Anda di halaman 1dari 45

PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN RASIO KEUANGAN

TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI PADA PERUSAHAAN


MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI (2016-2019)

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :
YOSEFINA TALAN
NPM: 17012093

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA
SURABAYA
2021
PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN RASIO KEUANGAN
TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI (2016-2019)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Manajemen Pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Wijaya Putra Surabaya

Oleh :
YOSEFINA TALAN
NPM: 17012093

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA
SURABAYA
2021

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

PENGARUH MANAJAMEN LABA DAN RASIO KEUANGAN


TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI (2016-2019)

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :

Yosefina Talan
NPM :17012093

Proposal Skripsi telah disetujui untuk diseminarkan


Oleh :

Pembimbing,

(Fitria Mardiana, SE.,MM)

iii
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Sampul/Cover ...................................................................................... i
Daftar Judul ......................................................................................................... ii
Lembar Persetujuan. ............................................................................................ iii
Daftar Isi.............................................................................................................. iv
Daftar Tabel ........................................................................................................ v
Daftar Gambar ..................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Landasan Teori ................................................................................ 7
2.2 Penelitian Terdahulu ....................................................................... 24
2.3 Kerangka Konseptual ...................................................................... 28
2.4 Hipotesis Penelitian .......................................................................... 29

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian ....................................................... 30
3.2 Variabel dan Definisi Operasional Variabel .................................... 30
3.3 Lokasi Penelitian ............................................................................. 32
3.4 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ....................... 33
3.5 Metode Pengumpulan Data ............................................................. 34
3.6 Uji Normalitas Data ........................................................................ 34
3.7 Metode Analisis Data ...................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA

iv
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Peringkat Obligasi Berdasarkan Pefindo ........................................... 23
Tabel 2.2 Matrik Penyajian Penelitian Terdahulu .............................................. 24
Tabel 4.1 Sampel Penelitian ............................................................................... 34

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ..................................................................... 28

v
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Era globalisasi saat ini investasi merupakan salah satu faktor yang

paling penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Investasi sendiri secara

garis besar digolongkan menjadi dua yaitu investasi finansial dan investasi

rill. Investasi yang popular bagi investor saat ini adalah investasi finansial,

karena investasi finansial dinilai cukup praktis dan mudah. Keuntungan

dalam investasi finansial di antaranya adalah dana yang di investasikan cukup

likuid dan bisa di tarik sesuai perjanjian, salah satu jenis investasi finansial yang

aman dan menjanjikan yaitu obligasi atau surat hutang karena memiliki

pendapatan yang bersifat tetap (Ratnawati & Awalina, 2020).

Investor dapat melakukan investasi obligasi pada pasar modal melalui

perusahaan manufaktur. Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang

melakukan kegiatan produksi sejenis logam, makanan, bahan kimia, dan suku

cadang otomotif sehingga membutuhkan modal yang tinggi. Tindakan untuk

mendapatkan modal yang tinggi yaitu menjual obligasi di pasar modal.

Keuntungan yang diperoleh investor dalam berinvestasi obligasi yaitu memiliki

hak pertama atas aset perusahaan apabila perusahaan yang bersangkutan

mengalami likuidasi karena perusahaan telah mengikat kontrak untuk dapat

melunasi obligasi yang telah dibeli oleh investor (Prastiani, 2018).

Perusahaan manufaktur yang mengalami peningkatan obligasi menunjukkan

kemampuan yang tinggi dalam memenuhi kewajibannya dan menjadi acuan

1
2

investor untuk membeli obligasi (Chandra & Hanna, 2015). Tindakan yang sering

dilakukan perusahaan manufaktur agar terlihat memiliki kinerja keuangan baik

yaitu melakukan menajemen laba, sehingga akan meningkatkan nilai rasio

keuangan perusahaan. Rasio keuangan yang mendukung peningkatan obligasi

meliputi Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return on Equity

(ROE) (Alie & Febrinta, 2020; Ratnawati & Awalina, 2020).

Manajemen laba yang efisien akan membuat kinerja perusahaan manufaktur

terlihat baik di mata investor dan akan mengundang reaksi yang positif dari

investor untuk membeli obligasi. Manajemen laba sebagai cara memanipulasi laba

dengan menaikkan laba (income increasing) maupun menurunkan laba (income

decreasing) untuk memperoleh keuntungan tertentu (Nuraisyah, 2015). Dampak

dari manajemen laba bisa baik dan buruk bagi perusahaan. Permasalahan

manajemen laba selalu dikaitkan dengan manipulasi laba dan praktik kecurangan

pelaporan keuangan, apabila manajemen laba tidak sesuai dengan kebutuhan

investor bisa menurunkan minat untuk membeli obligasi perusahaan (Zuhri,

Mardani & Wahono, 2019).

Current Ratio (CR) digunakan sebagai rasio yang menggambarkan

kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya atau utang

yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Pengaruh Current

Ratio terhadap peningkatan obligasi yaitu semakin tinggi nilai rasio maka

perusahaan manufaktur memiliki kemampuan yang tinggi dalam memenuhi

kewajibannya sehingga tercermin kinerja perusahaan yang baik dan meningkatkan

jumlah investor yang membeli obligasi perusahaan (Ratnawati & Awalina, 2020).
3

Nilai Current Ratio mencerminkan kemampuan perusahaan mengembalikan

obligasi dan sebagai acuan investor untuk mengambil keputusan pembelian

obligasi pada perusahaan manufaktur (Zuhri, Mardani & Wahono, 2019)..

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai

utang dengan ekuitas. Rasio ini membandingkan antara seluruh utang, termasuk

utang lancar dengan seluruh ekuitas. Debt to Equity Ratio sebagai imbangan

antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri, dimana semakin

tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin tinggi dibanding dengan hutangnya.

Bagi perusahaan sebaiknya, besarnya hutang tidak boleh melebihi modal sendiri

agar beban tetapnya tidak terlalu tinggi. Nilai Debt to Equity Ratio akan

memberikan kepercayaan kepada investor bahwa perusahaan mampu

mengembalikan obligasi sesuai waktu yang ditentukan (Alie & Febrinta, 2020).

Return on Equity (ROE) merupakan rasio yang menggambarkan tentang

seberapa besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih dengan

menggunakan jumlah modal atau ekuitas yang ada dalam perusahaan. Return on

Equity yang tinggi menggambarkan kinerja perusahaan baik dan para investor

akan mendapatkan keuntungan tinggi dari pembelian obligasi. Return on Equity

menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri, semakin tinggi rasio ini

semakin baik kinerja keuangan perusahaan sehingga akan meningkatkan nilai

obligasi yang diterima investor di kemudian hari (Ratnawati & Awalina, 2020)..

Obligasi dapat dijelaskan sebagai surat utang jangka menengah panjang

yang dapat dipindahtangankan, yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan

untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok
4

utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi. Obligasi

dapat diterbitkan oleh korporasi maupun Negara (Nuraisyah, 2015). Penentuan

peningkatan obligasi berdasarkan aliran arus kas perusahaan, kebutuhan, serta

kinerja perusahaan. Jika kinerja perusahaan terlihat baik maka jumlah emisi

obligasi juga tinggi diteriman oleh investor (Prastiani, 2018).

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur karena sebagai

penopang utama perkembangan industri di Indonesia. Perusahaan manufaktur

berpeluang untuk terus berkembang dalam memenuhi kebutuhan pasar sehingga

banyak investor yang tertarik membeli obligasi. Invesor yang membeli obligasi

perlu mengetahui praktek manajemen laba dan rasio keuangan perusahaan sebagai

landasan efaluasi kinerja perusahaan. Berdasarkan latar belakang sehingga judul

penelitian ini adalah “pengaruh manajemen laba dan rasio keuangan terhadap

peringkat obligasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI (2017-

2019)”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran menajemen laba, rasio keuangan dan peringkat

obligasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2016-

2019 ?

2. Apakah manajemen laba berpengaruh terhadap peringkat obligasi pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2016-2019 ?

3. Apakah Current Ratio (CR) berpengaruh terhadap peringkat obligasi pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2016-2019 ?


5

4. Apakah Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap peringkat obligasi

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2016-2019 ?

5. Apakah Return on Equity (ROE) berpengaruh terhadap peringkat obligasi

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2016-2019 ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui gambaran tentang menajemen laba, rasio keuangan dan peringkat

obligasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2016-

2019.

2. Menguji dan Menganalisis pengaruh menajemen laba terhadap peringkat

obligasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2016-

2019.

3. Menguji dan Menganalisis pengaruh Current Ratio (CR) terhadap peringkat

obligasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2016-

2019.

4. Menguji dan Menganalisis pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap

peringkat obligasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode

2016-2019.

5. Menguji dan Menganalisis pengaruh Return on Equity (ROE) terhadap

peringkat obligasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode

2016-2019.
6

1.4 Manfaat Peneltian

1. Perusahaan manufaktur

Sebagai salah satu bahan masukan atau pertimbangan yang dapat bermanfaat

dalam usahanya untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi terutama yang

berkaitan dengan kinerja perusahaan dan investasi obligasi.

2. Investor atau masyarakat

Bagi investor atau masyarakat untuk menambah pengetahuan dan nsebagai

sumber informasi yang ingin mengetahui lebih jelas tentang pentingnya

melihat rasio keuangan dalam memprediksi keuntungan membeli obligasi

perusahaan manufaktur.

3. Peneliti

Penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah wawasan, pengetahuan

mengenai pengaruh manajemen laba dan rasio keuangan terhadap peringkat

obligasi pada perusahaan manufaktur serta merupakan kesempatan untuk

mempraktekkan teori-teori yang diperoleh dari bangku kuliah.

4. Peneliti selanjutnya

Menjadi bahan referensi yang dapat dipergunakan sebagai dasar penelitian

lebih lanjut dan pengembangan pengetahuan di bidang pasar modal.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Manajemen Laba

Manajemen laba adalah tindakan yang dilakukan oleh manajemen

perusahaan untuk mempengaruhi laba yang dilaporkan yang bisa memberikan

informasi mengenai keuntungan ekonomis (economic advantage) yang

sesungguhnya tidak dialami perusahaan, yang dalam jangka panjang tindakan

tersebut bisa merugikan perusahaan. Manajemen laba dalam lingkup yang lebih

luas dapat didefinisikan sebagai tindakan manajer dalam meningkatkan

(menurunkan) laba saat ini atas suatu usaha dan manajer bertanggung jawab tanpa

mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomi jangka panjang

unit tersebut (Subramanyam & John, 2015).

Menurut Riswandi & Yuniarti (2020) yang menyatakan bahwa manajemen

laba merupakan suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan

keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa keuntungan privat (sebagai

lawan untuk memudahkan operasi yang netral dari proses tersebut). Menurut Scott

(2006) cara pemahaman atas manajemen laba dibagi menjadi dua. Pertama,

melihatnya sebagai perilaku oportunis manajer untuk memaksimalkan utilitasnya

dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang, dan political costs

(Oportunistic Earnings Management). Kedua, dengan memandang manajemen

laba dari perspektif efficient contracting (Efficien Earnings Management), dimana

manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri

7
8

mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga

untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak.

2.1.1.1 Strategi Manajemen Laba

Menurut Subramanyam & John (2015) strategi manajemen laba dibagi

menjadi 3 yakni manajer meningkatkan laba (increasing income) periode kini,

manajer melakukan mandi besar (big bath), dan manajer melakukan fluktuasi laba

dengan perataan laba (income smoothing).

1. Peningkatan laba (increasing income)

Meningkatkan laba pada periode kini agar perusahaan dapat dipandang lebih

baik, sehingga perusahaan dapat melaporkan laba yang lebih tinggi

berdasarkan manajemen laba sepanjang periode yang panjang.

2. Big Bath

Strategi ini dilakukan dengan cara melakukan penghapusan (write- off)

transaksi pada satu periode, di mana periode yang dipilih biasanya adalah

periode dengan kinerja yang buruk atau sering kali pada masa resesi di mana

perusahaan lain juga melaporkan laba yang buruk atau peristiwa saat terjadi

satu kejadian yang tidak biasa seperti perubahan manajemen, merger, atau

restrukturisasi. Strategi “Big Bath” juga sering kali dilakukan setelah strategi

peningkatan laba pada periode sebelumnya.

3. Perataan Laba (Income Smoothing)

Manajer meningkatkan atau menurunkan laba yang dilaporkan untuk

mengurangi fluktuasinya. Perataan laba juga mencakup tidak melaporkan


9

bagian laba pada periode tertentu baik dengan menciptakan cadangan atau

“bank” laba dan kemudian melaporkan laba ini saat periode buruk.

Sedangkan menurutt Scott (2006) strategi manajemen laba dapat dilakukan

dengan 4 cara yaitu :

1. Taking a bath

Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan Chief Executive

Officer (CEO) baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar.

Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa mendatang.

2. Income minimization

Income minimization adalah menurunkan jumlah laba yang akan dilaporkan.

Cara ini dilakukan saat perusahaan memperoleh tingkat profitabilitas yang

tinggi dengan maksud untuk memperoleh perhatian secara politis. Kebijakan

yang diambil dapat berupa penghapusan atas barang modal dan aktiva tak

berwujud, pembebanan pengeluaran iklan, riset dan pengembangan dipercepat.

3. Income maximization

Income maximization adalah memaksimalkan laba yang dilaporkan agar

memperoleh bonus yang lebih besar, income maximization dilakukan pada saat

laba mengalami penurunan. Kecenderungan manajer untuk memaksimalkan

laba juga dapat dilakukan pada perusahaan yang melakukan suatu pelanggaran

perjanjian utang.
10

4. Income smoothing

Income smoothing dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang

dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena

pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.

2.1.1.2 Manfaat Manajemen Laba

Menurut Subramanyam & John (2015) manfaat dilakukannya manajemen

laba, diantaranya adalah motivasi pasar modal karena adanya keuntungan bagi

seorang manajer untuk memanipulasi laba untuk mempengaruhi harga saham.

Manfaat manajemen laba dikarenakan terdapat beberapa insentif yaitu.

1. Insentif Perjanjian

Banyak perjanjian menggunakan angka akuntansi. Misalnya perjanjian

kompensasi manajer biasanya mencakup bonus berdasarkan laba. Perjanjian

bonus biasanya memiliki batas atas dan batas bawah, artinya manajer tidak

mendapat bonus jika laba lebih rendah dari batas bawah dan tidak mendapat

bonus tambahan saat laba lebih tinggi dari batas atas. Hal ini berarti manajer

memiliki insentif untuk meningkatkan atau mengurangi laba berdasarkan

tingkat laba yang belum diubah terkait dengan batas atas dan bawah ini. Jika

laba yang belum diubah berada diantara batas atas dan batas bawah, manajer

memiliki insentif untuk meningkatkan laba.

2. Dampak Harga Saham

Insentif manajemen laba lainnya adalah potensi dampak terhadap harga saham.

Misalnya, manajer dapat meningkatkan laba untuk menaikkan harga saham

perusahaan sementara sepanjang satu kejadian tertentu seperti merger yang


11

akan dilakukan atau penawaran surat berharga, atau rencana untuk menjual

saham atau melaksanakan opsi. Manajer juga melakukan perataan laba untuk

menurunkan persepsi pasar akan resiko dan menurunkan biaya modal.

3. Insentif Lain

Laba sering kali diturunkan untuk menghindari biaya politik dan penelitian

yang dilakukan badan pemerintah, misalnya untuk ketaatan undang-undang

antimonopoly dan IRS. Selain itu perusahaan dapat menurunkan laba untuk

memperoleh keuntungan dari pemerintah, misalnya subsidi atau proteksi dari

persaingan asing. Perusahaan juga menurunkan laba untuk mengelakkan

permintaan serikat buruh. Manajemen laba juga digunakan untuk menurunkan

biaya jumlah pembayaran pajak perusahaan.

2.1.1.3 Pengukuran Manajemen Laba

Menurut Abdullah (2011) telah mengevaluasi beberapa model untuk

mendeteksi dan mengukur manajemen laba berdasarkan akrual. Total akrual

merupakan selisih antara net income dengan cash flow operation yang

dirumuskan sebagai berikut:

TAit = NIit – CFOit

Keterangan:

TAit = total akrual perusahaan i pada tahun t

NIit = Laba bersih perusahaan i pada tahun t

CFOit = Arus kas operasi perusahaan i pada tahun t


12

2.1.2 Rasio Keuangan

Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan perusahaan untuk menilai

kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat

pada pos laporan keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau

perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Analisis rasio

dapat digunakan untuk membimbing investor dan kreditor untuk membuat

keputusan atau pertimbangan tentang pencapaian perusahaan dan prospek pada

masa datang. Salah satu cara pemrosesan dan penginterpretasian informasi

akuntansi, yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk

menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lain

dari suatu laporan keuangan (Kasmir, 2014).

Ratio keuangan dapat menjadi indikator kinerja perusahaan go public karena

memberikan gambaran mengenai posisi keuangan suatu perusahaan melalui

laporan keuangan. Penilaian atas financial perfomance dilakukan dengan

membandingkan laporan periode sebelumnya dengan periode saat ini, bisa juga

dengan melakukan perbandingan ratio keuangan beberapa perusahaan sejenis

melalui analisis ratio keuangan oleh para investor dan lembaga perbankan sebagai

kreditur. Menurut Sartono (2010) ratio dikelompokkan menjadi empat yaitu : ratio

likuiditas, rasio solvabilitas, ratio aktivitas dan ratio profitabilitas. Analisis ratio

lebih bermanfaat bila hasilnya dapat dibandingkan sehingga perhitungan atas ratio

yang terpilih dari data pembanding ratio keuangan mutlak yang wajib tersedia.

Ketersediaan data pembanding digunakan untuk mengetahui hasil angka-angka


13

yang mencolok nampak berbeda apakah terjadi kenaikan atau tidak dari periode

sebelumnya.

Rario keuangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ratio ratio

likuiditas diwakili oleh Current Ratio (CR), ratio leverage diwakili oleh Debt to

Equity Ratio (DER) dan profitabilitas diwakili oleh Return on Equity (ROE).

1. Current Ratio (CR)

Current Ratio adalah rasio yang mengukur kinerja keuangan necara

likuiditas perusahaan. Rasio Lancar ini menunjukan kemampuan perusahaan

untuk memenuhi kewajiban hutang jangka pendeknya pada 12 bulan ke depan.

Rasio lancar atau current ratio ini juga menunjukan efisiensi siklus operasi

perusahaan atau kemampuannya mengubah produk menjadi uang tunai.

Current ratio yang merupakan salah satu analisis rasio likuiditas ini juga

dikenal dengan rasio modal kerja (working capital ratio) (Mamduh & Abdul,

2016).

Kasmir (2014) menyatakan bahwa current ratio (ratio lancar) digunakan

untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan pembayaran

kewajiban jangka pendek atau utang yang akan jatuh tempo dengan

menggunakan asset lancar yang diharapkan dapat diubah menjadi kas dalam

waktu dekat. Current ratio tidak ada ketentuan berapa jumlah yang paling baik,

namun sebagai pedoman, bila besarnya CR 200% atau 2:1 atas aktiva lancar

dengan hutang lancar sudah dianggap bagus atau aman sehingga nilai current

ratio yang baik yaitu memiliki nilai lebih dari 2. Hasil perhitungan current

ratio yang tinggi menunjukkan bahwa kemampuan pembayaran perusahaan


14

atas hutang pada kreditur terjamin, bila nilai current ratio terlalu tinggi

mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki kelebihan aktiva lancar yang

artinya pengelolaan aktiva dalam melakukan investasi tidak optimal.

Menurut Mamduh & Abdul (2016) rasio lancar dihitung dengan

membagikan aktiva lancar (current assets) dengan kewajiban atau hutang

lancar (current liabilities). Berikut ini adalah rumus rasio lancar :

Current Ratio = Aktiva Lancar / Hutang Lancar

2. Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio hutang terhadap ekuitas atau rasio

keuangan yang membandingkan jumlah hutang dengan ekuitas. Ekuitas dan

jumlah hutang ini digunakan untuk kebutuhan operasional perusahaan yang

harus berada pada jumlah yang proporsional. Selain itu, Debt to Equity Ratio

ini juga biasa disebut rasio leverage atau rasio pengungkit dimana rasio ini

digunakan untuk melakukan pengukuran dari suatu investasi yang ada dalam

perusahaan (Kasmir, 2014). Menurut Mamduh & Abdul (2016) Debt to Equity

Ratio merupakan utang perusahaan yang terkait dengan operasional perusahaan

berjangka menengah dan panjang. Kewajiban jangka panjang adalah jenis

utang yang berbahaya untuk suatu perusahaan dan cenderung dapat merugikan

perusahaan. Utang jangka panjang ini biasanya memiliki nominal yang lebih

besar dan memiliki bunga. Ketika kewajiban lancar lebih besar dibandingkan

kewajiban panjang, maka hal tersebut adalah hal yang wajar.

Mamduh & Abdul (2016) menjelaskan bahwa Debt to Equity Ratio suatu

perusahaan meningkat, maka artinya perusahaan tersebut mendapat pendanaan


15

dari pemberi hutang. Jadi bukan dari pendapatan perusahaan tersendiri. Hal ini

cukup berbahaya dan harus diawasi karena perusahaan harus membayar hutang

tersebut dalam jangka waktu tertentu. Para pemberi hutang atau investor

biasanya akan lebih cenderung memilih perusahaan yang rasio utang terhadap

modalnya kecil. Hal ini berarti aset pemberi hutang atau investor tetap aman

jika terjadi kerugian, semakin tinggi rasio utang terhadap modal, maka semakin

tinggi pula jumlah hutang atau kewajiban perusahaan untuk melunasi hutang

yang harus dibayar baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Maka

dari itu, perusahaan dengan rasio utang terhadap modal yang kecil akan lebih

mudah mendapatkan pendanaan dari investor. Menurut Mamduh & Abdul

(2016) rumus untuk menghitung Debt to Equity Ratio (DER) yaitu.

Debt to Equity Ratio (DER) = Total Hutang / Ekuitas

Keterangan :

a. Hutang atau yang disebut dengan liabilitas adalah kewajiban yang harus

dibayar perusahaan secara tunai kepada pihak pemberi hutang dalam jangka

waktu tertentu. Dilihat dari jangka waktu pelunasannya, hutang dibagi

menjadi kewajiban lancar, kewajiban jangka panjang, dan kewajiban lain-

lain.

b. Ekuitas atau equity adalah hak milik perusahaan atas aset atau aktiva

perusahaan yang merupakan kekayaan bersih. Ekuitas terdiri atas setoran

pemilik perusahaan dan sisa laba ditahan.


16

3. Return on Equity (ROE)

Return on Equity (ROE) adalah rasio untuk mengukur laba bersih sesudah

pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan

laba atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham. Semakin

tinggi rasio ini, semakin baik, artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat.

Rasio yang paling penting adalah pengembalian atas ekuitas (return on equity),

yang merupakan laba bersih bagi pemegang saham di bagi dengan total ekuitas

pemegang saham (Kasmir, 2014).

Pengertian Return On Equity (ROE) menurut Sartono (2012) ROE yaitu

mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi

pemegang saham perusahaan. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya

utang perusahaan, apabila proporsi utang besar maka rasio ini akan besar.

Menurut Kasmir (2014) rumus untuk mencari Return on Equity (ROE) dapat

digunakan sebagai berikut:

Return on Equity (ROE) = Laba bersih setelah Pajak


Ekuitas

Menurut Kasmir (2014) manfaat yang diperoleh dari penggunaan rasio

ROE adalah untuk:

a. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.

b. Mengetahui produktivitas dari sesuluh dan perusahaan yang digunakan baik

modal pinjaman maupun modal sendiri

c. Untuk mengetahui efisiensi penggunaan modal sendiri maupun pinjaman.

Sementara itu, menurut Kasmir (2014) tujuan penggunaan rasio Return

On Equity bagi perusahaan maupun pihak luar perusahaan, yaitu:


17

1. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.

2. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan

baik pinjaman maupun modal sendiri.

3. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang

digunakan baik modal sendiri maupun pinjaman.

2.1.3 Obligasi

Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi perjanjian antara

perusahaan emiten sebagai peminjam dana dengan investor sebagai pemberi dana.

Penerbit obligasi wajib membayarkan bunga secara rutin serta melunasi pokok

pinjaman saat jatuh tempo. Obligasi pada umumnya diterbitkan untuk suatu

jangka waktu tetap di atas 10 tahun. Surat utang berjangka waktu 1 hingga 10

tahun disebut "surat utang" dan utang di bawah 1 tahun disebut "Surat

Perbendaharaan. Obligasi di Indonesia merupakan surat utang berjangka waktu 1

hingga 10 tahun yang diterbitkan oleh pemerintah disebut Surat Utang Negara

(SUN) dan utang di bawah 1 tahun yang diterbitkan pemerintah disebut Surat

Perbendaharan Negara (SPN) (Sunariyah, 2014).

Obligasi secara ringkasnya adalah utang tetapi dalam bentuk sekuriti.

"Penerbit" obligasi adalah peminjam atau debitur, sedangkan "pemegang" obligasi

adalah pemberi pinjaman atau kreditur dan "kupon" obligasi adalah bunga

pinjaman yang harus dibayar oleh debitur kepada kreditur. Obligasi dimungkinkan

bagi penerbit obligasi guna memperoleh pembiayaan investasi jangka panjangnya

dengan sumber dana dari luar perusahaan. Obligasi memiliki risiko yang tertinggi

dibandingkan dengan "surat utang" yang memiliki risiko menengah dan "surat
18

perbendaharaan" yang memiliko risiko terendah yang mana dilihat dari sisi

"durasi" surat utang di mana makin pendek durasinya memiliki risiko makin

rendah (Brigham & Houston, 2016).

Obligasi dan saham keduanya adalah instrumen keuangan yang disebut

sekuriti namun bedanya adalah bahwa pemilik saham adalah bagian dari pemilik

perusahan penerbit saham, sedangkan pemegang obligasi adalah semata

merupakan pemberi pinjaman atau kreditur kepada penerbit obligasi. Obligasi

juga biasanya memiliki suatu jangka waktu yang ditetapkan di mana setelah

jangka waktu tersebut tiba maka obligasi dapat diuangkan sedangkan saham dapat

dimiliki selamanya terkecuali pada obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah

Inggris yang disebut gilts yang tidak memiliki jangka waktu jatuh tempo

(Brigham & Houston, 2016).

Menurut Sunariyah (2014) kegiatan investasi dalam pasar modal tidak

hanya saham, tetapi juga ada surat utang dalam bentuk obligasi. Kegiatan

transaksi investasi obligasi di pasar sekunder, perhitungan harga yang digunakan

sangat berbeda dengan perhitungan dalam perdagangan saham dimana harga yang

digunakan menggunakan satuan persentase bukan denominasi rupiah. Penerbit

obligasi ini sangat luas sekali, hampir setiap badan hukum dapat menerbitkan

obligasi, namun peraturan yang mengatur mengenai tata cara penerbitan obligasi

ini sangat ketat sekali. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor

13/31/DPNP tanggal 22 Desember 2011 perihal Lembaga Pemeringkat dan

Peringkat yang Diakui Bank Indonesia, terdapat tiga lembaga pemeringkat, yaitu
19

PT. Pefindo (Pemeringkat Efek Indonesia), PT. Fitch Ratings Indonesia dan PT.

ICRA Indonesia.

Menurut Brigham & Houston (2016) fitur yang terpenting dalam suatu

obligasi adalah.

1 Nilai nominal atau nilai utang pokok, yaitu nilai yang harus dibayar bunganya

oleh penerbit dan harus dilunasi pada saat akhir masa jatuh tempo.

2 Harga penerbitan, yaitu suatu harga yang ditawarkan kepada investor pada saat

penjualan perdana obligasi. Nilai bersih yang diterima oleh penerbit adalah

setelah dikurangi dengan biaya-biaya penerbitan.

3 Tanggal jatuh tempo, yaitu suatu tanggal yang ditetapkan di mana pada saat

tersebut penerbit wajib untuk melunasi nilai nominal atau nilsi pokok dari

obligasi. Sepanjang pembayaran kembali / pelunasan tersebut telah dilakukan

maka penerbit tidak lagi memiliki kewajiban kepada pemegang obligasi setelah

lewat tanggal jatuh tempo obligasi tersebut. Beberapa obligasi diterbitkan

dengan masa jatuh tempo hinga lebih dari seratus tahun, pada pasaran modal

dikenal 3 kelompok masa jatuh tempo obligasi yaitu (Brigham & Houston,

2016):

a. Jangka pendek (surat utang atau bill): yang masa jatuh temponya hingga 1

tahun;

b. Medium Term Note: masa jatuh temponya antara 1 hingga 10 tahun;

c. Jangka panjang (obligasi atau bond): jatuh temponya di atas 10 tahun.

4 Kupon, suku bunga yang dibayarkan oleh penerbit kepada pemegang obligasi.

Biasanya suku bunga ini memeiliki besaran yang tetap sepanjang masa
20

berlakunya obligasi, tetapi juga bisa mengacu kepada suatu indeks pasar uang

seperti LIBOR, dan lain-lain. Istilah "kupon" ini asal mulanya digunakan

karena dimasa lalu secara fisik obligasi diterbitkan bersama dengan kupon

bunga yang melekat pada obligasi tersebut. Pada tanggal pembayaran kupon,

pemegang obligasi akan menyerahkan kupon tersebut ke bank guna ditukarkan

dengan pembayaran bunga bank pemabagian hasil terhadap bank atas 20% pajk

utang

5 Tanggal kupon, tanggal pembayaran bunga dari penerbit kepada pemegang

obligasi, kebanyakan pembayaran kupon obligasi dilakukan secara "tengah

tahunan", yang artinya pembayaran kupon dilakukan setiap 6 bulan sekali.

6 Dokumen resmi, suatu dokumen yang menjelaskan secara terinci hak-hak dari

pemegang saham.

7 Hak opsi: suatu obligasi dapat memuat ketentuan mengenai hak opsi kepada

pembeli obligasi ataupun penerbit obligasi.

a. Hak pelunasan, beberapa obligasi memberikan hak kepada penerbit untuk

melunasi obligasi tersebut sebelum masa jatuh tempo obligasi. Obligasi

jenis ini dikenal sebagai obligasi opsi beli. Kebanyakan obligasi jenis ini

memberikan hak kepada penerbit untuk melakukan pelunasan obligasi pada

nilai pari, pada beberapa obligasi mengharuskan penerbit untuk membayar

premi yang disebut premi opsi. Ini utamanya digunakan bagi obligasi

berbunga tinggi. Obligasi jenis ini terdapat banyak sekali persyaratan yang

ketat yang membatasi kegiatan operasional penerbit, maka guna


21

membebaskan penerbit dari pembatasan-pembatasan dilakukanlah

pelunasan dini atas obligasi tersebut. namun dengan biaya yang lebih tinggi.

b. Hak jual, beberapa obligasi memberikan hak kepada pemegang obligasi

untuk memaksa penerbit melakukan pelunasan awal atas obligasinya

sebelum masa jatuh tempo; lihat opsi jual.

c. Tanggal pelaksanaan opsi adalah tanggal dimaka opsi beli atau opsi jual

dapat dilaksanakan sebelum masa jatuh tempo obligasi (Brigham &

Houston, 2016).

8 Dana jaminan atau yang juga dikenal dengan istilah sinking fund adalah suatu

syarat dalam "dokumen resmi" yang mensyaratkan adanya suatu porsi tertentu

dari obligasi yang dapat dicairkan berkala. Penerbit juga dapat membayar

kepada wali amanat yaitu dengan cara melakukan pembelian secara acak atas

obligasi yang diterbitkannya atau pilihan lainnya dengan membeli obligasi di

pasaran lalu menyerahkannya kepada wali amanat.

9 Obligasi konversi adalah obligasi yang mengizinkan pemegang obligasi untuk

menukarkan obligasi yang dipegangnya dengan sejumlah saham perusahaan

penerbit.

10 Obligasi tukar atau dikenal juga dengan nama Exchangeable bond ("XB")

yang memperkenankan pemegang obligasi untuk menukarkan obligasi yang

dipegangnya dengan saham perusahaan selain daripada saham perusahaan

penerbit, biasanya dengan saham anak perusahaan penerbit (Brigham &

Houston, 2016).
22

Sunariyah (2014) menjelaskan jenis obligasi berdasarkan penerbitnya dapat

digolongkan menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu:

1. Obligasi Perusahaan Swasta (Corporate Bonds)

Jenis obligasi ini merupakan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik itu

perusahaan yang berbentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN), atau badan

usaha swasta. Corporate bond memiliki risiko gagal bayar. Jika perusahaan

yang menerbitkannya mengalami masalah, maka mungkin saja perusahaan

tersebut tidak dapat membayar bunga dan pokok pinjaman yang dijanjikan.

2. Obligasi Pemerintah Pusat (Government Bond)

Government Bond adalah obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat.

Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat ini tidak memiliki risiko gagal

bayar seperti pada corporate bond.

3. Obligasi Pemerintah Daerah (Municipal Bond)

Obligasi jenis ini merupakan obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah

untuk membiayai proyek-proyek yang berkaitan dengan kepentingan publik

(public utility). Obligasi pemerintah daerah (municipal bond) juga memiliki

risiko gagal bayar.

Peringkat obligasi merupakan peringkat yang menyatakan mutu obligasi

yang mencerminkan kemungkinan gagal bayar yang disebut dengan risiko kredit.

Peringkat obligasi berdasarkan definisi Peringkat PT. Pefindo adalah sebagai

berikut:
23

Tabel 2.1 Peringkat Obligasi Berdasarkan Pefindo

PERINGKAT KETERANGAN Skor


idAAA Efek hutang dengan peringkat AAA merupakan peringkat tertinggi yang 8
diberikan oleh PT. Pefindo yang didukung oleh kemampuan obligor yang
superior dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban
finansial jangka panjang sesuai dengan yang diperjanjikan.
idAA Efek utang dengan peringkat AA memiliki kualitas kredit sedikit di bawah 7
peringkat tertinggi, didukung oleh kemampuan obligor yang sangat kuat
untuk memenuhi kewajibn finasial jangka panjangnya sesuai dengan yang
diperjanjikan relatif dibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya.
idA Efek utang dengan peringkat A memiliki dukungan kemampuan obligor yang 6
kuat dibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi
kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan,
namun cukup peka terhadap perubahan yang merugikan.

idBBB Efek utang dengan BBB didukung oleh kemampanan obligor yang relatif 5
memadai dibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi
kewajiban finansial, namun kemampuan tersebut dapat diperlemah oleh
perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan.

idBB Efek utang dengan peringkat BB menunjukan dukungan kemampuan obligor 4


yang sedikit lemah dibandingkan dengan entitas lainnya untukmemenuhi
kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan,
serta peka terhadap keadaan bisnis dan perekonomian yang keadaan bisnis
dan perekonomian yang tidak menentu.
idB Efek utang dengan peringkat B menunjukan parameter perlindungan yang 3
lemah. Walapun obligor masih memiliki kemampuan untuk memenuhi
kewajiban finansial jangka panjangnya, namun adanya perubahan keadaan
bisnis dan perekonomian yang merugikan akan memperburuk kemampuan
obligor utuk memenuhi kewajiban finansialnya.
idCCC Efek utang dengan peringkat CCC menggambarkan obligor memiliki 2
kapasitas yang rentan untuk gagal bayar dan tergantung pada kondisi bisnis
dan keuangan yang lebih menguntungkan untuk dapat memenuhi komitmen
keuangan jangka panjangnya atas efek hutang.
idD Efek utang dengan peringkat D menggambarkan obligor tidak memiliki 1
kapasitas untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam
pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Dengan
kata lain obligor dalam kondisi gagal bayar.

Sumber: PT. Pefindo (2021)


24

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian sudah pernah dilakukan sehingga dapat dijadikan

referensi dan acuan yang cukup relevan untuk penelitian ini. Adapun penelitian -

penelitian terdahulu yang dapat digunakan dalam penelitian ini akan dijelaskan

pada Tabel 2.2 di bawah ini

Tabel 2.2 Matrik Penyajian Penelitian Terdahulu


No Penelitian Judul dan Tujuan Variabel dan Hasil penelitian Persamaan Perbedaan
(Tahun) Sumber teknik
Pustaka analisis
data
1 Ratnawat Pengaruh Menganalisi Variabel X: Hasil Meneliti Variabel :
i& Manajemen s pengaruh manajemen penelitian variabel DER,
Awalina Laba dan manajemen laba, menunjukka manajeme Quick
(2020) Kinerja laba dan Likuiditas, n bahwa n laba, Ratio
Keuangan kinerja Solvabilitas rasio ROE dan
Terhadap keuangan dan likuiditas obligasi Data
Peringkat terhadap rentabilitas dan rasio penelitian
Obligasi peringkat solvabilitas :
(Studi Kasus obligasi Variabel Y: berpengaruh perusahaan
Pada secara peringkat terhadap manufaktu
Lembaga pasrial obligasi peringkat r
Keuangan obligasi.
Perbankan Analisis data Sedangkan
Di Bursa menggunaka manajemen
Efek n Uji Regresi laba dan
Indonesia). Linear rasio
Jurnal Berganda rentabilitas
Cendekia tidak
Akuntansi berpengaruh
Universitas terhadap
Islam Kadiri peringkat
obligasi.
Simpulan
penelitian
ini
adalah dari 4
variabel
yang
digunakan
dalam
penelitian
25

ini hanya
variabel
rasio
likuiditas
dan rasio
solvabilitas
yang dapat
digunakan
untuk
memprediks
i peringkat
obligasi
suatu
lembaga
keuangan
perbankan.
2 Prastiani Pengaruh Menanalisi Variabel X: Hasil Meneliti Variabel :
(2018) Kinerja s pengaruh Return On penelitian variabel manajemen
Keuangan kinerja Common membuktika CR ROE, laba, Quick
Terhadap keuangan Equity, n kinerja DER dan Ratio
Peringkat terhadap Current keuangan obligasi
Obligasi peringkat Ratio, Dept secara
Dengan obligasi To Equity simultan
Manajemen dengan Ratio, Total berpengaruh
Laba manajeme Assets Turn terhadap
Sebagai n laba Over manajemen
Variabel sebagai laba, ROCE
Intervening variabel Variabel Y: tidak
Pada intervening Rating berpengaruh
Perusahaan Obligasi dan terhadap
Manufaktur Manajemen manajemen
Yang Laba laba,
Terdaftar Di CR, DER
BEI. Jurnal Analisis data dan TATO
Akuntansi menggunaka berpengaruh
Berkelanjuta n Analisi terhadap
n Indonesia Jalur manajemen
Universitas laba, kinerja
Esa Unggul keuangan
dan
manajemen
laba secara
simultan
berpengaruh
terhadap
rating
obligasi,
ROCE dan
26

TATO
berpengaruh
terhadap
Rating
obligasi, CR
dan DER
tidak
berpengaruh
terhadap
rating
obligasi.
3 Zuhri, Pengaruh Menganalisis Variabel X: Hasil Meneliti Variabel :
Mardani Manajemen pengaruh manajemen penelitian variabel DER,
& Laba Dan manajemen laba, menunjukka manajeme EPS dan
Wahono Rasio laba dan likuiditas, n bahwa n laba, CR TATO
(2019) Keuangan rasio solvabilitas manajemen dan
Terhadap keuangan dan nilai laba, obligasi Data
Peringkat terhadap pasar Current penelitian
Obligasi peringkat Variabel Y: ratio dan :
Pada obligasi peringkat Price perusahaan
Perusahaan secara obligasi Earning manufaktu
Yang pasrial Ratio r
Terdaftar Di Analisis data berpengaruh
BEI. e– menggunaka terhadap
Jurnal Riset n Uji Regresi peringkat
Manajemen Linear obligasi,
Universitas Berganda sedangkan
Islam Total Asset
Malang Turnover
tidak
berpengaruh
4 Chandra Pengaruh Menganalisis Variabel X: Hasil Meneliti Variabel :
& Hanna manajemen pengaruh manajemen penelitian variabel perbedaan
(2015) laba dan manajemen laba dan menunjukka manajeme pembukua
perbedaan laba dan perbedaan n bahwa n laba dan n menurut
pembukuan perbedaan pembukuan manajemen obligasi pajak dan
menurut pembukuan menurut laba dan akuntansi
pajak dan menurut pajak dan perbedaan
akuntansi pajak dan akuntansi. pembukuan
terhadap akuntansi Variabel Y: menurut
peringkat terhadap peringkat pajak dan
obligasi. peringkat obligasi akuntansi
Jurnal obligasi Analisis data berpengaruh
Akuntansi secara menggunaka signifikan
Universitas parsial n Uji Regresi terhadap
Pelita Berganda peringkat
Harapan obligasi
5 Alie & Pengaruh Menganalisi Variabel X: Hasil Meneliti Variabel :
27

Febrinta Manajemen s pengaruh manajemen penelitian variabel ROA


(2020) Laba, Rasio manajemen laba, rasio menunjukkan manajeme
Likuiditas, laba, rasio likuiditas, bahwa n laba, Data
Rasio likuiditas, rasio manajemen CR, DER penelitian
Solvabilitas rasio solvabilitas laba, rasio dan :
Dan Rasio solvabilitas dan rasio likuiditas, obligasi. perusahaan
Profitabilitas dan rasio profitabilita rasio manufaktu
Terhadap profitabilitas s solvabilitas r
Peringkat terhadap dan rasio
Obligasi peringkat Variabel Y: profitabilitas
Pada obligasi peringkat berpengaruh
Perusahaan secara obligasi terhadap
Manufaktur parsial peringkat
Sub Sektor Analisis data obligasi.
Makanan menggunaka
Dan n Uji Regresi
Minuman Linear
Yang Berganda
Terdaftar Di
Bursa Efek
Indonesia
(BEI) Tahun
2011-2018.
Jurnal
Ekonomi
Universitas
Mitra
Indonesia

Sumber: Diolah (2021)


28

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual berfungsi sebagai alat untuk melakukan pendekatan

dalam memecahkan masalah. Dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut ini:

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

Manajemen laba (X1)

Current Ratio (CR) (X2)


Peringkat obligasi (Y)

Debt to Equity Ratio (DER)


(X3)

Return on Equity (ROE)


(X4)

Sumber: Data primer, diolah (2021).

Keterangan:
= Pengaruh secara parsial
29

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang ingin dicapai pada penelitian

ini, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

1 : menajemen laba berpengaruh terhadap peringkat obligasi pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2016-2019

2 ; Current Ratio (CR) berpengaruh terhadap peringkat obligasi pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2016-2019

3 : Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap peringkat obligasi pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2016-2019

4 : Return on Equity (ROE) berpengaruh terhadap peringkat obligasi pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2016-2019


30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, karena penelitiaan ini

menganalisis pengaruh antara variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah

dirumuskan sebelumnya dan berfokus pada penjelasan hubungan antara variabel.

Metode kuantitatif berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.

Penelitian ini juga menguji teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel

penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik

(Chandrarin, 2017). Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan

pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisa

keterangan mengenai tujuan yang diteliti (Arikunto, 2012).

3.2 Variabel dan Definisi Operasional Variabel

3.2.1 Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2017) pada dasarnya variabel penelitian merupakan

segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari sehingga dapat diperoleh informasi berkaitan dengan hal tersebut

kemudian dapat ditarik kesimpulannya. Variabel yang digunakan dalam penelitian

ini terdiri dari variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y), diuraikan pada tabel

berikut.

1. Variabel bebas (X) yaitu menajemen laba (X1), Current Ratio (CR) (X2), Debt

to Equity Ratio (DER) (X3) dan Return on Equity (ROE) (X4).

2. Variabel terikat (Y) yaitu peringkat obligasi.

30
31

3.2.2 Definisi Operasional Variabel

1 Menajemen laba (X1)

Manajemen laba adalah tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan

untuk mempengaruhi laba yang dilaporkan yang bisa memberikan informasi

mengenai keuntungan ekonomis (economic advantage) yang sesungguhnya

tidak dialami perusahaan. Manajemen laba dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut (Abdullah, 2011):

TAit = NIit – CFOit

Keterangan:

TAit = total akrual perusahaan i pada tahun t

NIit = Laba bersih perusahaan i pada tahun t

CFOit = Arus kas operasi perusahaan i pada tahun t

2 Current Ratio (CR) (X2)

Current Ratio adalah rasio yang mengukur kinerja keuangan necara

likuiditas perusahaan. Rasio Lancar ini menunjukan kemampuan perusahaan

untuk memenuhi kewajiban hutang jangka pendeknya. Current Ratio dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut (Mamduh & Abdul, 2016):

Current Ratio = Aktiva Lancar / Hutang Lancar

3 Debt to Equity Ratio (DER) (X3)

Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio hutang terhadap ekuitas atau rasio

keuangan yang membandingkan jumlah hutang dengan ekuitas. Ekuitas dan

jumlah hutang ini digunakan untuk kebutuhan operasional perusahaan yang


32

harus berada pada jumlah yang proporsional. Debt to Equity Ratio dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut (Mamduh & Abdul, 2016):

Debt to Equity Ratio (DER) = Total Hutang / Ekuitas

4 Return on Equity (ROE) (X4)

Return on Equity (ROE) adalah rasio untuk mengukur laba bersih sesudah

pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan daya untuk

menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang

saham. Rumus untuk mencari Return on Equity (ROE) dapat digunakan

sebagai berikut (Kasmir, 2015):

Return on Equity (ROE) = Laba bersih setelah Pajak


Ekuitas

5) Peringkat obligasi (Y)

Peringkat obligasi adalah tingkatan surat berharga atau sertifikat yang

berisi perjanjian antara perusahaan emiten sebagai peminjam dana dengan

investor sebagai pemberi dana (Brigham & Houston, 2016).

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia. Bursa Efek

Indonesia atau Indonesia Stock Exchange adalah pihak yang menyediakan data

laporan keuangan perbankan yang Go Public, yang di akses melalui website resmi

Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id.


33

3.4 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Populasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur subsektor makanan

dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2019 sebanyak

30 perusahaan.

3.4.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut, apabila populasi besar dan tidak memungkinkan peneliti untuk

mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan

sampel yang diambil dari populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini

sebanyak 10 perusahaan manufaktur industri barang konsumsi subsektor makanan

dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2019.

3.4.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling, merupakan teknik yang dilakukan sesuai dengan kriteria

penelitian (Sugiyono, 2017). Kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel

penelitian ini meliputi:

1. Perusahaan yang menjadi sampel adalah perusahaan manufaktur industri

barang konsumsi subsektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia periode 2016-2019


34

2. Perusahaan ini memiliki laporan keuangan lengkap yang telah dipublikasikan

oleh BEI dari tahun 2016 – 2019 dan telah di audit oleh Akuntan Publik.

3. Perusahaan memiliki kelengkapan data yang diperlukan peneliti seperti nilai

menajemen laba, Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on

Equity (ROE) dan peringkat obligasi.

Berdasarkan kriteria maka perusahaan yang dijadikan sampel penelitian ini yaitu:

Tabel 4.1 Sampel Penelitian


No Kode Nama Emiten
1 ADES Akasha Wira International Tbk
2 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk
3 BTEK Bumi Teknokultura Unggul Tbk
4 BUDI Budi Starch & Sweetener Tbk
5 CAMP Campina Ice Cream Industry Tbk
6 CLEO Sariguna Primatirta Tbk
7 FOOD Sentra Food Indonesia Tbk
8 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
9 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk
10 ULTJ Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk
Sumber: www.idx.co.id (2021).

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini yaitu dokumentasi

berupa laporan keuangan peusahaan manufaktur industri barang konsumsi

subsektor makanan dan minuman periode 2016 – 2019. Dokumentasi adalah

sebuah cara yang dilakukan untuk menyedikan dokumen-dokumen dengan

menggunakan bukti yang akurat dari pencatatan sumber-sumber informasi khusus

(Sugiyono, 2017).

3.6 Uji Normalitas Data

Menurut Ghozali (2011) uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah

data skor tes kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berdistribusi normal
35

atau tidak. Menurut Sugiyono (2017) pengujian normalitas data dilakukan dengan

cara membandingkan kurva normal yang terbentuk dari data yang telah terkumpul

dengan kurva normal baku/standard. Berdasarkan sampel akan diuji hipotesis nol

bahwa sampel tersebut berasal dari populasi berdistribusi normal melawan

hipotesis tandingan bahwa distribusi tidak normal. Kriterianya adalah dilihat dari

Scater Diagram antara skor peluang normal dengan data asli. Jika membentuk

garis lurus mendekati sudut 45o, maka datamendekati sebaran normal.

3.7 Teknik Analisis Data

3.7.1 Analisa Statistik Deskriptif

Menurut Sugiyono (2017) statistik deskriptif adalah statistik yang

digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendiskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud

membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Termasuk

dalam statstik deskriptif antara lain, adalah penyajian data melalui tabel, grafik

diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus, median, mean (pengukuran

tendensi sentral), perhitungan rata-rata dan standar deviasi, perhitungan

persentase.

3.7.2 Pengujian Asumsi Klasik

Dalam penelitian ini dilakukan pengujian atas analisis Regresi Linier

Berganda. Dalam melakukan analisis regresi terhadap beberapa asumsi yang harus

dipenuhi sehingga persamaan regresi yang dihasilkan valid jika digunakan untuk

memprediksi. Asumsi yang harus dipenuhi adalah asumsi klasik yang meliputi uji
36

normalitas, uji multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas. Pengujian asumsi

klasik dalam penelitian ini menggunakan analisis SPSS 25 for windows.

1. Uji Multikolinieritas

Menurut Ghozali (2011) uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji

apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas.

Multikolinieritas terjadi apabila variabel bebas memiliki pengaruh yang sangat

kuat atau diantara variabel bebas berkolerasi mendekati sempurna. Jika terjadi

korelasi, maka terdapat masalah multikolinieritas (multiko). Model regresi

yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk

mendeteksi adanya multikolinieritas dapat dilihat dari VIF (Variance Inflation

Factor) :

 Jika VIF < 10 dan nilai tolerance < 0.1 bebas dari multikolinieritas;

 Jika VIF > 10 dan nilai tolerance > 0.1 terjadi multikolinieritas.

2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Menurut Ghozali (2011) untuk mendeteksi ada tidaknya

heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji Scatter Plot yang menyatakan

bahwa model regresi linier tidak terdapat heteroskedastisitas jika:

a. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0.

b. Titik-titik data tidak hanya mengumpul di atas dan di bawah saja.

c. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang

melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.


37

3.7.3 Analisa Regresi Linier Berganda

Menurut Chandrarin (2017) analisis regresi linier berganda digunakan oleh

peneliti bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik-turunnya)

variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor

perdiktor dimanipulasi (dinaik-turunkan nilainya). Analisis regresi berganda akan

dilakukan bila jumlah variabel independen minimal ada 2 (dua). Analisa ini

digunakan untuk mengetahui sejauh mana besarnya antara variabel bebas dengan

variabel terikat, baik secara bersama-sama atau secara parsial. Secara umum

bentuk persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 e

di mana,

Y = peringkat obligasi

a = Bilangan konstanta

b1, b2, b3, b4 = Koefisien regresi masing-masing variabel

X1 = menajemen laba

X2 = Current Ratio /CR

X3 = Debt to Equity Ratio / DER

X4 = Return on Equity / ROE

e = Standar eror

Untuk melakukan perhitungan model analisis regresi linier berganda

tersebut maka digunakan program software application SPSS 25 for windows.


38

3.7.4 Uji Parsial (Uji t)

Uji parsial (uji t) yang dihasilkan dari model regresi linier berganda dengan

bantuan software application SPSS 25 for windows. Uji t dilakukan untuk

menganalisis ada tidaknya pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap

variabel terikat dengan tingkat signifikansi 5%, dalam penelitian ini

mengidentifikasi pengaruh menajemen laba, Current Ratio (CR), Debt to Equity

Ratio (DER) dan Return on Equity (ROE) terhadap peringkat obligasi pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Adapun kriteria pengujian sebagai

berikut:

a. Apabila nilai tingkat signifikansi t > 0.05, maka hipotesis ditolak, artinya

variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.

b. Apabila nilai tingkat signifikansi t< 0.05 atau, maka hipotesis diterima, artinya

variabel bebas secara parsial berpengaruh terhadap variabel terikat (Ghozali,

2011).
39

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Faisal. 2011. Dasar Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Kedua.


Cetakan Kelima. Malang: Penerbitan Universitas Muhammadiyah.

Alie M.S., & Febrinta H. 2020. Pengaruh Manajemen Laba, Rasio Likuiditas,
Rasio Solvabilitas Dan Rasio Profitabilitas Terhadap Peringkat Obligasi
Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan Dan Minuman Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2011-2018. Jurnal Ekonomi
22 (1). Universitas Mitra Indonesia

Arikunto, S. 2012. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta.

Brigham, Eugene F & Houston, Joel F. 2016. Dasar-Dasar Manajemen


Keuangan. Edisi Sepuluh. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Chandra C., & Hanna. 2015. Pengaruh manajemen laba dan perbedaan
pembukuan menurut pajak dan akuntansi terhadap peringkat obligasi. Jurnal
Akuntansi 19 (2). Universitas Pelita Harapan.

Chandrarin, G. 2017. Metode Riset Akuntansi Pendekatan Kuantitatif. Jakarta:


Salemba Empat

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS
19. Edisi lima. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

IDX. 2021. Perusahaan Tercatat. https://www.idx.co.id/perusahaan-


tercatat/layanan-untuk-perusahaan-tercatat/

Kasmir. 2014. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Mamduh M., dan Abdul Halim. 2016. Analisis Laporan Keuangan. Edisi. Kelima.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Nuraisyah. 2015. Pengaruh Praktek Manajemen Laba Dan Rasio Profitabilitas


Terhadap Peringkat Obligasi Di Pasar Kredit Indonesia. Jurnal Ilmiah 12
(3). Sekolah Ilmu Ekonomi Nobel Indonesia.

Pefindo. 2021. PEFINDO | PT Pemeringkat Efek Indonesia.


https://www.pefindo.com/.

Prastiani, S.C. 2018. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Peringkat Obligasi


Dengan Manajemen Laba Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan

39
40

Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI. Jurnal Akuntansi Berkelanjutan


Indonesia 1 (1). Universitas Esa Unggul.

Ratnawati Y., & Awalina P. 2020. Pengaruh Manajemen Laba dan Kinerja
Keuangan Terhadap Peringkat Obligasi (Studi Kasus Pada Lembaga
Keuangan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Cendekia Akuntansi
1 (1). Universitas Islam Kadiri.

Riswandi & Yuniarti. 2020. Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Nilai


Perusahaan. Jurnal Pamotor Volume 13 No 1, April 2020 Hlm. 134-138,
ISSN: 1829-7935.

Sartono, Agus. 2012. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi 4. Yogyakarta:
BPFE.

Scott, Wiliiam R. 2006. Financial Accounting Theory. Edisi Ketiga. Prentice Hall.

Subramanyam, KR dan John, J. Wild, 2015. Analisis Laporan Keuangan, Buku.


Satu, Edisi Sepuluh. Jakarta: Salemba Empat.

Sugiyono. 2017. Metode penelitian kuantitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sunariyah. 2014. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Keenam. Bandung:


Alfabeta.

Zuhri M.S., Mardani R.M., & Wahono B. 2019. Pengaruh Manajemen Laba Dan
Rasio Keuangan Terhadap Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Yang
Terdaftar Di BEI. e–Jurnal Riset Manajemen 12 (3). Universitas Islam
Malang

Anda mungkin juga menyukai