Anda di halaman 1dari 12

Penetapan Harga Transfer

Kelompok 3

1. Anwar Rifa’I (2003031005)


2. Aprilia Dwi Astuti (2003032002)
3. Dwi Puji Larasati (2003030009)
4. Lilis Suryani (2003032004)
5. Nadila Rahmawati (200303029)
6. Nanda Karindra (2003032008)
7. Verissa Regita Aulia (2003031045)
Dalam artian luas,
Harga Transfer adalah A. Pengertian Harga Transfer
harga barang atau jasa
yang ditransfer antar
pusat pertanggung
jawaban dalam suatu Harga Transfer merupakan harga
organisasi tanpa barang atau jasa yang
memandang bentuk ditransfer antar pusat laba atau
pusat pertanggung setidak-tidaknya salah satu dari
jawabannya. Bagi divisi
penjual sendiri, harga
pusat pertanggungjawaban yang
transfer merupakan terlibat merupakan pusat laba.
pendapatan, begitupun Menurut Abdul Halim dalam bukunya
sebaliknya, bagi divisi yang berjudul “Akuntansi
pembeli, harga transfer Manajemen”, harga transfer adalah
merupakan biaya. nilai produk atau jasa
Permasalahan yang
timbul adalah berapa
dipertukarkan (diperjualbelikan)
harga normal yang antar pusat pertanggungjawaban
dibebankan pada suatu didalam perusahaan
produk atau jasa
B. Syarat Terpenuhinya Harga Transfer

1. Sistem harus dapat memberikan informasi yang relevan yang dibutuhkan oleh suatu
pusat laba untuk dapat melakukan trade off yang optimum antara biaya dan pendapatan
Perusahaan
2. Laba yang dihasilkan harus dapat dengan baik menggambarkan pengaturan trade off
antar biaya-pendapatan yang telah ditetapkan
3. Tingkat laba yang diperlihatkan oleh masing-masing pusat laba harus dapat
mencerminkan besarnya kontribusi laba dari masing-masing pusat laba terhadap laba
perusahaan secara keseluruhan
C. Tujuan Penerapan Harga Transfer.

1. Evaluasi divisi secara akurat, dalam artian tidak satupun manajer


divisi dapat memperoleh keuntungan dengan mengorbankan divisi
lain.
2. Keselarasan tujuan, dalam artian bahwa para manajer mengambil
keputusan yang memaksimalkan laba perusahaan dengan
memaksimalkan laba divisinya.
3. Tetap terjaga otonomi divisi, dalam artian tidak ada campur
tangan manajemen pusat terhadap kebebasan manajemen divisi
dalam mengambil keuntungan
D. Metode Penentuan Harga Transfer.
1. Harga Transfer Atas Dasar Biaya

a. Atas dasar Biaya lengkap (Full Cost)


Biaya yang dipakai sebagai dasar transfer adalah semua biaya utk menghasilkan produk /
jasa ssampai dengan dalam keadaan siap untuk ditransfer  Full Cost (Biaya tetap +
biaya variabel)

b. Atas dasar Biaya Variabel (Variable Cost)


Hanya biaya-biaya Variabel yg digunakan untuk menghasilkan produk/jasa sampai
dengan dalam keadaan siap untuk ditransfer  dasar perhitungan harga transfer

Biaya yg digunakan sbg dasar penentuan harga transfer


Biaya historis  biaya yg sesungguhnya dikeluarkan utk menghasilkan produk/jasa yg
ditransfer (dihitung berdasarkan harga input/masukan pada saat beli)Namun, Biaya historis
tidak baik sebagai dasar penentuan harga transfer, karena kemungkinan di dalam biaya
historis terkandung ketidak efisienan pada unit penjual  sulit sebagai dasar pengukuran
prestasi & dasar perencanaan
Biaya standar  biaya yg dianggarkan  baik sebagai dasar penentuan harga transfer
2. Harga Transfer atas dasar Harga Pasar

Harga pasar merupakan biaya kesempatan (opportunity cost) baik bagi unit pengirim & penerima

• Bagi pengirim, harga pasar merupakan Penghasilan yg akan dikorbankan di dalam transfer
produk kepada unit penerima
• Bagi penerima, harga pasar merupakan biaya yg seharusnya dikeluarkan jika produk tersebut
dibeli dari luar
3. Negosiasi antar divisi
Negosiasi antar divisi  menetapkan dasar penentuan harga transfer antar divisi
(dasar : full cost/variable Cost, tipe biaya (biaya standar/historis), unsur biaya & aktiva &
tarif investasi) utk menghitung laba

4. Metode Arbitrase
Metode ini digunakan sbg upaya menengahi jika timbul kebuntuan/konflik
antar manajer divisi dalam negosiasi harga transfer  lembaga arbitrase,
menyelesaikan masalah antar divisi dlm penentuan harga transfer, mengkaji
perubahan sumber pengadaan, & mengubah aturan penentuan harga transfer
Contoh kasus
kasus transfer pricing antara PT. Adaro Indonesia dengan anak perusahaanya yaitu
Coaltrade services International Pte Ltd, telah menunjukan bahwa adanya indikasi penyalahgunaan
sistem harga transfer yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Namun praktik yang dilakukan
oleh perusahaan, khususnya perusahaan multinasional sering tidak sesuai dengan apa yang
seharusnya mereka lakukan atau tidak sesuai dengan mekanisme sistem harga transfer yang
sesungguhnya. Dimana perusahaan melakukan praktik transfer pricing ini hanya untuk menghindari
pungutan pajak dalam negeri supaya penghasilan perusahaan atau pemegang saham menjadi lebih
tinggi, dalam kasus Adaro ini praktik transfer pricingnya dilakukan untuk memfasilitasi para
pemegang saham untuk mendapatkan keuntungan sebesar besarnya, bukan untuk memfasilitasi
perusahaan mendapatkan keuntungan. Ketika para individu atau pemegang saham ini hanya
memfokuskan pada keuntungan individu tanpa memperhatikan keuntungan perusahaan, maka tujuan
dari dilaksanakanya sistem harga transfer inipun menjadi tidak bisa dicapai serta sistem harga
transfer yang dijalankan pun menjadi disfungsional.
Timpangnya harga transfer yang dilakukan antara Adaro dengan anak perusahaanya apabila
dibandingkan dengan harga pasar batubara secara internasional sebenarnya juga telah melanggar
UU perpajakan yang berlaku di indonesia. Dalam Pasal 2 ay at (1) Undang-Undang Perpajakan
No.11 Tentang Pajak Pertambahan Nilai mengatur tentang transaksi yang berhubungan dengan
transfer pricing. Pasal ini berbunyi : Dalam hal harga jual atau penggantian dipengaruhi oleh
hubungan istimewa, maka harga jual atau penggantian dihitung atas dasar harga pasar wajar pada
saat penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak itu dilakukan. Oleh karena itu,
sebenarnya dibutuhkan peran langsung dari pemerintah untuk mencegah terjadinya kasus Adaro
ini di perusahaan-perusahaan besar di indonesia lainya. Apabila pemerintah kurang tanggap dalam
mengantisipasi praktik-praktik penyalahguanaan sistem harga tranfer ini maka sangat wajar bila
kedepanya pendapatan negara dari sektor pajak akan berkurang karena perusahaan- perusahaan
yang lain tentunya juga akan meniru cara yang dilakukan oleh PT. Adaro Indonesia
Dalam hal ini, pemerintah seharusnya semakin ketat dalam melakukan pengawasan
terhadap sitem harga transfer yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di indonesia .
Adanya berbagai undang-undang yang mengatur mekanisme harga tranfer antar anak
perusahaan yang masih dalam satu grup perusahaan seharusnya bisa mempermudah pemerintah
unutk mencegah kasus adaro ini terulang. Keberadaan Undang-Undang Perpajakan No. 10 Tahun
1994 , Surat Edaran Dirjen Pajak N0. SE-04/PJ.7/1993, dan undang- Undang lainya seharusnya
bisa memberikan kekuatan bagi pemerintah untuk melakukan pengawsan serta koreksi terhadap
transaksi-transaksi perusahaan yang menyalahi aturan. Ketika seluruh elemen baik itu elemen
dari pemerintah, ataupun perusahaan telah berkomitmen menjalankan kewajibanya masing-
masing maka akan sangat mudah untuk mencegah sistem harga transfer yang dijalankan oleh
perusahaan-perusahaan di dalam negeri menjadi disfungsional serta mencegah praktik
penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dalam negeri melalu transaksi
yang tidak wajar (non arm’s length price)
Praktik penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dalam
negeri memalaui transaksi yang tidak wajar (non arm’s length price) misalanya seperti yang
dilakukan PT Adaro Indonesia telah memberikan efek negative bagi negara Indonesia,
karena apabila dibiarkan secara terus menerus akan menyebabkan negara menderita
kehilangan
pendapatan pajak dengan jumlah yang cukup signifikan. Dari berkurangnya pendapatan pajak
itu sendiri saja sudah akan memberikan dampak bagi pertumbuhan ekonomi negara
Indonesia, belum lagi dampak-dampak tidak langsung yang kemudian muncul seperti
berkurangnya dana untuk pelayanan masyarakat, berkurangnya dana bantuan/ subsidi dari
pemerintah. Selain dari penghindaran pajak kerugian yang ditanggung oleh masyarakat
Indonesia dari praktik semacam ini dapat dikatakan tidak sebanding, karena masyarakat
Indonesia yang dalam kasus contoh ini juga diposisikan sebagai salah satu pasar target dari
perusahaan tersebut hanya menjadi layaknya sapi perah yang tidak mendapatkan imbalan
kesimpulan
Harga transfer adalah nilai yang diberikan atas suatu transfer barang
atau jasa dalam suatu transaksi yang setidaknya salah satu dari dua pihak yang
bertransaksi merupakan pusat laba. Tujuan adanya penetapan harga transfer
adalah Evaluasi divisi secara akurat, keselarasan tujuan, Tetap terjaga otonomi
divisi. Metode yang digunakan dalam menentukan harga transfer adalah : harga
transfer atas dasar biaya, harga transfer atas dasar harga pasar, negoisasi dan
arbitrase

Anda mungkin juga menyukai