Anda di halaman 1dari 5

MANAJEMEN PAJAK PADA TRANSFER PRICING

A. Manajemen dalam Organisasi Desentralisasi


Ketika organisasi-organisasi mulai berkembang dan melakukan aktivitas yang lebih
kompleks dan berbeda, banyak pilihan untuk mendelegasikan kewenangan dalam pengambilan
keputusan kepada para manajer di dalam organisasi tersebut. Desentralisasi adalah pendelegasian
(pelimpahan wewenang) untuk mengambil keputusan. Kebebasan ini terdapat dalam tingkatan
terorganisasi yang lebih pendek, semakin besar desentralisasi itu. Istilah desentralisasi pada
pembahasan ini hanya terkait dengan konteks perusahaan bisnis. Definisi yang paling popular
dari desentralisasi adalah definisi dari H. A Simon : “suatu organisasi administrative adalah
tersentralisasi sejauh keputusan dibuat pada tingkatan yang relative tinggi dalam organisasi
tersebut, terdesentralisasi sejauh keputusan itu didelegasikan oleh manajemen puncak kepada
tingkatan wewenang eksekutif yang lebih rendah”. Semakin luas kesempatan berpartisipasi
diberikan kepada bawahan pada aspek struktur organisasi akan semakin mengarah pada struktur
desentralisasi.

B. Transfer Pricing
Menurut Chairil Anwar Pohan (2018:15) :
“Transfer Pricing adalah nilai atau harga jual khusus yang dipakai dalam pertukaran antar
divisional untuk mencatat pendapatan divisi penjual (selling division) dan biaya divisi
pembeli (buying division).”

Menurut Lingga (dalam Yulianti & Rachmawati, 2019) Transfer pricing didefinisikan
sebagai pertukaran antar divisiional perihal harga jual khusus guna mencatat biaya bagi divisi
pembeli (buy division) dan pendapatan bagi divisi penjual (selling division). Transfer pricing
atau intercorporate pricing, intracompany pricing, interdivisional atau internal pricing adalah
harga yang diperhitungkan guna keperluan pengelolaan manajemen atas transfer barang dan jasa
antar anggota. Transfer pricing melambangkan suatu strategi perusahaan menjalankan transaksi
dengan pihak afiliasi (related party). Ketika perusahan mentransfer barang, properti atau jasa
tidak berwujud ke perusahaan terkait (lawan transaksi) harga yang ditanggungkan sebagai harga
transfer. Perlakuan pajak terkait transfer pricing diatur ke dalam aturan yang mengatur transaksi
hubungan istimewa. OECD mengimplikasikan tiap negara guna menyempurnakan regulasi
(undang-undang) domestik masing-masing negara dengan tatanan perihal transfer pricing
sebagai pedoman perusahaan multinasional dan DJP (direktorat jenderal pajak) dalam
memecahkan persoalan terkait transfer pricing.

Berdasarka Pasal 1 ayat (8) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-43/PJ./2010 yang
diubah terakhir dengan PER-32/PJ./2011, mendefinisikan penentuan harga transfer (transfer
pricing) sebagai
“Penentuan harga dalam transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan
istimewa”
Terdapat dua kategori mengenai ketentuan yang termasuk dalam pihak yang memiliki
hubungan istimewa, yaitu ketentuan hubungan istimewa menurut Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK No. 7 Tahun 2015) serta ketentuan hubungan istimewa menurut
Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 (UU PPh).

C. Hubungan Istimewa dalam UU Perpajakan


Pengertian hubungan istimewa menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36
Tahun 2008 (UU PPh) adalah:
“Hubungan istimewa dianggap apabila: (a) wajib pajak mempunyai penyertaan modal
langsung atau tidak langsung paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada wajib
pajak lain, atau hubungan antara wajib pajak dengan penyertaan paling rendah 25% (dua
puluh lima persen) pada dua wajib pajak atau lebih yang disebut terakhir; atau (b) wajib
pajak menguasai wajib pajak lainnya atau dua atau lebih wajib pajak berada di bawah
penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung; atau (c) terdapat hubungan
keluarga baik sedarah maupun semenda dalam dalam garis keturunan lurus atau ke
samping satu derajat”.

Harga transfer (transfer pricing) adalah harga yang dibebankan satu sub-unit untuk suatu
produk atau jasa yang dipasok ke sub-unit yang lain di organisasi yang sama. Sebagai contoh
sebuah produsen mobil memiliki sebuah divisi terpisah yang membuat mesin, harga transfer
adalah harga yang dibebankan divisi mesin ketika divisi tersebut memindahkan mesin ke divisi
perakitan mobil. Harga transfer menciptakan pendapatan untuk sub unit yang menjual yaitu
divisi mesin dan harga pembelian untuk sub unit yang membeli yaitu divisi perakitan yang
mempengaruhi laba operasi setiap unit. Laba operasi tersebut dapat digunakan untuk
mengevaluasi kinerja subunit untuk memotivasi manajer mereka. Harga transfer sering menjadi
implikasi pajak. Faktor pajak tidak hanya termasuk pajak penghasilan, tapi juga pajak gaji, bea
cukai, tarif, pajak penjualan, pajak nilai tambah, pajak yang berhubungan dengan lingkungan,
dan pungutan pemerintah lainnya. (Rejeki, Sri; Wijaya, Anggita Langgeng; Amah, 2019)
Lingga (dalam Yulianti & Rachmawati, 2019) mengartikan bahwa penetapan transfer
pricing seharusnya sesuai dengan struktur organisasi perusahaan guna mencapai strategi dan
tujuan perusahaan. Pada umumnya transfer pricing berkaitan dengan tujuan perusahaan melalui
penjualan produk dan jasa, namun distimulus untuk meminimalisir anggaran dan unit yang
membeli produk atau jasa sehingga menghasilkan input yang efisien. Transfer pricing bertujuan
untuk, mengikhtiarkan profit/margin sehingga pembagian dividen dan pemenuhan pajak menjadi
rendah. Kedua, guna memark-up profit/margin untuk merestorasi (window-dressing) laporan
keuangan.

D. Tujuan Transfer Pricing


Tujuan Transfer PricingMenurut Merchant dan Stede (2014:299-300) transfer pricing
memiliki beberapa tujuan organisasi dan tujuan-tujuan tersebut sering kali bertentangan, yaitu :
1) Menyediakan sinyal ekonomi yang tepat sehingga mampu mempengaruhi manajer untuk
membuat keputusan yang baik.
2) Harga transfer dan urutan pengukuran laba seharusnya memberikan informasi yang
bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja baik untuk pusat laba maupun manajer mereka.
3) Harga transfer dapat ditentukan secara sengaja dengan memindahkan laba antara lokasi
perusahaan.Ketika perusahaan beroperasi dalam wilayah hukum pajak (negara atau
negara bagian), manajer mungkin termotivasi untuk memindahkan keuntungan antar
wilayah hukum untuk meminimalkan pajak

E. Metode Transfer Pricing dan Penentuan Harga Pasar Wajar (Arm’s Length Price)
Horngren, Datar and Fost (dalam Deanti, 2017) menerangkan bahwa secara umum terdapat 6
(enam) metode transfer pricing, antara lain:
1) Harga Transfer Berdasarkan Harga Pasar (Market-Based Transfer Prices)
Harga transfer yang berdasarkan biaya kurang memuaskan untuk perencanaan bisnis unit
usaha, motivasi dan evaluasi kerja. Oleh karena itu, diperkenalkan harga transfer dengan
basis harga pasar. Model dari bentuk ini berada pada harga pasar yang berlaku (current-
market place) dengan harga pasar yang dikurangi diskon (market-price minus discount).
Bentuk ini dijadikan tolak ukur untuk menilai kemampuan kinerja manajemen unit usaha
karena hal ini menunjukan kemampuan produk untuk menghasilkan laba serta merangsang
unit usaha untuk bekerja secara bersaing. Bentuk ini digunakan apabila pasar perantara
cukup bersaing dan saling ketergantungan antar unit usaha. Dengan menggunakan harga
pasar dalam pasar yang secara sempurna kompetitif, suatu perusahaan dapat mencapai
tujuan congruence, dukungan manajemen, evaluasi kinerja unit usaha, dan otonomi unit
usaha.
2) Harga Transfer Berdasarkan Biaya (Cost-Method Transfer Prices)
Harga yang berdasarkan pada biaya produksinya. Biaya yang digunakan dalam harga
transfer berdasarkan biaya dapat merupakan biaya aktual (actual cost) atau biaya yang
dianggarkan (budget cost). Transfer berdasarkan biaya merupakan suatu mark-up atau profit
margin yang menggambarkan tingkat pengembalian investasi suatu unit usaha:
a) biaya variabel aktual (actual variable costs),
b) biaya tetap standar (standard variable fixed),
c) biaya tetap aktual (actual fixed costs),
d) biaya total standar (standard full costs),
e) biaya rata-rata (average costs),
f) biaya total ditambah laba (full costs plus mark-up).
Penentuan harga transfer berdasarkan biaya dalam konsep ini sederhana dan menghemat
sumber daya karena informasi biaya tersedia pada setiap tingkat aktivitas.
3) Harga Transfer Berdasarkan Negosiasi (Negotiated Transfer Prices)
Pemberian tingkat otoritas dan pengendalian laba per divisi secara memadai
menghendaki kemungkinan penentuan harga transfer berdasarkan negosiasi. Pendekatan ini
mengasumsikan bahwa kedua unit usaha mempunyai posisis tawar-menawar yang sama,
namun penentuan harga transfer yang demikian akan memakan waktu, mengulang
pemerikasaan serta revisi harga transfer.

4) Harga Transfer Berdasarkan Biaya Total (Full Cost Based Transfer Prices)
Dalam praktiknya, beberapa perusahaan menggunakan harga transfer berdasarkan full
cost. Untuk menaksir suatu harga mendekati harga pasarnya, harga transfer berdasarkan
biaya terkadang dibuat pada full cost ditambah dengan suatu margin. Harga transfer ini
terkadang dapat mengarahkan pada keputusan unit usaha.
5) Harga Transfer Arbitrase (Arbitrary Transfer Prices)
Dalam pendekatan ini, harga transfer ditentukan berdasarkan interaksi kedua unit usaha
pada tingkat yang dianggap terbaik bagi kepentingan perusahaan.
6) Harga Transfer Ganda (Double Transfer Prices)
Harga transfer ini digunakan untuk memenuhi disparitas responsibilitas dari unit
perusahaan.

Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa transfer pricing
merupakan suatu keputusan mengenai penentuan harga atas transaksi barang dan jasa kepada
perusahaan yang memiliki hubungan istimewa sesuai dengan prinsip kewajaran.

F. Penentuan Harga Transfer Multinasional


Kebijakan harga transfer dari perusahaan domestik berfokus pada keselarasan tujuan dan
motivasi. Dalam perusahaan multinasional, didominasi oleh faktor-faktor lain. Sebagai contoh,
perusahaan multinasional menggunakan harga transfer untuk memperkecil pajak penghasilan di
seluruh dunia, bea impor, dan tarif-tarif. Umpamakan suatu divisi di suatu negara dengan tingkat
pendapatan pajak yang tinggi menghasilkan suatu subkomponen untuk divisi yang lain di suatu
negara dengan tingkat pendapatan pajak yang rendah. Dengan pengaturan suatu harga transfer
yang rendah, kebanyakan keuntungan dari produksi dapat dikenal di negara dengan pendapatan
pajak rendah, dengan demikian memperkecil pajak. Demikian juga, materi yang dihasilkan oleh
divisi-divisi di suatu negara dengan tingkat pendapatan pajak yang rendah dan mentransfer ke
suatu divisi di suatu negara dengan tingkat pendapatan pajak yang tinggi perlu mempunyai suatu
harga transfer yang tinggi untuk memperkecil pajak.
Kadang-kadang hasil pajak pendapatan adalah kompensasi dari bea impor. Biasanya bea
impor didasarkan pada harga bayar satu item, apakah dibeli dari luar perusahaan atau
mentransfer dari divisi yang lain. Harga transfer yang rendah biasanya mengakibatkan bea impor
rendah.
Perusahaan juga bisa menggunakan harga transfer untuk menghindari pembatasan-
pembatasan keuangan yang dikenakan oleh pemerintah. Sebagai contoh, suatu negeri akan
membatasi jumlah dari dividen-dividen yang dibayar kepada pemilik asing. Itu lebih mudah bagi
sebuah perusahaan yang mendapatkan secara tunai dari suatu divisi lain (asing) sebagai
pembayaran untuk barang yang ditransfer dibanding (seperti) dividen tunai.
Secara ringkas, penentuan harga transfer lebih kompleks di suatu perusahaan multinasional
dibanding di dalam perusahaan domestik. Perusahaan multinasional mempunyai lebih banyak
sasaran yang dapat dicapai melalui kebijakan-kebijakan penentuan harga transfer, dan sebagian
dari sasaran hasil sering kali berlawanan satu sama lain.

Anda mungkin juga menyukai