Anda di halaman 1dari 18

(EKI 1416) EKONOMI KELEMBAGAAN

“TEORI EKONOMI BIAYA TRANSAKSI”

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Dra. Ida Ayu Nyoman Saskara, M.Si.

Anggota Kelompok 3:

Ida Ayu Bintang Nandari Dewi (2107511020)

Ni Kadek Elsha Urmilasari (2107511026)

PROGRAM STUDI EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia dan
rahmat-Nya, tugas makalah dengan judul “Teori Ekonomi Biaya Transaksi” dapat selesai
dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Ekonomi Kelembagaan dengan dosen pengampu Prof. Dr. Dra. Ida Ayu Nyoman
Saskara, M.Si.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Dra. Ida Ayu Nyoman
Saskara, M.Si. selaku dosen pada mata kuliah Ekonomi Kelembagaan yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.

Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, guna
untuk menyempurnakan makalah dimasa yang akan datang. Kami berharap semoga makalah
ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.

Jimbaran, 4 Maret 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
2.1 Definisi Dan Makna Biaya Transaksi........................................................................... 3
2.1.1 Definisi Biaya Transaksi ....................................................................................... 3
2.1.2 Peran Kelembagaan Dalam Menurunkan Biaya Transaksi................................ 5
2.2 Rasionalitas Terbatas dan Perilaku Oportunitis ........................................................ 6
2.3 Biaya Transaksi dan Efisien Ekonomi ......................................................................... 8
2.4 Determinan dan Variabel Biaya Transaksi ................................................................. 9
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 14
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Teori ekonomi kelembagaan merupakan hasil dari adanya teori biaya transaksi yang
muncul akibat kegagalan pasar. Menurut Stone et al. (1996: 97), pasar yang selalu berjalan
tanpa biaya apapun (costless) karena pembeli (costumer) memiliki informasi yang sempurna
dan penjual saling berkompetisi sehingga menghasilkan harga yang rendah. Tetapi dalam
dunia nyata, fakta adalah sebaliknya di mana informasi bisa sangat asimetris sehingga
memunculkan biaya transaksi. Informasi sangat dibutuhkan oleh setiap pelaku ekonomi
karena para pelaku ini akan selalu menghadapi informasi yang tidak lengkap (incomplete
information), atau dengan kata lain terjadi ketidakpastian informasi (informational
uncertainty) (Dietrich, 1994: 19). Oleh karena itu, biaya mencari informasi merupakan kunci
dari biaya transaksi, seperti mencari informasi untuk menentukan harga pasar. Menurut
Shelanski dan Klein (1995), harga pasar merupakan insentif terkuat untuk mengeksploitasi
keuntungan sebanyak-banyaknya, dan pelaku pasar dengan cepat beradaptasi dengan
perubahan informasi akan keadaan melalui perubahan harga.

Biaya transaksi dan biaya produksi jelaslah berbeda. (Biaya) produksi sendiri
didefinisikan sebagai aktivitas menciptakan manfaat pada masa sekarang dan mendatang
(faktor-faktor produksi) ke dalam output. Adapun rasionalitas terbatas dan perilaku
oportunistik yang menjadi asumsi perilaku dimana analisis biaya transaksi beroperasi.
Rasionalitas terbatas ( bounded rationality) merujuk kepada tingkat dan batas kesanggupan
individu untuk menerima, menyimpan, mencari kembali, dan memproses informasi tanpa
kesalahan. Sedangkan perilaku oportunistik adalah upaya untuk mendapatkan keuntungan
melalui praktek yang tidak jujur dalam kegiatan transaksi.
Biaya transaksi sebenarnya tidak lain adalah biaya-biaya yang muncul berkenaan
dengan informasi, dan agar pertukaran atau perdagangan bisa terjadi dengan biaya transaksi
yang murah, masing-masing pelaku ekonomi harus mengeluarkan sumber daya. Faktor yang
paling penting yang memengaruhi besaran biaya transaksi adalah sifat hak-hak kepemilikan
di dalam masyarakat. Ahli-ahli kelembagaan mempercayai bahwa adanya perubahan
kesepakatan kelembagaan mengenai hak-hak kepemilikan akan memberikan dampak
terhadap pencapaian ekonomi.
Teori ekonomi biaya transaksi berusaha untuk menganalisis organisasi dari perspektif
manusia kontraktual (contractual man) yang didasarkan pada asumsi rasionalitas terbatas dan

1
potensi oportunisme dalam diriindividu (Baudry & Chassagnon, 2010). Singkatnya, teori
biaya transaksimenggunakan transaksi sebagai basis unit analisis sedangkan teori
neoklasikmemakai produk sebagai dasar unit analisisCoase dalam Moss (2013) mengatakan
bahwa biaya transaksi adalah biaya yang tidak dapat terhindarkan. Setiap pertukaran yang
terjadi baik pertukaran barang/jasa ataupun pertukaran informasi akan menghasilkan sebuah
biaya pertukaran yaitu biaya transaksi. Keberadaan biaya transaksi akan membuat
pengalokasian dana untuk biaya yang harus dikeluarkan akan semakin bertambah. Namun hal
ini dapat berkontribusi dalam perbaikan usaha itu sendiri sebab dengan teridentifikasinya
biaya transaksi maka keuntungan usaha bisa dikendalikan dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan Biaya Transaksi?
b. Bagaimana Rasionalitas Terbatas dan Perilaku Oportunitis dalam Biaya Transaksi?
c. Apa yang dimaksud dengan biaya Transaksi dan Efisien Ekonomi?
d. Apa yang dimaksud dengan Determinan dan Variabel Biaya Transaksi?

1.3 Tujuan Penelitian


a. Untuk Mengetahui Apa yang dimaksud dengan Biaya Transaksi.
b. Untuk Mengetahui Bagaimana Rasionalitas Terbatas dan Perilaku Oportunitis dalam Biaya
Transaksi.
c. Untuk Mengetahui Apa yang dimaksud dengan biaya Transaksi dan Efisien Ekonomi.
d. Untuk Mengetahui Apa yang dimaksud dengan Determinan dan Variabel Biaya Transaksi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Dan Makna Biaya Transaksi

2.1.1 Definisi Biaya Transaksi

Transaksi adalah transfer/perpindahan barang dari satu tahap ke tahap lain melalui
teknologi yang terpisah. Satu tahapan selesai dan tahap berikutnya dimulai (Williamson, 1985).
Sedangkan menurut Richter dan Furubotn (2000), transaksi merupakan perpindahan barang,
jasa, informasi, pengetahuan dan lain-lain dari satu tempat (komunitas) ke tempat (komunitas)
lain atau pemindahan barang dari produsen ke konsumen, atau pemindahan barang dari satu
individu ke individu yang lain yang dimana hingga tercapainya sutu kesepakatan dan kedua
belah sama-sama diuntungkan. Hal ini disebut trsansaksi fisik/delivery .

Definisi biaya transaksi menurut Oliver Williamson adalah sebagai biaya untuk
menjalankan sistem ekonomi (Williamson, 1985). Doglas North menyebutnya sebagai biaya
untuk menspesifikasi dan memaksakan kontrak yang mendasari pertukaran, sehingga dengan
sendirinya mencakup biaya organisasi politik dan ekonomi. Biaya transaksi juga dapat
dikatakan sebagai suatu biaya yang seharusnya tidak ada atau termasuk biaya pemaksaan.
Dengan demikian, meliputi biaya negosiasi, mengukur dan memaksakan pertukaran (North,
1991). Menurut Mburu (2002), biaya pencarian informasi dan biaya pengawasan, pemaksaan
(enforcement) dan biaya pelaksanaan (Mburu, 2002).

Biaya transaksi dapat dikatakan juga sebagai suatu biaya yang muncul setelah terjadi
kegiatan pertukaran. Pertukaran ini dapat berupa pertukaran barang/jasa yang akan dijual
ataupun pertukaran informasi mengenai harga barang/jasa atau informasi lainnya yang
menyangkut tentang keberlanjutan usaha. Keberadaan biaya transaksi akan meningkatkan total
biaya yang dikeluarkan dalam sebuah usaha sehingga akan berpengaruh terhadap keuntungan
usaha. Keuntungan yang relatif besar akan mendorong terjadinya investasi aset atau
pembentukan modal. Biaya transaksi bersifat ubiqiutous yang berarti bahwa biaya transaksi
berada dimana-mana sehingga dikatakan bahwa biaya transaksi merupakan biaya yang tidak
dapat dihindarkan.

Richter dan Furubotn (2000) membagi biaya transaksi menjadi tiga jenis, sesuai dengan
jenis transaksinya, yaitu:

3
1. Market Transaction Cost
Market transaction cost merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan agar barang/jasa
bisa sampai ke pasar. Yang termasuk ke dalam market transaction cost diantaranya:
a. Biaya persiapan kontrak (biaya pencarian/pengadaan informasi), seperti biaya iklan,
mendatangi calon customer, mengikuti pameran, pasar mingguan, biaya komunikasi
(post, telepon, dll), harga barang yang sama yang diminta oleh beberapa supplier, biaya
pengujian kualitas, biaya mencari pegawai yang berkualitas.
b. Biaya pembuatan kontrak (biaya bargaining/negosiasi dan pembuatan keputusan), yang
meliputi biaya yang dikeluarkan agar informasi yang dikumpulkan bermanfaat, biaya
konsultan, dll.
c. Biaya monitoring dan penegakan kontrak (biaya supervisi dan penegakan kesepakatan),
meliputi biaya yang dikeluarkan untuk mengawasi pengiriman barang agar sampai tepat
waktu, mengukur kualitas dan jumlah produk yang ditransaksikan, biaya penegakan
kontrak agar berjalan sesuai kesepakatan.
2. Managerial Transaction Cost
Merupakan biaya yang terkait dengan upaya menciptakan keteraturan, contohnya:
a. Biaya membuat, mempertahankan atau mengubah rancangan/struktur organisasi, meliputi
biaya personal management, IT, mempertahankan kemungkinan pengambil alihan pihak
lain, public relation, dan lobby.
b.Biaya menjalankan organisasi, meliputi: biaya informasi, biaya pembuatan keputusan,
pengawasan pelaksanaan perintah sesuai keputusan, mengukur kinerja pegawai, biaya
agen, manajemen informasi. Termasuk juga biaya pemindahan barang intra perusahaan.
3. Political Transaction Cost

Merupakan biaya yang terkait dengan pembuatan tata aturan/kelembagaan (public goods)
sehingga transaksi pasar dan manajerial bisa berlangsung dengan baik. Biaya ini meliputi:
a. Biaya pembuatan (setting up), pemeliharaan, pengubahan organisasi politik formal dan
informal, seperti biaya penetapan kerangka hukum, struktur administrasi pemerintahan,
militer, sistem pendidikan, pengadilan dll.
b. Biaya menjalankan bentuk pemerintahan, peraturan pemerintah atau masyarakat yang
bertata negara, seperti biaya legislasi, pertahanan, administrasi hukum, pendidikan,
termasuk didalamnya semua biaya pencarian/pengumpulan dan pengolahan informasi

4
yang diperlukan agar tata pemerintahan dapat berjalan. Biaya upaya pelibatan
masyarakat dalam proses politik termasuk ke dalam transaksi politik.

2.1.2 Peran Kelembagaan Dalam Menurunkan Biaya Transaksi


Perusahaan, birokrasi, organisasi, dan lain-lain dianggap sebagai sebuah governance
(tata kelola) yang didalamnya terjadi transaksi/interaksi antara individu/bagian. Transaksi
dengan pihak luar (di luar governance) dipengaruhi oleh lingkungan kelembagaan eksternal
yang tingkatannya lebih tinggi. Perubahan pada lingkungan kelembagaan eksternal
berpengaruh terhadap transaksi yang terjadi antar indivu/bagian dalam tata kelola. Transaksi
dalam suatu governance juga dipengaruhi oleh sifat individu yang cenderung opportunis, self
interest, greedy dll. Contoh: Pemda merupakan sebuah governance. Transaksi yang terjadi
dipengaruhi oleh kelembagaan internal dan lingkungan kelembagaan eksternal. Negara
merupakan sebuah governance. Transaksi terjadi mengikuti kelembagaan internal tapi juga
dipengaruhi oleh lingkungan kelembagaan global. Semakin kompleks transaksi biayanya
semakin mahal.
Karakteristik transaksi mempengaruhi besaran biaya transaksi. Menurut Williamson
(1996) ada tiga karaktristik transaksi yang penting, yaitu: Ketidakpastian (uncertainty),
terutama terkait dengan produksi, supply, demand, fluktuasi harga, iklim, kondisi lapangan,
dan lain-lain. Frekuensi, tergantung pada keadaan dan kemampuan produksi. Produk
pertanian, perikanan, sangat tergantung pada musim. Transaksi pada msuim panen atau
musim ikan melimpah berbeda dengan transaksi pada musim paceklik. Spesifitas, yang
meliputi site specifity, physical asset speficifity, human asset specifity. Asset yang spesifik
membatasi kegiatan tertentu yang memiliki transaksi yang terbatas. Zhang (2000)
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi biaya transaksi, sebagai berikut:
• Karakterisrtik benda dan hak atas benda tersebut (terkait dengan informasi mengenai
benda dan status orang atas benda tersebut).
• Identitas aktor yang terlibat dalam transaksi tersebut,
berkenaan dengan sifat manusia yang rasional terbatas, yaitu keterbatasan manusia mencari,
menerima, menyimpan, mengolah informasi; kekurangan ketersediaan informasi.
• Situasi teknis dan sosial penataan pertukaran dan bagaimana pertukaran tersebut
dikelola. Apakah pertukaran tersebut hanya karena kekuatan pasar atau ada intervensi
kelembagaan yang turut menata pertukaran tersebut.
Berdasarkan penjelasan tentang definisi dan faktor- faktor yang mempengaruhi
besaran biaya transaksi, Beckman (2000) memformulasi tiga determinan biaya transaksi:

5
• Atribut aktor/pelaku yang melekat (rasionalitas terbatas dan oportunisme) menentukan
besaran biaya transaksi
• Sifat/atribut transaksi (spesifitas asset, ketidakpastian, frekuensi)
• Dipengaruhi hal-hal yang berkaitan dengan struktur tata kelola (market, hierarki, hybrid,
regulasi, dan lain-lain

2.2 Rasionalitas Terbatas dan Perilaku Oportunitis

Menurut Kamus Besar Bahasa indonesia (KBBI.web.id) Rasional adalah menurut


pikiran dan pertimbangan yang logis, menurut pikiran yg sehat, cocok dengan akal.
Rasionalitas dapat diartikan sebuah pikiran yang logis dan masuk akal. Manusia sebagai
makhluk ekonomi yang dipandang rasional adalah memiliki 4 syarat yaitu (Rahmat Hidayat
Dosen Psikologi Ekonomi UGM) ; pertama, memaksimalkan keuntungan yakni seseorang
yang hidup didunia akan berusaha sekuat tenaga bisa mencapai keuntungan yang besar dalam
setiap tindakannya. Kedua, selfish yaitu sikap mementingkan diri sendiri. Ketiga, tanpa ada
batasan. Keempat, memikirkan keuntungan dan kerugian dalam mengambil tindakan. Teori
ekonomi memandang memang manusia melakukan berbagai usaha dengan dasar perilaku
rasionalitas tersebut.

Rasionalitas yang dikemukakan bisa dicontohkan dengan beberapa tindakan manusia


seperti; tawar menawar manusia cenderung menawar harga serendah-rendahnya. Asumsi lain
adalah masyarakat melakukan gotong royong membangun tanggul penahan air sebelum
musim hujan agar di musim hujan mereka terbebas dari banjir. Rasionalitas perilaku ekonomi
di asumsikan memang bisa dikaji dalam semua segi kehidupan baik social, ekonomi,
psikologi dan berbagai disiplin ilmu lainnya tujuannya untuk mengembangkan teori-teori
ekonomi

Rasionalitas terbatas dan perilaku oportunitis secara umum terwujud untuk menghidari
kerugian, penyimpangan moral, penipuan, melalaikan kewajiban, dan bentuk-bentuk
perilaku strategis lainnya (Wiliamson, 2005; dalam Rossiaud dan Locatelli, 2010;5).
Rasionalitas yang terbatas (bounded rationality) ditandai dengan aktivitas mencari dan
memuaskan. Alternatif dicari dan dievaluasi secara berurutan. Jika sebuah alternatif telah
memenuhi kriteria minimum secara implisit maupun eksplisit, maka alternatif tersebut
dikatakan memuaskan dan pencarian selesai. Perilaku oportunitis adalah upaya
mendapatkan keuntungan dengan cara yang tidak jujur melalui kegiatan transaksi.. Tanpa
adanya asumsi rasionalitas terbatas dan perilaku oportunistik ini organisasi ekonomi tidak

6
dapat memiliki arah. Rasionalitas terbatas merujuk pada tingkat atau batas kesanggupan
individu dalam menerima, menyimpan, mencari kembali, dan memproses informasi tanpa
kesalahan. Konsep ini didasarkan pada dua prinsip, yaitu :

1. Individu atau kelompok memiliki batas kemampuan dalam memproses dan menggunakan
informasi yang ada.
2. Tidak mungkin semua negara di dunia dan semua hubungan kausalitas yang relevan dapat
diidentifikasi. Akibatnya, pelaku ekonomi menghadapi informasi yang tidak lengkap
(incomplete information) dan ketidakpastian informasi (uncertainty information)

Perilaku oportunistik (opportunistic behavior) atau oportunisme (opportunism)


didefinisikan sebagai “mencari kepentingan pribadi atau diri sendiri dengan menggunakan tipu
daya (tipu muslihat)” (Williamson, 1985). Perilaku oportunistik mengacu pada tindakan
spesifik yang dilakukan oleh satu pihak, sehingga terjadi pengaturan yang tidak sama (tidak
setara) dengan pihak lain yang berhubungan. Perilaku ini terjadi misalnya saat pemasok
menahan (menyimpan) informasi kritis atau penting hanya bagi kepentingan dirinya sendiri,
memutarbalikkan fakta- fakta, menerapkan tipu daya, atau mengambil keuntungan dari mitra
dagang.

Perilaku oportunistik sendiri merupakan upaya untuk mendapatkan keuntungan


melalui praktik yang tidak jujur dalam kegiatan transaksi. Setiap orang akan menghadapi trade
off. Trade off ini bergantung pada besarnya biaya transaksi dari pembuatan kontrak. Bentuk-
bentuk kontrak ini pun ditentukan oleh tingkat dan sifat biaya transaksi akibat adanya informasi
yang tidak sempurna.Secara rinci, Skarmeas, Katsikeas, dan Schlegelmilch (2002),Williamson
(1975), Simonin (1999) dan Morgan dan Hunt (1994) merancang beberapa indikator perilaku
oportunistik - yang menjelaskan karakteristik perilaku oportunistik - dari mitra kerjasama
selama periode hubungan pertukaran dan negosiasi yakni sebagai berikut: (i) mitra melebih-
lebihkan kebutuhan mereka untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan; (ii) mitra terkadang
melanggar perjanjian formal atau informal untuk keuntungan mereka sendiri; (iii) mitra
terkadang mengubah fakta untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan; (iv) tawaran itikad
baik bukanlah ciri dari gaya negosiasi mitra oportunis; (v) mitra telah mendapatkan manfaat
dari hubungan kemitraan dengan merugikan mitra lain; (vi) mitra memiliki kebijakan yang
disengaja untuk membatasi pertukaran atau berbagi pengetahuan; (vii) untuk mencapai tujuan
sendiri, kadang-kadang mitra mengubah sedikit fakta; dan (viii) untuk mencapai tujuan sendiri,

7
kadang-kadang mitra berjanji untuk melakukan sesuatu tanpa benar-benar mereka lakukan
nantinya

2.3 Biaya Transaksi dan Efisien Ekonomi


North berargumentasi bahwa dalam komunitas pedesaan di negara sedang berkembang,
biaya transaksi biasanya rendah (Bardhan, 1995:1). Hal ini bisa terjadi karena kedekatan
hubungan di dalam komunitas (keluarga, tetangga) sehingga informasi tentang aktivitas-
aktivitas dalam komunitas individu tersedia secara luas dan bebas. Sementara itu, struktur
sosial (orang tua dan figur kepemimpinan lain yang dihormati) memberikan mekanisme yang
sangat penting bagi penegakan kesepakatan dan memberikan resolusi apabila ada konflik
diantara anggota komunitas. Tetapi, agar kegiatan ekonomi terus berlanjut dan dalam
jangkauan yang lebih luas, masyarakat harus berdagang/bertransaksi dengan orang lain di luar
komunitas desanya, pada jarak yang semakin panjang. Semakin kompleks dan impersonal
jaringan perdagangan, kian tinggi biaya transaksi yang muncul. Selanjutnya, jika biaya
transaksi terlalu tinggi, maka perdagangan tidak akan terjadi dan ekonomi menjadi stagnan.
Oleh karena itu, tantangan pembangunan ekonomi adalah untuk mengurangi biaya transaksi
pada saat melakukan perdagangan yang semakin kompleks. Ini akan tercapai bila desain
pembangunan kelembagaan yang dibuat memang mendukung kegiatan perdagangan, yakni
melalui penyediaan informasi, melindungi hak kepemilikan, dan menyiapkan mekanisme yang
efektif untuk menegakkan kesepakatan (Poulton et. al., 1998:12-13).
Isu inilah yang harus ditangani oleh semua negara yang pembangunan ekonominya
sudah maju, atau setidaknya negara yang sedang menuju kepada kegiatan ekonomi yang
kompleks. Di samping itu, besaran biaya transaksi juga bisa terjadi karena adanya
penyimpangan dalam wujud
(i) penyimpangan atas lemahnya jaminan hak kepemilikan;
(ii) penyimpangan pengukuran atas tugas yang kompleks (multiple- task) dan prinsip yang
beragam (multiple-principal);
(iii) penyimpangan intertemporal, yang dapat berbentuk kontrak yang timpang, responsivitas
waktu yang nyata (real-time), ketersembunyian informasi yang panjang (long latency),
penyalahgunaan strategis;
(iv) penyimpangan yang muncul karena kelemahan dalam kebijakan kelembagaan
(institutional environment), yang berhubungan dengan pembangunan dan reformasi ekonomi;
dan

8
(v) kelemahan integritas (probity), yang dirujuk oleh James Wilson (1989) sebagai 'sovereign
transactions' (Williamson, 1998:76).
Adanya kesenjangan informasi yang tersedia membatasi kemampuan mereka untuk
memproses sejumlah informasi yang kompleks. Oleh karena itu, biaya kontrak yang telah
diidentifikasi oleh North ditambahkan oleh Williamson dengan biaya adaptasi. Biaya adaptasi
itu meliputi:
(i) biaya yang ditimbulkan ketika kontrak yang sudah terjadi mengalami perpindahan ke situasi
sub-optimal di bawah kondisi yang diharapkan;
(ii) biaya negosiasi untuk mendapatkan skema kontrak yang lebih baik dari pihak lain; dan (iii)
biaya arbitrase atau pergi ke pengadilan apabila terjadi sengketa/ perselisihan (Poulton et. al.,
1998:14).

Seperti yang ditunjukkan, kelembagaan tata kelola/institutions of governance (kontrak


intra-perusahaan, korporasi, birokrasi, non profit, dan sebagainya) dibatasi oleh lingkungan
kelembagaan (dari sisi atas) dan individu (dari bawah). Efek primer dari skema ini ditunjukkan
melalui tanda panah tebal, sedangkan efek sekunder ditunjukkan lewat panah garis. Efek
pertama ini terdapat dari lingkungan kelembagaan (institutional environment). Perubahan-
perubahan dalam lingkungan kelembagaan (atau, jika membuat perbandingan internasional,
perbedaan antara lingkungan kelembagaan) diperlakukan sebagai parameter perubahan, yakni
perubahan (atau perbedaan) yang menggeser biaya perbandingan pasar (market), hybrids, dan
hierarki (hierarchies).

2.4 Determinan dan Variabel Biaya Transaksi


Isu utama dalam biaya transaksi adalah pengukuran. Meskipun berbagai studi empiris
telah dilakukan, beberapa kerancuan definisi masih ada dan hasil yang diperoleh tidak selalu

9
memuaskan semua pihak. Beberapa-studi tersebut, misalnya, dikerjakan oleh Wallis dan North
yang berusaha untuk memisahkan biaya transaksi, yang dipahami sebagai biaya sektor
transaksi (transaction sector) dalam perekonomian di Amerika, di mana biaya transaksi itu
tidak tergambarkan secara langsung dalam transaksi nasional. Demzets juga melakukan
pengukuran langsung dan memperkirakan biaya transaksi dengan menggunakan pasar
keuangan yang terorganisasi, dengan mempertimbangkan perbedaan antara tingkat penjualan
dan pembelian apabila dengan menambahkan biaya untuk broker (broker fee). Sebaliknya,
Williamson menggunakan metode pengukuran secara tidak langsung. Dia memfokuskan pada
hubungan khusus antara investasi spesifik (misalnya dalam bentuk kontrak yang telah
disepakati) sebagai pengukuran biaya transaksi. Ide utamanya adalah bahwa sifat struktur
kelembagaan (dan hak-hak kepemilikan) sangat mempengaruhi level biaya transaksi. Joskow,
mengikuti pendekatan yang hampir sama, menggambarkan. pentingnya kesepakatan
kelembagaan (institutional arrangements) dalam penciptaan biaya transaksi, yang bersumber
dari masalahnya berdasarkan pengalaman pabrik pembangkit listrik (seperti yang dikutip oleh
Furubotn dan Richter, 1991:10-11). Dari studi-studi tersebut, deskripsi yang bisa dirasakan
adalah bahwa pengukuran biaya transaksi merupakan masalah pelik sehingga diperlukan
pemahaman yang sama mengenai definisi, determinan, dan variabel yang seragam dari biaya
transaksi. Pada titik inilah, mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan besarnya biaya
transaksi menjadi penting untuk diketahui.
Seperti diungkapkan oleh Zhang (2000: 288), faktor-faktor yang mempengaruhi
besarnya biaya transaksi pada umumnya bisa dikelompokkan dalam tiga hal berikut.
(i) What: the identity of bundle of rights. Hak-hak (atau komoditas) memiliki banyak atribut
yang nilai, pengukuran, kebijakan, dan pemaksaannya beragam dari satu jenis dengan tipe yang
lain. Kesulitan mendapatkan informasi yang lengkap untuk mengidentifikasi variabilitas ini
secara langsung juga mendeskripsikan bagaimana sulitnya menggambarkan hak-hak ini
(Barzel, da te (B 1997), dan tentu saja hal ini mempengaruhi biaya di dalam pertukaran.
(ii) Who: to identify of agents involved in the exchanges. Ini erat dengan faktor- faktor
manusia yang muncul dalam asumsinya Williamson (1975), yakni rasionalitas terbatas/terikat
(yang mewartakan keterbatasan fisik tentang kemampuan manusia untuk menerima,
menyimpan, mencari, memproses informasi, dan batas-batas bahasa dalam penyampaian
pengetahuan kepada orang lain), oportunisme, dan terjepitnya/kurangnya informasi
(information impactedness).
(iii) How: the institutions, technical and social, governing the exchange and how to organize
the exchanges. Dalam hal ini, pasar diandaikan sebagai kelembagaan untuk memfasilitasi

10
proses pertukaran, yang keberadaannya dibutuhkan untuk mengurangi biaya pertukaran,
sedangkan perusahaan/firms (atau keluarga/families) juga dapat dianggap sebagai
kelembagaan yang memfasilitasi pertukaran yang saling menguntungkan (mutual exchange).
Dalam preposisi ini, jika biaya transaksi melalui pasar dianggap tidak ada (zero), maka
sebetulnya tidak ada yang namanya pasar; demikian halnya bila biaya koordinasi di dalam
perusahaan adalah nol, maka sesungguhnya tidak ada yang namanya perusahaan.

Dengan ilustrasi dan penjelasan tersebut, sebetulnya determinan dari biaya transaksi
sudah bisa diformulasikan. Berdasarkan penjelasan tentang definisi dan faktor-faktor yang
mempengaruhi besaran biaya transaksi di atas, setidaknya terdapat empat determinan penting
dari biaya transaksi sebagai unit analisis (Beckman, 2000:16;):
1. Apa yang disebut sebagai atribut perilaku yang melekat pada setiap pelaku ekonomi
(behavioral attributes of actors), yaitu rasionalitas terbatas/terikat (bounded rationality) dan
oportunisme (opportunism).
2. Sifat yang berkenaan dengan atribut dari transaksi (arttibutes of the transaction), yaitu
spesifisitas aset (asser specificity), ketidakpastian aktor- (uncertainty), dan frekuensi
(frequency).
3. Hal-hal yang berkaitan dengan struktur tata kelola kegiatan ekonomi (governance
structures), yaitu pasar (market), hybrid, hirarki (hierarchy); yakni proses dan pengadilan
(courts), regulasi (regulations), birokrasi publik (public bureaucracy).
4. Faktor yang berdekatan dengan aspek lingkungan kelembagaan (institutional environment),
yaitu hukum kepemilikan, kontrak, dan budaya.
Dalam praktiknya, keempat determinan tersebut bisa diturunkan menjadi variabel-
variabel yang bisa menuntun setiap peneliti untuk melakukan pengukuran (measurement).

11
Bagaimakah konsep biaya transaksi yang sedemikian kompleks tersebut bisa diderivasi dalam
bentuk variabel-variabel yang mudah untuk diukur? Collins dan Fabozzi (1991:28)
menjelaskan jawaban atas pertanyaan tersebut melalui formulasi biaya transaksi sebagai
berikut:
• Biaya transaksi = biaya tetap + biaya variabel;
• Biaya tetap = komisi + transfer fees + pajak;
• Biaya variabel = biaya eksekusi + biaya oportunitas;
• Biaya eksekusi = price impact + market timing costs;
• Biaya oportunitas = hasil yang diinginkan pendapatan aktual - biaya eksekusi biaya
tetap.
Sebagai penjelasan, yang dimaksud dengan biaya oportunitas adalah perbedaan antara
kinerja investasi aktual (actual investment) dan kinerja investasi yang diharapkan (desired
investment), disesuaikan (adjusted) dengan biaya tetap dan biaya eksekusi. Sedangkan biaya
eksekusi sendiri adalah ongkos yang muncul akibat permintaan eksekusi yang cepat
(immediate execution), yang sebetulnya hal ini merefleksikan dua hal penting: kebutuhan
adanya likuiditas dan kegiatan perdagangan. Sementara itu, dampak harga (price impact)
adalah biaya untuk menangkap pergerakan harga aset (price of an asset) yang merupakan hasil
dari perdagangan ditambah selisih harga pasar (market-maker's spread). Terakhir, biaya waktu
pasar (market timing costs) merujuk kepada pergerakan harga aset (price of an asset) pada saat
dilakukan transaksi yang selanjutnya dapat dilekatkan kepada pelaku pasar yang lain (other
market participants) [Wang. 2003:3]. Dalam operasionalisasinya, tidak seluruh variabel dalam
formulasi tersebut dapat dipakai, tergantung dari kompleksitas dan jenis pertukaran/ transaksi
yang dilakukan dalam kegiatan ekonomi. Namun, sebagai sebuah formula umum, rumus di atas
bisa digunakan sebagai titik pijak untuk menguliti variabel-variabel inti biaya transaksi (core
variables of transaction costs).
Sedangkan dalam bentuk yang lain, UNDP (2000:15) mengidentifikasi biaya transaksi
dalam tiga komponen. Pertama, biaya administrasi (administrative costs). Biaya ini muncul
dari input sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan transaksi, antara lain biaya kegiatan
administratif (administrative overheads) dan staf. Kedua, biaya tidak langsung (indirect costs),
yakni biaya yang muncul sebagai dampak dari mekanisme pemesanan (delivery mechanism)
bagi pencapaian tujuan kegiatan. Ketiga, biaya oportunitas (opportunity costs). yaitu
keuntungan yang hilang (benefit forgone) dari aplikasi-aplikasi alternatif sumber daya yang
dikonsumsi dalam proses transaksi. Komponen biaya yang disusun seperti ini lebih fleksibel

12
untuk diterapkan karena cakupan yang digunakan sengaja diperluas. Kategorisasi ini cocok
apabila diterapkan untuk menilai atau mengukur besaran-besaran makro dalam perekonomian,
misalnya pertumbuhan ekonomi, utang luar negeri, dan lain sebagainya. Namun, apabila
hendak dilakukan pada level perusahaan (firm level), tentu saja diperlukan rincian komponen
biaya transaksi yang lebih detail.
Dalam konteks variabel biaya transaksi pada level perusahaan, kategorisasi yang
dilakukan oleh Strassmann (2002:7-8) cukup membantu sebagai bahan studi. Dia
mengklasifikasikan biaya transaksi dalam variabel-variabel berikut:
1. Organisasi tenaga kerja dan pengguna (organization of employees and users)
2. Mengolah informasi (information processing)
3. Koordinasi pemasok, biaya-biaya akuisisi (coordination of suppliers, costs of acquisition)
Memotivasi pelanggan (motivation customers)
4. Mengelola distributor (managing distributors)
5. Memuaskan pemegang saham dan peminjam (satisfying shareholders and lenders)
6. Fee, komisi, cukai, dan pajak (fees, comissions, tolls, and taxes)
7. Penelitian dan pengembangan (research and development)
8. Biaya-biaya penjualan, umum, dan administratif (sales, general and administrative costs)
● Pemasaran (marketing)
● Penjual (sales people)
● Manajemen (management)
● Iklan (advertising)
● Pelatihan (training)
9. Biaya-biaya teknologi informasi (information technology costs)
10. Laporan neraca keuangan yang telah diaudit (reported in audited financial a at statements)
Dari deskripsi tersebut bisa dibayangkan betapa luasnya ruang lingkup dari biaya
transaksi, khususnya pada level perusahaan. Namun, dalam analisis ekonomi konvensional
(neoklasik) seluruh variabel tersebut digolongkan sebagai biaya produksi, yang dengan
sendirinya tidak terkait dengan model kelembagaan yang didesain (kelembagaan dianggap
given).

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1) Definisi biaya transaksi menurut Oliver Williamson adalah sebagai biaya untuk
menjalankan sistem ekonomi (Williamson, 1985).
2) Tanpa adanya asumsi rasionalitas terbatas dan perilaku oportunistik ini organisasi
ekonomi tidak dapat memiliki arah. Rasionalitas terbatas merujuk pada tingkat atau
batas kesanggupan individu dalam menerima, menyimpan, mencari kembali, dan
memproses informasi tanpa kesalahan.
3) Biaya transaksi adalah alat analisis yang digunakan untuk mengukur efisiensi
kelembagaan. Semakin tinggi Biaya Transaksi suatu perusahaan maka perusahaan
tersebut dianggap tidak efisien.
4) Beckman (2000) memformulasi empat determinan biaya transaksi:
a. Atribut aktor/pelaku yang melekat (rasionalitas terbatas dan oportunisme)
menentukan besaran transaksi.
b. Sifat/atribut transaksi (spesifikasi asset, ketidakpastian, frekuensi)
c. Dipengaruhi hal-hal yang berkaitan dengan struktur tata kelola (pasar, hierarki,
hybrid, regulasi, dll)
d. Dipengaruhi oleh faktor yang berdekatan aspek lingkungan kelembagaan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Saskara, I. A., 2017. Mengenal Ekonomi Kelembagaan. Denpasar: ESBE buku.


Yustika, A. E., 2012. Ekonomi Kelembagaan. Jakarta: Erlangga.

15

Anda mungkin juga menyukai