Dosen Pengampu: Prof. Dr. Dra. Ida Ayu Nyoman Saskara, M.Si.
Anggota Kelompok 3:
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia dan
rahmat-Nya, tugas makalah dengan judul “Teori Ekonomi Biaya Transaksi” dapat selesai
dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Ekonomi Kelembagaan dengan dosen pengampu Prof. Dr. Dra. Ida Ayu Nyoman
Saskara, M.Si.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Dra. Ida Ayu Nyoman
Saskara, M.Si. selaku dosen pada mata kuliah Ekonomi Kelembagaan yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, guna
untuk menyempurnakan makalah dimasa yang akan datang. Kami berharap semoga makalah
ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teori ekonomi kelembagaan merupakan hasil dari adanya teori biaya transaksi yang
muncul akibat kegagalan pasar. Menurut Stone et al. (1996: 97), pasar yang selalu berjalan
tanpa biaya apapun (costless) karena pembeli (costumer) memiliki informasi yang sempurna
dan penjual saling berkompetisi sehingga menghasilkan harga yang rendah. Tetapi dalam
dunia nyata, fakta adalah sebaliknya di mana informasi bisa sangat asimetris sehingga
memunculkan biaya transaksi. Informasi sangat dibutuhkan oleh setiap pelaku ekonomi
karena para pelaku ini akan selalu menghadapi informasi yang tidak lengkap (incomplete
information), atau dengan kata lain terjadi ketidakpastian informasi (informational
uncertainty) (Dietrich, 1994: 19). Oleh karena itu, biaya mencari informasi merupakan kunci
dari biaya transaksi, seperti mencari informasi untuk menentukan harga pasar. Menurut
Shelanski dan Klein (1995), harga pasar merupakan insentif terkuat untuk mengeksploitasi
keuntungan sebanyak-banyaknya, dan pelaku pasar dengan cepat beradaptasi dengan
perubahan informasi akan keadaan melalui perubahan harga.
Biaya transaksi dan biaya produksi jelaslah berbeda. (Biaya) produksi sendiri
didefinisikan sebagai aktivitas menciptakan manfaat pada masa sekarang dan mendatang
(faktor-faktor produksi) ke dalam output. Adapun rasionalitas terbatas dan perilaku
oportunistik yang menjadi asumsi perilaku dimana analisis biaya transaksi beroperasi.
Rasionalitas terbatas ( bounded rationality) merujuk kepada tingkat dan batas kesanggupan
individu untuk menerima, menyimpan, mencari kembali, dan memproses informasi tanpa
kesalahan. Sedangkan perilaku oportunistik adalah upaya untuk mendapatkan keuntungan
melalui praktek yang tidak jujur dalam kegiatan transaksi.
Biaya transaksi sebenarnya tidak lain adalah biaya-biaya yang muncul berkenaan
dengan informasi, dan agar pertukaran atau perdagangan bisa terjadi dengan biaya transaksi
yang murah, masing-masing pelaku ekonomi harus mengeluarkan sumber daya. Faktor yang
paling penting yang memengaruhi besaran biaya transaksi adalah sifat hak-hak kepemilikan
di dalam masyarakat. Ahli-ahli kelembagaan mempercayai bahwa adanya perubahan
kesepakatan kelembagaan mengenai hak-hak kepemilikan akan memberikan dampak
terhadap pencapaian ekonomi.
Teori ekonomi biaya transaksi berusaha untuk menganalisis organisasi dari perspektif
manusia kontraktual (contractual man) yang didasarkan pada asumsi rasionalitas terbatas dan
1
potensi oportunisme dalam diriindividu (Baudry & Chassagnon, 2010). Singkatnya, teori
biaya transaksimenggunakan transaksi sebagai basis unit analisis sedangkan teori
neoklasikmemakai produk sebagai dasar unit analisisCoase dalam Moss (2013) mengatakan
bahwa biaya transaksi adalah biaya yang tidak dapat terhindarkan. Setiap pertukaran yang
terjadi baik pertukaran barang/jasa ataupun pertukaran informasi akan menghasilkan sebuah
biaya pertukaran yaitu biaya transaksi. Keberadaan biaya transaksi akan membuat
pengalokasian dana untuk biaya yang harus dikeluarkan akan semakin bertambah. Namun hal
ini dapat berkontribusi dalam perbaikan usaha itu sendiri sebab dengan teridentifikasinya
biaya transaksi maka keuntungan usaha bisa dikendalikan dengan baik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Dan Makna Biaya Transaksi
Transaksi adalah transfer/perpindahan barang dari satu tahap ke tahap lain melalui
teknologi yang terpisah. Satu tahapan selesai dan tahap berikutnya dimulai (Williamson, 1985).
Sedangkan menurut Richter dan Furubotn (2000), transaksi merupakan perpindahan barang,
jasa, informasi, pengetahuan dan lain-lain dari satu tempat (komunitas) ke tempat (komunitas)
lain atau pemindahan barang dari produsen ke konsumen, atau pemindahan barang dari satu
individu ke individu yang lain yang dimana hingga tercapainya sutu kesepakatan dan kedua
belah sama-sama diuntungkan. Hal ini disebut trsansaksi fisik/delivery .
Definisi biaya transaksi menurut Oliver Williamson adalah sebagai biaya untuk
menjalankan sistem ekonomi (Williamson, 1985). Doglas North menyebutnya sebagai biaya
untuk menspesifikasi dan memaksakan kontrak yang mendasari pertukaran, sehingga dengan
sendirinya mencakup biaya organisasi politik dan ekonomi. Biaya transaksi juga dapat
dikatakan sebagai suatu biaya yang seharusnya tidak ada atau termasuk biaya pemaksaan.
Dengan demikian, meliputi biaya negosiasi, mengukur dan memaksakan pertukaran (North,
1991). Menurut Mburu (2002), biaya pencarian informasi dan biaya pengawasan, pemaksaan
(enforcement) dan biaya pelaksanaan (Mburu, 2002).
Biaya transaksi dapat dikatakan juga sebagai suatu biaya yang muncul setelah terjadi
kegiatan pertukaran. Pertukaran ini dapat berupa pertukaran barang/jasa yang akan dijual
ataupun pertukaran informasi mengenai harga barang/jasa atau informasi lainnya yang
menyangkut tentang keberlanjutan usaha. Keberadaan biaya transaksi akan meningkatkan total
biaya yang dikeluarkan dalam sebuah usaha sehingga akan berpengaruh terhadap keuntungan
usaha. Keuntungan yang relatif besar akan mendorong terjadinya investasi aset atau
pembentukan modal. Biaya transaksi bersifat ubiqiutous yang berarti bahwa biaya transaksi
berada dimana-mana sehingga dikatakan bahwa biaya transaksi merupakan biaya yang tidak
dapat dihindarkan.
Richter dan Furubotn (2000) membagi biaya transaksi menjadi tiga jenis, sesuai dengan
jenis transaksinya, yaitu:
3
1. Market Transaction Cost
Market transaction cost merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan agar barang/jasa
bisa sampai ke pasar. Yang termasuk ke dalam market transaction cost diantaranya:
a. Biaya persiapan kontrak (biaya pencarian/pengadaan informasi), seperti biaya iklan,
mendatangi calon customer, mengikuti pameran, pasar mingguan, biaya komunikasi
(post, telepon, dll), harga barang yang sama yang diminta oleh beberapa supplier, biaya
pengujian kualitas, biaya mencari pegawai yang berkualitas.
b. Biaya pembuatan kontrak (biaya bargaining/negosiasi dan pembuatan keputusan), yang
meliputi biaya yang dikeluarkan agar informasi yang dikumpulkan bermanfaat, biaya
konsultan, dll.
c. Biaya monitoring dan penegakan kontrak (biaya supervisi dan penegakan kesepakatan),
meliputi biaya yang dikeluarkan untuk mengawasi pengiriman barang agar sampai tepat
waktu, mengukur kualitas dan jumlah produk yang ditransaksikan, biaya penegakan
kontrak agar berjalan sesuai kesepakatan.
2. Managerial Transaction Cost
Merupakan biaya yang terkait dengan upaya menciptakan keteraturan, contohnya:
a. Biaya membuat, mempertahankan atau mengubah rancangan/struktur organisasi, meliputi
biaya personal management, IT, mempertahankan kemungkinan pengambil alihan pihak
lain, public relation, dan lobby.
b.Biaya menjalankan organisasi, meliputi: biaya informasi, biaya pembuatan keputusan,
pengawasan pelaksanaan perintah sesuai keputusan, mengukur kinerja pegawai, biaya
agen, manajemen informasi. Termasuk juga biaya pemindahan barang intra perusahaan.
3. Political Transaction Cost
Merupakan biaya yang terkait dengan pembuatan tata aturan/kelembagaan (public goods)
sehingga transaksi pasar dan manajerial bisa berlangsung dengan baik. Biaya ini meliputi:
a. Biaya pembuatan (setting up), pemeliharaan, pengubahan organisasi politik formal dan
informal, seperti biaya penetapan kerangka hukum, struktur administrasi pemerintahan,
militer, sistem pendidikan, pengadilan dll.
b. Biaya menjalankan bentuk pemerintahan, peraturan pemerintah atau masyarakat yang
bertata negara, seperti biaya legislasi, pertahanan, administrasi hukum, pendidikan,
termasuk didalamnya semua biaya pencarian/pengumpulan dan pengolahan informasi
4
yang diperlukan agar tata pemerintahan dapat berjalan. Biaya upaya pelibatan
masyarakat dalam proses politik termasuk ke dalam transaksi politik.
5
• Atribut aktor/pelaku yang melekat (rasionalitas terbatas dan oportunisme) menentukan
besaran biaya transaksi
• Sifat/atribut transaksi (spesifitas asset, ketidakpastian, frekuensi)
• Dipengaruhi hal-hal yang berkaitan dengan struktur tata kelola (market, hierarki, hybrid,
regulasi, dan lain-lain
Rasionalitas terbatas dan perilaku oportunitis secara umum terwujud untuk menghidari
kerugian, penyimpangan moral, penipuan, melalaikan kewajiban, dan bentuk-bentuk
perilaku strategis lainnya (Wiliamson, 2005; dalam Rossiaud dan Locatelli, 2010;5).
Rasionalitas yang terbatas (bounded rationality) ditandai dengan aktivitas mencari dan
memuaskan. Alternatif dicari dan dievaluasi secara berurutan. Jika sebuah alternatif telah
memenuhi kriteria minimum secara implisit maupun eksplisit, maka alternatif tersebut
dikatakan memuaskan dan pencarian selesai. Perilaku oportunitis adalah upaya
mendapatkan keuntungan dengan cara yang tidak jujur melalui kegiatan transaksi.. Tanpa
adanya asumsi rasionalitas terbatas dan perilaku oportunistik ini organisasi ekonomi tidak
6
dapat memiliki arah. Rasionalitas terbatas merujuk pada tingkat atau batas kesanggupan
individu dalam menerima, menyimpan, mencari kembali, dan memproses informasi tanpa
kesalahan. Konsep ini didasarkan pada dua prinsip, yaitu :
1. Individu atau kelompok memiliki batas kemampuan dalam memproses dan menggunakan
informasi yang ada.
2. Tidak mungkin semua negara di dunia dan semua hubungan kausalitas yang relevan dapat
diidentifikasi. Akibatnya, pelaku ekonomi menghadapi informasi yang tidak lengkap
(incomplete information) dan ketidakpastian informasi (uncertainty information)
7
kadang-kadang mitra berjanji untuk melakukan sesuatu tanpa benar-benar mereka lakukan
nantinya
8
(v) kelemahan integritas (probity), yang dirujuk oleh James Wilson (1989) sebagai 'sovereign
transactions' (Williamson, 1998:76).
Adanya kesenjangan informasi yang tersedia membatasi kemampuan mereka untuk
memproses sejumlah informasi yang kompleks. Oleh karena itu, biaya kontrak yang telah
diidentifikasi oleh North ditambahkan oleh Williamson dengan biaya adaptasi. Biaya adaptasi
itu meliputi:
(i) biaya yang ditimbulkan ketika kontrak yang sudah terjadi mengalami perpindahan ke situasi
sub-optimal di bawah kondisi yang diharapkan;
(ii) biaya negosiasi untuk mendapatkan skema kontrak yang lebih baik dari pihak lain; dan (iii)
biaya arbitrase atau pergi ke pengadilan apabila terjadi sengketa/ perselisihan (Poulton et. al.,
1998:14).
9
memuaskan semua pihak. Beberapa-studi tersebut, misalnya, dikerjakan oleh Wallis dan North
yang berusaha untuk memisahkan biaya transaksi, yang dipahami sebagai biaya sektor
transaksi (transaction sector) dalam perekonomian di Amerika, di mana biaya transaksi itu
tidak tergambarkan secara langsung dalam transaksi nasional. Demzets juga melakukan
pengukuran langsung dan memperkirakan biaya transaksi dengan menggunakan pasar
keuangan yang terorganisasi, dengan mempertimbangkan perbedaan antara tingkat penjualan
dan pembelian apabila dengan menambahkan biaya untuk broker (broker fee). Sebaliknya,
Williamson menggunakan metode pengukuran secara tidak langsung. Dia memfokuskan pada
hubungan khusus antara investasi spesifik (misalnya dalam bentuk kontrak yang telah
disepakati) sebagai pengukuran biaya transaksi. Ide utamanya adalah bahwa sifat struktur
kelembagaan (dan hak-hak kepemilikan) sangat mempengaruhi level biaya transaksi. Joskow,
mengikuti pendekatan yang hampir sama, menggambarkan. pentingnya kesepakatan
kelembagaan (institutional arrangements) dalam penciptaan biaya transaksi, yang bersumber
dari masalahnya berdasarkan pengalaman pabrik pembangkit listrik (seperti yang dikutip oleh
Furubotn dan Richter, 1991:10-11). Dari studi-studi tersebut, deskripsi yang bisa dirasakan
adalah bahwa pengukuran biaya transaksi merupakan masalah pelik sehingga diperlukan
pemahaman yang sama mengenai definisi, determinan, dan variabel yang seragam dari biaya
transaksi. Pada titik inilah, mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan besarnya biaya
transaksi menjadi penting untuk diketahui.
Seperti diungkapkan oleh Zhang (2000: 288), faktor-faktor yang mempengaruhi
besarnya biaya transaksi pada umumnya bisa dikelompokkan dalam tiga hal berikut.
(i) What: the identity of bundle of rights. Hak-hak (atau komoditas) memiliki banyak atribut
yang nilai, pengukuran, kebijakan, dan pemaksaannya beragam dari satu jenis dengan tipe yang
lain. Kesulitan mendapatkan informasi yang lengkap untuk mengidentifikasi variabilitas ini
secara langsung juga mendeskripsikan bagaimana sulitnya menggambarkan hak-hak ini
(Barzel, da te (B 1997), dan tentu saja hal ini mempengaruhi biaya di dalam pertukaran.
(ii) Who: to identify of agents involved in the exchanges. Ini erat dengan faktor- faktor
manusia yang muncul dalam asumsinya Williamson (1975), yakni rasionalitas terbatas/terikat
(yang mewartakan keterbatasan fisik tentang kemampuan manusia untuk menerima,
menyimpan, mencari, memproses informasi, dan batas-batas bahasa dalam penyampaian
pengetahuan kepada orang lain), oportunisme, dan terjepitnya/kurangnya informasi
(information impactedness).
(iii) How: the institutions, technical and social, governing the exchange and how to organize
the exchanges. Dalam hal ini, pasar diandaikan sebagai kelembagaan untuk memfasilitasi
10
proses pertukaran, yang keberadaannya dibutuhkan untuk mengurangi biaya pertukaran,
sedangkan perusahaan/firms (atau keluarga/families) juga dapat dianggap sebagai
kelembagaan yang memfasilitasi pertukaran yang saling menguntungkan (mutual exchange).
Dalam preposisi ini, jika biaya transaksi melalui pasar dianggap tidak ada (zero), maka
sebetulnya tidak ada yang namanya pasar; demikian halnya bila biaya koordinasi di dalam
perusahaan adalah nol, maka sesungguhnya tidak ada yang namanya perusahaan.
Dengan ilustrasi dan penjelasan tersebut, sebetulnya determinan dari biaya transaksi
sudah bisa diformulasikan. Berdasarkan penjelasan tentang definisi dan faktor-faktor yang
mempengaruhi besaran biaya transaksi di atas, setidaknya terdapat empat determinan penting
dari biaya transaksi sebagai unit analisis (Beckman, 2000:16;):
1. Apa yang disebut sebagai atribut perilaku yang melekat pada setiap pelaku ekonomi
(behavioral attributes of actors), yaitu rasionalitas terbatas/terikat (bounded rationality) dan
oportunisme (opportunism).
2. Sifat yang berkenaan dengan atribut dari transaksi (arttibutes of the transaction), yaitu
spesifisitas aset (asser specificity), ketidakpastian aktor- (uncertainty), dan frekuensi
(frequency).
3. Hal-hal yang berkaitan dengan struktur tata kelola kegiatan ekonomi (governance
structures), yaitu pasar (market), hybrid, hirarki (hierarchy); yakni proses dan pengadilan
(courts), regulasi (regulations), birokrasi publik (public bureaucracy).
4. Faktor yang berdekatan dengan aspek lingkungan kelembagaan (institutional environment),
yaitu hukum kepemilikan, kontrak, dan budaya.
Dalam praktiknya, keempat determinan tersebut bisa diturunkan menjadi variabel-
variabel yang bisa menuntun setiap peneliti untuk melakukan pengukuran (measurement).
11
Bagaimakah konsep biaya transaksi yang sedemikian kompleks tersebut bisa diderivasi dalam
bentuk variabel-variabel yang mudah untuk diukur? Collins dan Fabozzi (1991:28)
menjelaskan jawaban atas pertanyaan tersebut melalui formulasi biaya transaksi sebagai
berikut:
• Biaya transaksi = biaya tetap + biaya variabel;
• Biaya tetap = komisi + transfer fees + pajak;
• Biaya variabel = biaya eksekusi + biaya oportunitas;
• Biaya eksekusi = price impact + market timing costs;
• Biaya oportunitas = hasil yang diinginkan pendapatan aktual - biaya eksekusi biaya
tetap.
Sebagai penjelasan, yang dimaksud dengan biaya oportunitas adalah perbedaan antara
kinerja investasi aktual (actual investment) dan kinerja investasi yang diharapkan (desired
investment), disesuaikan (adjusted) dengan biaya tetap dan biaya eksekusi. Sedangkan biaya
eksekusi sendiri adalah ongkos yang muncul akibat permintaan eksekusi yang cepat
(immediate execution), yang sebetulnya hal ini merefleksikan dua hal penting: kebutuhan
adanya likuiditas dan kegiatan perdagangan. Sementara itu, dampak harga (price impact)
adalah biaya untuk menangkap pergerakan harga aset (price of an asset) yang merupakan hasil
dari perdagangan ditambah selisih harga pasar (market-maker's spread). Terakhir, biaya waktu
pasar (market timing costs) merujuk kepada pergerakan harga aset (price of an asset) pada saat
dilakukan transaksi yang selanjutnya dapat dilekatkan kepada pelaku pasar yang lain (other
market participants) [Wang. 2003:3]. Dalam operasionalisasinya, tidak seluruh variabel dalam
formulasi tersebut dapat dipakai, tergantung dari kompleksitas dan jenis pertukaran/ transaksi
yang dilakukan dalam kegiatan ekonomi. Namun, sebagai sebuah formula umum, rumus di atas
bisa digunakan sebagai titik pijak untuk menguliti variabel-variabel inti biaya transaksi (core
variables of transaction costs).
Sedangkan dalam bentuk yang lain, UNDP (2000:15) mengidentifikasi biaya transaksi
dalam tiga komponen. Pertama, biaya administrasi (administrative costs). Biaya ini muncul
dari input sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan transaksi, antara lain biaya kegiatan
administratif (administrative overheads) dan staf. Kedua, biaya tidak langsung (indirect costs),
yakni biaya yang muncul sebagai dampak dari mekanisme pemesanan (delivery mechanism)
bagi pencapaian tujuan kegiatan. Ketiga, biaya oportunitas (opportunity costs). yaitu
keuntungan yang hilang (benefit forgone) dari aplikasi-aplikasi alternatif sumber daya yang
dikonsumsi dalam proses transaksi. Komponen biaya yang disusun seperti ini lebih fleksibel
12
untuk diterapkan karena cakupan yang digunakan sengaja diperluas. Kategorisasi ini cocok
apabila diterapkan untuk menilai atau mengukur besaran-besaran makro dalam perekonomian,
misalnya pertumbuhan ekonomi, utang luar negeri, dan lain sebagainya. Namun, apabila
hendak dilakukan pada level perusahaan (firm level), tentu saja diperlukan rincian komponen
biaya transaksi yang lebih detail.
Dalam konteks variabel biaya transaksi pada level perusahaan, kategorisasi yang
dilakukan oleh Strassmann (2002:7-8) cukup membantu sebagai bahan studi. Dia
mengklasifikasikan biaya transaksi dalam variabel-variabel berikut:
1. Organisasi tenaga kerja dan pengguna (organization of employees and users)
2. Mengolah informasi (information processing)
3. Koordinasi pemasok, biaya-biaya akuisisi (coordination of suppliers, costs of acquisition)
Memotivasi pelanggan (motivation customers)
4. Mengelola distributor (managing distributors)
5. Memuaskan pemegang saham dan peminjam (satisfying shareholders and lenders)
6. Fee, komisi, cukai, dan pajak (fees, comissions, tolls, and taxes)
7. Penelitian dan pengembangan (research and development)
8. Biaya-biaya penjualan, umum, dan administratif (sales, general and administrative costs)
● Pemasaran (marketing)
● Penjual (sales people)
● Manajemen (management)
● Iklan (advertising)
● Pelatihan (training)
9. Biaya-biaya teknologi informasi (information technology costs)
10. Laporan neraca keuangan yang telah diaudit (reported in audited financial a at statements)
Dari deskripsi tersebut bisa dibayangkan betapa luasnya ruang lingkup dari biaya
transaksi, khususnya pada level perusahaan. Namun, dalam analisis ekonomi konvensional
(neoklasik) seluruh variabel tersebut digolongkan sebagai biaya produksi, yang dengan
sendirinya tidak terkait dengan model kelembagaan yang didesain (kelembagaan dianggap
given).
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1) Definisi biaya transaksi menurut Oliver Williamson adalah sebagai biaya untuk
menjalankan sistem ekonomi (Williamson, 1985).
2) Tanpa adanya asumsi rasionalitas terbatas dan perilaku oportunistik ini organisasi
ekonomi tidak dapat memiliki arah. Rasionalitas terbatas merujuk pada tingkat atau
batas kesanggupan individu dalam menerima, menyimpan, mencari kembali, dan
memproses informasi tanpa kesalahan.
3) Biaya transaksi adalah alat analisis yang digunakan untuk mengukur efisiensi
kelembagaan. Semakin tinggi Biaya Transaksi suatu perusahaan maka perusahaan
tersebut dianggap tidak efisien.
4) Beckman (2000) memformulasi empat determinan biaya transaksi:
a. Atribut aktor/pelaku yang melekat (rasionalitas terbatas dan oportunisme)
menentukan besaran transaksi.
b. Sifat/atribut transaksi (spesifikasi asset, ketidakpastian, frekuensi)
c. Dipengaruhi hal-hal yang berkaitan dengan struktur tata kelola (pasar, hierarki,
hybrid, regulasi, dll)
d. Dipengaruhi oleh faktor yang berdekatan aspek lingkungan kelembagaan.
14
DAFTAR PUSTAKA
15