sempurna melainkan adanya kehadiran secara implisit biaya
transaksi. Secara ringkas biaya transaksi adalah ongkos untuk melakukan negosiasi,
mengukur, dan memaksakan pertukaran (exchange).
b. Mburu
Biaya transaksi dapat juga diartikan untuk memasukkan tiga kategori yang lebih luas, yaitu:
(1) biaya pencarian dan informasi;
(2) biaya negosiasi (bargaining) dan keputusan atau mengeksekusi kontrak; dan
(3) biaya pengawasan (monitoring), pemaksaan, dan pemenuhan/pelaksanaan (compliance).
Secara spesifik, biaya transaksi pasar (market transaction costs) bisa dikelompokkan secara
lebih rinci sebagai:
 Biaya menyiapkan kontrak (secara sempit bisa diartikan sebagai biaya
pencarian/ searching dan informasi)
 Biaya mengeksekusi kontrak/concluding contracts (biaya negosiasi dan
pengambilan keputusan)
 Biaya pengawasan (monitoring) dan pemaksaan kewajiban yang tertuang
dalam kontrak.
c. Williamson
Biaya transaksi adalah ongkos untuk menjalankan sistem ekonomi dan biaya untuk
menyesuaikan terhadap perubahan lingkungan.
d. North dan Wallis
North dan Wallis menyampaikan perbedaan dasar antara biaya proses produksi (biaya
transformasi/transformation costs) dan biaya transaksi. Biaya transaksi sebagai ongkos untuk
lahan, tenaga kerja, kapital, dan keterampilan kewirausahaan (entreprenurship) yang
diperlukan untuk mentransfer hak-hak kepemilikan dari satu atau kelompok orang ke pihak
yang lain. Dengan kata lain, biaya transaksi muncul karena adanya transfer kepemilikan atau
lebih umum, hal-hak kepemilikan.

Biaya transaksi didefinisikan sebagai biaya-biaya untuk melakukan proses negosiasi,


pengukuran, dan pemaksaan pertukaran. Intinya, teori biaya transaksi menggunakan transaksi
sebagai basis unit analisis, sedangkan teori neoklasik memakai produk sebagai dasar unit
analisis.

2. Rasionalitas Terbatas dan Perilaku Oportunistik


Ada dua asumsi yang mendasari analisis biaya transaksi untuk membuat analisis
orgasisasi ekonomi ini menjadi terarah, yaitu asumsi rasionalitas terbatas (bounded rationality)
dan perilaku oportunistik (opportunistic).
Bounded rationality merujuk kepada tingkat dan batas kesanggupan individu untuk
menerima, menyimpan, mencari kembali, dan memproses informasi tanpa kesalahan. Konsep
bounded rationality ini didasarkan pada dua prinsip yaitu, individu atau kelompok yang memiliki
batas-batas kemampuan akibat terbatasnya informasi dan kemampuan untuk memproses, dan
hubungan sebab-akibat di semua negara didunia tidak mungkin dapat diidentifikasi dengan
sempurna hanya dengan mengacu pada kejadian sebelumnya. Akibatnya, setiap pelaku ekonomi
akan selalu dihadapkan pada informasi yang tidak lengkap (incomplete information), atau dengan
kata lain terjadi ketidakpastian informasi (informational uncertainty).
Perilaku oportunistik adalah upaya untuk mendapatkan keuntungan melalui praktik yang
tidak jujur dalam kegiatan transaksi. Namun, keuntungan yang melalui keunggulan produktif
(misalnya, lokasi yang unik atau keterampilan yang berbeda) tidak dianggap sebagai sikap
oportunistik .
Menurut Williamson, trade-off akan selalu terjadi dan tergantung pada besarnya biaya
transaksi. Untuk memudahkan atau menyulitkan pembuatan kontrak tersebut, bentuk-bentuk
kontrak biasanya ditentukan oleh tingkat dan sifat biaya transaksi yang eksistensinya dipengaruhi
oleh keberadaan informasi yang tidak sempurna (yang implisit selalu ada dalam proses transaksi).
Dengan ini, inti dari ekonomi biaya transaksi adalah biaya-biaya yang muncul berkenaan dengan
informasi.

3. Biaya Transaksi dan Efisiensi Ekonomi


North berargumen bahwa dalam komunitas pedesaan di negara yang sedang berkembang,
biaya transaksi biasanya rendah. Hal ini bisa terjadi karena kedekatan hubungan dalam komunitas
sehingga informasi tentang aktivitas-aktivitas dalam komunitas (keluarga, tetangga) individu
tersedia secara luas dan bebas. Selanjutnya, bila biaya transaksi terlalu tinggi, maka perdagangan
tidak akan terjadi dan ekonomi akan stagnan. Oleh karena itu, tantangan pembangunan ekonomi
adalah untuk mengurangi biaya transaksi pada saat melakukan perdagangan yang semakin
kompleks. Ini akan tercapai bila desain pembangunan kelembagaan yang dibuat memang
mendukung kegiatan perdagangan, yakni dengan penyediaan informasi, melindungi hak
kepemilikan, dan menyiapkan mekanisme yang efektif untuk menegakkan kesepakatan. Besaran
biaya transaksi juga bisa terjadi karena adanya penyimpangan dalam wujud berupa :
(i) Penyimpangan atas lemahnya jaminan hak kepemilikan
(ii) Penyimpangan pengukuran atas tugas yang kompleks (multiple task) dan prinsip yang
beragam
(iii) penyimpangan yang intertemporal, muncul karena kelemahan dalam kebijakan
kelembagaan, yang berhubungan dalam pembangunan dan reformasi ekonomi
(iv) Penyimpangan yang muncul karena kelemahan dalam kebijakan kelembagaan yang
berhubungan dengan pembangunan dan reformasi ekonomi dan
(v) Kelemahan integritas (probity) adalah informasi yang kurang sempurna.

Relatif pentingnya perbedaan biaya yang diasosiasikan dengan transaksi tergantung dari
sifat transaksi tersebut. Williamson mengompilasi tiga sifat utama dari transaksi, yaitu frekuensi,
ketidakpastian, dan spesifisitas aset.

4. Determinan dan Variabel Biaya Transaksi


Isu utama dalam biaya transaksi adalah pengukuran. Berbagai studi empiris telah
dilakukan seperti melakukan pengukuran langsung dan memperkirakan biaya transaksi dengan
menggunakan pasar keuangan yang terorganisasi. Sebaliknya, Williamson menggunakan metode
pengukuran secara tidak langsung. Dengan memfokuskan pada hubungan khusus antara investasi
spesifik sebagai pengukuran biaya transaksi. Ide utamanya adalah bahwa sifat struktur
kelembagaan sangat memengaruhi level biaya transaksi. Dari studi-studi tersebut, deskripsi yang
bisa dirasakan adalah bahwa pengukuran biaya transaksi merupakan masalah pelik sehingga
diperlukan pemahaman yang sama mengenai definisi, determinan, dan variabel yang seragam dari
biaya transaksi.
Menurut Zhang (2000:288), faktor-faktor yang memengaruhi besarnya biaya transaksi
pada umumnya bisa dikelompokkan dalam tiga hal berikut.
1. What: the identity of bundle of right.
Hak-hak memiliki banyak atribut yang nilai, pengukuran, kebijakan, dan pemaksaannya
beragam dari satu jenis dengan tipe yang lain. Kesulitan mendapatkan informasi yang
lengkap untuk mengidentifikasi variabilitas ini secara langsung juga mendeskripsikan
bagaimana sulitnya menggambarkan hak-hak ini, dan tentunya hal ini mempengaruhi biaya
dalam pertukaran
2. Who: to identity of agents involved in the exchanges
Erat dengan faktor-faktor manusia yang muncul dalam asumsinya Williamson (1975),
yakni kemampuan manusia untuk menerima, menyimpan, mencari, memproses informasi,
dan batas-batas bahasa dalam penyampaian pengetahuan kepada orang lain, oportunisme,
dan kurangnya informasi
3. How: the instructions, technical and social, governing the exchange and how to
organize the exchanges
Dalam hal ini pasar diandaikan sebagai kelembagaan untuk memfasilitasi proses
pertukaran, yang keberadaannya dibutuhkan untuk mengurangi biaya pertukaran sedangkan
perusahaan juga dapat dianggap sebagai kelembagaan yang memfasilitasi pertukaran yang
saling menguntungkan.
Collins dan Fabozzi menjelaskan konsep biaya transaksi yang sedemikian kompleks melalui formulasi
biaya transaksi sebagai berikut:
 Biaya Transaksi = biaya tetap + biaya variabel
 Biaya Tetap = komisi + transfer fees + pajak
 Biaya Variabel = biaya eksekusi + biaya oportunitas
 Biaya Eksekusi = price impact + market timing costs
 Biaya Oportunitas = hasil yang diinginkan – pendapatan aktual – biaya eksekusi – biaya tetap
Biaya Oportunitas adalah perbedaan antara kinerja investasi aktual (actual investment) dan kinerja
investasi yang diharapkan, disesuaikan (adjusted) dengan biaya tetap dan biaya eksekusi. Sedangkan
biaya eksekusi adalah ongkos yang muncul akibat permintaan eksekusi yang cepat, yang sebetulnya hal
ini merefleksikan dua hal penting: kebutuhan adanya likuiditas dan kegiatan perdagangan.
Sedangkan dalam bentuk yang lain, UNDP (2000:15) mengidentifikasi biaya transaksi dalam tiga
komponen. Pertama, biaya administrasi (administrative costs). Biaya ini muncul dari input sumber daya
yang dibutuhkan untuk melakukan transaksi, antara lain biaya kegiatan administratif (administrative
overheads) dan staf. Kedua, biaya tidak langsung (indirect costs), yakni biaya yang muncul sebagai
dampak dari mekanisme pemesanan (delivery mechanism) bagi pencapaian tujuan kegiatan. Ketiga, biaya
oportunitas (opportunity costs), yaitu keuntungan yang hilang (benefit forgone) dari aplikasi-aplikasi
alternatif sumber daya yang dikonsumsi dalam proses transaksi. Komponen biaya yang disusun seperti ini
lebih fleksibel untuk diterapkan karena cakupan yang digunakan sengaja diperluas. Kategorisasi ini cocok
apabila diterapkan untuk menilai atau mengukur besaran-besaran makro dalam perekonomian.

Anda mungkin juga menyukai