Usulan Penelitian
Disusun Oleh :
Ade Rama Wibowo
NIM.5552170086
JURUSAN AKUNTANSI
i
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................11
C. Tujuan Penelitian...................................................................................................11
D. Manfaat Penelitian.................................................................................................11
i
2. Uji Asumsi Klasik.............................................................................................44
F. Uji Hipotesis..........................................................................................................48
1. Analisis Regresi Linier Berganda.....................................................................48
2. Koefisien Determinasi......................................................................................48
3. Uji Statistik F (F-test).......................................................................................49
4. Uji Statstik t (T-test).........................................................................................49
ii
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Penelitian................................................................................34
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
transportasi dan informasi memberikan suatu pengaruh yang besar bagi pola
dengan cara membuka cabang atau anak perusahaan di luar negeri. Hal ini juga
memberikan dampak yang sangat berpengaruh terhadap suatu pola bisnis dan
perusahaan yang memiliki hubungan istimewa yang berada di negara lain dengan
tujuan menurunkan jumlah pajak yang dibayar oleh suatu perusahaan. Sehingga
Para pemilik bisnis dapat membuat suatu perusahaan multinasional yang akan
membentuk suatu cabang atau anak perusahaan yang nantinya akan memperluas
1
2
unit bisnis pada berbagai negara dengan menjalankan berbagai investasi dan
setiap negara. Hal tersebut akan menimbulkan adanya perilaku praktik transfer
harga transfer suatu transaksi baik itu barang, jasa, harta tak berwujud, atau pun
transaksi baik itu barang, jasa, harta tak berwujud, ataupun transaksi finansial
hubungan istimewa dimana terjadi transaksi antar sesama anggota perusahaan atau
Suatu tindakan Transfer pricing yang dikelompokan menjadi dua yaitu intra-
transfer pricing ialah merupakan penentuan harga transfer yang dilakukan oleh
di negara lain dengan tujuan menurunkan jumlah pajak yang dibayar oleh suatu
sesuatu yang tidak baik sering disebut (abuse of transfer pricing), yaitu suatu
pengalihan penghasilan dari suatu perusahaan dalam suatu negara dengan tarif
pajak yang lebih tinggi ke perusahaan lain dalam satu grup di negara dengan tarif
pajak yang lebih rendah sehingga mengurangi total beban pajak grup perusahaan
untuk mengurangi pajak dengan cara pengalokasian laba dari perusahaan ke anak
mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling rendah 25%
(dua puluh lima persen) pada wajib pajak lain; hubungan antara wajib pajak
dengan penyertaan paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada dua wajib
pajak atau lebih; atau hubungan di antara dua wajib pajak atau lebih yang disebut
pihak lain atau mempunyai pengaruh signifikan atas pihak lain dalam mengambil
keputusan keuangan dan operasional. Apabila entitas induk, entitas anak, dan
4
entitas anak berikutnya saling berkaitan dengan entitas lainya dan disebut dengan
harga, biaya, atau imbalan lain yang direalisasikan dalam suatu transaksi usaha
perpajakan lainya yang mengatur tentang transfer pricing yaitu Peraturan Dirjen
Pajak Nomor 32 tahun 2011 yang mengatur suatu transaksi dimana dalam
penerapan nya memperhatikan kewajaran dan kelaziman usaha bagi wajib pajak
merupakan harga transfer yang dilakukan oleh Wajib Pajak Dalam Negeri
maupun Bentuk Usaha Tetap di Indonesia dengan Wajib Pajak Luar Negeri diluar
indonesia.
kerugian bagi sejumlah pihak. Negara contohnya, dalam skema transaksi transfer
pembayaran pajaknya dari negara-negara yang memiliki tarif pajak tinggi (high
tax countries) ke negara-negara yang menerapkan tarif pajak rendah (low tax
countries). Lalu jika dilihat dari suatu unit bisnis menurut pendapat Marfuah &
pajak, sedangkan pajak merupakan salah satu sumber utama penerimaan negara
bahkan di beberapa negara berkembang 80% dari total penerimaan negara berasal
dari pajak. Hal ini dapat berdampak buruk jika tidak ada upaya pencegahan dan
meskipun indonesia telah memiliki peraturan terkait transfer pricing sejak lama,
akan tetapi peraturan yang ada belum dapat bekerja secara efektif dalam mencegah
praktik transfer pricing yang dapat merugikan penerimaan pajak Negara, Pada tahun
2018 kasus transfer pricing meningkat cukup signifikan dibandingkan pada tahun
baru naik 20%. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan dengan sengketa lainya yang
hanya pada kisaran 10%, hampir 75% dari kasus MAP yang diselesaikan dengan
kesepakatan perpajakan penuh atau sebagian tidak sesuai dengan perjanjian pajak,
pernah terjadi pada perusahaan yang ada di indonesia, PT Adaro Energy (ADRO)
perusahaan luar negri PT. Adaro melakukan nya dengan 2 cara, yang pertama
Perusahaan tersebut menjual batu bara yang berada di indonesia dengan harga
yang rendah kepada PT Adaro Energy (ADRO) dan dijual kembali oleh anak
6
perusahaan tersebut dengan harga lebih tinggi, dimana 70% batu bara yang dijual
ketiga komisi penjualan batu bara tersebut bernilai sekitar 4 juta dolar AS
Pertahun sebelum tahun 2009, sedangkan pada 2009-2017 menjadi 55 Juta dolar
dimana pajak yang dikenakan dengan tingkat rata-rata hanya sebesar 10%.
Keuntungan dari komisi penjulan yang berasal dari perdagangan batu bara Adaro
dengan tingkat pajak yang tinggi yaitu 50%. Sehingga dalam skema yang
dilakukan oleh membuat perusahaan tersebut hanya membayar pajak sebesar US$
125 juta dolar lebih rendah daripada yang seharusnya di bayarkan di Indonesia,
dengan otoritas pajak Indonesia terkait bisnis mereka dengan Coaltrade Service
telah dipindahkan ke salah satu anak perusahaan PT. Adaro yang berada di
tahun 2017 dan mungkin hingga sekarang. PT. Adaro baru-baru ini telah
merupakan surge pajak, Labuan dan perusahaan tersebut telah digunakan untuk
membeli sejumlah besar saham perusahaan tambang batu bara yang berada di
Australia.
bahwa dilakukanya untuk suatu tindakan penghindaran pajak. Karena dalam hal
memiliki tarif pajak yang rendah (tax haven country) sehingga nantinya dapat
transfer pricing jika dalam pelaksanaan nya tidak tepat dapat menyebabkan suatu
kerugian bagi perusahaan karena dapat berhadapan dengan hukum akibat kasus
Tranfer pricing erat kaitannya dengan pajak, dari segi empiris pun,
telah dilakukan oleh penelitian Jafri dan Mustikasari (2018) dengan judul
pengaruh perencaan pajak, tunneling incentive dan aset tidak berwujud terhadap
berada di negara lain dengan tujuan menurunkan jumlah pajak yang dibayar oleh
negara yang tarif pajaknya lebih rendah. Namun dalam penelitian yang dilakukan
Mispiyati (2015) dan Marisa (2017) perusahaan akan menggunakan metode lain
Selain pajak, transfer pricing juga dipengaruhi oleh Exchange rate atau
nilai tukar adalah harga mata uang satu negara dalam satuan mata uang lainnya. Arus
nilai setiap mata uang relatif kepada nilai dolar akan berbeda seiring dengan
perbedaan waktu. Nilai tukar yang berbeda-beda inilah yang nantinya akan
bahwa exchange rate tidak berpengaruh terhadap transfer pricing, Hal ini tidak
transfer pricing.
9
menerapkan Transfer Pricing. Yang apabila rasio laba/rugi selisih kurs terhadap
laba/rugi sebelum pajak suatu perusahaan memiliki nilai yang besar, maka hal itu
menghadapi resiko nilai tukar, sehingga mereka akan mencoba mengurangi risiko
nilai tukar dengan memindahkan dana ke mata uang yang lebih kuat melalui harga
oleh bonus plan (mekanisme bonus) pada perusahaan. Bonus adalah apresiasi
yang diberikan oleh pemilik perusahaan kepada manajer apabila target laba
memaksimalkan laba bersih. Hal ini sesuai dengan bonus plan hypothesis dimana
semakin tinggi laba yang diperoleh semakin tinggi juga apresiasi yang yang
transfer pricing. Bonus yang didapat ditentukan pula oleh kinerja yang dihasilkan,
dalam hal ini adalah presentase laba, Jika profitabilitas meningkat, maka bonus
yang didapatkan juga akan meningkat, hal ini sejalan dengan penelitian
10
Rihhadatul ‘Aisy Prananda dan Dedik Nur Triyanto (2020), Sulistyowati dan R
Kananto (2018) , serta Rizky Enda Mulyanah dan Zulfa Rosharlianti (2021) yang
variabel independen Beban Pajak dengan Tax Planning alasan mengganti variabel
tersebut adalah menguji variabel Tax Planning pada transfer pricing, dikarenkan
pengindaran pajak, serta Tax planning merupakan cara legal yang dapat diambil
oleh wajib pajak untuk mengefisienkan jumlah pajak yang akan dibayar oleh
negara. Tax planning dalam penelitian ini diukur dengan proksi Cash ETR
(Effective Tax Rate) , dan mengubah metode analisis regresi logistik dengan
analisisis regresi linear berganda, serta transfer pricing menggunakan metode laba
(Return On Asset).
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2016 hingga
memperkecil harga jual dan harga beli. Dengan antara beberapa sektor usaha
Sesuai dengan uraian latar belakang diatas, Maka penelitian diberi judul
“Pengaruh Tax planning, Exchange rate, dan Bonus Plan terhadap transfer
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
D. Manfaat Penelitian
12
1. Manfaat Akademik
selanjutnya yang berkaitan dengan variabel yang ada dalam penelitian ini, Dan
atau yang disebut skripsi, Penelitian ini menambah studi literatur mengenai
pricing. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan ide dan gagasan
2. Manfaat Praktik
sebagai bahan kajian untuk melakukan penelitian selanjutnya dan sebagai bahan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Teori agensi merupakan suatu teori yang menyebutkan bahwa ada perbedaan
perusahaan antara agen dan principal, dimana kedua pihak berusaha untuk
mereka hendaki.
Konflik Agensi timbul akibat adanya asimetri informasi antara pemilik, dan
oleh pemegang saham kepada manajer, maka aktiva dari entitas dikelola oleh
Menurut PSAK No.7 Tahun 2010 pihak yang memiliki hubungan istimewa
adalah pihak yang memiliki kendali atas pihak lain atau pihak yang dapat
13
14
hubungan istimewa dilihat sebagai transaksi yang opportunis dan dapat menyebabkan
gesekan kepentingan antara pihak yang bertransaksi. Transaksi antar pihak yang
transfer pricing, maka terdapat kemungkinan bahwa agen melakukan transfer pricing
melalui manipulasi untuk meminimalkan pajak atau transaksi dengan harga yang
tidak wajar.
dipilih manajer sehinnga dapat memaksimalkan laba untuk mengejar bonus yang
ditetapkan oleh pemilik perusahaan. Jika bonus yang diterima oleh manajer
didasarkan atas pencapaian laba perusahaan secara kesuluruhan maka logis bila
menyediakan seperangkat prinsip yang luas agar dapat menjelaskan, yang berarti
Penjelasan dan prediksi dalam teori akuntansi positif didasarkan pada proses
15
kontrak atau hubungan keagenan antara manajer dengan kelompok lain seperti
investor, kreditor, auditor, pihak pengelola pasar modal dan institusi pemerintah
akuntansi yang akan membuat laba yang dilaporkan menjadi lebih tinggi.
rasio antara utang dan ekuitas lebih besar, cenderung memilih dan
tinggi serta cenderung melanggar perjanjian utang apabila ada manfaat dan
pembayaran tidak terlalu tinggi sehingga alokasi laba sesuai dengan kemauan
perusahaan.
16
perusahaan yang memiliki kebijakan program bonus maka akan cenderung untuk
memilih metode akuntansi yang dapat melaporkan laba bersih pada periode
berjalan lebih tinggi agar tujuan mencapai bonus yang tinggi dapat terpenuhi yang
salah satunya dapat dilakukan dengan skema transfer pricing. Hipotesis rencana
bonus dalam teori akuntansi positif digunakan dalam penelitian ini untuk
menjelaskan hubungan antara bonus plan terhadap transfer pricing, yang dimana
manajemen akan menargetkan bonus yang besar dan harus diperoleh, maka
manajemen akan melakukan upaya lebih besar untuk memperoleh laba yang
3. Transfer Pricing
a. Definisi Transfer
transfer suatu transaksi baik itu barang, jasa, harta tak berwujud, atau pun
merupakan suatu kebijakan harga dalam transaksi yang dilakukan oleh pihak
17
pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Akan tetapi, istilah transfer pricing
sering dikonotasikan sebagai sesuatu yang tidak baik dan bermakna “peyorativ”.
(Abuse of transfer pricing) sering dikaitkan sebagai makna dari peyoratif yang
rendah. Hal ini dilakukan dalam rangka untuk mengurangi total beban pajak dari
secara konsep transfer pricing dapat diaplikasikan untuk tiga tujuan yang berbeda.
1. Dari sisi hukum perseroan, transfer pricing dapat digunakan sebagai alat
pemegang sahamnya.
jasa oleh suatu unit organisasi dari suatu perusahaan kepada unit organisasi
istimewa.
Wajib pajak dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa, terdapat lima
Metode ini membandingkan harga transaksi dari pihak yang ada hubungan
istimewa tersebut dengan harga transaksi barang sejenis dengan pihak yang tidak
maupun eksternal CUP. Metode ini sebenarnya merupakan metode yang paling
akurat, tetapi yang sering menjadi permasalahan adalah mencari barang yang
benar-benar sejenis.
Metode ini digunakan dalam hal wajib pajak bergerak dalam bidang usaha
perdagangan, di mana produk yang telah dibeli dari pihak yang mempunyai
hubungan istimewa dijual kembali (resale) kepada pihak lainnya (yang tidak
tersebut dikurangi dengan laba kotor (mark up) wajar sehingga diperoleh harga
Metode ini dilakukan dengan menambahkan tingkat laba kotor wajar yang
diperoleh perusahaan yang sama dari transaksi dengan pihak yang tidak
mempunyai hubungan istimewa atau tingkat laba kotor wajar yang diperoleh
19
perusahaan lain dari transaksi sebanding dengan pihak yang tidak mempunyai
afiliasi yang akan dibagi oleh pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa
tersebut dengan menggunakan dasar yang dapat diterima secara ekonomi yang
memberikan perkiraan pembagian laba yang selayaknya akan terjadi dan akan
Method) atau Metode Sisa Pembagian Laba (Residual Profit Split Method).
terhadap biaya, terhadap penjualan, terhadap aktiva, atau terhadap dasar lainnya
persentase laba bersih operasi yang diperoleh atas transaksi sebanding dengan
pihak lain yang tidak mempunyai hubungan istimewa atau persentase laba bersih
operasi yang diperoleh atas transaksi sebanding yang dilakukan oleh pihak yang
4. Tax Planning
merupakan suatu rekayasa usaha dan transaksi wajib pajak yang dalam
jumlahnya minimal akan tetapi masih dalam satu lingkup peraturan perpajakan.
Pada tahap perencanaan pajak ini bertujuan agar dapat menentukan jenis
pajak juga dapat diartikan sebagai manajemen dalam suatu seni perencanaan,
atau organisasi sehingga dapat dikelola secara efisien, ekonomis dan baik
Dalam undang-undang perpajakan tidak ada satu pun pasal yang menyatakan
larangan bagi wajib pajak untuk melakukan manajemen pajak, karena tujuanya
dimaksud dengan tax planning adalah kegiatan yang dilakukan oleh manajemen
5. Exchange Rate
Nilai tukar / exchange rate (atau dikenal sebagai kurs) adalah suatu nilai tukar
atas mata uang yang berbeda terhadap pembayaran saat ini atau dimasa
mendatang, antara dua mata uang yang berbeda (Cahyadi & Noviari, 2018). Nilai
tukar juga tidak lepas terhadap risiko nilai tukar (exchange rate risk) dimana
risiko nilai tukar merupakan suatu bentuk perubahan nilai tukar suatu mata uang
yang penting, karena nilai kurs memungkinkan kita untuk menerjemahkan harga-
harga dari berbagai negara ke dalam satu bahasa yang sama. Depresiasi mata uang
suatu negara terhadap nilai mata uang negara lain (kenaikan harga valuta asing
harga valuta asing di negara yang bersangkutan) membuat harga ekspornya lebih
Perbedaan harga ekspor dan impor inilah yang dapat mempengaruhi neraca
mempengaruhi besaran harga produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan, hal ini
lah yang akan dimanfaatkan oleh manajemen untuk mekukan transfer pricing agar
6. Bonus Plan
dari pemilik perusahaan kepada manajer yang telah mengelola perusahaan sebaik
mencapai laba yang ditargetkan secara maksimal seperti laba bersih yang
diperoleh pada periode tersebut. Menurut Irpan dalam Hartati et al. (2015)
mekanisme bonus dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian imbalan diluar
Hasil capain kerja tersebut dapat dinilai dan diukur berdasarkan suatu
penilaian kinerja atas kinerja manajer dan juga direksi, pemilik perusahaan dan
penerimaan bonus.
23
B. Penelitian Terdahulu
tentang transfer pricing. Beberapa penelitian tersebut antara lain sebagai berikut:0
Tabel 2.1
pendapatan dari
yurisdiksi pajak tinggi
ke yurisdiksi pajak
yang rendah
5. R. A. Sasqia The Influence 1. Tax Hasil dalam penelitian
Maharani of Tax Planning ini ialah perencanaan
Surbakti, Planning and 2. Tunneling pajak berpengaruh
Eko Tunneling Incentive terhadap keputusan
Purwanto Incentive on 3. Transfer Transfer Pricing yang
dan Elok Transfer Pricing dimana perusahaan
Faiqoh Pricing akan melakukan
Himmah Decisions transaksi harga transfer
(2020) dengan perusahaan
yang berafiliasi diluar
negeri dengan
menggeser keuntungan
perusahaan dengan
negara yang tarif
pajaknya lebih rendah.
Transfer
Pricing
15. Sulistyowati The Effect of 1. Tax Dalam penelitian ini
dan R Tax 2. Foreign mekanisme bonus
Kananto Management, Ownership berpengaruh negatif
(2018) Bonus 3. Firm Size tidak signifikan
Mechanism 4. Bonus terhadap melakukan
and Foreign Mechanism transfer pricing
Ownership on 5. Leverage
Transfer 6. Transfer
Pricing Pricing
Decision
C. Pengembangan Hipotesis
dihubungkan dengan Tax Planning, Exchange Rate, Dan Bonus Plan Terhadap
Transfer Pricing telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Hasil penelitian dari
Konflik agensi terjadi antara manajer dan pemegang saham akibat adanya
perencanaan pajak yang baik, maka upaya manajer untuk melakukan manipulasi-
manipulasi pada laporan keuangan akan terbatasi. Salah satu bentuk upaya
hasrat manajer untuk melakukan transfer pricing. Hal ini dikarenakan tindakan
terhadap transfer pricing. Yang dimana Beban Pajak yang ditanggung perusahaan
semakin tinggi. Sebaliknyaa jika beban pajakp perusahaan1 semakin rendah maka
pendapatan dari yurisdiksi pajak tinggi ke yurisdiksi pajak yang rendah, Hal ini
salah satu cara yaitu dengan transfer pricing untuk memaksimalkan manfaat nilai
Exchange rate merupakan nilai tukar mata uang suatu negara dengan mata
uang negara lainnya yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran pada masa
kini atau di masa yang akan datang. Exchange rate dapat memengaruhi neraca
perdagangan di suatu negara akibat perbedaan antara nilai ekspor dan impor yang
diperoleh suatu negara (Cahyadi & Noviari, 2018). Nilai tukar yang terus menerus
berfluktuasi akan memengaruhi besaran harga produk atau jasa yang dihasilkan
perusahaan, maka keputusan transfer pricing lah yang dijadikan pilihan oleh
manajemen agar jumlah kas yang tersedia dapat digunakan untuk melakukan
menerapkan Transfer Pricing. Yang apabila rasio laba/rugi selisih kurs terhadap
laba/rugi sebelum pajak suatu perusahaan memiliki nilai yang besar, maka hal itu
32
menghadapi resiko nilai tukar, sehingga mereka akan mencoba mengurangi risiko
nilai tukar dengan memindahkan dana ke mata uang yang lebih kuat melalui harga
akuntansi yang dapat menaikkan laba dan pada akhirnya dapat memperbesar
Dan transfer pricing merupakan metode yang dapat digunakan, keputusan harga
transfer atau transfer pricing dalam suatu perusahaan yang terintegrasi secara
Penelitian yang dilakukan Khaerul Amanah dan Nanang Agus Suyono (2020)
pricing. Bonus yang dapat ditentukan pula oleh kinerja yang dihasilkan, dalam hal
ini adalah presentase laba. Jika profitabilitas meningkat, maka bonus yang
didapatkan juga akan meningkat hal ini sejalan dengan penelitian Rihhadatul
‘Aisy Prananda dan Dedik Nur Triyanto (2020), Sulistyowati dan R Kananto
(2018), Rizky Enda Mulyanah dan Zulfa Rosharlianti (2021), yang dalam
transfer pricing.
Dengan ulasan dan pembuktian pada penelitian terdahulu dan teori yang ada,
D. Model Penelitian
Gambar 2.1
Model Penelitian
Tax Planning
(X1)
H1 (+)
Bonus Plan
(X3)
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
dan menggunakan model sistematis, teori dan atau hipotesis yang berkaitan
dengan fenomena alam. Proses pengukuran adalah bagian krusial dalam penelitian
kuantitatif. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder dari situs BEI, Data
Menurut Siyoto dan Sodik (2015) Populasi adalah generalisasi yang terdiri
tetapi merupakan objek penelitian. Dalam penelitian ini populasi yang digunakan
adalah perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2016
Menurut Siyoto dan Sodik (2015) Sampel adalah sebagian dari jumlah
karakteristik yang dimiliki populasi tersebut, atau bagian kecil dari anggota
35
36
2016 – 2020.
4. Perusahaan pertambangan yang memiliki saham laba atau rugi selisih kurs
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa
laporan keuangan dan laporan tahunan periode 2016–2020. Menurut Siyoto &
Sodik (2015) Data sekunder merupakan data yang telah disediakan pihak lain dan
yang diperoleh secara tidak langsung oleh media perantara, Data tersebut dapat
berupa catatan, arsip atau bukti baik yang telah dipublikasikan ataupun yang tidak
dipublikasikan. Data dalam penelitian ini adalah berupa laporan keuangan yang
37
Ditinjau dari masalah yang diteliti, teknik dan alat digunakan serta tempat dan
a. Library Research, yaitu mencari dan mengumpulkan data dari literature yang
yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data ini diperoleh melalui
periode 2016-2020. Menurut Siyoto dan Sodik (2015) data sekunder adalah
data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang
telah ada dan peneliti sebagai tangan kedua. Data sekunder dapat diperoleh
dari berbagai sumber seperti BPS, buku, laporan, jurnal, dan lain-lain.
Periode data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tahun 2016-2020.
Menurut Siyoto dan Sodik (2015) variabel penelitian adalah suatu proses
mencari tahu secara sistematis dalam waktu yang relatif lama dengan
akan berjalan lancar, dan dapat berhasil dengan baik maka peneliti ditekankan
Tax Planning, Exchange Rate, dan Bonus Plan sebagai variabel independen,
1. Variabel Dependen
Siyoto dan Sodik (2015) dependen adalah variabel terikat yang dimana
variabel tersebut dipengaruhi atau yang menjadi sebab akibat. Sehingga dapat
diartikan variabel dependen atau sering disebut variabel terikat adalah variabel
yang diukur dan diamati ada tidaknya pengaruh dari variabel bebas. Variabel
transaksi baik itu barang, jasa, harta tak berwujud, atau pun transaksi keuangan
atau transaksi transaksi pihak berelasi (Refgia, 2017). Transaksi pihak berelasi
adalah suatu pengalihan sumber daya, jasa atau kewajiban antara entitas pelapor
dengan pihak-pihak berelasi, terlepas apakah ada harga yang dibebankan (PSAK
2. Variabel Independen
Menurut Siyoto dan Sodik (2015) Variabel bebas atau sering disebut dengan
sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Dalam penelitian ini, terdapat
variabel bebas yaitu tax planning, exchange rate, dan bonus plan.
a. Tax Planning
Pada umumnya merupakan suatu upaya rekayasa usaha dan transaksi wajib
pajak agar jumlah utang pajak itu berada dalam jumlah yang minimal, akan tetapi
negara lain untuk menurunkan laba sehingga dapat mengurangi beban pajak grup
(Effective Tax Rate), Cash ETR dihitung menggunakan rumus (Jonathan, dkk
b. Exchange rate
Exchange rate sering dikenal sebagai perjanjian nilai tukar mata uang
terhadap pembayaran saat ini atau pada saat masa mendatang, Antara dua mata
dihitung menggunakan laba rugi selisih kurs dibandingkan dengan laba rugi
40
sebelum pajak (Cahyadi & Noviari, 2018), sehingga exchange rate dalam
c. Bonus plan
tahun t terhadap laba bersih tahun t-1 (Saraswati, 2017). Dimana variabel bonus
Sehingga Pengukuran variabel ini menggunakan skala rasio dengan rumus sebagai
berikut:
Laba bersihtahun t
ITRENDLB= x 100%
Laba bersih t−1
41
Tabel 3.1
Operasional Variabel Penelitian
akuntansi untuk
memaksimalkan
penerimaan
kompensasi oleh
X3 direksi dengan Laba bersih tahun t-1
cara meningkatkan
laba perusahaan
secara keseluruhan
(Saraswati 2017)
43
44
E. Analisis Data
berikut:
1. Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat
dari nilai rata-rata (mean), maksimum, minimum, standar deviasi yang dimana
digunakan untuk mengetahui besarnya variasi dari setiap data yang dipakai dalam
menentukan nilai rata-rata untuk setiap penelitian, Dalam penelitian ini teknik analisis
kelayakan atas model regresi yang digunakan pada penelitian ini. Tujuan lainya
untuk memastikan bahwa didalam model regresi yang digunakan mempunyai data
serta multikolinearitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel
bebas, dan variabel terikat memiliki distribusi normal dan tidak. Model regresi yang
baik adalah memiliki distribusi data secara normal atau mendekati normal
(Ghozali, 2015) untuk menguji normalitas data dapat dilakukan dengan dua cara,
yang pertama dengan melihat grafik normal probability plot dasar pengambilan
45
keputusan dari tampilan grafik normal probability plot yang mengacu pada Imam
1. Jika data (titik) menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
2. Jika data (titik) menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti
arah garis diagonal berarti tidak menunjukkan pola distribusi normal sehingga
Significant lebih dari 0,05 (Hair, 2016). Dasar pengambilan keputusan dalam uji
K-S adalah:
1. Apabila probabilitas nilai 2 uji K-S tidak signifikan < 0,05 secara statistik
2. Apabila probabilitas nilai 2 uji K-S signifikan > 0,05 secara statistik Ho
apakah data yang digunakkan sudah berdistribusi secara normal atau tidak.
46
b. Uji Autokorelasi
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Permasalahan ini muncul
karena residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Model
regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokolerasi. Cara untuk
Run test merupakan bagian dari statistik non-parametik dapat pula digunakan
untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar
residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah
acak atau random. Run test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi
secara random atau tidak (sistematis). Run test dilakukan dengan membuat
1. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) kurang dari 0,05, maka H0 ditolak dan HA
diterima. Hal ini berarti data residual terjadi secara tidak random (sistematis).
2. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih dari 0,05, maka H0 diterima dan HA
ditolak. Hal ini berarti data residual terjadi secara random (acak).
47
c. Uji Heterokedastisitas
d. Uji Multikolonieritas
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) Model regresi yang
cara untuk mendeteksinya dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF).
multikolinearitas:
1. Jika nilai Tolerance > 0,10 dan VIF < 10, maka dapat diartikan bahwa tidak
2. Jika nilai Tolerance < 0,10 dan VIF > 10, maka dapat diartikan bahwa terjadi
F. Uji Hipotesis
ataupun secara parsial. Persamaan regresi dengan linier berganda dalam penelitian
ini adalah:
2. Koefisien Determinasi
interval antara 0 sampai 1. Semakin besar R2 (mendekati 1), semakin baik hasil
untuk model regresi tersebut dan semakin mendekati 0, maka variabel independen
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang
variabel dependen (Ghozali, 2015). Jika probabilitas (signifikasi) lebih besar dari
variabel terikat jika probabilitas lebih kecil 0,05 maka variabel bebas secara
komputer SPSS, pengaruh secara individual ditunjukkan dari nilai signifikan uji t.
1. Jika nilai signifikansi t statistik > 0.05, maka H0 diterima. Hal ini berarti
2. Jika nilai signifikansi t statistik < 0.05, maka H0 ditolak. Hal ini berarti
dependen.
51
DAFTAR PUSTAKA
Bärsch, S., & Olbert, M. (2019). Transfer Pricing and the Decision-making
Authority of the Tax Function in Multinational Companies. Vienna 2017, 1–
53.
Devi, D. K., & Suryarini, T. (2020). The Effect of Tax Minimization and Exchange
Rate on Transfer Pricing Decisions with Leverage as Moderating.
Accounting Analysis Journal, 9(2), 110–115.
https://doi.org/10.15294/aaj.v9i2.36469
Incentive, T., Pricing, T., Indonesia, B. E., Kualitatif, D., Pajak, P., Incentive, T.,
Audit, K., Pajak, P., & Incentive, T. (2020). 2) 1),. 2010, 1–6.
Marisa, R., dan E. Wuryani. 2017. Pengaruh Pajak, Bonus plan, Tunneling
Incentive dan Ukuran Perusahaan Terhadap Transfer Pricing. Jurnal
Akuntansi Unesa 5(2): 24
Pricing, T., Pajak, P., Incentives, T., Berwujud, T., Wulandari, S., Oktaviani, R.
M., & Hardiyanti, W. (2021). Transfer Pricing. 9(2), 152–162.
Sekaran, Uma. 2011. Research Methods for Business (Metodologi Penelitian untuk
Bisnis).Salemba Empat: Jakarta.
Siyoto, S. & Sodik, M.A. (2015). Dasar metodologi Penelitian. 1st ed Ayup ed.
Yogyakarta : Literasi Media Publishing
Tinggi, S., Ekonomi, I., & Jakarta, I. (2019). The Influences of Tax , Bonus
Mechanism , Leverage and Company Size Through Company Decision on
Transfer Pricing. 73(Aicar 2018), 207–212.
Tjandrakirana, R., & Diani, E. (2020). Tax, Debt Covenant and Exchange Rate
(Analisis Atas Fenomena Transfer Pricing). Balance : Jurnal Akuntansi Dan
Bisnis, 5(1), 26. https://doi.org/10.32502/jab.v5i1.2456