Anda di halaman 1dari 48

USULAN PROPOSAL TESIS

ANALISIS FAKTOR PENENTU FINANCIAL DISTRES PERUSAHAAN


SUBSEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA TAHUN 2017-2021

Disusun dan diajukan oleh:

MELFRI BIRANA
A012211077

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
DAFTAR ISI

Contents
BAB I......................................................................................................................... 2
PENDAHULAN.......................................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................7
1.3 Manfaat Penelitian..............................................................................................8
1.3.1 Kontribusi Teoritikal.......................................................................................8
1.3.2 Kontribusi Partikal..........................................................................................9
1.4 Ruang Lingkup Penelitian.................................................................................9
1.5 Sistematika penelitian........................................................................................9
BAB II...................................................................................................................... 11
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................11
2.1 Kajian Teori..............................................................................................11
2.1.1 Financial Distress..................................................................................11
2.1.2 Laporan Keuangan.................................................................................12
2.1.3 Rasio Keuangan.....................................................................................13
2.1.4 Makroekonomi........................................................................................16
2.2 Penelitian Terdahulu................................................................................18
2.3 Kerangka konseptual...............................................................................25
2.4 Hubungan Antara Variabel......................................................................25
2.4.1 Pengaruh Rasio Likuiditas terhadap Financial Distress.....................25
2.4.2 Pengaruh Rasio Leverage terhadap Financial Distress......................26
2.4.3 Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Financial Distress................27
2.4.4 Pengaruh Inflasi terhadap Financial Distress......................................28
2.4.5 Pengaruh Suku Bunga terhadap Financial Distress...........................28
BAB III..................................................................................................................... 31
METODE PENELITIAN............................................................................................31
3.1 Rancangan Penelitian..................................................................................31
3.2 Situs dan Waktu Penelitian..........................................................................31
3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel..................................31
3.3.1 Populasi..................................................................................................31

i
3.3.2 Sampel Dan Teknik Pengambilan Sampel............................................32
3.4 Jenis dan Sumber Data................................................................................34
3.6 Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian.............................35
3.2.1 Variabel Dependen.................................................................................35
3.2.2 Variabel Independen..............................................................................35
3.7 Teknik Analisis Data.....................................................................................36
3.7.1 Statistik Deskriptif..................................................................................37
3.7.2 Uji Asumsi Klasik...................................................................................37
3.7.3 Analisis Regresi Logistik.......................................................................38
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................41
2

BAB I
PENDAHULAN

1.1 LATAR BELAKANG

Setiap berdirinya suatu perusahaan terdapat keinginan serta tujuan agar


perusahaan tersebut dapat menghasilkan keuntungan serta memiliki
kemampuan agar dapat tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang. Hal
tersebut dapat digambarkan dengan terus tetap hidupnya perusahaan serta
tidak terjadi likuidasi. Namun dalam pelaksanaannya, asumsi tersebut sulit
untuk dicapai dan diwujudkan. Banyak faktor yang dapat menyebabkan
perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan memutuskan untuk bubar
dikarenakan mengalami kondisi financial distress yang pada akhirnya
mengarah pada kebangkrutan. (Nilasari, 2018).
Financial distress merupakan kondisi dimana keuangan perusahaan dalam
keadaan tidak sehat atau krisis. Ketika perusahaan tidak mampu untuk tetap
menghasilkan laba, maka perusahaan akan kesulitan untuk mengoptimalkan
produksi dan penjualannya. Perusahaan yang mengalami kondisi tersebut
terus menerus selama beberapa periode dan tidak secepatnya memperbaiki
situasi ini, akan berakibat besar bagi perusahaan bahkan memungkinkan
perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan. Fatmawati (2012)
mengatakan bahwa indikasi awal perusahaan yang mengalai financial
distress adalah dilakukannya penghapusan pencatatan saham (delisting) dari
Bursa Efek Indonesia. Hal ini dikarenakan adanya penurunan kinerja
perusahaan yang menyebabkan perusahaan mengalami kondisi financial
distress sehingga tidak mampu memenuhi persyaratan sebagai emiten yang
terdaftar di BEI, maka perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari BEI.
Penghapusan ini dilakukan untuk melindungi investasi yang dilakukan
investor terhadap emiten yang terdaftar di BEI. Berdasarkan
www.sahamok.com pada tahun 2017-2021 terdapat 22 perusahaan yang
3

delisting dari Bursa Efek Indonesia. Salah satu indikasi perusahaan yang
mengalami financial distress adalah Earning Per Share (EPS) cenderung
negative. (Priyatnasari & Hartono, 2019). Earning Per Share adalah jumlah
pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk setiap lembar saham
yang beredar atau dengan kata lain jumlah uang yang akan diterima oleh
para pemegang saham atas setiap lembar saham yang dimilikinya saat
pembagian keuntungan saham yang beredar pada akhir tahun. (Widhiari &
Merkusiwati, 2015). Lakshan & Wijekoon (2013) mengatakan bahwa suatu
perusahaan dikatakan mengalami financial distress jika perusahaan memiliki
arus kas negatif selama tiga tahun atau lebih, sedangkan dalam penelitian
yang dilakukan oleh Fitriyah & Hariyati (2013) mengungkapkan bahwa
perusahaan yang mengalami financial distress yaitu perusahaan yang
memiliki EPS negatif dua tahun berturut-turut. Sementara itu Brahmana
(2007) dalam Widhiari & Aryani Merkusiwati (2015) mengatakan bahwa suatu
perusahaan dapat dikategorikan mengalami financial distress jika
perusahaan tersebut memiliki kinerja yang menunjukkan laba operasinya
negatif, laba bersih negatif, nilai buku ekuitas negatif, dan perusahaan yang
melakukan merger.
Berbagai macam penelitian yang berkaitan dengan financial distress
perusahaan telah banyak dilakukan dengan menganalisis rasio keuangan.
Rasio keuangan banyak digunakan untuk dianalisis dan selanjutnya menjadi
model prediksi kebangkrutan karena rasio keuangan berperan penting dalam
menganalisis kinerja perusahaan dan memperhitungkan kegagalan
perusahaan melalui praktik aplikasi. (Khaliq et al., 2014). Dalam penelitian ini
rasio keuangan yang digunakan adalah rasio likuiditas, leverage, dan
profitabilitas. Rasio likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan
kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Semakin tinggi tingkat rasio likuiditas sebuah perusahaan, maka
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya
semakin baik sehingga kemungkinan perusahaan mengalami financial
4

distress semakin kecil. Penelitian yang dilakukan oleh Widhiari & Merkusiwati
(2015) dan Sandi & Amanah (2019) memperoleh hasil rasio likuiditas
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial distress. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Mas’ud & Srengga (2012), Pertiwi (2018) dan
Novietta & Minan (2020) menunjukkan bahwa rasio likuiditas berpengaruh
negatif tetapi tidak signifikan terhadap financial distress. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Ardiyanto & Prasetiono (2011) dan Maulida et
al. (2018) memperoleh hasil rasio likuditas berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap financial distress.
Rasio Leverage menunjukkan seberapa banyak utang perusahaan yang
digunakan untuk memenuhi aset-aset maupun modal perusahaan. Penelitian
yang dilakukan oleh Andre & Taqwa (2014) dan Sumani, (2017) memperoleh
hasil rasio leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial
distress. Semakin tinggi rasio likuiditas artinya semakin besar pula hutang
perusahaan dan apabila kondisi tersebut terus berlanjut hingga melebihi
batas biaya yang dianggarkan maka kemungkinan perusahaan mengalami
gagal bayar semakin besar, sehingga dapat memicu terjadinya financial
distress. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Alifiah (2013), Ufo (2015)
dan Irwandi & Rahayu (2019) memperoleh hasil bahwa rasio leverage
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial distress. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio leverage, probabilitas perusahaan
mengalami financial distress semakin kecil. Sementara itu penelitian yang
dilakukan oleh Mas’ud & Srengga (2012), Pertiwi (2018) dan Novietta &
Minan (2020) memperoleh hasil bahwa rasio leverage berpengaruh negatif
tetapi tidak signifikan terhadap financial distress.
Selanjutnya, rasio profitabilitas merupakan rasio yang menunjukkan
kemampuan sebuah perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin tinggi
kemampuan perusahaan menghasilkan laba, maka semakin kecil pula
kemungkinan sebuah perusahaan mengalami financial distress. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Sumani (2017), Kurniasanti & Musdholifah
5

(2018), dan Sandi & Amanah (2019) menyatakan bahwa rasio profitabilitas
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial distress. Artinya
perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi akan menurunkan
kemungkinan terjadinya financial distress pada sebuah perusahaan.
Sebaliknya hasil yang berbeda diperoleh Mas’ud & Srengga (2014), Hidayat
& Meiranto (2014) dan Novietta & Minan (2020) yang menyatakan bahwa
rasio profitabilitas berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap
financial distress.
Selain rasio keuangan, terdapat juga faktor eksternal yang mempengaruhi
financial distress yaitu makroekonomi. Makroekonomi adalah faktor yang
berasal dari luar perusahaan dan tidak dapat dikontrol oleh perusahaan yang
dapat mеngakibatkan rеncana pеrusahaan tidak bеrjalan lancar bahkan
dapat tеrjadi pеngalihan assеt. (Hartianah & Sulasmiyati, 2017). Dalam
penelitian ini makroekonomi diukur dengan inflasi dan suku bunga. Inflasi
adalah kenaikan tingkat harga secara umum dan berlangsung secara terus
menerus. (Murni, 2013:202). Penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi (2018)
dan Megawati (2019) memperoleh hasil bahwa inflasi berpengaruh negatif
terhadap financial distress. Sebaliknya Kurniasanti & Musdholifah (2018) dan
Priyatnasari & Hartono (2019) menyatakan bahwa inflasi tidak berpengaruh
terhadap financial distress. Sedangkan suku bunga adalah harga yang
dibayarkan untuk satuan mata uang yang dipinjam pada periode waktu
tertentu. (Lipsey, Ragan, dan Courant, 1997:471). Menurut Alifiah (2013)
dalam Priyatnasari dan Hartono (2019), Endang dan Jumyetti (2017) dalam
(Sumani, 2017) menyatakan bahwa suku bunga berpengaruh terhadap
financial distress. Namun, Darmawan (2017), Kurniasanti dan Musdholifah
(2018) serta Sumani (2019) dalam penelitiannya memperoleh hasil bahwa
suku bunga tidak berpengaruh terhadap financial distress.
Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan dengan jumlah emiten
terbanyak dibandingkan perusahaan lainnya yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Perusahaan Manufaktur terbagi atas beberapa sektor yakni
6

Sektor Industri Barang Konsumsi, Sektor Industri Dasar & Kimia, serta Sektor
Aneka Industri. Dalam penelitian ini, perusahaan yang menjadi objek
penelitian adalah perusahaan Subsektor Makanan & Minuman. Alasan
memilih perusahaan makanan dan minuman sebagai objek penelitian karena
sektor industri makanan dan minuman merupakan salah satu sektor usaha
yang akan terus mengalami pertumbuhan. Selain itu setiap orang
membutuhkan makanan dan minuman sebagai kebutuhan primer dan bukan
musiman. Industri makanan dan minuman mempunyai peranan penting
dalam pembangunan sektor industri terutama kontribusinya terhadap
pendapatan domestik bruto (PDB) yang tumbuh tinggi. Kementrian
Perindustrian mencatat bahwa sumbangan industri makanan dan minuman
terhadap PDB industry non-migas mencapai 34,95% dan 6,21% terhadap
PDB nasional pada triwulan III tahun 2017. (www.kemenperin.go.id). Dengan
ramainya konsumen dan tingginya tingkat kebutuhan terhadap makanan dan
minuman, menjadikan perusahaan ini banyak dilirik dan diminati oleh
investor. Meskipun demikian tidak menunjukkan performa yang baik terhadap
perusahaan makanan dan minuman.
7

Fenomena financial distress masih terjadi pada perusahaan subsektor


food and beverage. PT FKS Food Sejahtera Tbk (AISA) mengalami kerugian
pada tahun 2017 dan 2018. Penyebab kerugian tersebut adalah turun
penjualan sedangkan beban usahanya meningkat. Selain itu pada tahun
2017 sampai 2021 PT Tri Banyan Tirta Tbk (ALTO) terus mengalami
kerugian lima tahun secara berturut-turut disebabkan turunnya pendapatan
dan naikknya beban usaha.

Selanjutnya perusahaan yg mengalami kerugian PT Prashida Aneka Niaga


(PSDN). Pada tahun 2018 sampai 2021 perusahaan olahan kopi ini
mengalami penurunan penjualan sedangkan beban usahanya meningkat.
Berdasarkan uraian diatas, dimana telah banyak yang melakukan
penelitian tentang pengaruh rasio keuangan dan makroekonomi terhadap
financial distress dan hasil dari penelitian tersebut berbeda-beda. Perbedaan
hasil dari penelitian terdahulu inilah yang menjadi ketertarikan untuk
melakukan penelitian ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalalah sebagai berikut:
1. Apakah rasio likuiditas berpengaruh terhadap kondisi financial distress
pada perusahaan Subsektor Makanan & Minuman yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2017-2021?
2. Apakah rasio leverage berpengaruh terhadap kondisi financial distress
pada perusahaan Subsektor Makanan & Minuman yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2017-2021?
3. Apakah rasio profitabilitas berpengaruh terhadap kondisi financial distress
pada perusahaan Subsektor Makanan & Minuman yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2017-2021?
8

4. Apakah inflasi berpengaruh terhadap kondisi financial distress pada


perusahaan Subsektor Makanan & Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2017-2021?
5. Apakah suku bunga berpengaruh terhadap kondisi financial distress pada
perusahaan Subsektor Makanan & Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2017-2021?
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh rasio likuiditas terhadap kondisi financial
distress pada perusahaan Subsektor Makanan & Minuman yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2021
2. Untuk mengetahui pengaruh rasio leverage terhadap kondisi financial
distress pada perusahaan Subsektor Makanan & Minuman yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2021
3. Untuk mengetahui pengaruh rasio profitabilitas terhadap kondisi financial
distress pada perusahaan Subsektor Makanan & Minuman yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2021
4. Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap kondisi financial distress
pada perusahaan Subsektor Makanan & Minuman yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2021
5. Untuk mengetahui pengaruh suku bunga terhadap kondisi financial
distress pada perusahaan Subsektor Makanan & Minuman yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2021

1.3 Manfaat Penelitian

1.3.1 Kontribusi Teoritikal


1. Hasil penelitian ini akan memberikan penjelasan tentang pengaruh dan
variabel fundamental terhadap financial distress pada perusahaan
9

subsektor makanan dan minuman, sehingga menjadi dasar dalam


penentuan kebijakan untuk keberlangsungan perusahaan di masa depan.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan,
sumber referensi dan acuan dalam melakukan penelitian berikutnya yang
berkaitan dengan pengembangan ilmu terkhusus pada hubungan
tersebut.

1.3.2 Kontribusi Partikal


1. Penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan dalam mengambil
kebijakan serta keputusan yang tepat. Selain itu, dengan adanya
penelitian ini diharapkan dapat mengingatkan suatu perusahaan
pentingnya melakukan prediksi financial distress dini dengan
menggunakan rasio keuangan serta memperhatikan faktor eksternal
perusahaan (makroekonomi) yang dapat mengganggu operasional
perusahaan. Dengan demikian perusahaan dapat terhindar dari kondisi
financial distress.
2. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan
pertimbangan bagi investor sebelum melakukan investasi pada sebuah
perusahaan.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini berfokus pada perusahaan subsektor makanan dan
minuman yang terdaftar di BEI yang mempublikasikan data-data
keuangannya melalui Website Indonesia Stock Exchange (IDX) sesuai
dengan peraturan pemerintah yang berlaku di Indonesia. Adapun tahun data
yang digunakan dimulai dari tahun 2017 hingga 2021.

1.5 Sistematika penelitian


Susunanan penulisan penelitian terdiri dari beberapa bab sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
10

Menjelaskan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan


penelitian yang ingin dicapai, manfaat penelitian secara teoritis dan praktis,
ruang lingkup Penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka
Bab ini menguraikan tentang defenisi-defenisi dan teori-teori yang
mendasari sekaligus berkaitan dengan penjelasan dalam skripsi ini yang
dapat menjadi pedoman dalam menganalisis masalah. Teori-teori tersebut
biasanya berasal dari literatur-literatur yang ada, yaitu dari perkuliahan
maupun sumber lain yang berkaitan, seperti jurnal-jurnal ilmiah atau bahkan
hasil penelitian pihak lain. Selain itu dalam bab ini diuraikan pula mengenai
penelitian terdahulu, hipotesisi penelitian serta kerangka pikir penelitian.
BAB III Metodologi Penelitian
Dalam bab ini dijabarkan mengenai jenis penelitian, variabel-variabel
yang diteliti, definisi operasional variabel, populasi yang digunakan, sampel
yang diambil serta teknik pengambilan sampel tersebut, data dan sumber
data, teknik pengumpulan data digunakan, waktu dan wilayah penelitian, dan
teknik analisis data yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini.
BAB IV Hasil Dan Pembahasan
Bab ini menjelaskan mengenai hasil analisis data dan interpretasi hasil.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan, keterbatasan, dan saran.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Financial Distress
Menurut Haspari (2012), defenisi dari financial distress
merupakan suatu situasi dimana arus kas operasi perusahaan tidak
memadai untuk melunasi kewajiban-kewajiban lancar seperti utang
dagang atau beban bunga dan perusahaan terpaksa melakukan
tindakan perbaikan. Salah satu indikasi perusahaan yang mengalami
financial distress adalah terjadinya penurunan kondisi keuangan dari
kondisi sebelumnya dan hal itu berlangsung selama beberapa tahun
berturut-turut bahkan laba bersih (net operating income) perusahaan
negatif. (Sumani, 2017). Dalam kondisi seperti ini perusahaan
biasanya akan mengalami kendala pendanaan (financial constraint).
Kendala pendanaan merupakan kondisi dimana pendanaan eksternal
(hutang dan penjualan saham) sangat tinggi, hal ini disebabkan biaya
utang terlalu tinggi dan biaya ekuitas terlihat cukup mahal. (Rinofah,
2018).

Financial distress terjadi karena berbagai hal. Darsono dan


Ashari (2005), menyatakan bahwa secara garis besar penyebab
kebangkrutan dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Dari faktor eksternal seperti kesulitan bahan baku karena
supplier tidak dapat memasok lagi kebutuhan bahan baku yang
digunakan untuk produksi. Sedangkan untuk faktor internal bisa dilihat
dari segi keuangan perusahaan, seperti hutang perusahaan yang
membengkak dan modal kerja yang negatif sehingga perusahaan tidak
mampu membiayai kegiatan operasionalnya. Tahap awal
kebangkrutan bisnis yang terjadi dalam perusahaan biasanya diawali
terjadinya kesulitan keuangan (Financial Distress).

10
11

Dari defenisi diatas, dapat disimpulkan bahwa financial distress


adalah kondisi dimana perusahaan mengalami penurunan kondisi
keuangan sehingga perusahaan mengalami lesulitan untuk membayar
kewajiban keuangannya.
Sedangkan menurut Lizal (dalam Pramuditya, 2014) beberapa
penyebab terjadinya financial distress adalah sebagai berikut:

1. Neoclassical Model
Financial distress terjadi ketika alokasi sumber daya tidak tepat
mengestimasi kesulitan dilakukan dengan data neraca dan laporan
laba rugi.
2. Financial Model
Financial distress ditandai dengan adanya struktur keuangan yang
salah dan menyebabkan batasan likuiditas (liquidity constrains).
Hal ini berarti bahwa walaupun perusahaan dapat bertahan hidup
dalam jangka panjang, namun demikian perusahaan tersebut
harus bangkrut juga dalam jangka pendek.
3. Corporate Governance Model
Financial distress menurut corporate governance model adalah
ketika perusahaan memiliki susunan aset yang tepat dan struktur
keuangan yang baik namun dikelola dengan buruk.
Menurut Lesmana dan Suharjo dalam sembiring (2016),
menyatakan sebuah intentitas yang mengalami kebangkrutan atau
kesulitan keuangan memiliki tanda-tanda sebagai berikut:
1. Terjadinya penurunan secara signifikan terhadap
penjualan dan pendapatan
2. Laba atau arus kas operasional mengalami penurunan
3. Penurunan total aktiva
4. Terjadi penurunan secara signifikan terhadap close price
12

5. Kemungkinan gagal yang besar dalam industri atau


industri dengan risiko tinggi
6. Terjadinya pemotongan deviden yang besar
7. Young company.
2.1.2 Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2009), laporan keuangan
meliputi bagian dari proses laporan keuangan. Laporan keuangan
yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan ekuitas, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat
disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus
kas/laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi
penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

Pada umumnya laporan keuangan terdiri dari neraca dan


perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan ekuitas. Neraca
menunjukkan/menggambarkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas
dari suatu perusahaan pada periode tertentu, sedangkan perhitungan
(laporan) laba-rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh
perusahaan serta beban yang terjadi selama periode tertentu, dan
laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan
atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas
perusahaan. (Munawir, 2010). Sedangkan menurut Harahap (2009),
laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha
suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.
Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah neraca,
laporan laba-rugi atau hasil usaha, laporan perubahan ekuitas, laporan
arus kas, laporan posisi keuangan.

James C. Van Horne dalam Kasmir (2012) mendefenisikan


rasio keuangan adalah indeks yang menghubungkan dua angka
akutansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka
13

lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi


keuangan dan kinerja perusahaan.

2.1.3 Rasio Keuangan


Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat diketahui dari rasio
keuangan dengan cara menganalisis laporan keuangan perusahaan
tersebut pada periode tertentu. (Priyatnasari & Hartono, 2019).
Analisis ratio merupakan suatu alat analisis keuangan yang sangat
popular dan banyak digunakan. (Srengga, 2012). Banyak peneliti-
peneliti yang mengembangkan model prediksi tersebut dan mengakui
bahwa analisis rasio keuangan merupakan salah satu prediksi utama
financial distress karena rasio keungan dapat mewakili kondisi
perusahaan. (Lakhsan, 2013). Pada umumnya analisis terhadap rasio
merupakan langkah awal dalam analisis keuangan guna menilai
prestasi dan kondisi keuangan suatu perusahaan. (Putra, 2009).
Penelitian Kumalasari et al. (2014) menyatakan bahwa rasio keuangan
dapat diukur dengan lima rasio yakni rasio likuiditas, rasio leverage,
rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, dan rasio aktivitas. Namun dalam
penelitian ini hanya akan menggunakan tiga dari lima rasio tersebut,
diantaranya:

a. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan


suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban financial jangka
pendek. (Mas’ud & Srengga, 2012). Likuiditas menunjukkan
kemampuan suatu entitas dalam menutupi kewajiban lancar
perusahaan dengan memanfaatkan aset lancarnya. Perusahaan
yang likuid biasanya memilki kinerja yang bagus dan akan
menghindarkan perusahaan dari kemungkinan terjadinya financial
14

distress. (Kurniasanti & Musdholifah, 2018). Ada dua rasio likuiditas


yang sering digunakan yaitu:

1) Current Ratio mengukur kemampuan perusahaan dalam


memenuhi kewajiban jangka pendeknya menggunakan aset
lancarnya (kas, piutang, dan persediaan) atau perbandingan
antara aktiva lancar dengan hutang lancar. (Sandi & Amanah,
2019). Semakin besar current ratio berarti semakin likuid
perusahaan. (Sudana, 2011). Formula current ratio adalah
sebagai berikut:
Aktiva lancar
Current Ratio=
Utanglancar

2) Quick Ratio mengukur tingkat kemampuan suatu perusahaan


untuk membayar utang jangka pendek dengan menggunakan
aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan karena
persediaan membutuhkan proses yang lama untuk diuangkan
ketimbang asset lainnya. (Sapoetri, 2013). Quick Ratio dihitung
dengan rumus berikut.

Aktiva lancar−Persediaan
Quick Ratio=
Utang lancar

b. Rasio Leverage

Rasio Leverage menunjukkan seberapa besar risiko perusahaan


dari penggunaan hutang sebagai modal dan untuk mengetahui
jumlah pendapatan yang harus dibayarkan kepada kreditur.
(Brigham & Houston, 2010). Pengukuran leverage dapat
menggunakan proksi debt to asset ratio, dengan rasio tersebut
dapat diketahui seberapa besar total aktiva perusahaan yang
dibiayai oleh total hutang perusahaan tersebut. (Kasmir, 2017).
Semakin besar debt ratio artinya semakin besar hutang yang dimiliki
15

oleh perusahaan, dan apabila kondisi ini berlanjut terus-menerus


hingga melebihi batas biaya yang dianggarkan maka kemungkinan
perusahaan mengalami resiko gagal bayar semakin besar, sehingga
memicu terjadinya kondisi financial distress. (Andre & Taqwa,
2014). Debt to assets ratio dapat dihitung dengan rumus:

TotalUtang
Debt ¿ Assets Ratio( DAR)=
Total Aset

c. Rasio Profitabilitas

Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan yang diperoleh suatu


perusahaan, semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka semakin
tinggi ketersediaan dana sehingga dapat digunakan untuk
mengelola asset perusahaan secara maksimal. (Rinofah, 2016).
Rasio ini digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan profitabilitas pada tingkat penjualan, asset, dan modal
saham tertentu. (Rahmawati, 2015). Perusahaan yang cenderung
menggunakan hutang yang relatif lebih kecil biasanya memiliki
tingkat profitabilitas yang tinggi. (Kurniasanti & Musdholifah, 2018).
Rasio profitabilitas biasanya diukur dengan beberapa proksi
diantaranya:

1) Net Profit Margin (NPM) untuk menilai persentase laba bersih


yang didapat setelah dikurangi pajak terhadap pendapatan yang
diperoleh dari penjualan. Semakin tinggi Net profit
margin semakin baik operasi suatu perusahaan. Net profit
margin dihitung dengan rumus berikut ini:

Laba bersih setelah pajak


Net Profit Margin=
Penjualan
16

2) Return On Assets (ROA) menunjukkan tingkat kemampuan


suatu perusahaan (aktiva perusahaan) dengan seluruh modal
yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba operasi
perusahaan. (Irawati, 2006:59). ROA dihitung dengan rumus
sebagai berikut:

Laba bersih
Return On Assets=
Total Aset

3) Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur kinerja


perusahaan dalam menghasilkan laba bersih setelah pajak
berdasarkan sebarapa efisien pemanfaatan modal sendiri yang
dimiliki oleh suatu perusahaan. (Sudana, 2011). ROE dihitung
dengan rumus sebagai berikut:

Lababersih
Return On Equity=
Total Ekuitas

2.1.4 Makroekonomi
Selain faktor internal, terdapat juga faktor eksternal yang
mempengaruhi financial distress. Faktor eksternal perusahaan yang
mempengaruhi financial distress lebih bersifat makro dan cakupannya
cukup luas. (Darmawan, 2017). Persoalan ekonomi makro merupakan
suatu persoalan yang sangat penting karena menyentuh seluruh
aspek kehidupan baik secara langsung maupun tak langsung.
Penilaian kinerja keuangan juga perlu memperhatikan variabel seperti
suku bunga dan inflasi. (Sandi & Amanah, 2019).

a. Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk-


produk secara keseluruhan sehingga terjadi penurunan daya beli
oleh uang atau yang biasa disebut dengan decrease purchasing
17

power of money. (Priyatnasari & Hartono, 2019). Menurunnya


daya beli masyarakat berdampak pada penjualan suatu
perusahaan, dimana penjualan perusahaan juga akan menurun
sehingga perusahaan tidak mampu menutupi kerugian, yang pada
akhirnya kemungkinan besar perusahaan akan mengalami kondisi
financial distress. (Sandi & Amanah, 2019)

b. Suku Bunga

Suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu


pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh
dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah
pinjaman. (Karl dan Fair, 2001:635). Menurut Ramirez dan Khan
(1999) ada dua faktor yang menentukan nilai suku bunga yakni
faktor internal yang meliputi pendapatan nasional, jumlah uang
beredar dan inflasi dan faktor eksternal berupa suku bunga luar
negeri dan tingkat perubahan nilai valuta asing yang diduga. Bagi
perusahaan suku bunga dianggap sebagai beban yang harus
ditanggung perusahaan atas nominal hutang tertentu yang dipinjam
dari bank. (Priyatnasari & Hartono, 2019). Tingkat suku bunga tidak
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan secara
langsung jika perusahaan tersebut tidak memiliki utang. Sebaliknya,
jika perusahaan memiliki utang maka tingkat suku bunga akan
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan secara
langsung karena perusahaan akan membayar beban bunga atas
utang tersebut. Semakin tinggi tingkat suku bunga maka beban
bunga yang ditanggung perusahaan akan semakin besar. Apabila
tidak disertai dengan peningkatan pendapatan, perusahaan akan
mengalami kerugian dan besar kemungkinan perusahaan tersebut
akan mengalami financial distress. (Sulaksana, 2016). Dalam hal ini
tingkat suku bunga diukur menggunakan SBI (Sertifikat Bank
18

Indonesia) yang diberlakukan atau telah ditetapkan oleh Bank


Indonesia selaku Bank sentral yang memliki kebijakan dalam
menetapkan suku bunga. (Indriyani & Nazar, 2020).

2.2 Penelitian Terdahulu


Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh rasio
keuangan dan makroekonomi dalam memprediksi kondisi financial distress
suatu perusahaan.

N NAMA VARIABEL METODE HASIL PENELITIAN


O ANALISI
S
1 Kekuatan Variabel independen regresi Hasil penelitian
Rasio yang digunakan adalah logistik
menunjukkan
Keuangan rasio likuiditas (current
Dalam ratio), rasio profitabilitas bahwa rasio
Memprediks (return on total assets
likuiditas (current
i Kondisi dan profit margin on
Financial sales) dan rasio leverage ratio) dan rasio
Distress (current liabilities total
profitabilitas
Perusahaan asset) sedangkan
Manufaktur variabel dependen yang (profit margin on
di BEI digunakan adalah
sales) tidak
(Evanny financial distress.
Indri berpengaruh
Hapsari,
signifikan
2012)
terhadap kondisi
financial distress
perusahaan
meskipun
bertanda negatif
sedangkan rasio
profitabilitas
(return on total
assets) dan
rasio leverage
(current liabilities
19

total asset)
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap kondisi
financial distress
perusahaan.
2 Analisis Variabel dependen dalam regresi Hasil penelitian
Rasio penelitian tersebut adalah logistik menyatakan bahwa
Keungan financial distress likuiditas dan
Untuk sedangkan untuk variable Financial leverage
Memprediks independen tidak berpengaruh
i Kondisi menggunakan rasio terhadap kondisi
Financial likuiditas, profitabilitas, financial distress.
Distress financial leverage, dan Sedangkan
Perusahaan arus kas operasi. profitabilitas dan
Manufaktur arus kas dari
Yang aktivitas operasi
Terdaftar di berpengaruh
Bursa Efek terhadap kondisi
Indonesia financial distress
(Imam perusahaan
Mas’ud dan manufaktur yang
Reva terdaftar di BEI.
Maymi
Srengga,20
12)
3 The Effect Variabel independen Hasil menunjukkan
of yang digunakan adalah bahwa Working
Fundament Working Capital To Total Capital To Total
al Variables Asset (WC/TA), Sales To Asset (WC/TA),
and Macro Total Assets (S/TA), Shareholder Equity
Variables Return On Assets (ROA), To Total Asset
on the Debt Ratio (DR), (SETA)
Probability Shareholder Equity To berpengaruh positif
of Total Asset (SETA), dan signifikan
Companies Exchange Rate terhadap financial
to Suffer Sensitivity, Inflation distress, sedangkan
Financial Sensitivity dan Interest Total Debt To Total
Distress A Sensitivity. Sedangkan Asset (DR) dan
Study on variabel dependen yang sensivitas inflasi
20

Textile digunakan adalah berpengaruh negatif


Companies financial distress. dan signifikan
Registered terhadap financial
in BEI ditress. Sales To
(Riesta Devi Total Assets (S/TA),
Kumalasari, Return On Assets
Djumilah (ROA), Exchange
Hadiwidjojo, Rate Sensitivity,
dan Nur dan Interest
Khusniyah Sensitivity secara
Indrawati, bersama-sama tidak
2014) berpengaruh
signifikan terhadap
financial distress.
4 Analisis Variabel independen regresi Hasil
Rasio yang digunakan adalah berganda
penelitian
Keuangan rasio likuiditas,
Untuk profitabilitas, financial menunjukkan
Memprediks leverage, dan
bahwa rasio
i Kondisi pertumbuhan sementara
Financial untuk variable dependen profitabilitas
Distress digunakan financial
yang di
Perusahaan distress.
Manufaktur proksikan
(Liana dan
dengan net profit
Sutrisno,
2014) margin (NPM)
berpengaruh
signifikan
terhadap
financial
distress,
sedangkan rasio
likuiditas
berpengaruh
negatif tetapi
tidak signifikan.
Sementara itu
21

financial
leverage dan
pertumbuhan
tidak
berpengaruh
secara signifikan
terhadap kondisi
financial
distress.
5 Prediksi Variabel independen Regresi Hasil penelitian
Financial yang digunakan adalah Logistik menunjukkan
Distress rasio leverage, likuiditas, bahwa rasio
Perusahaan aktivitas, dan profitabilitas leverage
Manufaktur sedangkan financial berpengaruh
di Indonesia distress sebagai variabel signifikan positif
(Muhamma dependen. Sementara itu sedangkan rasio
d Arif digunakan juga ukuran likuiditas dan rasio
Hidayat dan perusahaan sebagai aktivitas
Wahyu variabel kontrol. berpengaruh
Meiranto,20 signifikan negatif
14) dalam memprediksi
financial distress.
Sementara itu rasio
profitabilitas dan
ukuran perusahaan
tidak memiliki
pengaruh yang
signifikan terhadap
financial distress
pada perusahaan
manufaktur di
Indonesia.
6 Pengaruh Variabel independen Regresi Dari
Rasio yang digunakan adalah Logistik
penelitian
Keuangan, Rasio likuiditas, leverage,
Growth, profitabilitas, growth, tersebut
Ukuran ukuran perusahaan dan
memperoleh
Perusahaan inflasi.
dan Inflasi hasil yakni rasio
Terhadap
22

Financial profitabilitas
Distress di
diproksikan ROA
Sektor
Pertambang dan inflasi
an yang
berpengaruh
Terdaftar di
Bursa Efek negatif terhadap
Indonesia
financial distress
(BEI)
Periode sedangkan rasio
2012-2016
likuiditas,
(Dila Ayu
Pertiwi,201 leverage,
8)
growth, dan
ukuran
perusahaan
tidak memiliki
pengaruh
terhadap
financial
distress.
7 Analisis menyatakan bahwa
Pengaruh kurs, inflasi, suku
Faktor bunga, ROA, DTA,
Makro dan cashflow, dan
Faktor pertumbuhan ROA
Fundament secara simultan
al Terhadap berpengaruh
Financial terhadap financial
Distress distress. Namun
Menggunak secara parsial, ROA
an Model dan inflasi
Zmijewski berpengaruh negatif
pada Bank dan signifikan
Umum terhadap kondisi
Syariah financial distress.
(BUS) Sementara itu, kurs,
Periode suku bunga dan
Tahun pertumbuhan ROA
2010-2016. berpengaruh positif
23

(Dwi Puji dan signifikan


Lestari,201 terhadp financial
8) distress. Cashflow
tidak berpengaruh
terhadap financial
distress
8 Pengaruh Variabel independen Hasil
Inflasi, Nilai yang digunakan yakni
penelitian
Tukar Dan inflasi, nilai tukar, dan
Suku Bunga suku bunga. Sedangkan menyatakan
Terhadap variabel dependen
bahwa inflasi
Financial menggunakan financial
Distress distress. dan nilai tukar
(Studi Pada
secara parsial
Semua
Perusahaan berpengaruh
Yang
signifikan
Terdaftar Di
Bursa Efek terhadap
Indonesia
financial
Periode
2013- 2017 distress.
(Sabrina
Sebaliknya, suku
Firdausi
Rohiman & bunga secara
Cacik Rut
parsial tidak
Damayanti,
2019) berpengaruh
signifikan
terhadpa
financial
distress.
9 Rasio Regresi Hasil dari penelitian
Keuangan, logistik tersebut
Makroekon menunjukkan
omi dan bahwa Return On
Financial Asset dan Debt to
Distress: Asset Ratio
Studi pada berpengaruh negatif
Perusahaan sedangkan Return
Perdaganga On Equity, likuiditas,
n, Jasa dan Total Asset
24

Investasi di Turnover, inflasi,


Indonesia dan interest rate
(Sheilla tidak berpengaruh
Priyatnasari terhadap kondisi
& Ulil financial distress.
Hartono,20
19)
10 Pengaruh Variabel independen Regresi Hasil
Kinerja yang digunakan adalah linear
penelitian
Keuangan kinerja keuangan yang berganda
Dan diukur dengan current menunjukkan
Variabel ratio, debt ratio, return on
bahwa current
Ekonomi assets, dan inventory turn
Makro over sedangkan ratio dan return
Terhadap makroekonomi diukur
on assets
Financial dengan inflasi dan suku
Distress bunga. Sementara itu berpengaruh
(Try Kurniati variabel dependen
negatif terhadap
Sandi & menggunakan financial
Lailatul distress. financial
Amanah,
distress, debt
2019)
ratio
berpengaruh
positif terhadap
financial
distress,
sedangkan
inventory turn
over, suku
bunga dan inflasi
tidak
berpengaruh
terhadap
financial
distress.
25

2.3 Kerangka konseptual


Laporan keuangan dibuat oleh perusahaan sebagai sarana
pertanggungjawaban atas kegiatan yang telah dilaksanakan dalam periode
tertentu, sekaligus sebagai sinyal untuk memberitahukan pihak yang
berkepentingan mengenai kondisi keuangan sebagai gambaran dan keadaan
perusahaan. laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses
akutansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data
keuangan atau aktivitas perusahaan kepada pihak yang berkepentingan.
Pengguna laporan keuangan sebagai dasar pembuatan dan pengambilan
keputusan.

Untuk dapat dijadikan sebagai alat pengembalian keputusan yang akurat


dan terpercaya, laporan keuangan harus di audit, dan di analisis. Analisis
rasio keuangan merupakan bagian dari analisis laporan keuangan. Melalui
analisis rasio keuangan, dapat dilihat bagaimana kinerja suatu perusahaan.
Kinerja keuangan dapat dinyatakan baik apabila perusahaan dapat menutupi
biayanya dengan menggunakan pendapatan dari usahanya pada periode
tertentu atau dengan kata lain perusahaan tidak mengalami kondisi kesulitan
keuangan. Makroekonomi juga perlu dianalisis agar dapat dikontrol oleh
perusahaan yang dapat mеngakibatkan rеncana pеrusahaan tidak bеrjalan
lancar bahkan dapat tеrjadi pеngalihan assеt. Penilaian kinerja keuangan
juga perlu memperhatikan variabel seperti suku bunga dan inflasi.

2.4 Hubungan Antara Variabel


2.4.1 Pengaruh Rasio Likuiditas terhadap Financial Distress
Rasio likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan
kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban financial
jangka pendek. (Srengga, 2012). Semakin tinggi rasio likuiditas maka
semakin kecil kemungkinan perusahaan mengalami financial distress.
Sebaliknya semakin rendah rasio likuiditas, maka kemungkinan
perusahaan mengalami financial distress semakin tinggi. Hal ini
26

didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayat dan Meiranto


(2014) dimana hasil penelitian menyatakan bahwa rasio likuiditas
berpengaruh negatif secara signifikan terhadap financial distress.
Semakin tinggi rasio likuiditas yang dimiliki perusahaan, maka peluang
perusahaan terindikasi financial distress semakin rendah. Hasil yang
sama diperoleh Sandi dan Amanah (2019) dalam penelitiannya
dimana rasio likuiditas diukur menggunakan current ratio dan
penelitian yang dilakukan oleh Sapoetri (2013) dimana rasio likuiditas
diukur dengan quick ratio.

2.4.2 Pengaruh Rasio Leverage terhadap Financial Distress


Brigham & Houston (2019:108) berpendapat bahwa rasio
leverage menunjukkan seberapa besar risiko perusahaan dari
penggunaan hutang sebagai modal dan untuk mengetahui jumlah
pendapatan yang harus dibayarkan kepada kreditur. Pengukuran
leverage dapat menggunakan proksi debt to asset ratio, dengan rasio
tersebut dapat diketahui seberapa besar total aktiva perusahaan yang
dibiayai oleh total hutang perusahaan tersebut. (Kasmir, 2016: 156).

Andre dan Taqwa (2014) menyatakan bahwa semakin besar


debt ratio maka hutang yang dimiliki oleh perusahaan semakin besar,
dan apabila kondisi tersebut berlanjut terus-menerus hingga melebihi
batas biaya yang telah ditetapkan maka kemungkinan perusahaan
mengalami resiko gagal bayar semakin besar, sehingga memicu
terjadinya kondisi financial distress. Hidayat dan Meiranto (2014),
Sumani (2017), Andriansyah (2018), Sandi dan Amanah (2019),
Adinda dan Musdholifah (2020) dalam penelitiannya memperoleh hasil
yang menunjukkan bahwa rasio leverage berpengaruh signifikan
positif terhadap financial distress pada perusahaan artinya semakin
tinggi rasio leverage, maka suatu perusahaan akan lebih rentan
mengalami financial distress.
27

2.4.3 Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Financial Distress


Menurut Kasmir (2012:196) rasio profitabilitas adalah rasio
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
Semakin tinggi laba yang dihasilkan, maka semakin rendah
kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan. Hal itu
berarti bahwa perusahaan efektif dalam penggunaan aset untuk
menghasilkan keuntungan (Mayangsari & Andayani, 2015). Penelitian
yang dilakukan oleh Mas’ud dan Srengga (2012), Kurniasanti dan
Musdholifah (2018), Sandi dan Amanah (2019) menyatakan bahwa
rasio profitabilitas yang diproksikan return on assets (ROA)
berpengaruh negatif signifikan terhadap financial distress. Perusahaan
dengan tingkat ROA yang tinggi berarti bahwa perusahaan mampu
menggunakan asset dengan efektif baik dari segi penjualan maupun
dari segi aktivitas lain sehingga mampu menghasilkan laba yang tinggi
pula. Dengan demikian perusahaan akan terhindar dari financial
distress.

Kholisoh & Dwiarti (2020) dalam penelitiannya yang berjudul


“The Analysis of Fundamental Variables and Macro Economic
Variables in Predicting Financial Distress” mengukur rasio profitabilitas
dengan menggunakan Return On Equity (ROE). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ROE berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap financial distress. Perusahaan dengan ROE tinggi
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mampu menggunakan dan
mengelolah ekuitas dengan efektif dan efisien.

2.4.4 Pengaruh Inflasi terhadap Financial Distress


Inflasi adalah kecenderungan terjadinya peningkatan harga
produk-produk secara keseluruhan. Tingginya inflasi menyebabkan
menurunnya daya beli yang mengakibatkan omset penjualan dan
laba ikut menurun sehingga dapat memicu terjadinya financial
28

distress pada perusahaan. (Kumalasari et al., 2014). Sedangkan


Lestari (2018) dan Pertiwi (2018) menyatakan bahwa inflasi
berpengaruh negatif dan signifikan terhadpa financial distress, hasil
tersebut menunjukkan bahwa naiknya inflasi mampu menurunkan
kondisi kesulitan keuangan perusahaaan. Inflasi menyebabkan
naiknya harga, dengan mengambil peluang inilah perusahaan harus
meningkatkan harga dengan cara mengambil keuntungan lebih sedikit
sehingga proses produksi perusahaan tetap berjalan dan yang
terpenting perusahaan tidak mengalami financial distress pada saat
inflasi karena banyak perusahaan dalam kondisi baik saat tingkat
inflasinya tinggi (Kumalasari et al., 2014).

2.4.5 Pengaruh Suku Bunga terhadap Financial Distress


Suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu
pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari
jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman.
(Karl dan Fair, 2001:635). Semakin tinggi tingkat suku bunga maka
beban bunga yang ditanggung perusahaan akan semakin besar.
Apabila tidak disertai dengan peningkatan pendapatan, perusahaan
akan mengalami kerugian dan besar kemungkinan perusahaan
tersebut akan mengalami financial distress. (Sulaksana, 2016).
Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2018) dan Shafira (2019)
menunjukkan bahwa suku bunga berpengaruh negatif terhadap
financial distress, artinya semakin tinggi suku bunga, semakin kecil
kemungkinan terjadinya financial distress begitupun sebaliknya.
29

Kerangka Pikir Penelitian

Gambar 2. 1 Kerangka Pikir Penelitian

2.5 Hipotesis

Hipotesis ini disusun berdasarkan dukungan dari beberapa hasil


penelitian yang sejenis yang telah di uraikan pada kerangka konseptul.

H1: Rasio Likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap


kondisi financial distress perusahaan Subsektor Makanan &
Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-
2021

H2: Rasio Leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap kondisi


financial distress perusahaan Subsektor Makanan & Minuman
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2021

H3: Rasio Profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap


kondisi financial distress perusahaan Subsektor Makanan &
30

Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-


2021

H4: Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kondisi financial


distress perusahaan Subsektor Makanan & Minuman yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2021

H5: Suku Bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kondisi


financial distress perusahaan Subsektor Makanan & Minuman
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2021.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan metode regresi logistik. Pendekatan
kuantatif didefinisikan sebagai penelitian dengan data berupa angka-
angka dan analisa data menggunakan statistik (Sugiono, 2013).

3.2 Situs dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan Subsektor Makanan
& Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2021.
Penelitian ini dilakukan pada bulan oktober 2022 hingga selesai.

3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel


3.3.1 Populasi
Sekaran 2006, (dalam Pratama, 2016) mengatakan bahwa
populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau
hal minat yang ingin peneliti investigasi. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh perusahaan Subsektor Makanan & Minuman yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2021 dengan jumlah 18
perusahaan.

Tabel 3. 1 Daftar Perusahaan Populasi

NO Kode Nama Perusahaan IPO


1 ADES Akasha Wira International Tbk 13/06/1994
2 AISA PT FKS FOOD SEJATERA Tbk 11/06/1997
3 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk 10/07/2012
4 BTEK Bumi Teknokultura Unggul Tbk 14/05/2004

31
32

5 BUDI Budi Starch & Sweetener Tbk 08/05/1995


6 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk 09/07/1996
7 DLTA Delta Djakarta Tbk 12/02/1984
8 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur 07/10/2010
Tbk
9 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 14/07/1994
10 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 17/01/1994
11 MYOR Mayora Indah Tbk 04/07/1990
12 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk 18/10/1994
13 ROTI Nippon Indosari Corporindo Tbk 28/06/2010
14 SKBM Sekar Bumi Tbk 05/01/1993
15 SKLT Sekar Laut Tbk 08/09/1993
16 STTP Siantar Top Tbk 16/12/1996
17 TBLA Tunas Baru Lampung Tbk 14/02/2000
18 ULTJ Ultra Jaya Milk Industry & Trading 02/07/1990
Company Tbk
Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI), dioalah penulis, 2022

3.3.2 Sampel Dan Teknik Pengambilan Sampel


Sampel adalah bagian dari jumlah serta karakteristik yang
dimiliki oleh populasi yang telah ditetapkan (Ferdinand, 2014: 171
dalam Yusnita, 2017). Pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode purposive sampling. Metode tersebut
membatasi pemilihan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Adapun
kriteria yang dipilih dalam pengambilan sampel pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan Subsektor Makanan & Minuman yang Terdaftar di


Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2021 secara terus menerus
33

2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan per 31


Desember secara rutin selama 5 tahun sesuai dengan tahun
penelitian
3. Laporan keuangan yang diterbitkan dinyatakan dalam mata uang
Indonesia, yakni Rupiah (Rp) hal ini dikarenakan penelitian ini
dilakukan di Indonesia.

Berdasarkan kriteria pemilihan sampel diatas jumlah sampel


yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini berjumlah 17 perusahaan
Subsektor Makanan & Minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2017-2021.
Tabel 3. 2 Daftar Perusahaan Sampel

NO Kode Nama Perusahaan IPO


1 ADES Akasha Wira International Tbk 13/06/1994
2 AISA PT FKS FOOD SEJATERA Tbk 11/06/1997
3 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk 10/07/2012
4 BUDI Budi Starch & Sweetener Tbk 08/05/1995
5 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk 09/07/1996
6 DLTA Delta Djakarta Tbk 12/02/1984
7 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur 07/10/2010
Tbk
8 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 14/07/1994
9 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 17/01/1994
10 MYOR Mayora Indah Tbk 04/07/1990
11 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk 18/10/1994
12 ROTI Nippon Indosari Corporindo Tbk 28/06/2010
13 SKBM Sekar Bumi Tbk 05/01/1993
14 SKLT Sekar Laut Tbk 08/09/1993
15 STTP Siantar Top Tbk 16/12/1996
16 TBLA Tunas Baru Lampung Tbk 14/02/2000
34

NO Kode Nama Perusahaan IPO

17 ULTJ Ultra Jaya Milk Industry & Trading 02/07/1990


Company Tbk
Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI), dioalah penulis, 2022

3.4 Jenis dan Sumber Data


Ada dua jenis data menurut cara memperolehnya yaitu data primer
dan data sekunder. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah data
sekunder. Data sekunder yaitu jenis data yang didapat melalui perantara
atau dengan kata lain tidak langsung didapat dari sumbernya.
Sumber data yang digunakan tersebut berupa publikasi laporan
keuangan dan laporan tahunan (annual report) yang telah di audit yang
terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Data laporan keuangan didapatkan
melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu (www.idx.co.id) selama
tahun 2017-2021. Sumber-sumber penunjang lainnya diperoleh dari
jurnal
3.5 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan metode


pengumpulan data menggunakan riset kepustakaan atau Library
Research, yaitu dengan cara mengumpulkan data-data serta
menganalisis setiap literatur yang berkaitan dengan masalah penelitian
dengan tujuan agar memperoleh definisi, teori dan analisa untuk dipakai
dalam penelitian ini (Irfan & Kiswara, 2013), serta metode dokumentasi
yaitu dengan cara mencatat atau mendokumentasikan data yang
diperoleh dari www.idx.co.id dan website masing-masing perusahaan
yang menjadi sampel penelitian berupa laporan keuangan dan tahunan
perusahaan Subsektor Makanan & Minuman yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama tahun 2015-2019. Selain itu, data makroekonomi
35

berupa inflasi dan suku bunga pada tahun penelitian yang diperoleh dari
website resmi Bank Indonesia yakni www.bi.go.id.

3.6 Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian


3.2.1 Variabel Dependen
Variabel terikat/dependen dalam penelitian ini adalah financial
distress yang dapat disajikan dalam bentuk variabel dummy yaitu 1
untuk perusahaan yang memiliki laba bersih negatif selama dua tahun
berturut-turut (financial distress) dan 0 untuk perusahaan yang
memiliki laba bersih positif selama dua tahun berturut-turut (non-
financial distress).

3.2.2 Variabel Independen


Variabel independen/bebas (independent variable) merupakan
variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel independen
dalam penelitian ini adalah rasio keuangan yang meliputi rasio
likuiditas, rasio leverage, dan rasio likuiditas sementara makroekonomi
dihitung dengan inflasi dan suku bunga.

a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio untuk mengukur kemapuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek.
(Sudana, 2011). Dalam penelitian ini rasio likuiditas diproksikan
current ratio dengan rumus sebagai berikut:

Aktiva lancar
Current Ratio=
Utanglancar

b. Rasio Leverage
Rasio Leverage adalah rasio yang menunjukkan kemampuan suatu
perusahaan dalam menggunakan utang untuk membiayai kegiatan
operasionalnya. (Pertiwi, 2018). Rasio leverage dalam penelitian ini
36

diukur menggunakan Debt to Assets Ratio (DAR) dengan rumus


sebagai berikut:

TotalUtang
Debt ¿ Assets Ratio( DAR)=
Total Aset

c. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menunjukkan
kemampuan suatu perusahaan dalam mengelolah asset dan
penjualannya untuk menghasilkan laba. Rasio profitabilitas dalam
penelitian ini diproksikan dengan Return On Assets (ROA) dimana
rumusnya sebagai berikut:

Laba bersih
Return On Assets=
Total Aset

d. Inflasi
Nilai inflasi dalam penelitian ini diperoleh dari hasil publikasi yang
dilakukan oleh Bank Indonesia pada periode 2017-2021.
e. Suku Bunga
Ukuran yang digunakan adalah tingkat suku bunga pada akhir tahun
(per Desember) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, yang
diperoleh dari website resmi Bank Indonesia pada periode penelitian
tahun 2017-2021.

3.7 Teknik Analisis Data


Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Metode analisis data yang digunakan regresi logistik. Menurut
Yamin dan Kurniawan (2014), regresi logistik memiliki variabel non-metrik
sehingga tidak memerlukan uji asumsi klasik normalitas, uji
heterokedasitas, dan autokorelasi. Satu-satunya uji asumsi klasik yang
37

digunakan adalah uji multikolinearitas dimana hanya melibatkan variabel


dependen saja.

3.7.1 Statistik Deskriptif


Statistik deskriptif dapat digunakan untuk mengetahui
gambaran umum atau deskripsi suatu data dalam penelitian ini,
dengan melihat hasil analisis dari nilai rata-rata (mean), standar
deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range dan kurtosis serta
skewness (kemecengan distribusi) (Ghozali, 2011:10 dalam Yusnita,
2017). Selain itu statistik deskriptif dapat juga digunakan dalam
menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah dikumpulkan sebagaimana mestinya
tanpa bermaksud untuk menarik sebuah kesimpulan yang berlaku
secara umum atau generalisasi (Sugiyono, 2011 dalam Yusnita,
2017).
3.7.2 Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model dalam regresi,
suatu variabel dependen dan independen atau keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2011:160 dalam
Yusnita, 2017). Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan
cara uji statistik yaitu uji Kolmogrov-Smirnov dengan taraf
signifikansi 5% atau 0,05. Data dikatakan berdistribusi normal jika
nilai signifikasn lebih besar dari 0,05.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas merupakan pengujian yang bertujuan
untuk menguji adanya suatu korelasi antara variabel bebas
(independen), model regresi dikatakan baik apabila tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen. (Ghozali, 2011:105 dalam
Yusnita, 2017). Jika terjadi korelasi, maka variabel-variabel
38

independen tersebut tidak ortogonal. Yang dimaksud dengan


variabel ortogonal adalah variabel independen yang memiliki nilai
korelasi antar sesama variabel independen, yaitu nol. (Yusnita,
2017). Penelitian ini mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas
dalam regresi menggunakan tolerance value dan lawannya, yaitu
Variance Inflation Factor (VIF).
Kedua pengukuran tersebut menunjukkan setiap variabel
bebas yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya, sehingga nilai
VIF tinggi bernilai sama dengan tolerance value yang rendah.
Adapun nilai cut off umum yang digunakan dalam menunjukkan ada
tidaknya multikolinearitas, yaitu nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama
dengan nilai VIF ≥ 10 (Ghozali, 2011:106 dalam Yusnita, 2017).
Oleh karena itu, dalam menunjukkan keberadaan korelasi antar
variabel bebas maka nilai tolerance harus ≥ 0,10 atau sama
dengaan nilai VIF ≤ 10.
3.7.3 Analisis Regresi Logistik
Penelitian ini menggunakan regresi logistik karena memiliki satu
variabel dependen yang bersifat dummy (1=perusahaan financial
distress dan 0= perusahaan non-financial distress) serta memiliki
variabel independen lebih dari satu. (Ghozali (2009) dalam Prasetiono,
2011). Ghozali (2016:321) menjelaskan bahwa regresi logistik
digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel
dependen dapat diprediksi dengan variabel independen.
Analisis regresi logistik dalam penelitian ini digunakan untuk
menguji pengaruh rasio keuangan yang meliputi rasio likuiditas, rasio
leverage, dan rasio likuiditas serta makroekonomi yang dihitung
dengan inflasi dan suku bunga terhadap kondisi financial distress.
Untuk menguji hipotesis maka persamaan regresi logistik yang
diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

P
ln =β ₀+ β ₁ X ₁+ β ₂ X ₂+ β ₃ X ₃+ β ₄ X ₄+ β ₅ X ₅
1−P
39

Keterangan:
P/(1-P) = Probabilitas perusahaan megalami financial distress
β₀ = Konstanta
β1-β5 = Koefisien regresi dari setiap variabel independen
X1 = Rasio Likuiditas
X2 = Rasio Leverage
X3 = Rasio Profitabilitas
X4 = Inflasi
X5 = Suku Bunga

a. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)


Uji ini dilakukan untuk menguji hipotesis:
H0: Model yang dihipotesiskan Fit dengan data
Ha: Model yang dihipotesiskan tidak Fit dengan data
Agar model fit dengan data, maka H 0 harus diterima. Dalam
pengujian ini statistik yang digunakan berdasarkan Likelihood.
Likelihood L dari model adalah probabilitas yang menandakan
bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input.
Dalam pengujian ini, L ditransformasikan menjadi -2LogL.
Output SPSS menghasilkan dua nilai -2LL yakni satu untuk model
yang hanya memasukkan konstanta (Block Number = 0) sedangkan
yang kedua untuk model dengan memasukkan konstanta dan
variabel independen (Block Number = 1). Pengujian ini dilakukan
dengan membandingkan nilai antara -2LL pada awal (Block Number
= 0) dan -2LL pada akhir (Block Number = 1). Suatu model regresi
dikatakan baik atau model yang dihipotesiskan fit dengan data
apabila terjadi penurunan likelihood (-2LL). (Ghozali, 2016:328).

b. Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)


40

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar


variabel independen mampu menjelaskan dan mempengaruhi
variabel dependen. (Darmawan, 2017). Nilai Nagelkerke R Square
bervariasi antara 0 (nol) sampai dengan 1 (satu). Model dapat
dikatakan semakin baik atau goodness of fit apabila nilai Nagelkerke
R Square mendekati nilai 1 (satu), sebaliknya jika nilainya
mendekati nilai 0 (nol) maka model dianggap tidak baik/goodness of
fit. (Ghozali, 2016:328).

c. Uji Kelayakan Model Regresi


Kelayakan model regresi dapat dinilai dengan menggunakan
Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Pengujian ini
dilakukan untuk menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok
atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model
dengan data sehingga model dianggap fit). Ghozali (2016:329)
menjelaskan bahwa apabila nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s
Goodness of Fit Test < 0.05, maka hipotesis nol ditolak yang berarti
terdapat perbedaan yang signifikan antara model dengan nilai
observasinya sehingga Goodness fit model tidak baik karena tidak
mampu memprediksi nilai observasinya. Sementara itu, apabila nilai
statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test > 0.05,
maka hipotesis nol tidak dapat ditolak artinya model mampu
memprediksi nilai observasinya atau dengan kata lain model dapat
diterima karena cocok dengan data observasinya.

d. Uji Matriks Klasifikasi


Uji Matriks klasifikasi dilakukan untuk mengetahui kekuatan
dari model regresi untuk memprediksi financial distress pada suatu
perusahaan. (Novietta & Minan, 2020).
DAFTAR PUSTAKA

Alifiah, M. N. (2013). Prediction of Financial Distress Companies in the Trading and


Services Sector in Malaysia Using Macroeconomic Variables. Procedia - Social
and Behavioral Sciences, 129, 90–98.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.03.652
Andre, O., & Taqwa, S. (2014). Pengaruh Profitabilitas , Likuiditas , dan Leverage
Dalam Memprediksi Financial Distress ( Studi Empiris Pada Perusahaan Aneka
Industri yang Terdaftar di BEI Tahun 2006-2010 ). Jurnal Wahana Riset
Akuntansi, 2(1, April), 293–312.
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/wra/article/view/6146
Andriansyah, M. Z. (2018). Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Profitabilitas,
Aktivitas dan Pertumbuhan Penjualan Dalam Memprediksi Financial Distress.
Skripsi. Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
Ardiyanto, F. D., & Prasetiono. (2011). Prediksi Rasio Keuangan Terhadap Kondisi
Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Jurnal
Dinamika Ekonomi Dan Bisnis, 8(1), 1–14.
Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2010). Manajemen Keuangan Edisi Kedelapan.
Jakarta: Erlangga.
Carolina, V., Marpaung, E. I., & Pratama, D. (2017). Analisis Rasio Keuangan untuk
Memprediksi Kondisi Financial Distress ( Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2015 ). Jurnal
Akuntansi Maranatha, 9(November), 137–145. http://journal.maranatha.edu
Christananda, C., Khairunnisa, & Nurbaiti, A. (2017). Analysis Of Current Ratio And
Net Profit Margin For Predicting Financial Condition Of The Company. E-
Proceeding of Management, 4(1), 469-475 ISSN : 2355-9357.
Darmawan, S. (2017). Analisis Pengaruh Corporate Governance, Variabel Ekonomi
Makro Terhadap Financial Distress Dengan Variabel Kontrol Ukuran
Perusahaan Dan Jenis Kepemilikan. Efektif Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 7(1),
100–122.
Fatmawati, M. (2012). Penggunaan The Zmijewski Model, The Altman Model, dan
The Springate Model Sebagai Prediktor Delisting. Jurnal Keuangan Dan
Perbankan, 16(1), 56–65.
Fitriyah, I., & Hariyati. (2013). Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Financial
Distress Pada Perusahaan Properti Dan Real Estate. Jurnal Ilmu Manajemen,
1(3), 760–773.
Hapsari, E. I. (2012). Kekuatan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Kondisi
Financial Distress Perusahaan Manufaktur di BEI. Jurnal Dinamika Manajemen,
3(2), 101–109.
Harahap, S. S. (2009). Analisa Kritis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Hartianah, D., & Sulasmiyati, S. (2017). Pengaruh Aspek Operasional, Corporate
Governance, Dan Makroekonomi Terhadap Financial Distress (Studi pada
Perusahaan Agrikultur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-

44
2015). Jurnal Administrasi Bisnis S1 Universitas Brawijaya, 47(2), 65–73.

Hidayat, M. A., & Meiranto, W. (2014). Prediksi Financial Distress Perusahaan


Manufaktur Di Indonesia. Diponegoro Journal of Accounting, 3(3), 538–548.
Indonesia, I. A. (2009). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Ikatan
Akuntansi Indonesia.
Indriyani, U., & Nazar, S. N. (2020). Pengaruh Makro Ekonomi Dan Rasio
Perbankan. Jurnal Ilmiah Akuntansi Universitas Pamulang, 8(1), 53–62.
Irfan, F. H., & Kiswara, E. (2013). Dan Aliran Kas Sebagai Variabel Moderasi (Studi
Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
2008-2011). Diponegoro Journal of Accounting, 2, 1–13.
Irwandi, M. R., & Rahayu, S. (2019). Pengaruh Inflasi, Likuiditas Dan Leverage
Terhadap Financial Distress (Studi Pada Perusahaan Sektor Pertaian yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018). E-Proceeding of
Management, 6(3), 5717–5723.
Kasmir. (2017). Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kesatu. Cetakan Kedelapan.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Khaliq, A., Motawe Altarturi, B. H., Mohd Thas Thaker, H., Harun, M. Y., & Nahar,
N. (2014). Identifying Financial Distress Firms : A Case Study of Malaysia ’ s
Government Linked Companies ( GLC ). International Journal of Economic,
Finance and Management, 3(3), 141–150.
Kholisoh, S. N., & Dwiarti, R. (2020). The Analysis of Fundamental Variables and
Macro Economic Variables in Predicting Financial Distress. Management
Analysist Journal, 9(3), 10.
Kumalasari, R. D., Hadiwidjojo, D., & Indrawati, N. K. (2014). The Effect of
Fundamental Variables and Macro Variables on the Probability of Companies to
Suffer Financial Distress A Study on Textile Companies Registered in BEI.
European Journal of Business and Management, 6(34), 275–285.
Kurniasanti, A., & Musdholifah, M. (2018). Pengaruh Corporate Governance, Rasio
Keuangan, Ukuran Perusahaan dan Makroekonomi Terhadap Financial Distress
(Studi Pada Perusahaan Sektor Pertambangan Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2012-2016). Jurnal Ilmu Manajemen, 6(3), 197–212.
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jim/article/view/23907
Lakshan, A. M. I., & Wijekoon, W. M. H. N. (2013). Critical Success Factors (CSFs)
for TQM Implementation: Current Status and Challenges in Libyan
Manufacturing Companies. GSTF Journal on Business Review, 2(1), 71–79.
https://doi.org/10.5176/2010-4804
Lestari, D. P. (2018). Analisis Pengaruh Faktor Makro dan Faktor Fundamental
Terhadap Financial Distress Menggunakan Model Zmijewski Pada Bank Umum
Syariah (BUS) Periode Tahun 2010-2016. Skripsi. Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Liana, D., & Sutrisno. (2014). Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi
Financial Distress Perusahaan Manufaktur. Jurnal Akuntansi & Auditing
Indonesia, 1(2), 1–11.
Mas’ud, I., & Srengga, R. M. (2012). Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi

44
Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Universitas Jember, 10(2), 139.
https://doi.org/10.19184/jauj.v10i2.1255
Maulida, indira S., Moehaditoyo, S. H., & Nugroho, M. (2018). Financial Ratio
Analysis For Predicting Financial Distress In Manufacturing Companies Listed
In Indonesia Stock Exchange. Jurnal Ilmiah Administrasi Bisnis Dan Inovasi,
2(1), 179–193.
Mayangsari, L. P., & Andayani. (2015). Pengaruh Good Corporate Governance Dan
Kinerja Keuangan Terhadap Financial Distress. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi,
Vol.4(No.4), 1–18.
Megawati. (2019). Pengaruh Kinerja Keuangan dan Kondisi Makro Ekonomi dalam
Memprediksi Probabilitas Financial Distress pada Perusahaan Sub Properti dan
Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. In Skripsi. Universitas
Sriwijaya.
Munawir. (2010). Analisa Laporan Keuangan Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.
Nilasari, D. . (2018). Memprediksi Perusahaan Yang Berpotensi Mengalami Masalah
Keuangan Dengan Model Altman, Springate, dan Zmijewski (Studi pada
Perusahaan Ritel yang Terdaftar di BEI Periode Tahun 2012-2016). Skripsi.
Universitas Diponegoro.
Novietta, L., & Minan, K. (2020). Pendekatan Model Regresi Logistik Untuk
Memprediksi Financial Distress pada Perusahaan Pertamabangan yang Terdaftar
di BUrsa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Kontemporer, 3(1),
20–41.
Nurhidayah, & Rizqiyah, F. (2017). Kinerja Keuangan Dalam Memprediksi Financial
Distress. Jurnal Ilmiah Bisnis Dan Ekonomi Asia, 11(2), 42–48.
https://doi.org/10.32812/jibeka.v11i2.59
Pertiwi, D. A. (2018). Pengaruh Rasio Keuangan, Growth, Ukuran Perusahaan, dan
Inflasi Terhadap Financial Distress di Sektor Pertambangan Yang Terdaftar DI
Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2012-2016. Jurnal Ilmu Manajemen (JIM),
6(3), 359–366.
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jim/article/view/24314
Pramuditya, A. Y. (2014). Analisis Pengaruh Penerapan Mekanisme Corporate
Governance Terhadap Kemungkinan Perusahaan Mengalami Financial Distress
(Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2010-2012). In Skripsi. Universitas Diponegoro.
http://eprints.undip.ac.id/
Pratama, J. (2016). Prediksi Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur di Bursa
Efek Indonesia. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta, 147(March), 11–40.
Priyatnasari, S., & Hartono, U. (2019). Rasio Keuangan, Makroekonomi Dan
Financial Distress: Studi Pada Perusahaan Perdagangan, Jasa Dan Investasi di
Indonesia. Jurnal Ilmu Manajemen, 7, 1–12.
Rahmawati, A. I. E. (2015). Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial
Distress Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
2014-2016. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Rinofah, R. (2016). Cash Flow, Profitability, Financial Constraint, and Investment in

44
Indonesia. Sebelas Maret Business Review, 1(1), 1–9.
Rinofah, R. (2018). Cash Flow, Cash Holding, Financial Constraint And Investment
In Indonesia. Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Administrasi Bisnis Dan
Kewirausahaan, 3(2), 169–175.
Rohiman, S. F., & Damayanti, C. R. (2019). Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Dan Suku
Bunga Terhadap Financial Distress (Studi Pada Semua Perusahaan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013- 2017). Jurnal Administrasi
Bisnis, 72(2), 186–195.
Sandi, T. K., & Amanah, L. (2019). Pengaruh Kinerja Keuangan Dan Variabel
Ekonomi Makro Terhadap Financial Distress. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntans,
8(6), 1–18.
Sapoetri, A. I. (2013). Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Dan Sensitivitas Variabel
Ekonomi Makro Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur.
Artikel Ilmiah. Sekolah Tinggi Ilmu Perbanas Surabaya, 1–20.
Shafira, H. (2019). Pengaruh Kinerja Keuangan, Corporate Governance, dan
Makroekonomi Terhadap Financial Distress ( Studi pada Perusahaan Sektor
Aneka Industri yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Periode 2015-
2017). Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia.
Sudana, I. M. (2011). Manajemen Keuangan Perusahaan Teori & Praktik. Jakarta:
Erlangga.
Sulaksana, T. (2016). Analisis Rasio Keuangan dan Variabel Ekonomi Makro dalam
Memprediksi Financial Distress Perusahaan Pertambangan si Bursa Efek
Indonesia Periode 2011-2015. Artikel Ilmiah. Sekolah Tinggi Ilmu Perbanas
Surabaya.
Sumani. (2017). Prediksi Financial Distress : Rasio Keuangan Dan Sensitivitas
Makroekonomi Perusahaan Sektor Primer. EKUITAS (Jurnal Ekonomi Dan
Keuangan), 3(3), 285–305.
https://doi.org/10.24034/j25485024.y2019.v3.i2.4153
Ufo, A. (2015). Impact of Financial Distress on the Leverage of Selected
Manufacturing Firms of Ethiopia. Journal of Proverty, Investment and
Development, 5(10), 8–13. www.iiste.org
Widhiari, N. L. M. A., & Merkusiwati, N. K. L. A. (2015). Pengaruh Rasio
Likuiditas, Leverage, Operating Capacity, Dan Sales Growth Terhadap Financial
Distress. E-Jurnal Akuntansi, 11(2), 456–469.
Yusnita, D. (2017). Pengaruh Perbedaan Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal, Volatilitas
Arus Kas, Volatilitas Penjualan, Aliran Kas Operasi Dan Komponen Akrual
Terhadap Persistensi Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Dalam Index Saham Syariah Indonesia). Skripsi. Universitas Agama
Islam Negeri Surakarta.

44
45

www.idx.co.id
www.bi.go.id
www.sahamok.com
www.kemenperin.go.id

Anda mungkin juga menyukai