Anda di halaman 1dari 15

EKONOMI KELEMBAGAAN

“Teori Ekonomi Biaya Transaksi”


Dosen Pengampu : Drs. Sudarsana Arka, M.P.

Oleh :

Jessy Elviony (1907511121)

Ni Kadek Diah Rahutami (1907511277)

Kanaya Hermawan (1907511281)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Universitas Udayana

Denpasar

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat-Nya, kami
kelompok 3 sebagai penyusun makalah ini dapat menyelesaikannya secara sederhana dan
tepat waktu. Adapun karya tulis ini kami rangkum dari beberapa sumber yang dapat
dipercaya yang sajiannya kami sajikan dalam lembar Daftar Pustaka dengan harapan karya
ini dapat menambah pengetahuan kita mengenai perkembangan perhatian terhadap teori
ekonomi biaya transaksi..

Kami menyadari bahwa penulisan karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik dari segi isi maupun tulisan. Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
guna lebih menyempurnakan penulisan pada masa yang akan datang. Akhir kata, semoga
karya ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan kemampuan kita semua.

Denpasar, 27 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI ..............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 1
BAB II ........................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2
I. DEFINISI DAN MAKNA BIAYA TRANSAKSI ......................................................... 2
II. RASIONALITAS TERBATAS DAN PERILAKU OPORTUNISTIK ......................... 4
III. BIAYA TRANSAKSI DAN EFISIENSI EKONOMI .................................................... 6
IV. DETERMINAN DAN VARIABEL BIAYA TRANSAKSI .......................................... 7
BAB III .................................................................................................................................... 11
PENUTUP................................................................................................................................ 11
Kesimpulan........................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teori ekonomi kelembagaan merupakan hasil dari adanya teori biaya transaksi yang muncul
akibat kegagalan pasar. Pandangan Neoklasik menganggap pasar berjalan secara sempurna
tanpa biaya apa pun karena pembeli memiliki informasi yang sempurna dan penjual saling
berkompetisi sehingga menghasilkan harga yang rendah. Namun dalam kenyataannya,
informasi, kompetisi, sistem kontrak, dan proses jual-beli bisa sangat asimetris dan tidak
sesempurna itu. Dalam kenyataannya tidak ada informasi yang sempurna dalam suatu sistem
pasar. Hal ini menimbulkan adanya biaya transaksi yang bisa didefinisikan sebagai biaya-
biaya untuk melakukan proses negosiasi, pengukuran, dan pemaksaan pertukaran.
Kemunculan teori biaya transaksi paling tidak merupakan turunan dari adanya asumsi
mengenai sifat rasionalitas yang terbatas dalam diri individu dan pelaku ekonomi lainnya
Teori biaya transaksi pada mulanya muncul untuk menyelamatkan kesalahan relatif dari teori
ekonomi neoklasik untuk mencukupi tujuan dan penjelasan mengenai fenomena ekonomi
seperti dinyatakan oleh Alchian dan Woodward (Rabinowitz,1988).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan konsep teori ekonomi biaya transaksi?

2. Bagaimana keterkaitan antara rasionalitas terbatas dan perilaku oportunistik terhadap biaya
transaksi?

3. Bagaimana konsep biaya transaksi dan efisiensi ekonomi terjadi dalam kegiatan ekonomi?

4. Apa yang menjadi determinan dan variable biaya transaksi?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai konsep teori ekonomi biaya
transaksi, keterkaitan antara rasionalitas terbatas dan perilaku oportunistik terhadap biaya
transaksi, bagaimana konsep biaya transaksi dan efisiensi ekonomi terjadi dalam kegiatan ekonomi,
dan apa yang menjadi determinan dan variable biaya transaksi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

I. DEFINISI DAN MAKNA BIAYA TRANSAKSI

Ekonomi biaya transaksi atau transaction cost economics adalah salah satu cara atau alat
analisis yang populer dalam ilmu ekonomi kelembagaan. Adapun kegunaan dari alat analisis
biaya transaksi ini banyak digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi sebuah desain
kelembagaan.

Teori kelembagaan merupakan pemekaran dari teori biaya transaksi atau transaction costs
yang disebabkan karena kegagalan pasar. Seperti yang telah diketahui bahwa pandangan
neoklasik menganggap bahwa pasar berjalan atau beroperasi dengan sempurna tanpa adanya
biaya apapun atau costless karena pembeli telah memiliki informasi yang sempurna dan
penjual melakukan persaingan atau kompetisi sehingga menghasilkan harga yang rendah.
Namun yang terjadi di dunia nyata adalah sebaliknya dan tidak selalu sesuai dengan teori
yang ada. Pada kenyataannya, informasi, kompetisi, sistem kontrak, dan proses jual beli dapat
sangat asimetris. Hal inilah yang menyebabkan adanya biaya transaksi dan sekaligus bisa
mendefinisikan sebagai biaya – biaya untuk melakukan proses negosiasi, pengukuran, dan
pemaksaan pertukaran. Singkatnya, teori biaya transaksi menggunakan transaksi sebagai
dasar unit analisis. Selanjutnya, teori ekonomi kelembgaan juga diformulasikan oleh Coase
yang mengklarifikasi tentang biaya transaksi dalam teori ekonomi neoklasik. Coase
mendemonstrasikan bahwa inefisiensi dalam ekonomi neoklasik bisa terjadi bukan hanya
karena akibat dari adanya struktur pasar yang tidak sempurna atau penjelasan standar lainnya,
melainkan karena adanya kehadiran secara implisit biaya transaksi.

Sebagai contoh dalam kasus monopoli, inefisiensi bukan hanya disebabkan oleh struktur
pasar yang terkonsentrasi, melainkan juga disebabkan karena kesulitan pihak monopolis
menentukan jumlah pembeli dan harus menegosiasikan di antara mereka. Sedangkan pada
kasus eksternalitas, inefisiensi terjadi apabila biaya sosial produksi melebihi biaya pribat
produksi (eksternalitas negatif) sehingga menyebabkan perusahaan tidak mampu memberikan
kompensasi bagi tambahan biaya tersebut.
2
Terdapat beberapa cara untuk memahami biaya produksi. Definisi yang paling umum
ditemukan adalah bahwa aktivitas ini menciptakan manfaat pada masa sekarang dan masa
mendatang (faktor – faktor produksi) ke dalam output. Di antara input – input untuk proses
produksi, ahli ekonomi memasukkan faktor produksi tanah, tenaga kerja, modal, dan kategori
yang lebih sulit dipahami yang disebut kewiraswastaan. Sedangkan transaksi sebagai unit
analisis juga memiliki beberapa definisi. Salah satu definisinya adalah bahwa transaksi terjadi
apabila barang dan jasa ditransfer melalui teknologi yang terpisah. Satu tahap aktivitas
berhenti dan tahap yang lain dimulai. Coase pada tahu 1988 menulis sebuah buku dan
mengatakan bahwa jika pekerja pindah dari departemen atau sebuah divisi Y ke divisi X,
maka dia tidak pindah karena adanya perubahan harga relative (yang lebih menguntungkan),
namun pegawai tersebut pindah karena ia diminta untuk melakukannya. Ahli lainnya yaitu
Commons menyimpulkan bahwa unit terakhir dari sebuah aktivitas harus mengandung ketiga
prinsip, yaitu adanya konflik, hubungan saling menguntukngkan, dan ketertiban atau order.
Unit itu tidak lain adalah transaksi.

Literatur ekonomi memberikan definisi serta pengertian yang bermacam – macam mengenai
pengertian dari biaya transaksi. Namun, sebagian besar penulis menggantungkan pada
definisi – definisi yang sesuai dengan konseptualisasi teoritis dan/atau yang relevan dengan
kasus empirisnya.

Secara singkat dapat diartikan bahwa biaya transaksi adalah ongkos untuk melakukan
kegiatan berupa negosiasi, melakukan pengukuran, serta memaksakan pertukaran. Pengertian
lainnya adalah (Mburu 2002: 42) biaya transakso dapat diartikan untuk memasukkan tiga
kategori yang lebih luas, diantaranya adalah:
• Biaya pencarian dan informasi
• Biaya negosiasi dan keputusan atau mengeksekusi kontrak
• Biaya pengawasan, pemaksaan, dan pemenuhan atau pelaksanaan

Lebih detal, proses negosiasi bisa terjadi dalam kurun waktu yang sangat panjang dan
mengeluarkan banyak biaya. Seluruh pelaku pertukaran harus melakukan tawar menawar
antara satu dengan yang lainnya. Hal lainnya disampaikan oleh Furubotn dan Richter yang
dikutip oleh Benham and Benham yang menunjukkan bahwa biaya transaksiu merupakan

3
ongkos atau biaya untuk menggunakan pasar dan biaya yang dikeluarkan untuk memakai hak
untuk memberikan pesanan di dalam perusahaan.

Secara lebih spesifik lagi, biaya transaksi pasar atau market transaction costs dapat
dikelompokkan lagi, yaitu:

• Biaya menyiapkan kontrak (biaya pencarian atau searching dan informasi)


• Biaya mengeksekusi kontrak (biaya negosiasi serta pengambilan keputusan)
• Biaya pengawasan atau monitoring dan pemaksaan kewajiban yang tertuang dalam
kontrak

II. RASIONALITAS TERBATAS DAN PERILAKU OPORTUNISTIK

Dua asumsi perilaku di mana analisis biaya transaksi beroperasi dan tanpa asumsi ini studi
tentang organisasi ekonomi bakal tidak terarah adalah rasionalitas terbatas dan perilaku
oportunis yang secara umum termanifestasikan dalam wujud menghindari kerugian,
penyimpangan moral, penipuan, melalaikan kewajiban, dan bentuk – bentuk perilaku
strategis lain untuk menjelaskan pilihan sistem kontrak dan struktur kepemilikan perusahaan.
Sedangkan pengertian dari Bounded Rationality sendiri adalah tingkat dan batas kesanggupan
seorang individu untuk menerima, menyimpan, mencari kembali, dan memproses sebuah atau
berbagai informasi tanpa kesalahan.
Adapun konsep bounded rationality ini didasarkan pada dua prinsip, diantaranya adalah:
a. Individu atau kelompok yang terdiri dari beberapa individu, memiliki batas – batas
kemampuan untuk memproses dan menggunakan informasi yang tersedia. Kapasitas
komputasi (perhitungan) yang terbatas ini eksis karena kesulitan dalam memahami dan
memanipulasi data yang terlibat dalam suatu situasi biasa (trivial). Singkatnya adalah
informasi yang tersedia sangat kompleks untuk dapat dikelola
b. Tidak mungkin menyatakan bahwa semua negara di dunia dan semua hubungan sebab akibat
yang relevan dapat diidentifikasi (sehingga kemungkinan dapat dikalkulasi) dengan
bersandarkan kepada kejadian sebelumnya. Implikasinya, setiap pelaku ekonomi akan selalu
menghadapi informasi yang tidak lengkap atau incomplete information, atau dengan kata lain
terjadi ketidakpastian informasi atau informational uncertainty.

4
Sedangkan perilaku oportunistik adalah upaya untuk memperoleh keuntungan dengan melalui
praktik yang tidak jujur dalam kegiatan transaksi. Namun laba yang diperoleh dari
keuntungan yang bersifat keunggulan produktif (contoh: lokasi yang unik serta strategis dan
keterampilan yang berbeda) tidak dapat dianggap sebagai sikap oportunistis. Akan selalu
terjadi trade off antara biaya koordinasi dan hierarki dalam sebuah organisai, antara biaya
transaksi dan pembuatan kontrak di pasar. Trade off terjadi tergantung dengan besarnya biaya
transaksi atau yang dalam istilah Bahasa inggris disebut sebagai magnitude of transaction
costs. Untuk mempermudah atau menyulitkan proses pembuatan kontrak tersebut, bentuk –
bentuk kontrak biasanya ditentukan oleh tingkat dan sifat biaya transaksi, yang eksistensinya
dipengaruhi oleh keberadaan informasi yang tidak sempurna (yang implisit selalu ada dalam
proses transaksi). Melalui cara pandang ini, inti dari ekonomi biaya transaksi tidak lain
adalah biaya – biaya yang muncul berkenaan dengan informasi. Dalam posisi ini, ekonomi
biaya transaksi berusaha untuk memahami permainan (interplay) antara faktor – faktor
kelembagaan dengan pertukaran pasar dan nonpasar di bawah asumsi adanya biaya transaksi
(positive transaction cost). Maka, desain kelembagaan pertukaran tersebut pada akhirnya
akan menentukan seberapa besar tingkat biaya transaksi yang ditimbulkan.

Lebih dalam lagi, seorang ahli bernama North menolak asumsi adanya informasi yang
sempurna serta pertukaran tanpa biaya atau costless exchange dibuat oleh model pasar
persaingan sempurna. Sebaliknya, North emlihat adanya ‘biaya transaksi’ da;am pertukaran
akibat adanya informasi yang tidak sempurna. North menyatakan bahwa ‘biaya mencari
informasi merupakan kunci dari biaya transaksi, yang terdiri dari biaya untuk mengerjakan
pengukuran kelengkapan – kelengkapan atau attributes yang dipertukarkan dan menegakkan
kesepakatan atau enforcing agreements. Oleh karena itu, agar pertukaran atau perdagangan
bisa terjadi dengan biaya transaksi yang murah, masing – masing pelaku ekonomi harus
mengeluarkan sumber daya dalam tiga wilayah yang tergolong kegiatan kontrak.

• Mengukur atribut yang bisa dinilai sehingga proses pertukaran atau transaksi terjadi. Dalam
hal ini cukup penting (dalam perspektif ekonomi kelembagaan baru) untuk mengetahui
bahwa barang dan jasa tersebut tidak homogen, tetapi memiliki atribut yang bervariasi.
Dalam kasus pemasaran sektor pertanian, misalnya, atribut yang paling penting berhubungan
dengan kualitas produk yng dipertukarkan. Sering kali, kegiatan pertukaran gagal dieksekusi

5
karena masing – masing pihak (pelaku ekonomi) tidak memiliki informasi yang lengkap
tentang atribut barang dan jasa tersebut.
• Melindungi hak – hak terhadap barang dan jasa yang telah dipertukarkan
• Meregulasi dan menegakkan kesepakatan

III. BIAYA TRANSAKSI DAN EFISIENSI EKONOMI

North berargumentasi bahwa dalam sebuah komunitas pedesaan di negara yang sedang
berkembang, biaya transaksi yang ada pada umumnya rendah. Terjadinya hal ini dikarenakan
adanya kedekatan hubungan dalam komunitas masyarakat tersebut (keluarga atau tetangga)
sehingga informasi mengenai aktivitas yang terjadi dalam komunitas terjadi secara luas dan
bebas. Sementara, struktur sosial (orang tua dan figure kepemimpinan lainnya yang
dihormati) memberikan mekanisme yang amat penting bagi penegakkan kesepakatan dan
memberikan resolusi yang apabila ada konflik diantara anggota komunitas. Namun, agar
aktivitas ekonomi dapat terus berjalan dan memperoleh jangkauan yang lebih luas lagi,
masyarakat harus melakukan interaksi dan transaksi ekonomi diluar komunitas desa atau
lingkungan kecilnya. Semakin kompleks dan luas jaringan perdagangan, maka transaksi biaya
yang muncul akan semakin tinggi. Lebih lanjut lagi, apabila biaya transaksi terlalu tinggi,
maka kegiatan perdagangan tidak akan terjadi dan ekonomi menjadi stagnan. Maka,
tantangan pembangunan ekonomi adalah untuk mengurangi atau memperkecil biaya transaksi
pada saat melakukan perdagangan yang semakin kompleks dan hal ini akan dapat dicapai
apabila desain pembangunan kelembagaan yang dibuat memang mendukung kegiatan
perdagangan, yaitu melalui penyediaan informasi, melindungi hak kepemilikan, serta
menyiapkan mekanisme yang efektif untuk menegakkan kesepakatan.

Selain itu, besaran biaya transaksi juga dapat terjadi karena adanya beberapa penyimpangan,
diantaranya adalah:
a. Penyimpangan pengukuran atas tugas yang kompleks dan prinsip yang beragam
b. Penyimpangan atas lemahnya jaminan hak kepemilikan
c. Penyimpangan intertemporal, yang dapat berbentuk kontrak yang timpang,
responsivitas waktu yang nyata, ketersembunyian informasi yang panjang,
penyalahgunaan strategis

6
d. Penyimpangan yang muncul karena kelemahan dalam kebijakan kelembagaan yang
berhubungan dengan pembangunan dan reformasi ekonomi
e. Kelemahan yang dirujuk oleh James Wilson sebagai sovereign transactions

Maka dapat disimpulkan bahwa akar dari seluruh masalah ini adalah informasi yang kurang
sempurna. Kontraktor berusaha untuk membuat keputusan rasional, yaitu keputusan
berdasarkan informasi atau informed decisions namun dibatasi oleh adanya kesenjangan pada
informasi yang tersedia sehingga menyebabkan terbatasnya kemampuan mereka untuk dapat
memproses sejumlah informasi yang kompleks serta rumit tersebut. Maka dari itu, biaya
kontrak yang telah diidentifikasi oleh North ditambahkan atau diperbaiki kekurangannya oleh
Williamson dengan biaya adaptasi. Adapun biaya adaptasi meliputi:

a. Biaya yang ditimbulkan ketika kontrak yang sudah terjadi mengalami perpindahan ke
situasi sub-optimal di bawah kondisi yang diharapkan
b. Biaya negosiasi untuk mendapatkan skema kontrak yang lebih baik dari pihak lain
c. Biaya arbitrasi atau pergi ke pengadilan apabila terjadi sengketa atau adanya perselisihan

IV. DETERMINAN DAN VARIABEL BIAYA TRANSAKSI

Permasalahan utama dalam biaya transaksi adalah pengukuran. Walaupun berbagai studi
empiris sudah dilakukan, beberapa kerancuan dalam definisi masih ada dan hasil yang
didapatkan tidak dapat memuaskan semua pihak. Beberapa studi tersebut, misalnya,
dikerjakan oleh Wallis dan North yang berusaha untuk memisahkan biaya transaksi, yang
dipahami sebagai biaya sektor transaksi dalam perekonomian di Amerika Serikat, dimana
biaya transaksi itu tidak tergambar secara langsung dalam transaksi nasional.

Adapun faktor – faktor yang biasanya mempengaruhi besarnya biaya transaksi dapat
dikelompokkan kedalam 3 (tiga) hal berikut, diantaranya adalah:
a. What: the identity of bundle of rights.
Hal – hal atau komoditas memiliki banyak atribut yang nilai, pengukuran, kebijakan, serta
pemaksaannya beragam dari satu jenis dengan tipe yang lain. Kesulitan dalam memperoleh
informasi yang lengkap untuk mengidentifikasi variabilitas ini secara langsung juga
mendeskripsikan bagaimana sulitnya menggambarkan hak – hak ini dan tentu saja hal ini
memengaruhi biaya di dalam pertukaran.
b. Who: to identify of agents involved in the exchanges.
7
Hal ini dekat dengan faktor – faktor manusia yang muncul dalam asumsi Williamson (1975),
yaitu mengenai rasionalitas terbatas atau terikat (yang mewartakan keterbatasan fisik tentang
kemampuan manusia untuk menerima, menyimpan, mencari, memproses informasi, dan batas
– batas bahasa dalam penyampaian pengetahuan kepada orang lain), oportunisme, dan
terjepitnya atau kurangnya informasi
c. How: the institutions, technical and social, governing the exchange and how to organize the
exchanges
Dalam hal ini, pasar diandaikan atau dianggap sebagai kelembagaan untuk memfasilitasi
proses pertukaran, yang keberadaannya dibutuhkan untuk mengurangi biaya pertukaran,
sedangkan perusahaan atau firms juga dapat dianggap sebagai kelembagaan yang
memfasilitasi pertukaran yang saling menguntungkan (mutual exchange). Dalam keadaan
seperti ini atau dalam posisi seperti ini, jika biaya transaksi melalui pasar dianggap tidak ada
atau zero, maka sebetulnya tidak ada yang dinamakan pasar, demikian halnya apabila biaya
koordinasi didalam firms adalah nol, maka sesungguhnya tidak ada yang dinamakan
perusahaan.

Berdasarkan dari penjelasan mengenai definisi serta faktor – faktor yang mempengaruhi
besaran biaya transaksi sebelumnya, setidaknya terdapat 4 (empat) determinan penting dari
biaya transaksi sebagai unit analisis (Beckman, 2000:16):
a. Hal apa yang dianggap atau disebut sebagai atribut perilaku yang melekat pada setiap pelaku
ekonomi, yaitu rasionalitas terbatas atau terikat dan oportunisme
b. Sifat yang berkenaan dengan atribut dari transaksi, yaitu spesifisitas aset, ketidakpastian, dan
frekuensi
c. Hal – hal yang berkaitan dengan struktur tata kelola kegiatan ekonomi, yaitu pasar, hybrid,
hierarki, dan pengadilan, regulasi, birokrasi publik
d. Faktor yang berdekatan dengan aspek lingkungan kelembagaan, seperti misalnya hukum
kepemilikan, kontrak, serta budaya

Dalam kenyataannya, keempat determinan atau faktor yang menentukan tersebut bisa
diturunkan menjadi berbagai variabel yang bisa menuntun setiap peneliti untuk melakukan
pengukuran. Namun, tetap merupakan hal yang sulit untuk melakukan pengukuran tersebut
walaupun variabel – variabel yang tersedia sudah jelas. Walaupun begitu, walaupun
dibutuhkan deskripsi yang lebih rinci dibanding yang dilakukan oleh pendekatan neoklasik,
penilaian atau pengukuran yang relative kasar atau crude assessment sudah dianggap cukup.
8
Yang terakhir adalah, dalam hal menginvestigasi aplikasi ekonomi biaya transaksi adalah
bermanfaat apabila dapat dibedakan berdasarkan tingkatan – tingkatan analisis yang
berlainan.

Menurut Eggertsson, level analisis dapat dikelompokkan dengan berbasis pada variabel
eksogen atau variabel endogen (Fahlbeck, 1996:2-3). Pada level pertama, hak kepemilikan
dan organisasi dimodelkan secara eksplisit, tetapi diperlakukan secara eksogen. Implikasi dari
hak kepemilikan dan organisasi tersebut terhadap sistem ekonomi menjadi perhatian utama.
Dalam hal ini, fungsi obyektif agen dapat diragamkan atau bervariasi dan sistem aturan yang
berbeda dibandingkan, tetapi hak – hak kepemilikan maupun pelaku diperlakukan tidak
sebagai endogen. Pada level kedua, struktur organisasi adalah endogen, tetapi hak – hak
kepemilikan atau kelembagaan diperlakukan secara eksogen. Pertukaran di dalam perusahaan
dan di pasar dianalisis dengan memakai instrument kontrak yang dapat menekan agen. Pada
level ketiga, dilakukan berbagai upaya untuk mengendogenkan, baik aturan politik, sosial
maupun struktur kelembagaan politik dengan jalan memperkenalkan konsep biaya transaksi.
Walau proses tersebut rumit, namun sangat bermanfaat untuk menunjukkan pada level mana
analisis biaya transaksi yang sedang dikerjakan.

Konsep biaya transaksi yang rumit tersebut lalu diderivasi dalam bentuk variabel – variabel
yang mudah diukur, maka dibentuklah formula biaya transaksi sebagai berikut:

a. Biaya transaksi = biaya tetap + biaya variabel


b. Biaya tetap = komisi + transfer fees + pajak
c. Biaya variabel = biaya eksekusi + biaya oportunitas
d. Biaya eksekusi = price impact + market timing costs
e. Biaya oportunitas = hasil yang diinginkan – pendapatan actual – biaya eksekusi – biaya tetap

Dalam bentuk yang lain, UNDP mengidentifikasi biaya transaksi menjadi 3 (tiga) komponen,
diantaranya adalah:

a. Biaya administrasi
b. Biaya tidak langsung
c. Biaya oportunitas

Adapun kategorisasi ini cocok apabila diterapkan untuk menilai atau melakukan pengukuran
pada besaran – besaran makro dalam perekonomian, misalnya pertumbuhan ekonomi, utang
luar negeri, dan lain sebagainya. Namun, apabila perhitungan atau pengukuran hendak
9
dilakukan pada level perusahaan, maka diperlukan perincian atau komponen biaya transaksi
yang lebih detail.

Dalam mengukur variabel biaya transaksi pada firm level, kategorisasi yang dilakukan adalah
sebagai berikut:

a. Organisasi tenaga kerja dan pengguna


b. Mengolah informasi
c. Koordinasi pemasok, biaya – biaya akuisisi
d. Memotivasi pelanggan
e. Mengelola distributor
f. Memuaskan pemegang saham dan peminjam
g. Fee, komisi, cukai, dan pajak
h. Penelitian dan pengembangan
i. Biaya – biaya penjualan, umum, dan administratif yang didalamnya termasuk:
• Pemasaran
• Penjual
• Manajemen
• Iklan
• Pelatihan
• Biaya–biaya teknologi informasi

10
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
1. Ekonomi biaya transaksi atau transaction cost economics adalah salah satu cara atau
alat analisis yang populer dalam ilmu ekonomi kelembagaan. Adapun kegunaan dari alat
analisis biaya transaksi ini banyak digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi sebuah desain
kelembagaan.
2. Rasionalitas terbatas dan perilaku oportunis yang secara umum termanifestasikan
dalam wujud menghindari kerugian, penyimpangan moral, penipuan, melalaikan kewajiban,
dan bentuk – bentuk perilaku strategis lain untuk menjelaskan pilihan sistem kontrak dan
struktur kepemilikan perusahaan.
3. Agar aktivitas ekonomi dapat terus berjalan dan memperoleh jangkauan yang lebih
luas lagi, masyarakat harus melakukan interaksi dan transaksi ekonomi diluar komunitas desa
atau lingkungan kecilnya. Semakin kompleks dan luas jaringan perdagangan, maka transaksi
biaya yang muncul akan semakin tinggi. Lebih lanjut lagi, apabila biaya transaksi terlalu
tinggi, maka kegiatan perdagangan tidak akan terjadi dan ekonomi menjadi stagnan.
4. Terdapat 4 (empat) determinan penting dari biaya transaksi sebagai unit analisis
(Beckman, 2000:16) yaitu hal apa yang dianggap atau disebut sebagai atribut perilaku yang
melekat pada setiap pelaku ekonomi, yaitu rasionalitas terbatas atau terikat dan oportunisme,
sifat yang berkenaan dengan atribut dari transaksi, yaitu spesifisitas aset, ketidakpastian, dan
frekuensi, hal – hal yang berkaitan dengan struktur tata kelola kegiatan ekonomi, yaitu pasar,
hybrid, hierarki, dan pengadilan, regulasi, birokrasi publik, dan faktor yang berdekatan
dengan aspek lingkungan kelembagaan, seperti misalnya hukum kepemilikan, kontrak, serta
budaya

11
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin. 2008. Lembaga Keuangan Mikro. Yogyakarta: Andi


Yustika, A. E. 2012. Ekonomi Kelembagaan: Paradigma, Teori, dan Kebijakan . Penerbit
Erlangga

12

Anda mungkin juga menyukai