Anda di halaman 1dari 29

Seminar Akuntansi

MAKALAH
HARGA TRANSFER
( TRANSFER PRICING )

DOSEN PENGAMPU:
Dr. JUFRI DARMA, SE., M.Si., Ak.CA.
TUTI SRIWEDARI, SE., M.Si.

DISUSUN OLEH :
RAFITA (7174542003)
VIOLINE ANGELA SUBARDJA (7173342051)
RAFIQA FADHLIA MIFTAH RIDWAN (7171142021)
SINTA BELLA BR. SIGALINGGING (7173342048)
IHSAN FAHRI (7162142002)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI KELAS B


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah yang kami buat ini merupakan salah satu tugas KKNI yaitu Tugas
Rutin yang dimana termasuk kewajiban dari setiap mahasiswa untuk diselesaikan.
Sebelumnya kami mengucapkan Terima Kasih kepada Bapak Dr. JUFRI DARMA, SE.,
M.Si., Ak.CA. dan Ibu TUTI SRIWEDARI, SE., M.Si., selaku Dosen pengampu yang
telah memberikan penjelasan mengenai penyusunan makalah ini.

Demikianlah makalah ini kami buat, kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan dari berbagai pihak khususnya dari Dosen pengampu, agar kiranya dapat
menjadi motivasi bagi penulis guna penyusunan makalah kedepannya.

Medan, 19 Oktober 2020

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I.........................................................................................................................
PENDAHULUAN.....................................................................................................
1.1 Latar Belakang..................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................
BAB II........................................................................................................................
PEMBAHASAN........................................................................................................
2.1 Definisi Harga Transfer....................................................................................
2.2 Tujuan Penetapan Harga Transfer....................................................................
2.3 Situasi Yang Melatarbelakangi Harga Transfer...............................................
2.4 Faktor Faktor Yang Menentukan Harga Transfer............................................
2.5 Karakteristik Harga Transfer............................................................................
2.6 Metode Penentuan Harga Transfer...................................................................
2.7 Contoh Kasus Harga Transfer..........................................................................
2.8 Pembahasan Jurnal…….………………………………………………………
BAB III......................................................................................................................
PENUTUP..................................................................................................................
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring berjalannya waktu, semua aspek dalam kehidupan tentunya akan
mengikuti perkembangan zaman, begitu juga dengan bidang ekonomi.
Globalisasi membuat perkembangan perekonomian di dunia menjadi
semakin pesat. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan yang ada di
Indonesia tidak cukup hanya melakukan kegiatan operasi dan transaksi di
Indonesia saja. Fenomena globalisasi dalam dunia bisnis dewasa ini secara
tidak langsung mendorong merebaknya konglomerasi dan
divisionalisasi/departementasi perusahaan. Globalisasi telah membawa
dampak semakin meningkatnya transaksi transnasional atau cross-border
transaction. Arus barang, jasa, modal, dan tenaga kerja juga semakin
mudah dan lancar antarnegara. Belum lagi dengan kehadiran WTO (World
Trade Organization) yang memfasilitasi perdagangan transnasional.
Dalam lingkungan perusahaan multinasional dan konglomerasi serta
divisionalisasi terjadi berbagai transaksi antar anggota (divisi) yang
meliputi penjualan barang dan jasa, lisensi hak dan harta tak berwujud
lainnya, penyediaan pinjaman dan lain sebagainya (Mangoting, 2000).
Dengan adanya usaha konglomerasi ini, kita mengenal berbagai nama grup
perusahaan terkenal yang merambah dunia bisnis secara nasional, regional
maupun internasional (multinational corporations). Selanjutnya
perusahaan-perusahaan ini membentuk holding company untuk
mengkoordinasikan bisnis mereka. Dalam perusahaan tersebut, biasanya
sebagian besar aktivitas bisnis terjadi diantara mereka sendiri. Dalam
menentukan harga, imbalan, dan lain sebagainya antar mereka biasanya
ditentukan berdasarkan kebijakan harga transfer (transfer pricing) yang
ditentukan oleh holding company yang dapat sama atau tidak sama dengan
harga pasar (Gusnardi, 2009).
Praktik transfer pricing ini dulunya hanya dilakukan oleh perusahaan
semata-mata hanya untuk menilai kinerja antar anggota atau divisi
perusahaan, tetapi seiring dengan perkembangan zaman, praktik transfer

1
pricing juga dipakai untuk meminimalkan jumlah pajak yang harus
dibayar (Mangoting, 2000). Transfer pricing ini telah menuai banyak
sekali masalah di berbagai negara karena dalam praktiknya mereka
menggunakan hal-hal yang sangat bertentangan dengan aturan yang ada. 

1.2 Rumusan Masalah


Adapun yang menjadi rumusan masalah pada pembahasan kali ini yaitu:
a. Apa Yang Dimaksud Harga Transfer ?
b. Apa Tujuan Penetapan Harga Transfer ?
c. Apa Sajakah Situasi yang Melatarbelakangi Harga Transfer ?
d. Apakah Faktor-faktor yang Menentukan Harga Transfer ?
e. Apa Karakteristik Harga Transfer ?
f. Apa Saja Metode Penetapan Harga Transfer ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan kali ini yaitu:
a. Menjelaskan definisi Harga Transfer
b. Menjelaskan Tujuan Penetapan Harga Transfer
c. Menjelaskan Situasi yang Melatarbelakangi Harga Transfer
d. Menjelaskan Faktor-Faktor yang Menentukan Harga Transfer
e. Menjelaskan Karakteristik Harga Transfer
f. Menjelaskan Metode Penetapan Harga Transfer

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Harga Transfer


Adapun pengertian transfer pricing menurut para ahli secara umum yaitu :
 Transfer pricing  Organization for Economic Co-operation
and Development (OECD) mendefinisikan transfer pricing sebagai harga
yang ditentukan dalam transaksi antar anggota grup dalam sebuah perusahaan
multinasional dimana harga transfer yang ditentutkan tersebut dapat
menyimpang dari harga pasar wajar sepanjang cocok bagi grupnya. Mereka
dapat menyimpang dari harga pasar wajar karena posisi mereka yang berada
dalam keadaan bebas untuk mengadopsi prinsip apapun yang tepat bagi
korporasinya.
 Menurut Simamora dalam Mangoting (2000:70),  transfer
pricing didefinisikan sebagai nilai atau harga jual khusus yang dipakai dalam
pertukaran antar divisional untuk mencatat pendapatan divisi penjual (selling
division) dan biayadivisi pembeli (buying division). 
 Menurut Yeni Mangonting, Aspek Perpajakan Dalam Praktik Transfer
pricing . Transfer pricing juga disebut dengan intracompany
pricing, intercorporate pricing, interdivisional atau internal pricing yang
merupakan harga yang diperhitungkanuntuk keperluan pengendalian
manajemen atas transfer barang dan jasa antar anggota. Transfer
pricing biasanya ditetapkan untuk produk-produk intermediet yang
merupakan barang-barang dan jasa yang dipasok oleh divisi penjual kepada
divisi pembeli.
 Gunadi, dalam Santoso (2004:127), mengatakan bahwa dalam arti yang lebih
luas, transfer pricing termasuk penentuan harga antara beberapa entitas
yang secara hukum pemiliknya bisa sama ataupun berbeda.
 Jerry M. Rosenburg dalam Santoso (2004:126) mengungkapkan
bahwa transfer pricing adalah the price charged by one segment an
organization for a product or service it supplies to another part of the same
firm “transfer pricing adalah harga yang ditentukan olehsatu bagian dari

3
sebuah organisasi atas penyerahan barang atau jasa yangdilakukannya kepada
bagian lain dari organisasi yang sama”. Imam Santoso, op. cit.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa transfer
pricing adalah suatu kebijakan perusahaan dalam menentukan harga transfer suatu
transaksi baik itu barang, jasa, harta tak berwujud, atau pun transaksi finansial
yang dilakukan oleh perusahaan. Bila dicermati secara lebih lanjut, transfer
pricing dapat menyimpang secara signifikan dari harga yang disepakati. Oleh
karena itu transfer pricing juga sering dikaitkan dengan suatu rekayasa harga
secara sistematis yang ditujukan untuk mengurangi laba yang nantinya akan
mengurangi jumlah pajak atau bea dari suatu negara.

2.2 Tujuan Penetapan Harga Transfer


Tujuan penetapan harga transfer adalah untuk mentransmisikan data keuangan di
antara departemen-departemen atau divisi-diisi perusahaan pada waktu mereka
saling menggunakan barang dan jasa satu sama lain (Henry Simamora, 1999:273)
Selain tujuan tersebut, transfer pricing terkadang digunakan untuk mengevaluasi
kinerja divisi dan memotivasi manajer divisi penjual dan divisi pembeli menuju
keputusan-keputusan yang serasi dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan. A
transfer pricing system should satisfy three objectives: acurate performance
evaluation, goal congruence, and preservation of divisional autonomy (Joshua
Ronen and George McKinney, 1970:100-101) Sedangkan dalam lingkup
perusahaan multinasional, transfer pricing digunakan untuk, meminimalkan pajak
dan bea yang mereka keluarkan diseluruh dunia. Transfer pricing can effect
overall corporate incame taxes. This is particulary true for multinational
corporations (Hansen and Mowen, 1996:496)
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tujuan penetapan transfer pricing ialah :
1. Memaksimalkan penghasilan global setelah dikurangi pajak.
2. Mengamankan posisi kompetitif.
3. Evaluasi kinerja anak/cabang perusahaan mancanegara.
4. Mengurangi risiko moneter.
5. Mengatur cash flow anak/cabang perusahaan yang memadai.
6. Mengurangi beban pengenaan pajak, dan bea masuk.
7. Mengurangi risiko pengambilalihan pemerintah.

4
2.3 Situasi yang Melatarbelakangi Harga Transfer
Dalam penetuan harga transfer yang digunakan dalam berbagai perusahaan dapat
bevariasi dari yang sederhana sampai benar-benar kompleks, tergantung pada
situasi dan kondisi internal maupun eksternal suatu usaha. Dalam situasi pasar
yang terbatas, harga transfer yang paling sesuai digunakan adalah harga
kompetitif atau harga yang bersaing, dan pertimbangan:
1. Harga pasar yang kompetitf akan dapat mengukur kontribusi dari masing-
masing terhadap laba total perusahaan. Jika kapasitas internal tidak tersedia
maka perusahaan harus membeli dari pemasok luar negeri denga harga yang
bersaing pula
2. Harga kompetitif dapat mengukur seberapa baik prestasi unit dalam
menghadapi persaingan
3. Harga yang kompeteif tidak tergantung pada kondisi intern perusahaan
(independenn)
Persoalan yang timbul adalah menetukan harga yang bersaing apabila unit yang
memproduksi tidk pernah menjual produknya keluar perusahaan. Ada petunjuk
yang mungkin dapat diikuti dalam mennetukan harga bersaing sbb:
1. Harga-harga pasar yang dipubliskan dapat digunakan sebagai petunjuk awal
untuk menetukan harga transfer. Harga publikasi harus sesuai agar
menunjukkan jumlah yang benar, benar dibayarkan dengan kondisi yang
berlaku di pasar akan sesuai dengan kondisi yang ada didalam perusahaan
2. Harga penawaran dari pembeli ekstern merupakan informasi yang berharga
untuk menetukan harga bersaing.
3. Harga jual suatu produk yang ditawarkan pihak lain yang memiliki kondisi
sama seperti dengan kualitas, teknologi dan kemudahan pelayanan.
Memperhitungkan biaya-biaya yang timbul karena adanya perbedaan-
perbedaan seperti mutu produksi, desain atau syarat-syarat penjualannya
lainnya antara produk unit penjual dengan produk serupaan di pasaran.

2.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Harga Transfer


1. Faktor Pajak
Harga transaksi yang wajar merupakan harga yang akan diterima oleh
pihak-pihak tidak berhubungan istimewa untuk barang-barng yang sama

5
atau serupa dalam keadaan yang sama persis atau serupa. Metode
penentuan harga transaksi wajar yang dapat diterima adalah:
a. Metode penentuan harga tidak terkontrol yang sebanding
b. Metode penentuan harga jual kembali
c. Metode penentuan biaya plus dan
d. Metode harga lainnya
2. Faktor Tarif
Tarif yang dikenakan untuk barang-barang impor juga mempengaruhi
kebijakan penentuan harga transfer perusahaan multinasional. Sebagai
tambahan atas keseimbangan yang diidentifikasikan, perusahaan
multinasional harus mempertimbangkan biaya dan manfaat tambahan, baik
internal maupun eksternal. Tarif pajak tinggi yang dibayarkan oleh
importer akan menghasilkan dasar pajak penghasilan yang lebih rendah.
3. Faktor Daya Saing
Demikian juga halnya, harga transfer yang lebih rendah dapat digunakan
untuk melindungi operasi yang sedang berjalan dari pengaruh kompetisi
luar negeri yang semakin mengikat pada pasar setempat atau pasar lainnya.
Pertibangan daya saing seperti itu harus diseimbangkan terhadap banyak
kerugian berakibat sebaliknya. Harga transfer untuk alasan-alasan
kompetitif dapat mengundang tindakan anti trust oleh pemerintah.
4. Risiko Lingkungan
Apabila faktor daya saing luar negeri dapat menjamin harga transfer yang
rendah dan dibebankan kepada anak perusahaan luar negeri, resiko atas
harga inflasi yng sangat tinggi dapat mengakibatkan hal yang sebaliknya.
Inflasi mengurangi daya beli uang tunai yang dimiliki perusahaan. Harga
transfer yang tinggi terhadap barang atau jasa yang diberikan kepada anak
perusahaann yang menghadapi inflasi tinggi dapat mengalihkan kas dalam
jumlah yang sangat besar dari anak perusahaan tersebut.
5. Faktor Evaluasi Kinerja
Kibijakan harga transfer juga dipengaruhi oleh pengaruh mereka terhadap
perilaku manajemen dan sering kali merupakan penentu kinerja perusahaan
yang utama.

6
6. Kontribusi Akuntansi
Para akuntan manajemen dapat memainkan peranan yang signifikan dalam
menghiting kesibangan dalam strategi penentuan harga transfer. tantangan
yang dihadapi adlah mempertahankan perpseektif global pada saat
melakukan pemetaan manfaat dan biaya yang berkaitan dengan keputusan
penentu harga.

2.5 Karakteristik Harga Transfer

Pada hakekatnya harga transfer memiliki tiga karakteristik yaitu :


a. Masalah harga transfer hanya timbul jika divisi yang terkait diukur
kinerjanya berdasarkan atas laba yang diperoleh merekia dan harga transfer
merupakan unsur yang signifikan dalam membentuk biaya penuh produk
yang diproduksi divisi pembeli.
b. Harga transfer selalu mengandung unsur labadidalamnya
c. Harga transfer merupakan alat untuk mempertegas diversifikasi dan
sekaligus mengintegrasikan divisi yang dibentuk.

2.6 Metode Penetuan Harga Transfer

Pada dasarnya ada tiga metode yang sering digunakan dalam menentukan harga
transfer. Metode tersebut adalah :
1. Harga transfer berdasar harga pasar (a market based prices)
2. Harga transfer berdasar biaya (cost based prices)
3. Harga transfer berdasar negosiasi (negotiated prices)
Ketiga metode tersebut akan diuraikan secara lebih rinci dalam penjelasan berikut
ini :
1. Harga Transfer Berdasar Harga Pasar.
Sesuai dengan namanya maka harga transfer antar pusat laba didasarkan atas
harga pasar produk tersebut. Metode ini dapat dipakai bila produk yang
dipertukarkan dijual di pasar dengan persaingan sempurna.
Di dalam harga transfer berdasarkan harga pasar tersebut terdapat prinsip-prinsip
ideal dalam penentuan harga transfer yaitu :
a. Adanya kompetensi orang dalam setiap divisi

7
b. Terdapat iklim organisasi yang baik sehingga setiap manajer divisi sadar
bahwa harga transfer merupakan hal penting dalam pengukuran
kinerjanya
c. Terdapat harga pasar
d. Adanya kebebasan setiap manajer divisi
e. Informasi lengkap dan transparan
f. Adanya sistem yang baik yang memungkinkan setiap manajer divisi untuk
bernegosiasi.
Harga transfer berdasarkan harga pasar dianggap paling baik karena
mencerminkan kepentingan kedua pihak yang independent dan harga transfer ini
similar dengan harga yang dibebankan dengan pihak luar. Similar bukan berarti
sama dengan harga yang dibebankan pada pihak luar namun harga tersebut dapat
dikurangi dengan biaya biaya yang dapat dikeliminasi atau dihindari dengan
menjual dengan pihak internal perusahaan. Sedang contoh biaya tersebut adalah
biaya angkut, biaya pemasaran, potongan tunai, biaya penagihan dan sebagainya.
Kelebihan harga pasar yang lain sehingga merupakan dasar yang baik dalam
menentukan harga transfer adalah. ( Supriyono ) 1984
a. Ditentukan oleh pihak-pihak ekstensial perusahaan sehingga menggambarkan
transaksi yang independent
b. Harga pasar merupakan dasar yang baik untuk pembuatan keputusan. Bagi
departemen penjual untuk memutuskan akan menjual kepada pihak ekstensial
atau kepada pihak internal, demikian pula bagi departemen pembeli harga
pasar tersebut dapat dipakai untuk memutuskan akan membeli ke pihak luar
atau menerima dari transfer departemen lain.
c. Metode harga pasar menjadikan setiap departemen sebagai satuan bisnis yang
terpisah satu sama lain.
Sedangkan kelemahan metode harga transfer berdasar harga pasar adalah
( Supriyono) 1984
a. Tidak semua intermediate product mempunyai harga pasar
b. Harga pasar seringkali berubah

8
c. Penghematan biaya yang timbul karena produk ditransfer ke departemen lain
atau tidak dijual pada pihak lain dalam bentuk pengurangan harga pasar
seharusnya tidak hanya dinikmati oleh departemen pembeli saja.
2. Harga Transfer Berdasar Biaya
Dalam pembahasan harga transfer ini harga pokok atau biaya yang dimaksud
adalah harga pokok standar atau biaya standar. Alasan menggunakan metode ini
adalah :
a. Pada pasar kompetitif tidak tersedia informasi harga jual produk yang
ditransfer
b. Kesulitan dalam penentuan harga jual yang disebabkan oleh perselisihan
antar manajer divisi
c. Jika produk yang ditransfer memiliki formula rahasia yang tidak ingin
diketahui oleh pihak lain.
Dalam metode ini penentuan mark up perlu diperhatikan. Mark up dapat
ditentukan berdasar penentuan tingkat laba dan besarnya laba, sehingga
mengharuskan manajemen membuat keputusan tentang kiomponen biaya dan
laba yang diperhitungkan dalam harga transfer ini.
Di dalam metode cost based pricing terdapat dua pendekatan yang umum
dipakai dalam penentuan harga transfer yaitu :
d. Full costing
Harga transfer = Biaya Penuh + Laba
Dimana “ biaya penuh “ tersebut dapat terdiri dari :
1. Biaya Variabel
a. Biaya bahan baku
b. Biaya tenaga kerja
c. Biaya Overhead variabel
d. Biaya administrasi dan umum variabel
e. Biaya pemasaran variabel
f. Variabel costing
Harga transfer : Biaya - biaya variabel yang dikeluarkan
2. Biaya Tetap
a. Biaya Overhead pabrik tetap

9
b. Biaya administrasi dan umum tetap
c. Biaya pemasaran tetap
Laba dapat ditentukan berdasarkan prosentase dari aktiva tetap, baik aktiva
lancar dan tidak lancar.
3. Harga Transfer Berdasar Negosiasi
Harga transfer memiliki dampak yang berbeda bagi divisi penjual dan divisi
pembeli. Bila menguntungkan divisi penjual maka akan merugikan divisi
pembeli, demikian pula sebaliknya, maka penentuan harga transfer ini harus
dinegosiasikan atau dirundingkan dahulu oleh para manajer divisi yang terlibat.
Negosiasi antar divisi akan membantu tercapainya tujuan transfer pricing itu
sendiri. Harga transfer berdasar negosiasi harus melihat opportanty cost-nya.
Sebagai contoh bahan negosiasi adalah laba yang harus dicapai oleh pusat laba
dari laba yang sejauh ini telah diterimanya. Namun harga transfer berdasar
negosiasi itu sendiri memiliki kelemahan tersendiri dan kelemahan tersebut
diantaranya:
a. Divisi yang mempunyai informasi yang lebih baik, yang akan unggul dari
divisi lain
b. Kinerja divisi akan dipengaruhi oleh kemampuan manajer dalam melakukan
negosiasi
c. Membutuhkan waktu dan biaya
Dan metode ini juga mempunyai kebaikan yaitu apabila divisi penjual
mempunyai kapasitas yang menganggur sedangkan pasar produk ini sempat,
maka akan menguntungkan perusahaan secara keseluruhan.

10
2.7 Pembahasan Jurnal
Materi pembahasan bab ini juga dibahas dalam penelitian terdahulu, yaitu
pada jurnal:
a. Jurnal Pertama
- Identitas Jurnal
Judul :PENENTUAN HARGA TRANSFER UNTUK
PERUSAHAAN DOMESTIK
Penulis : Margono
Volume :-
Tanggal :-
ISSN : 2085-2215
Jurnal : Jurnal Universitas Surakarta

- Pembahasan Isi Jurnal


Tujuan Penelitian:
a. Untuk mengetahui metode mana yang paling tepat dalam
menentukan transfer pricing.
b. Untuk mengetahui kelebihan dari kekurangan masing-masing
metode tersebut.
Metode Analisis:
Metode regresi linier berganda
Hasil Penelitian:
Pada dasarnya ada tiga metode yang sering digunakan dalam
menentukan harga transfer. Metode tersebut adalah :
4. Harga transfer berdasar harga pasar (a market based prices)
5. Harga transfer berdasar biaya (cost based prices)
6. Harga transfer berdasar negosiasi (negotiated prices)
Ketiga metode tersebut akan diuraikan secara lebih rinci dalam
penjelasan berikut ini :

3. Harga Transfer Berdasar Harga Pasar.


Sesuai dengan namanya maka harga transfer antar pusat laba didasarkan
atas harga pasar produk tersebut. Metode ini dapat dipakai bila produk

11
yang dipertukarkan dijual di pasar dengan persaingan sempurna.
Di dalam harga transfer berdasarkan harga pasar tersebut terdapat
prinsip-prinsip ideal dalam penentuan harga transfer yaitu :
g. Adanya kompetensi orang dalam setiap divisi
h. Terdapat iklim organisasi yang baik sehingga setiap manajer
divisi sadar bahwa harga transfer merupakan hal penting dalam
pengukuran kinerjanya
i. Terdapat harga pasar
j. Adanya kebebasan setiap manajer divisi
k. Informasi lengkap dan transparan
l. Adanya sistem yang baik yang memungkinkan setiap manajer
divisi untuk bernegosiasi.
Harga transfer berdasarkan harga pasar dianggap paling baik karena
mencerminkan kepentingan kedua pihak yang independent dan harga
transfer ini similar dengan harga yang dibebankan dengan pihak luar.
Similar bukan berarti sama dengan harga yang dibebankan pada pihak
luar namun harga tersebut dapat dikurangi dengan biaya biaya yang
dapat dikeliminasi atau dihindari dengan menjual dengan pihak internal
perusahaan. Sedang contoh biaya tersebut adalah biaya angkut, biaya
pemasaran, potongan tunai, biaya penagihan dan sebagainya.
Kelebihan harga pasar yang lain sehingga merupakan dasar yang baik
dalam menentukan harga transfer adalah. ( Supriyono ) 1984
d. Ditentukan oleh pihak-pihak ekstensial perusahaan sehingga
menggambarkan transaksi yang independent
e. Harga pasar merupakan dasar yang baik untuk pembuatan
keputusan. Bagi departemen penjual untuk memutuskan akan
menjual kepada pihak ekstensial atau kepada pihak internal,
demikian pula bagi departemen pembeli harga pasar tersebut dapat
dipakai untuk memutuskan akan membeli ke pihak luar atau
menerima dari transfer departemen lain.
f. Metode harga pasar menjadikan setiap departemen sebagai satuan
bisnis yang terpisah satu sama lain.

12
Sedangkan kelemahan metode harga transfer berdasar harga pasar
adalah ( Supriyono) 1984
d. Tidak semua intermediate product mempunyai harga pasar
e. Harga pasar seringkali berubah
f. Penghematan biaya yang timbul karena produk ditransfer ke
departemen lain atau tidak dijual pada pihak lain dalam bentuk
pengurangan harga pasar seharusnya tidak hanya dinikmati oleh
departemen pembeli saja.
4. Harga Transfer Berdasar Biaya
Dalam pembahasan harga transfer ini harga pokok atau biaya yang
dimaksud adalah harga pokok standar atau biaya standar. Alasan
menggunakan metode ini adalah :
d. Pada pasar kompetitif tidak tersedia informasi harga jual produk
yang ditransfer
e. Kesulitan dalam penentuan harga jual yang disebabkan oleh
perselisihan antar manajer divisi
f. Jika produk yang ditransfer memiliki formula rahasia yang tidak
ingin diketahui oleh pihak lain.
Dalam metode ini penentuan mark up perlu diperhatikan. Mark up
dapat ditentukan berdasar penentuan tingkat laba dan besarnya laba,
sehingga mengharuskan manajemen membuat keputusan tentang
kiomponen biaya dan laba yang diperhitungkan dalam harga transfer
ini.
Di dalam metode cost based pricing terdapat dua pendekatan yang
umum dipakai dalam penentuan harga transfer yaitu :
d. Full costing
Harga transfer = Biaya Penuh + Laba
Dimana “ biaya penuh “ tersebut dapat terdiri dari :
1. Biaya Variabel
g. Biaya bahan baku
h. Biaya tenaga kerja
i. Biaya Overhead variabel

13
j. Biaya administrasi dan umum variabel
k. Biaya pemasaran variabel
l. Variabel costing
Harga transfer : Biaya - biaya variabel yang dikeluarkan
2. Biaya Tetap
d. Biaya Overhead pabrik tetap
e. Biaya administrasi dan umum tetap
f. Biaya pemasaran tetap
Laba dapat ditentukan berdasarkan prosentase dari aktiva tetap, baik
aktiva lancar dan tidak lancar.
3. Harga Transfer Berdasar Negosiasi
Harga transfer memiliki dampak yang berbeda bagi divisi penjual dan
divisi pembeli. Bila menguntungkan divisi penjual maka akan
merugikan divisi pembeli, demikian pula sebaliknya, maka penentuan
harga transfer ini harus dinegosiasikan atau dirundingkan dahulu oleh
para manajer divisi yang terlibat.
Negosiasi antar divisi akan membantu tercapainya tujuan transfer
pricing itu sendiri. Harga transfer berdasar negosiasi harus melihat
opportanty cost-nya. Sebagai contoh bahan negosiasi adalah laba yang
harus dicapai oleh pusat laba dari laba yang sejauh ini telah
diterimanya. Namun harga transfer berdasar negosiasi itu sendiri
memiliki kelemahan tersendiri dan kelemahan tersebut diantaranya:
a. Divisi yang mempunyai informasi yang lebih baik, yang akan
unggul dari divisi lain
b. Kinerja divisi akan dipengaruhi oleh kemampuan manajer dalam
melakukan negosiasi
c. Membutuhkan waktu dan biaya
Dan metode ini juga mempunyai kebaikan yaitu apabila divisi penjual
mempunyai kapasitas yang menganggur sedangkan pasar produk ini
sempat, maka akan menguntungkan perusahaan secara keseluruhan.
Kesimpulan:
Dalam suatu perusahaan yang sudah melakukan divisonalisasi, dan
diantara divisi tersebut melakukan transfer barang maka penentuan

14
harga transfer menjadi masalah yang penting dalam perusahaan tersebut.
Hal ini disebabkan oleh besarnya pengaruh harga transfer tersebut
terhadap kontribusi margin yang dapat diberikan oleh masing-masing
divisi tersebut dalam suatu perusahaan, karena hal tersebut dijadikan
acuan untuk mengukur kinerja atau prestasi masing-masing divisi
tersebut. Oleh sebab itu harga transfer yang ditetapkan harus dan
diaharpkan dapat memuaskan dan menguntungkan baik divisi penjual
ataupun pembeli serta mendukung tercapainya goal congruence
perusahaan pada umumnya dan meningkatkan profit yang diperoleh
perusahaan secara maksimal pada khususnya, sehingga dalam penentuan
harga transfer ini tidak boleh ada kepentingan salah satu divisi baik
divisi penjual ataupun pembeli dikalahkan atau dengan kata lain
mementingkan kepentingan salah satu divisi saja. Hal ini akan
mengurangi profit perusahaan secara keseluruhan, oleh sebab itu
ketepatan penentuan harga transfer menjadi sangat penting. Di dalam
batasan masalah penulis telah memberikan batasan bahwa pengertian
harga transfer yang dibahas adalah harga transfer dalam arti sempit.
Perusahaan yang dibahas merupakan perusahaan domestik dalam artian
semua divisi berada dalam satu negara dan beroperasi di lokasi yang
sama, pasar barang yang ditransferkan berada dalam persaingan
sempurna dan barang tersebut merupakan barang jadi yang dapat
langsung dipasarkan ke pihak eksternal perusahaan sehingga barang
tersebut pasti mempunyai harga pasar. Setelah melihat batasan masalah
tersebut, keunggulan, kelemahan serta pembahasan mengenai metode
penentuan harga transfer yang terbaik serta yang paling menguntungkan
adalah dengan menggunakan metode harga transfer berdasarkan harga
pasar atau market based pricing. Penulis menganggap market based
pricing adalah yang terbaik karena selain kelebihan yang telah
diungkapkan pada bab sebelumnya juga karena metode harga pasar
tersebut mempunyai kelebihan daripada metode lain.
Metode ini dapat :
a. memenuhi kriteria harga transfer yang baik

15
b. dapat menunjang atau mendorong tercapainya goal congruence
perusahaan. Namun metode penentuan harga transfer berdasar harga
pasar ini juga mempunyai kekurangan.
Kekurangan ini semakin nyata dalam kondisi ekonomi yang sedang
mengalami krisis ini. Hal ini disebabkan oleh kecendeerungan harga
yang selalu berubah dari waktu ke waktu, sehingga perusahaan harus
sering menghitung harga transfer. Tetapi kelemahan ini akan hilang bila
keadaan ekonomi telah kembali normal, nilai rupiah telah stabil dan
tingkat inflasi dapat ditekan, sehingga harga pasar barang menjadi stabil
dan jarang berubah.
Kelebihan dan Kelemahan Jurnal:
 Kelebihan:
- Jurnal ini dengan baik menjabarkan topik yang menarik dan
sangat bermanfaat bagi mahasiswa dalam memahami
seputar transfer pricing.
 Kelemahan:
- Tidak ada abstrak maupun metode penelitian dalam jurnal
ini.
b. Jurnal Kedua
- Identitas Jurnal
Judul :PRINSIP KEWAJARAN DAN DOKUMEN
SEBAGAI PENANGKAL KECURANGAN
TRANSFER PRICING DI INDONESIA
Penulis : Wika Arsanti Putri
Volume : Vol. 6 No. 01
Tahun : 2018
ISSN : 2338-1507
Jurnal : Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan
- Pembahasan Isi Jurnal
Tujuan Penelitian:
Menganalisis Prinsip Kewajaran Dan Dokumen Sebagai Penangkal
Kecurangan Transfer Pricing Di Indonesia.
Metode Analisis:
Normatif
Hasil Penelitian:
Ada banyak Wajib pajak yang tidak mengerti ataupun yang pura-pura

16
tidak mengerti atau acuh terhadap adanya permasalahan transfer pricing
ini. Meskipun Wajib Pajak mengisi Lampiran Khusus Pernyataan
Transaksi Hubungan Istimewa pada saat pelaporan SPT, tetapi Wajib
Pajak tidak mengerti konsekuensi dari Lampiran SPT yang mereka isi
tersebut. Contohnya adalah terdapat sebuah perusahaan besar yang
terdafatar di suatu KPP Wajib Pajak Besar yang menyatakan dalam
Lampiran bahwa mereka menggunakan metode CUP. Dikarenakan
seluruh penjualan atau pembelian dilakukan kepada perusahaan afiliasi,
maka dapat dipastikan Wajib Pajak ini tidak memiliki harga pembanding
baik pembanding internal maupun eksternal untuk jenis barang yang
mereka beli atau jual dari/kepada perusahaan afiliasi. Mereka juga tidak
membuat dokumentasi atau catatan mengenai transaksi ini. Wajib Pajak
juga banyak yang tidak mengetahui bahwa untuk dapat
diperbandingkan, Wajib Pajak perlu membuat suatu analisa
kesebandingan dalam hal fungsi, aset dan resiko yang dijalankan. Begitu
pula dengan Kantor Akuntan Publik yang mengeluarkan Laporan Audit
atas perusahaan tersebut. Meskipun dalam laporan audit nyatanyata
disebutkan bahwa transaksi antar afiliasi dilakukan berdasarkan harga
wajar, tetapi akuntan publik tersebut belum tentu melakukan pengujian
harga wajar sebagaimana yang disebutkan pada PSAK no 7. Pengujian
yang dilakukan oleh mereka hanya pada jumlah transaksi afiliasi
tersebut dan harga yang dibayarkan, bukan kepada kewajaran harganya.
Direktorat Jenderal Pajak belum dapat optimal untuk memantau
kecurangan semacam ini dikarenakan tidak memiliki data jual beli yang
dibutuhkan untuk pemeriksaan. "Diperlukan keterbukaan pajak di
negaranegara lain, di kedutaan-kedutaan di luar negeri". Hal lain yang
menjadi penyebab DJP lemah dalam hal transfer pricing yaitu kurangnya
database dari informasi yang dimiliki oleh DJP. Padahal hal tersebut
sangat dibutuhkan untuk menggunakan metodemetode penerapan harga
transfer sebagaimana diungkapkan di atas sangat dibutuhkan database
yang lengkap. Kelengkapan data yang dibutuhkan adalah meliputi
keadaan ekonomi, produk, industri, tingkat laba, perusahaan, royalti,

17
lisensi, harga jasa-jasa, dan sebagainya, termasuk juga database
perusahaan-perusahaan multinasional di Indonesia yang melakukan
praktik transfer pricing. Masalah transfer pricing bukan hanya masalah
dari satu Negara saja, namun dapat menyangkut kepentingan pajak dari
Negara lain. Contohnya yaitu apabila ada otoritas pajak dari Negara A
yang melakukan koreksi atas transfer pricing berkaitan dengan transaksi
dengan perusahaan afiliasi di Negara B, maka pada hakekatnya koreksi
negatif dapat diajukan oleh perusahaan afliasi pada Negara B atas
penghasilan yang sudah dilaporkan kepada otoritas pajak Negara B
sesuai dengan besarnya koreksi transfer pricing dari otoritas pajak
Negara A. Sehingga masing-masing negara terus mengklain hak atas
jumlah perpajakannya. Mengatasi transfer pricing bukanlah suatu hal
yang mudah bagi setiap negara. Keterkaitan antar datadi dalam dan luar
negeri yang membuat sulitnya pemberantasan penghindaran pajak dari
transaksi transfer pricing. Harimurti (2012) menyebutkan terkait dengan
isu transfer pricing bahwa secara umum otoritas fiskal harus
memperhatikan dua hal yang mendasar. Hal tersebut dilakukan agar
koreksi pajak yang dilakukan terhadap adanya dugaan transfer pricing
mendapat justifikasi yang kuat, yaitu meliputi afiliasi (associated
enterprises) atau hubungan istimewa (special relationship) dan
kewajaran atau arm’s length principle. Jika kedua prinsip tersebut
dijalankan, maka tidak akan ada kecurigaan untuk transaksi transfer
pricing yang dapat merugikan negara akibat berkurangnya penerimaan
pajak dari perusahaan. Lingga (2015) menyebutkan hal penting dalam
mengatasi adanya pengalihan atas laba adalah dengan cara antara lain:
(1) Otoritas pajak di berbagai Negara membuat aturan transfer pricing
yang ketat seperti penerapan hukuman atau sanksi. (2) Persyaratan
dokumen yang lengkap, (3) Pemeriksaan pajak terhadap perusahaan
yang melakukan praktik transfer pricing. Ada tiga aturan yang harus di
jalankan oleh wajib pajak di Indonesia terkait dengan transfer pricing
yaitu Pasal 18 UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
(UU PPh), Peraturan Dirjen Pajak Nomor 32 Tahun 2011 Perubahan

18
Atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-43/PJ/2010 Tentang
Penerapan Prinsip Kewajaran Dan Kelaziman Usaha Dalam Transaksi
Antara Wajib Pajak Dengan Pihak Yang Mempunyai Hubungan
Istimewa, serta Peraturan No.213/PMK.03/2016 mengenai Jenis
Dokumen dan/atau Informasi Tambahan yang Wajib Disimpan Oleh
Wajib Pajak yang Melakukan Transaksi Dengan Para Pihak Yang
Mempunyai Hubungan Istimewa, dan Tata Cara Pengelolaannya.
Diharapkan dengan adanya aturan transfer pricing Dapat mengatur atas
transaksi transfer pricing Indonesia terkait perpajakannya agar
mengurangi kecurang transfer pricing yang terjadi dan pajak dapat
diterima oleh negara secara maksimal. Di Indonesia sendiri transfer
pricing telah diatur dalam Pasal 18 UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang
Pajak Penghasilan (UU PPh). Pasal 18 ayat (3) UU PPh yang
menyebutkan bahwa Direktorat Jenderal Pajak (DJP) berwenang untuk
menentukan kembali besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak
yang mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak lainnya
(afiliasi) sesuai dengan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha yang
tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa (arm’s length principle). Ada
beberapa cara untuk mengukur kewajaran dan kelaziman yaitu dengan
cara menggunakan metode perbandingan harga antara pihak yang
independen, metode harga penjualan kembali, metode biaya-plus, atau
metode lainnya. Hubungan istimewa terjadi jika (1) Wajib Pajak
mempunyai penyertaan modal langsung ataupun tidak langsung dengan
jumlah paling rendah 25% pada Wajib Pajak lainnya, (2) Wajib Pajak
menguasai atas Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib Pajak
berada di bawah penguasaan yang sama baik secara langsung maupun
tidak langsung, atau (3) jika terdapat hubungan keluarga baik hubungan
sedarah ataupun semenda dalam garis keturunan lurus dan/atau ke
samping satu derajat.
Kesimpulan:
Skema atas pemanfaatan pajak atas transaksi transfer pricing yang sering
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan multinasional adalah dengan cara
mengalihkan laba mereka dari negara yang tarif pajaknya tinggi ke

19
negara yang tarif pajaknya rendah. Adanya penghindaran pajak (tax
avoidance) dilakukan pengusaha dengan melakukan transfer pricing
(TP) antar perusahaan yang berada di berbeda negara yaitu dengan
mendirikan perusahaan perantara di negara bertarif pajak rendah.
Ternyata banyak Wajib pajak yang tidak mengerti atau pura-pura tidak
mengerti atau acuh terhadap masalah transfer pricing ini. Walaupun
Wajib Pajak sudah mengisi Lampiran Khusus Pernyataan Transaksi
Hubungan Istimewa pada SPT, tetapi mereka tidak mengerti
konsekuensi dari Lampiran SPT yang mereka isi tersebut. Direktorat
Jenderal Pajak, belum dapat dengan optimal memantau atas kecurangan
yang dilakukan semacam ini karena tidak memiliki data jual beli yang
dibutuhkan selama ini. Diperlukan keterbukaan pajak di negaranegara
lain, di kedutaan-kedutaan di luar negeri. Mengatasi transfer pricing
bukanlah hal yang mudah bagi setiap negara. Keterkaitan antar data luar
negeri yang membuat sulitnya pemberantasan penghindaran pajak dari
transaksi ini. Ada 3 aturan besar yang harus di jalankan wajib pajak di
Indonesia terkait dengan transfer pricing yaitu Pasal 18 UU Nomor 36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh), Peraturan Dirjen
Pajak Nomor 32 Tahun 2011 Perubahan Atas Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-43/PJ/2010 Tentang Penerapan Prinsip
Kewajaran Dan Kelaziman Usaha Dalam Transaksi Antara Wajib Pajak
Dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa, serta Peraturan
No.213/PMK.03/2016 mengenai Jenis Dokumen dan/atau Informasi
Tambahan yang Wajib Disimpan Oleh Wajib Pajak yang Melakukan
Transaksi Dengan Para Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa,
dan Tata Cara Pengelolaannya. Diharapkan dengan adanya aturan
transfer pricing Dapat mengatur atas transaksi transfer pricing Indonesia
terkait perpajakannya agar mengurangi kecurang transfer pricing yang
terjadi dan pajak dapat diterima oleh negara secara maksimal. Dalam
Peraturan Dirjen Pajak ini diatur bahwa arm’s length principle harus
dilakukan dan jugamewajibkan Wajib Pajak untuk menyelenggarakan
dan menyimpan tiga tingkat dokumen yang terdiri atas: Dokumen Induk,

20
Dokumen Lokal, dan Laporan per Negara. Diharapkan dengan adanya
aturan transfer pricing Dapat mengatur atas transaksi transfer pricing
Indonesia terkait perpajakannya agar mengurangi kecurang transfer
pricing yang terjadi dan pajak dapat diterima oleh negara secara
maksimal.
- Kelebihan:
 Jurnal secara rinci menjelaskan analisis data yang dilakukan
dalam penelitian sehingga membuat hasil penelitian semakin
kuat.
 Jurnal mudah untuk di pahami karena memberikan
penjelasan yang sangat jelas..
 Jurnal disusun dengan baik dan benar sesuai dengan
ketentuan pada penulisan artikel.
- Kelemahan:
 Terlalu luas cakupan penelitian sehingga banyak hasil yang
general.

2.8 Contoh Kasus Akuntansi Keprilakuan

Identitas Jurnal:
Jurnal: Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan
Judul Artikel: Aspek Perpajakan Dalam Praktik Transfer Pricing
Volume: Vol. 7 No. 1
Tahun: April 2007
Halaman: 53-61
Interdependensi antar negara yang diikuti dengan semakin pesatnya
hubungan perdagangan dan ekonomi khususnya di bidang permodalan telah

21
menimbulkan suatu perkembangan tatanan baru dalam perekonomian dunia, yaitu
munculnya unifikasi ekonomi global dengan kecenderungan ke arah regionalisasi
maupun globalisasi. Globalisasi ekonomi telah membawa dampak semakin
meningkatnya transaksi internasional atau cross border transaction. Arus barang,
orang, jasa, dan permodalan (investasi) antarnegara telah menjadi berlipat ganda.
Saat ini pergerakan modal dan dana dari satu negara ke negara lain menjadi lebih
besar dari sebelumnya. Lahirnya General Agreement on Trade and Tariff (GATT)
dan World Trade Organisation (WTO) telah mengurangi kendala-kendala dalam
pergerakan barang, jasa dan modal antar negara. Perusahaan-perusahaan tidak lagi
membatasi operasinya hanya di negara sendiri, akan tetapi merambah ke manca
negara dan menjadi perusahaan multinasional dan transnasional. Mereka
beroperasi melalui anak usaha dan cabang-cabangnya di hampir semua negara
berkembang dan pasar-pasar yang sedang tumbuh. Dalam lingkungan perusahaan
multinasional, terjadi berbagai transaksi antaranggota yang meliputi penjualan
barang dan jasa, lisensi hak dan harta tak berwujud lainnya, penyediaan pinjaman
dan sebagainya. Penentuan harga atas berbagai transaksi antar anggota korporasi
tersebut dikenal dengan sebutan transfer pricing (harga transfer). Praktik transfer
pricing ini dulunya hanya dilakukan oleh perusahaan semata-mata hanya untuk
menilai kinerja antar anggota atau divisi perusahaan, tetapi seiring dengan
perkembangan zaman praktik transfer pricing sering juga dipakai untuk
manajemen pajak yaitu sebuah usaha untuk meminimalkan jumlah pajak yang
harus dibayar.
Transfer pricing didefinisikan sebagai suatu harga jual khusus yang
dipakai dalam pertukaran antardivisional untuk mencatat pendapatan divisi
penjual (selling division) dan biaya divisi pembeli (buying division). Transfer
pricing sering juga disebut dengan intracompany pricing, intercorporate pricing,
interdivisional atau internal pricing yang merupakan harga yang diperhitungkan
untuk keperluan pengendalian manajemen atas transfer barang dan jasa antar
anggota (grup perusahaan). Tujuan transfer pricing adalah untuk mentransmisikan
data keuangan di antara departemen-departemen atau divisi-divisi perusahaan
pada waktu mereka saling menggunakan barang dan jasa satu sama lain. Selain
tujuan tersebut, transfer pricing juga digunakan untuk mengevaluasi kinerja divisi

22
dan memotivasi manajer divisi penjual dan divisi pembeli menuju keputusan-
keputusan yang serasi dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan. Praktik
transfer pricing sering digunakan oleh banyak perusahaan sebagai alat untuk
meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar. Adanya hubungan istimewa
merupakan kunci dari dilakukannya praktik transfer pricing dalam bidang
perpajakan.
Hubungan istimewa dalam perpajakan ditandai dengan adanya hubungan
antara dua atau lebih Wajib Pajak yang berada di bawah pemilikan atau
penguasaan yang sama baik secara langsung maupun tidak langsung, adanya
hubungan antara Wajib Pajak yang mempunyai penyertaan 25% atau lebih pada
pihak yang lain. Hubungan istimewa juga ditandai dengan adanya hubungan
keluarga baik sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus dan/atau ke
samping satu derajat. Kekurang-wajaran dari harga transfer (non arm's length
price) yang ditimbulkan dengan adanya praktik transfer pricing dapat terjadi atas:
harga penjualan; harga pembelian; alokasi biaya administrasi dan umum
(overhead cost); pembebanan bunga atas pemberian pinjaman oleh pemegang
saham (shareholder loan); pembayaran komisi, lisensi, franchise, sewa, royalti,
imbalan atas jasa manajemen, imbalan atas jasa teknik dan imbalan atas jasa lain;
pembelian harta perusahaan oleh pemegang saham (pemilik) atau pihak yang
mempunyai hubungan istimewa yang lebih rendah dari harga pasar, penjualan
kepada pihak luar negeri melalui pihak ketiga yang kurang/tidak mempunyai
substansi usaha. Beberapa hambatan penerapan APA di Indonesia, seperti: (i)
kurangnya sumber daya manusia yang memiliki keahlian khusus di bidang
transfer pricing; (ii) sistem pendataan dan dokumentasi yang masih belum
memadai dan terorganisir baik; serta (iii) moralitas otoritas fiskal dan wajib pajak
yang masih perlu terus-menerus diperbaiki, kiranya tidak dipakai untuk dijadikan
alasan agar tidak meneruskan pembenahan prosedur teknis pengajuan APA yang
telah dijadikan salah satu alternatif pencegahan praktik transfer pricing pada
korporasi multinasional dalam UU Pajak kita.

23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam suatu perusahaan yang sudah melakukan divisonalisasi, dan diantara divisi
tersebut melakukan transfer barang maka penentuan harga transfer menjadi
masalah yang penting dalam perusahaan tersebut. Hal ini disebabkan oleh
besarnya pengaruh harga transfer tersebut terhadap kontribusi margin yang dapat
diberikan oleh masing-masing divisi tersebut dalam suatu perusahaan, karena hal
tersebut dijadikan acuan untuk mengukur kinerja atau prestasi masing-masing
divisi tersebut. Oleh sebab itu harga transfer yang ditetapkan harus dan
diaharpkan dapat memuaskan dan menguntungkan baik divisi penjual ataupun
pembeli serta mendukung tercapainya goal congruence perusahaan pada
umumnya dan meningkatkan profit yang diperoleh perusahaan secara maksimal
pada khususnya, sehingga dalam penentuan harga transfer ini tidak boleh ada
kepentingan salah satu divisi baik divisi penjual ataupun pembeli dikalahkan atau
dengan kata lain mementingkan kepentingan salah satu divisi saja. Hal ini akan
mengurangi profit perusahaan secara keseluruhan, oleh sebab itu ketepatan
penentuan harga transfer menjadi sangat penting. Di dalam batasan masalah
penulis telah memberikan batasan bahwa pengertian harga transfer yang dibahas
adalah harga transfer dalam arti sempit. Perusahaan yang dibahas merupakan
perusahaan domestik dalam artian semua divisi berada dalam satu negara dan
beroperasi di lokasi yang sama, pasar barang yang ditransferkan berada dalam
persaingan sempurna dan barang tersebut merupakan barang jadi yang dapat
langsung dipasarkan ke pihak eksternal perusahaan sehingga barang tersebut pasti
mempunyai harga pasar. Setelah melihat batasan masalah tersebut, keunggulan,
kelemahan serta pembahasan mengenai metode penentuan harga transfer yang
terbaik serta yang paling menguntungkan adalah dengan menggunakan metode
harga transfer berdasarkan harga pasar atau market based pricing. Penulis
menganggap market based pricing adalah yang terbaik karena selain kelebihan
yang telah diungkapkan pada bab sebelumnya juga karena metode harga pasar
tersebut mempunyai kelebihan daripada metode lain.
Metode ini dapat :

24
a. memenuhi kriteria harga transfer yang baik
b. dapat menunjang atau mendorong tercapainya goal congruence perusahaan.
Namun metode penentuan harga transfer berdasar harga pasar ini juga
mempunyai kekurangan.
Kekurangan ini semakin nyata dalam kondisi ekonomi yang sedang
mengalami krisis ini. Hal ini disebabkan oleh kecendeerungan harga yang
selalu berubah dari waktu ke waktu, sehingga perusahaan harus sering
menghitung harga transfer. Tetapi kelemahan ini akan hilang bila keadaan
ekonomi telah kembali normal, nilai rupiah telah stabil dan tingkat inflasi
dapat ditekan, sehingga harga pasar barang menjadi stabil dan jarang berubah.

25
26

Anda mungkin juga menyukai