Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN

PENENTUAN HARGA TRANSFER


(TRANSFER PRICING)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Pengendalian Manajemen yang
Dibimbing oleh Bapak Drs. Sarwani M.si, Ak.

Disusun Oleh:
Kelompok 4
Dyah Rachmi W 1710313320014
Jihan Nabila 1710313320034
Nurmina Faridha 1710313320058
Siti Nooriani Putri Vila 1710313320070
Hyuliana 1610313320020

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PRODI S1 AKUNTANSI
BANJARMASIN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkat dan
anugerah dari-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Transfer Pricing” ini.
Penentuan Harga Transefer sendiri adalah salah satu materi pokok yang dibahas
dalam “Sistem Pengendalian Manajemen”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem
Pengendalian Manajemen. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai berbagai
pendekatan dalam penentuan harga transfer (transfer pricing) untuk transaksi
antarpusat laba dan sistem negosiasi dan arbitrase yang sangat penting ketika harga
transfer digunakan.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam penyusunan makalah ini. Kami juga berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami
harapkan dari para pembaca untuk meningkatka dan memperbaiki pembuatan
makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Banjarmasin, Februari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... i

DAFTAR ISI..................................................................................................................2

BAB I PENDAHULAN................................................................................................3

1.1 Latar belakang.....................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................4

2.1 Pengertian harga transfer.....................................................................................4

2.2 Tujuan Harga Transfer.........................................................................................5

2.3 Metode-metode Harga Transfer...........................................................................5

Prinsip Dasar..........................................................................................................6

Situasi Ideal............................................................................................................6

Hambatan-hambatan dalam perolehan sumber daya.............................................7

2.4 Penetapan Harga Jasa Korporat.........................................................................12

Pengendalian atas jumlah jasa.............................................................................12

Pilihan Penggunaan Jasa......................................................................................12

2.5 Administrasi harga transfer................................................................................13

Negosiasi..............................................................................................................13

Arbitrase dan penyelesaian konflik......................................................................13

Klasifikasi produk................................................................................................14

BAB III PENUTUP.....................................................................................................15

3.1 Kesimpulan........................................................................................................15

Daftar Pustaka..............................................................................................................16

2
BAB I
PENDAHULAN

1.1 Latar belakang


Semakin ketatnya persaingan di dunia usaha baik berupa barang atau jasa
membuat setiap perusahaan berusaha untuk dapat memenuhi segala kebutuhan
konsumen dengan harga yang relatif terjangkau namun tetap memperhatikan
biaya-biaya yang diperlukan dalam menghasilkan barang atau jasa tersebut . Salah
satu yang mempengaruhi ialah harga transfer.
Harga transfer adalah biaya (cost) atau harga (price) yang dibebankan atas
pemindahan (transfer) suatu barang atau jasa dari satu divisi ke divisi lain dalam
suatu perusahaan. Hal ini berarti adanya biaya atau harga tambahan yang
dikenanakan pada setiap barang atau jasa yang diproduksi yang mengalami
perpindahan dari satu divisi ke divisi lain dalam kegiatan produksi. Kewenangan
dalam menetapkan besaran harga transfer ini detentukan oleh masing-masing
divisi.
Harga transfer juga mempengaruhi keputusan manajemen dalam
menetapkan besaran harga suatu produk atau jasa yang akan dijual ke masyarakat.
Hal ini perlu diperhatikan oleh setiap divisi bahwa apabila harga transfer yang
ditentukan tinggi maka harga jual produk atau jasa tersebut juga akan menjadi
tinggi sehingga akan membuat masyarakat tidak tertarik untuk membeli produk
tersebut.
Oleh karena itu pada makalah ini kami mencoba menjelaskan bagaimana
sebenarnya yang dimaksud harga transfer tersebut. Sehingga dapat digunakan
sebagai referensi bagi para pembaca agar mengetahui bagaimana cara penentuan
besaran harga transfer agar nantinya bisa ditetapakan dalam kehidupan seharihari.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian harga transfer


Menurut Tsurumi dan Gunadi (1997), dalam suatu grup perusahaan,
transfer pricing merupakan harga yang diperhitungkan untuk
pengendalian manajemen (management control) atas transfer barang dan
jasa dalam satu grup perusahaan.
Menurut Charles T. Horngren, George Foster dan Srikant Datar
dalam akuntansi biaya, harga transfer merupakan harga yang dikenakan
oleh satu subunit (segmen, departemen, divisi dan sebagainya) untuk
produk atau jasa yang dipasok ke subunit lain dalam organisasi yang
sama.
Menurut Ralph Estes dalam kamus akuntansi, harga transfer adalah
suatu harga internal yang dibebankan oleh satu unit (seperti divisi,
perusahaan anak, atau departemen) dari suatu perusahaan pada unit
lainnya dalam perusahaan yang sama.
Menurut Don R. Hansen dan Maryanne M. Moven dalam
management accounting, harga transfer adalah harga yang ditagihkan
untuk barang yang ditransfer dari satu divisi ke divisi lainnya.
Menurut Sophar Lumbantoruan, harga transfer adalah penentuan harga
atau balas jasa atas suatu transaksi antar unit dalam satu perusahaan atau
antar perusahaan dalam satu grup.
Dari berbagai definisi di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pada
prinsipnya transfer pricing (harga transfer) adalah suatu metode penentuan harga
antar grup (divisi, segmen, departemen, subunit dll) dalam satu perusahaan yang
sama.

4
2.2 Tujuan Harga Transfer
Harga transfer merupakan mekanisme untuk mendistribusikan pendapatan jika
pusat laba atau lebih bertanggung jawab atas pengembangan, pembuatan, dan
pemasaran sesuatu sehingga masing-masing harus berbagi pendapatan yang
dihasilkan ketika produk tersebut terjual.
Harga Transfer harus dirancang sedemikian rupa supaya mencapai beberapa
sasaran sebagai berikut:
1) Memberikan informasi yang relevan kepada masing-masing unit usaha
untuk menentukan timbal balik yang optimum antara biaya dan
pendapatan perusahaan
2) Menghasilkan keputusan yang selaras dengan cita-cita, maksudnya sistem
harus dirancang sedemikian rupa agar keputusan yang meningkatkan laba
unit usaha juga akan meningkatkan laba perusahaan.
3) Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari tiap unit usaha.
4) Memberikan sistem harus mudah dimengerti dan dikelola
Harga transfer sering memicu masalah, terutama pada penentuan harga
sepakatannya karena melibatkan dua unit, yaitu unit pembeli dan unit penjual,
dan harga transfer juga mempengaruhi pengukuran laba unit, harga transfer yang
tinggi akan merugikan unit pembeli sedangkan harga transfer yang terlalu rendah
akan merugikan unit penjual, maka penentuan harga transfer menjadi hal yang
sangat penting.

2.3 Metode-metode Harga Transfer


Istilah “harga transfer” yang digunakan disini adalah nilai yang diberikan
kepada suatu transfer barang dan jasa dalam suatu transaksi dimana setidaknya
ada satu pusat laba yang terlibat didalamnya. Harga semacam ini biasanya
melibatkan suatu elemen laba karena sebuah perusahaan yang independent tidak
akan mentransfer barang dan jasa ke perusahaan independent yang lain sebesar
biaya produksi atau lebih rendah dari itu.

5
Prinsip Dasar
Prinsip dasar dari harga transfer adalah bahwa harga transfer sebaiknya
serupa dengan harga yang akan dikenakan seandainya produk tersebut dijual ke
konsumen luar atau dibeli dari pemasok luar. Ketika suatu pusat laba di suatu
perusahaan membeli produk dari, dan menjual ke, satu sama lain, maka dua
keputusan yang harus diambil untuk setiap produk adalah:
a) Apakah perusahaan harus memproduksi sendiri produk tersebut atau
membelinya dari pemasok luar? (keputusan sourcing)
b) Jika diproduksi secara internal, pada tingkat harga berapakah produk tersebut
akan ditransfer antar pusat laba? ( keputusan harga transfer )
Penentuan sistem harga transfer dapat bervariasi dari yang paling sederhana
sampai yang paling rumit, tergantung pada sifat usahanya.

Situasi Ideal
Harga transfer berdasarkan harga pasar akan menghasilkan keselarasan
citacita jika kondisi-kondisi berikut ada, yaitu:
1. Orang-orang kompeten
Idealnya manajer harus memperhatikan kinerja jangka panjang dan
jangka pendek dari pusat tanggung jawab mereka.
2. Atmosfer yang baik
Manajer harus menjadikan profitabilitas sebagai cita-cita yang penting
dan pertimbangan yang signifikan dalam penilaian kinerja pusat tanggung
jawab. Mereka juga harus memandang bahwa harga transfer tersebut adil.
3. Harga pasar
Harga transfer yang ideal adalah berdasarkan hrga pasar normal dan
mapan dari produk identik yang sedang ditransfer, maksudnya harga pasar
mencerminkan kondisi yang sama (kuantitas, waktu pengiriman dan kualitas)
dengan produk yang dikenakan harga transfer.

6
4. Kebebasan memperoleh sumber daya
Idealnya alternatif pusat tanggung jawab dalam memperoleh sumber
daya haruslah ada, dan para manajer sebaiknya diizinkan untuk memilih
alternative yang baik bagi pusat tanggung jawab mereka.
5. Informasi penuh
Para manajer harus mengetahui semua alternative yang ada, serta biaya
dan pendapatan yang relevan dari masing-masing alternative tersebut.
6. Negosiasi
Harus ada mekanisme kerja yang berjalan lancar untuk melakukan
negosiasi “kontrak” antar unit usaha.

Hambatan-hambatan dalam perolehan sumber daya


Idealnya seorang manajer pembelian, bebas mengambil keputusan sourcing.
Demikian halnya dengan manajer penjualan, ia harus bebas untuk menjual
produknya ke pasar yang paling menguntungkan.
Akibat-akibat yang terjadi jika para manajer pusat laba tidak memiliki
kebebasan dalam mengambil keputusan sourcing:
1) Pasar yang Terbatas
Beberapa alasan pasar terbatas bagi pusat laba (pembeli dan penjual):
a) Keberadaan kapasitas internal mungkin membatasi pengembangan
penjualan eksternal.
b) Jika suatu perusahaan merupakan produsen tunggal dari produk yang
terdifferensiasi, tidak ada sumber dari luar.
c) Jika perusahaan telah melakukan investasi yang besar, cenderung tidak
akan menggunakan sumber daya dari luar kecuali harga jual di luar
mendekati biaya variable perusahaan.

7
Dalam kondisi pasar yang terbatas, harga transfer yang paling memenuhi
persyaratan sistem pusat laba adalah harga kompetitif. Dimana harga kompetitif
mengukur kontribusi dari setiap pusat laba terhadap laba perusahaan secara
keseluruhan. Perusahaan dapat mengetahui tingkat harga kompetitiif jika
perusahaan tersebut tidak membeli atau menjual produknya ke pasar bebas
melalui cara-cara:
a. Jika ada harga pasar diterbitkan, maka harga tersebut dapat digunakan untuk
menentukan harga transfer.
b. Harga pasar mungkin ditentukan berdasarkan penawaran.
c. Jika pusat laba produksi menjual produk yang serupa di pasar bebas, maka
pusat laba tersebut sering kali meniru harga kompetitif berdasarkan harga di
luar.
d. Jika pusat laba pembelian membeli produk yang serupa dari pasar luar/bebas
mak pusat laba tersebut dapat meniru untuk harga kompetitif untuk
produkproduk eklusifnya.
2) Kelebihan atau Kekurangan Kapasitas Industri
Misalnya, jika pusat laba penjualan tidak dapat menjual seluruh produk ke
pasar bebas atau memiliki kapasitas produksi yang berlebih. Perusahaan
mungkin tidak akan mengoptimalkan labanya jika pusat laba pembelian
membeli produk dari pemasok luar sementara kapasitas produksi di dalam
masih memadai. Dan sebaliknya, jika pusat laba pembelian idak dapat
memperoleh produk yang diperlukan dari luar sementara pusat laba
penjualan menjual produknya ke pihak luar. Situasi ini terjadi ketika terdapat
kekurangan kapasitas produksi di dalam industry. Sehingga pusat laba
pembelian terhalang dan laba perusahaan tidak optimal.
Meskipun ada hambatan dalam pemerolehan sumber daya, harga pasar
tetap merupakan harga transfer yang baik. Jika harga pasar tersedia atau
dapat diperkirakan maka gunakanlah. Meskipun demikian, jika tidak ada
cara untuk memperkirakan harga kompetitif, pilihan lainnya adalah

8
mengembangkan harga transfer berdasarkan biaya (cost based transfer
price). Biasanya, perusahaan akan mengeliminasi unsur iklan, pendanaan,
atau pengeluaran lain yang tidak dikeluarkan oleh pihak penjual dalam
transaksi internal saat penentuan harga transfer.

Ada 2 cara dalam menentukan harga transfer yaitu:


1. Harga transfer berdasarakan biaya
Dasar biaya
Dasar yang umum adalah biaya standar. Biaya aktual tidak bole
digunakan karena faktor inefisiensi produksi akan diteruskan ke pusat laba
pembelian. Jika biaya standar yang digunakan, maka dibutuhkan suatu
insentif untuk menetapkan standar yang ketat da untuk meningkatkan
standar tersebut.
Markup laba
Dalam menghitung markup laba, terdapat 2 (dua) keputusan:
(1) apa dasar markup laba dan
(2) tingkat laba yang diperbolehkan.
Dasar yang paling mudah dan umum dipergunakan adalah persentase
dari biaya. Jika dasar tersebut digunakan maka tidak ada pertimbangan
atas modal yang diperlukan. Dasar yang secara konsep lebih baik adalah
persentase dari investasi, tetapi untuk menghitung investasi yang akan
dikenakan ke setiap produk yang dihasilkan dapat menimbulkan
permasalahan teknis. Jika menggunakan dasar biaya historis suatu aktiva,
maka fasilitas baru yang dirancang untuk mengurangi harga secara aktual
dapat meningkatkan biaya karena aktiva yang lama menjadi dinyatakan
terlalu rendah.
Masalah kedua dalam penyisihan laba adalah besarnya jumlah laba.
Persepsi dari manajemen senior atas kinerja keuangan dari sutau pusat laba
akan dipengaruhi oleh laba yang ditunjukan oleh pusat laba tersebut. Solusi

9
konseptual adalah membuat penyisihan laba berdasarkan investasi yang
dibutuhkan untuk memenuhi volume yang diminta oleh pusat laba
pembelian.
Nilai investasi tersebut dihitung pada tingkat „standar‟, dengan aktiva
tetap dan persediaan pada tingkat biaya penggantian (replacement cost).

2. Biaya tetap dan laba hulu


Penetapan harga transfer dapat menimbulkan permasalahan yang
cukup serius dalam perusahaan yang terintegrasi. Pusat laba yang pada
akhirnya menjual produk ke pihak luar mungkin tidak menyadari jumlah
biaya tetap dan laba bagian hulu yang terkandung di dalam harga
pembelian internal. Bahkan jika hal itu disadari, pusat laba mungkin
enggan untuk mengurangi labanya guna mengoptimalkan laba perusahaan.
Adapun metode yang dapat digunkan perusahaan untuk mengatasi
masalah ini adalah dengan cara berikut:
Persetujuan antarunit usaha
Beberapa perusahaan membuat mekanisme formal dimana wakil-wakil
dari unit pembelian dan penjualan bertemu secara berkala untuk
memutuskan harga penjualan ke pihak luar dan pembagian laba untuk
produk-produk dengan biaya tetap dan laba bagian hulu yang signifikan.
Mekanisme ini hanya bekerja bila proses peninjauannya terbatas pada
keputusan-keputusan yang melibatkan jumlah bisnis yang signifikan bagi
paling tidak satu pusat laba. Jika tidak demikian maka negosiasi ini akan
sia-sia.
Dua langkah penentuan harga
Cara lain untuk mengatasi masalah ini adalah dengan membuat harga
transfer yang meliputi dua beban. Pertama, untuk setiap unit yang terjual,
pembebanan biaya dilakukan dalam jumlah yang sama dengan biaya
variabel standar produksi. Kedua, pembebanan biaya berkala dilakukan

10
dalam jumlah sama dengan biaya tetap yang erkaitan dengan fasilitas yang
disediakan untuk unit pembelian.
Pembagian Laba
Jika sistem penentuan harga dua langkah tıdak dapat digunakan, maka
sistem pembagian laba (bagi hasil) dapat digunakan untuk menghubungkan
keselarasan antara kepentingan unit usaha dan perusahaan. Sistem tersebut
beroperasi dengan cara sebagai berikut:
1. Produk tersebut ditransfer ke unit pemasaran pada biaya variabel
standar.
2. Setelah produk tersebut dijual, unit-unit usaha yang dihitung
menghasilkan kontribusi, yang merupakan harga penjualan, biaya
variabel, produksi dan pemasaran.
Metode penentuan harga ini mungkin tepat jika permintaan akan
produk yang dihasilkan tidak cukup stabil untuk penyediaan lokasi
permanen, seperti dalam metode dua langkah, pada umumnya, metode ini
benar-benar membuat unit permintaan pemasok selaras dengan
kepentingan perusahaan.
Dua Kelompok Harga
Dalam metode ini, pendapatan unit produksi akan dikreditkan pada
harga jual ke luar dan unit permbelian dibutuhkan dengan total biaya
standar. Selisihnya dibebankan pada kantor pusat dan kompilasi laporan
keuangan unit usaha dikonsolidasikan. Metode penentuan harga transfer
yang dikeluarkan ini menggunakan konflik antara unit pembelian dan
penjualan yang tidak dapat disetujui oleh metode yang lain. Baik unit
pembelian maupun penjualan memperoleh manfaat dari metode ini.
Tetapi, ada beberapa kelemahan dari sistem yang menggunakan dua
kelompok harga, seperti:
1. jumlah laba unit usaha akan lebih besar dari laba perusahaan
seacara keseluruhan.

11
2. istem ini membuat suatu ilusi bahwa unit usaha menghasilkan
uang, sementara pada perusahaan yang mengeluarkan dana karena
debit ke kantor pusat.

2.4 Penetapan Harga Jasa Korporat


Pengendalian atas jumlah jasa
Unit usaha mungkin diharuskan untuk menggunakan staf korporat untuk jasa
– jasa seperti teknologi informasi serta riset dan pengembangan. Ada tiga teori
pemikiran mengenai jasa – jasa tersebut:
Teori pertama menyatakan bahwa suatu unit usaha harus membayar biaya
variabel standar dari jasa yang diberikan. Jika membayar kurang dari itu,
maka unit usaha akan termotivasi untuk menggunakan jasa – jasa dalam
jumlah yang lebih banyak daripada yang dibenarkan secara ekonomis.
Teori pemikiran yang kedua menyarankan harga yang sama dengan biaya
variabel standar ditambah bagian yang wajar dan biaya tetap standar yaitu
biata penuh.
Teori pemikiran yang ketiga menyarankan harga yang sama dengan harga
pasar, atau biaya penuh standar ditambah dengan margin laba. Harga
pasar akan digunakan jika memungkinkan, jika tidak maka harga sebesar
biaya penuh ditambah ROI yang akan digunakan
Pilihan Penggunaan Jasa
Pihak manajemen mungkin memutuskan bahwa unit-unit usaha dapat memilih
apakah akan menggunakan unit layanan sentral atau tidak. Unit- unit bisnis yang
dapat diperoleh dari pihak luar, mengembangkan kemampuan mereka, atau
memilih untuk tidak menggunakan layanan ini sama sekali. Perjanjian semacam
ini sering ditemukan untuk aktivitas-aktivitas seperti teknologi informasi,
kelompok konsultasi internal, dan pekerjaan perawatan. Pusat-pusat layanan ini
independen; yaitu harus berdiri sendiri-sendiri. Jika layanan internal tidak
kompetitif dibandingkan dengan penyedia layanan dari luar, maka ruang

12
perbandingan dari kegiatan mereka akan dikontrakkan atau jasa-jasa mereka
diperoleh dari luar perusahaan. Dalam situasi ini, para manajer unit usaha
membantu baik jumluh maupun efisiensi dari jasa pusat. Pada Kondisi ini,
kelompok pusat ini merupakan pusat Laba. Harga transfer harus ditentukan pada
pertimbangan yang sama dengan pertimbangan yang mengontrol harga transfer
yang lain.

2.5 Administrasi harga transfer


Negosiasi
Unit usaha harus mengetahui aturan dasar yang dijadikan patokan dalam
melakukan negosiasi harga tersebut. Dimana aturan harus mengatur sedemikian
rupa supaya penentuan harga transfer tidak semata-mata ditentukan oleh keahlian
individu dalam bernegosiasi. Tanpa adanya aturan semacam ini, manajer yang
paling keras kepala sekalipun akan melakukan negosiasi dengan harga yang
paling pantas.
Arbitrase dan penyelesaian konflik
Bagaimanapun rincinya peraturan penentuan harga transfer, mungkin ada
kasus dimana unit usaha tidak dapat menyetujui harga tertentu. Maka suatu
prosedur harus dapat dibuat menengahi arbitrase harga transfer. Tingkat
formalitas dalam arbitrase harga transfer tergantung pada jenis dan luasnya
potensi harga transfer. Dalam berbagai kasus arbitrase harga transfer merupakan
tanggung jawab dari kelompok atau eksekutif tingkat satu kantor pusat karena
keputusan arbitrase memiliki dampak yang sangat mempengaruhi laba unit-unit
usaha.
Cara arbitrase dalam sistem yang formal adalah kedua pihak menyerahkan
kasus secara tertulis kepada pihak penengah/pendamai (arbitrator). Kemudian
arbitrator akan meninjau posisi mereka masing-masing dan memutuskan harga
yang ditetapkan, kadang kala dengan bantuan staf kantor yang lain.

13
Selain tingkat formalitas arbitrase, jenis proses penyelesaian konflik yang
digunakan juga mempengaruhi efektifitas suatu sistem harga transfer. Terdapat
empat cara penyelesaian konflik: memaksa (forcing), membujuk (smoothing),
menawarkan (bargaining) dan penyelesaian masalah (problem solving).
Mekanisme penyelesaian konflik dapat bervariasi, dari menghindari konflik
melalui forcing dan smoothing, sampai penyelesaian konflik melalui bargaining
dan problem solving.
Klasifikasi produk
Luas dan formalitas dari perolehan sumber daya dan peraturan penentuan
harga transfer tergantung pada banyaknya jumlah transfer dalam perusahaan dan
ketersediaan pasar serta harga pasar. Semakin besar jumlah transfer dan
ketersediaan harga pasar, maka semakin formal dan semakin spesifik peraturan
yang ada. Jika harga pasar selalu siap sedia, maka perolehan nsumber daya dapat
dikendalikan dengan peninjauan kantor pusat atas keputusan buat atau beli (make
or buy decisison) yang melebihi jumlah tertentu.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bahwa dari berbagai definisi yang ada kami menarik suatu kesimpulan bahwa
pada prinsipnya transfer pricing (harga transfer) adalah suatu metode penentuan
harga antar perusahaan dalam satu grup yang sama.
Implikasi pajak yang signifikan dari transaksi transfer pricing adalah
berkurangnya atau hilangnya potensi penerimaan pajak yang seharusnya
diperoleh.
Harga transfer memiliki beberapa tujuan, antara lain:
1. Memberi informasi yang relevan kepada masing-masing unit usaha untuk
menentukan imbal balik yang optimum antara biaya dan pendapatan
perusahaan.
2. Menghasilkan keputusan yang selaras dengan cita-cita (meningkatkan laba
unit usaha namun juga dapat meningkatkan laba perusahaan).
3. Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari unit usaha individual.
4. Sistem tersebut harus mudah dimengerti dan dikelola
Terdapat tiga metode penentuan harga transfer yaitu:
1. Harga transfer berdasarkan pasar (market-based price)
2. Harga transfer berdasarkan biaya (cost-based transfer based)
3. Harga transfer dengan sistem penentuan dua langkah (two-step pricing
system)

15
Daftar Pustaka

Anthony, Robert N. 2011 .Sistem Pengendalian Manajemen Edisi 12. Tanggerang


Selatan: KARISMA Publishing Group
http://pojokfekon.blogspot.com/2009/12/transfer-priceharga-transfer.html
http://jokmedia.blogspot.com/2011/04/makalah-harga-transfer.html

16
a Wajib Pajak

17

Anda mungkin juga menyukai