Anda di halaman 1dari 26

Pengaruh Struktur Modal, Struktur Kepemilikan Saham,

Dan Likuiditas Terhadap Financial Distres Pada Perusahaan


Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

PROPOSAL

Dosen Pembimbing : Erni Masdupi

Disusun Oleh :

Fatimah siregar (20059009)

PROGRAM STUDY MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023/2024
DAFTAR ISI
BAB 1................................................................................................................................3
PENDAHULUAN............................................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................3
B. Identifikasi Masalah.........................................................................................6
C. Batasan Masalah...............................................................................................6
D. Rumusan Masalah............................................................................................7
E. Tujuan Penelitian............................................................................................7s
F. Manfaat Penelitian...........................................................................................7
BAB II.............................................................................................................................10
KAJIAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS......................10
A. Kajian Teori....................................................................................................10
1 Financial Distress.......................................................................................................10
2 Struktur Modal...........................................................................................................14
3 Struktur Kepemilikan Saham.....................................................................................16
4 Likuiditas...................................................................................................................20
B. Penelitian Terdahulu......................................................................................23
C. Kerangka Konseptual ....................................................................................23
D. Hipotesis Penelitian.......................................................................................24
BAB III...........................................................................................................................25
METODE PENELITIAN..............................................................................................25
A. Jenis Penelitian...............................................................................................25
B. Populasi Dan Sampel......................................................................................25
1 Populasi......................................................................................................................25
2 Sampel.......................................................................................................................26
C. Teknik Pengumpulan data.............................................................................26
D. Teknik Analis data..........................................................................................26
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Financial distress pada perusahaan manufaktur merujuk pada kondisi di mana

perusahaan mengalami kesulitan keuangan yang serius dan mungkin tidak mampu

memenuhi kewajiban keuangannya. Ini adalah tahap yang serius dalam spektrum

kesulitan keuangan perusahaan. Ketika menjalankan perusahaan, keseimbangan

antara kondisi keuangan dan nonkeuangan merupakan poin penting. Karena

perusahaan dapat dikatakan baik apabila kedua kondisi tersebut seimbang.

Menurut Porter (1991) alasan suatu perusahaan sukses ataupun gagal lebih

disebabkan oleh strategi yang ditetapkan perusahaan, seperti strategi penerapan

corporate governance. Tidak selarasnya kepentingan antar masing-masing

pihak yang terkait dapat mendorong timbulnya perilaku menyimpang dari

manajer yang bentuknya adalah aktivitas manajemen laba (earning management)

(Fathoni dkk, 2014). Benturan kepentingan inilah yang menjadi salah satu faktor

pemicu financial distress.

Perkembangan ekonomi dunia yang dinamis membutuhkan manajemen perusahaan

yang baik. Perusahaan harus selalu mendukung untuk mempertahankan dan

meningkatkan kinerjanya di segala bidang untuk mengantisipasi persaingan bisnis

yang semakin ketat. Indonesia merupakan negara sedang berkembang, seiring

dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan di negara ini juga menyebabkan


persaingan yang sangat ketat di setiap lini bisnis di setiap perusahaan, baik itu

perusahaan jasa, perusahaan perdagangan maupun perusahaan manufaktur. Selain

itu, Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan atau profit

dari usaha yang dijalankan, tidak terkecuali pada perusahaan manufaktur. Dalam

mencapai tujuan perusahaan diperlukan kinerja perusahaan yang menjadi parameter

atau tolak ukur keberhasilan perusahaan.

Kinerja perusahaan dapat diukur dengan melihat kesehatan keuangan perusahaan

tersebut. kondisi keuangan perusahaan tentu menjadi sangat penting untuk

melihat kesuksesaan sebuah perusahaan. Financial distress memberi pentunjuk

bahwa kondisi keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat serta menjadi

penyebab utama kebangkrutan perusahaan. Proses penurunan kinerja perusahaan

dapat dilihat dari laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan dasar untuk

dapat menginterprestasikan kondisi keuangan dan hasil operasi. Untuk

mengatasi financial distress diperlukannya suatu sistem yaitu salah satunya

menggunakan laporan keuangan. Salah satu pengukuran financial distress yaitu

dengan menggunakan rasio keuangan. Analisis rasio adalah salah satu

cara pemrosesan dan penginterpretasian informasi akuntansi.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan kondisi keuangan berupa struktur

modal, struktur kepemilikan saham dan likuiditas . Struktur modal memiliki peran

penting dalam keputusan keuangan perusahaan. Perusahaan manufaktur memilih


kombinasi antara modal sendiri dan modal pinjaman untuk membiayai

operasionalnya. Struktur modal yang buruk atau tidak seimbang dapat

meningkatkan risiko financial distress. Misalnya, terlalu banyak bergantung pada

hutang jangka pendek atau memiliki tingkat hutang yang tinggi dapat meningkatkan

beban bunga dan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban keuangannya.

Kondisi keuangan selanjutnya adalah struktur kepemilikan saham, dimana truktur

kepemilikan saham mencerminkan distribusi kepemilikan perusahaan antara

pemegang saham. Struktur kepemilikan yang tidak stabil atau didominasi oleh

pemegang saham yang terkonsentrasi dapat mempengaruhi keputusan strategis

perusahaan dan meningkatkan risiko financial distress. Konflik kepentingan antara

pemegang saham mayoritas dan minoritas, kurangnya pengawasan internal, atau

kebijakan manajemen yang berisiko dapat mempengaruhi kesehatan keuangan

perusahaan.

Selain itu, Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban

keuangannya dalam jangka pendek. Likuiditas yang buruk dapat menyebabkan

perusahaan mengalami financial distress. Ketika perusahaan tidak memiliki cukup

kas atau aset likuid untuk memenuhi pembayaran hutang atau biaya operasionalnya,

maka dapat di pastikan perusahaan tersebut dapat menghadapi kesulitan keuangan

yang serius. Faktor-faktor seperti arus kas yang rendah, tingkat utang jangka
pendek yang tinggi, atau kebijakan pengelolaan persediaan yang tidak efisien dapat

mempengaruhi likuiditas perusahaan. likuiditas perusahaan juga menjadi faktor

penting dalam menghadapi financial distress, atau dapat dikatakan Semakin likuid

perusahaan maka akan kecil kemungkinan terjadnya financial distress.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah di uraikan diatas, maka peneliti dapat

mengidentifikasi masalahnya yaitu, apa dampak struktur modal perusahaan pada

tingkat financial distress, hubungan antara struktur kepemilikan saham perusahaan

dan financial distress serta bagaimana likuiditas perusahaan dapat mempengaruhi

tingkat financial distress pada perusahaan manufaktur.

C. Batasan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas , agar penelitian kebih focus dan terarah , maka

peneliti membatasi penelitian ini pada pengaruh struktur modal, struktur

kepemilikan saham, likuiditas terhadap financial distres pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia


D. Rumusan Masalah

Adapun Rumusan masalah yang dapat disusun adalah sebagai berikut :

1 Bagaimana Pengaruh Struktur Modal terhadap Financial Distress pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ?

2 Bagaimana Pengaruh Struktur kepemilikan saham terhadap Financial Distress

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ?

3 Serta Bagaimana Pengaruh likuiditas terhadap Financial Distress pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk menganalisis dan memahami

hubungan antara struktur modal, struktur kepemilikan saham, dan likuiditas

terhadap risiko financial distress yang dialami oleh perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat bagi penulis:

a. Pengembangan Pengetahuan

Penulis dapat memperluas pemahaman mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi risiko financial distress dan hubungannya dengan struktur

modal, struktur kepemilikan saham, dan likuiditas.


b. Keterampilan Penelitian

Penulis akan memperoleh pengalaman dalam merancang dan melaksanakan

penelitian, mengumpulkan dan menganalisis data, serta menyusun laporan

penelitian.

c. Peningkatan Karir

Penulis dapat meningkatkan profil akademik dan profesional mereka melalui

penulisan dan publikasi skripsi yang relevan dan bermanfaat.

2. Manfaat bagi Perusahaan:

a. Pengelolaan Risiko yang Lebih Baik

Penelitian ini dapat memberikan wawasan kepada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi risiko financial distress. Hal ini dapat membantu perusahaan

dalam mengembangkan strategi dan kebijakan manajemen risiko yang lebih

efektif

b. Pengambilan keputusan yang lebih informative

Hasil penelitian ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang

hubungan antara struktur modal, struktur kepemilikan saham, likuiditas, dan

risiko financial distress. Hal ini dapat mendukung pengambilan keputusan

yang lebih baik dalam perencanaan keuangan dan investasi.


c. Peningkatan Kepercayaan Investor

Penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap pemahaman yang lebih

baik tentang faktor-faktor yang mempengaruhi risiko financial distress. Ini

dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan yang mampu

mengelola risiko dengan baik.

3. Manfaat bagi Pihak Lain

a. Pemerintah dan Regulator

Penelitian ini dapat memberikan masukan berharga kepada pemerintah dan

regulator dalam pengembangan kebijakan yang relevan untuk memperkuat

stabilitas pasar modal dan melindungi kepentingan investor.

b. Akademisi dan peniliti lain

Hasil penelitian ini dapat menjadi kontribusi bagi pengetahuan akademis dan

penelitian terkait topik keuangan dan manajemen risiko.

c. Masyarakat umum

Penelitian ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang risiko

financial distress pada perusahaan manufaktur dan pentingnya pengelolaan

risiko yang baik dalam konteks pasar modal Indonesia.


BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1 Financial Distress

Financial distress merupakan suatu kondisi dimana perusahaan sedang

menghadapi masalah kesulitan keuangan dan terancam bangkrut

(sjahrial, 2014). Financial distress didefinisikan sebagai tahap

penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya

kebangkrutan ataupun likuidasi. Kondisi financial distress tergambar dari

ketidakmampuan perusahaan atau tidak tersedianya suatu dana untuk

membayar kewajibannya yang telah jatuh tempo.

Sebuah perusahaan dianggap mengalami financial distress jika salah satu

kejadian berikut ini terjadi : mengalami laba operasi bersih

negatif selama beberapa tahun atau penghentian pembayaran dividen,

restrukturisasi keuangan atau phk massal. Jadi kebangkrutan tidak terjadi

secara tiba-tiba. Kebangkrutan merupakan akumulasi dari kesalahan

pengelolaan perusahaan dalam jangka panjang. Karena itu, diperlukan

alat untuk mendetesi potensi kebangkrutan yang mungkin dialami perusahaan.

Seorang manajer dituntut memiliki kemampuan manajerial yang semakin


baik dari waktu kewaktu untuk menghadapi dunia bisnis yang semain

cepat dan semakin kompetitif. Manajer harus siap mengahadapi tantangan

dan kemungkinan yang ada dikemudian hari supaya tidak mengalami

kebangkrutan. Rudianto(2013).

Terdapat beberapa faktor yang memicu perusahaan mengalami kondisi financial

distress. Sudaryanti & Dinar, (2019) menggolongkan 3 penyebab terjadinya

financial distress yaitu faktor umum, faktor eksternal perusahaan dan faktor

internal perusahaan :

1) Faktor umum

Faktor umum penyebab financial distress adalah faktor yang terjadi secara

umum pada suatu masyarakat, yang terdiri atas sektor usaha, sektor sosial,

sektor teknologi dan sektor pemerintah.

2) Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor penyebab yang berasal dari spesifik pada

suatu perusahaan yang berasal dari luar perusahaan, yang terdiri atas sektor

pelanggan, sektor pemasok, dan sektor pesaing

3) Faktor internal

Faktor penyebab financial distress internal adalah faktor yang berasal dari

internal perusahaan, berasal dari keputusan dan kebijakan yang tidak tepat.

Financial distress diukur dengan menggunakan Altman Z-Score. Menurut

Altman dalam Sawir (2005), terdapat lima rasio yang dapat digabungkan
untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang sehat atau yang akan

mengalami kebangkrutan. Rasio ini dikenal dengan rasio lima variabel.

X1 = (Aktiva lancar – Utang Lancar) / Total Aset

X2 = Laba yang ditahan / Total Aset

X3 = Laba sebelum bunga pajak / Total Aset

X4 = Nilai pasar modal / Nilai buku hutang

X5 = Penjualan / Total Aset

Dari 5 variabel tersebut membuktikan bahwa untuk mengukur financial distress

pada perusahaan manufaktur sangat membutuhkan analisis laporan keuangan.

Kesulitan keuangan perusahaan dapat dilihat dari kegagalan perusahaan dalam

menjalankan aktivitas perusahaan untuk menghasilkan laba. Untuk mengatasi

dan meminimalisir terjadinya kebangkrutan. perusahaan dapat mengawasi

kondisi keuangannya dari segi laporan keuangan dan laporan laba rugi yang ada

dalam laporan keuangan perusahaan dengan menggunakan teknik-teknik analisis

laporan keuangan.

Laporan keuangan adalah suatu susunan proses pencatatan data trusaksi bisnis

yang berada di bagian paling akhir. Abdurrahman & Ermawati, (2019)

menjelaskan bahwa laporan keuangan merupakan gambaran akan baik buruknya

kinerja suatu perusahaan. Bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan,

laporan keuangan ini menjadi penilaian bagi mereka. Pihak internal


mengharapkan hasil dari kinerja yang baik, sedangkan pihak eksternal atau

investor mengharapkan imbal hasil timbal balik yang tinggi. Menurut Setyowati

& Sari, (2019) laporan keuangan merupakan salah satu alat yang digunakan

untuk memprediksi kebangkrutandasar untuk mengukur kesehatan laporan

keuangan suatu perusahaan yaitu melalui rasio keuangan yang ada.

Laporan keuangan mempunyai tujuan, menurut Hery. S.E.. M.Si.. CRP., (2018)

dalam bukunya "Analisis Laporan Keuangan" menyatakan bahwa laporan

keuangan mempunyai tujuan khusus yaitu menampilkan posisi keuangan, hasil

usaha, dan perubahan lain dalam posisi keuangan sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku. Dijelaskan juga tentang tujuan posisi keuangan, hasil

usaha, dan perubahan lain dalam posisi keuangan sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku.

Dijelaskan juga tentang tujuan laporan keuangan dalam Standar Akuntansi

Keuangan (SAK) yang isinya : "Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan

informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi

keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam

pengambilam keputusan ekonomi". Maka laporan digunakan untuk mengukur

kondisi suatu perusahaan melalui laporan keuangan, karena salah satu tujuan

laporan keuangan adalah sebagai informasi.


Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh

Struktur Modal, Struktur Kepemilikan Saham, Dan Likuiditas Terhadap

Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia.

2 Struktur Modal

Struktur modal merupakan hal yang penting bagi setiap perusahaan, karena baik

buruknya struktur modal akan mempunyai efek langsung terhadap posisi

finansial perusahaan. Hal ini menyebabkan setiap perusahaan berupaya untuk

mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan menggunakan sumber daya

yang dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien dalam memaksimalkan

return, dan kemampuan perusahaan dalam menghadapi lingkungan bisnis yang

kompetitif.

Struktur modal merupakan pertimbangan antara penggunaan hutang (debt) baik

hutang jangka panjang maupun jangka pendek terhadap modal sendiri (equity).

Variabel struktur modal berkaitan dengan pengaruh komposisi dan proporsi

antara modal sendiri dan modal pinjaman terhadap financial distress pada

perusahaan manufaktur. Adapun teori yang dapat digunakan untuk menganalisis

tingkat pengaruh struktur modal pada financial distress pada perusahaan

manufaktur adalah Trade-off Theory dan Pecking Order Theory.


1. Trade-off Theory

Menurut Myers (1984), teori trade-off menyatakan bahwa perusahaan harus

mempertimbangkan keuntungan dan biaya dari menggunakan modal

pinjaman. Myers dan Majluf (1984) menjelaskan bahwa penggunaan modal

pinjaman dapat meningkatkan potensi keuntungan perusahaan, tetapi juga

meningkatkan risiko financial distress.

2. Pecking Order Theori

Menurut teori pecking order yang dikemukakan oleh Myers dan Majluf

(1984), perusahaan cenderung memilih sumber pendanaan secara berurutan,

dimulai dari sumber internal seperti laba ditahan, kemudian modal

pinjaman, dan terakhir modal ekuitas. Pilihan ini didasarkan pada

pemahaman bahwa modal sendiri lebih murah daripada modal pinjaman dan

modal pinjaman lebih murah daripada modal ekuitas.

3. Theori Signaling Relevance

Teori ini dikembangkan oleh Ross (1977) dan Berger dan Udell (1995) dan

menyatakan bahwa struktur modal dapat menjadi sinyal bagi investor

tentang kualitas perusahaan. Perusahaan yang memiliki struktur modal yang

sehat dapat memberikan sinyal positif kepada investor, yang pada gilirannya

dapat mengurangi risiko financial distress.


3 Struktur Kepemilikan Saham

Struktur kepemilikan merupakan alokasi kepemilikan sesuai dengan hak suara

dan modal perusahaan. Struktur kepemilikan juga mengacu pada identitas

pemegang saham (Jensen & Meckling, 1976). Struktur kepemilikan memiliki

peran penting dalam tata kelola perusahaan sebagai salah satu mekanisme

kontrol dasar atas biaya keagenan (Kumar, 2003). Struktur kepemilikan saham

dapat berpengaruh pada pengambilan keputusan, kontrol, dan kinerja

perusahaan.

Menurut para ahli, struktur kepemilikan saham dapat dibagi menjadi beberapa

tipe, termasuk:

1. Kepemilikan Saham Pengendali

Dalam hal ini mengacu pada pemegang saham atau kelompok pemegang

saham yang memiliki kepemilikan mayoritas atau cukup besar dalam

perusahaan. Mereka dapat memiliki kontrol dan pengaruh yang signifikan

terhadap pengambilan keputusan strategis perusahaan.

2. Kepemilikan Saham Minoritas

Kepemilikan Saham Minoritas mencakup pemegang saham yang memiliki

kepemilikan yang lebih kecil daripada pemegang saham pengendali.

Pemegang saham minoritas mungkin memiliki keterbatasan dalam

pengambilan keputusan dan kontrol perusahaan.


3. Pemegang Saham Institusional

Ini melibatkan lembaga keuangan, dana pensiun, perusahaan asuransi, dan

entitas-institusi lainnya yang memiliki kepemilikan saham dalam

perusahaan. Pemegang saham institusional dapat memiliki dampak besar

pada perusahaan karena mereka memiliki sumber daya dan keahlian yang

signifikan.

Pengukuran pengaruh struktur kepemilikan saham terhadap financial

distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) sering menggunakan teori dan pendekatan tertentu. Berikut adalah

beberapa teori yang sering digunakan dalam konteks ini:

1. Teori Agensi (Agency Theory)

Teori ini mengemukakan bahwa ada konflik kepentingan antara pemegang

saham (prinsipal) dan manajemen (agen). Struktur kepemilikan saham dapat

mempengaruhi kualitas pengawasan dan pengendalian manajemen oleh

pemegang saham, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi tingkat

financial distress perusahaan.

2. Teori Pembiayaan Pecking Order (Pecking Order Theory)

Teori ini menyatakan bahwa perusahaan cenderung menggunakan sumber

pembiayaan dengan urutan tertentu, yaitu internal (labanya sendiri), hutang,


dan saham. Struktur kepemilikan saham dapat mempengaruhi kebijakan

pembiayaan perusahaan dan dampaknya terhadap financial distress.

Dalam Penelitian ini terdapat Mekanisme kepemilikan saham yang mencakup

struktur dan karakteristik kepemilikan saham dalam suatu perusahaan. Ini

melibatkan berbagai entitas atau individu yang memiliki saham dalam

perusahaan tersebut. Mekanisme ini dapat mempengaruhi pengambilan

keputusan, kontrol, dan interaksi di dalam perusahaan. Beberapa mekanisme

kepemilikan saham yang umum meliputi:

1. Proporsi Kepemilikan Saham

Ini mengacu pada persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh masing-

masing pemegang saham. Proporsi kepemilikan dapat bervariasi, mulai dari

pemegang saham pengendali yang memiliki mayoritas atau mayoritas yang

cukup besar, hingga pemegang saham minoritas yang memiliki kepemilikan

yang lebih kecil.

2. Tipe Pemegang Saham

Pemegang saham dapat diklasifikasikan berdasarkan jenisnya. Beberapa tipe

pemegang saham yang umum termasuk pemegang saham pengendali

(controlling shareholders), yang memiliki kepemilikan mayoritas atau cukup

besar untuk mengendalikan perusahaan, serta pemegang saham minoritas,

yang memiliki kepemilikan yang lebih kecil.


3. Pengaruh dan Kontrol

Mekanisme kepemilikan saham juga berhubungan dengan tingkat pengaruh

dan kontrol yang dimiliki oleh pemegang saham. Pemegang saham

pengendali memiliki pengaruh yang signifikan dan dapat mempengaruhi

pengambilan keputusan strategis perusahaan. Pemegang saham minoritas, di

sisi lain, mungkin memiliki pengaruh yang lebih terbatas dalam

pengambilan keputusan.

4. Hubungan Pemegang Saham dengan Manajemen

Mekanisme kepemilikan saham juga mencakup hubungan antara pemegang

saham dan manajemen perusahaan. Ini melibatkan interaksi, komunikasi,

dan kerjasama antara pemegang saham dan manajemen dalam mengelola

perusahaan. Hubungan ini dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan,

transparansi, dan akuntabilitas.

Selain itu ada beberapa variabel yang terkait dengan mekanisme kepemilikan

saham, diantaranya adalah sebagai berikut : Proporsi Kepemilikan Saham

Pengendali: Anda dapat mengukur persentase kepemilikan saham yang dimiliki

oleh pemegang saham pengendali dan mengkaji pengaruhnya terhadap financial

distress perusahaan.

1. Konsentrasi Kepemilikan Saham

Ini mencakup ukuran konsentrasi kepemilikan di antara pemegang saham,

seperti Herfindahl-Hirschman Index (HHI), yang dapat memberikan


gambaran tentang sejauh mana kepemilikan saham terkonsentrasi dalam

perusahaan.

2. Proporsi Kepemilikan Saham

mengukur persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemegang

saham pengendali dan mengkaji pengaruhnya terhadap financial distress

perusahaan.

3. Pemegang saham instutisional

Variabel ini mengacu pada kepemilikan saham oleh lembaga keuangan,

dana pensiun, perusahaan

4 Likuiditas

Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajibannya

dalam bentuk tunai atau aset yang dapat dengan mudah diubah menjadi tunai.

Dalam konteks perusahaan, likuiditas merujuk pada ketersediaan dana yang

cukup untuk memenuhi kebutuhan operasional sehari-hari, membayar hutang

jangka pendek, dan mengatasi situasi keuangan yang darurat.

Likuiditas dapat diukur menggunakan beberapa metrik atau rasio likuiditas .

Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan

untuk memenuhi kewajiban jangka pendek (Fred Weston) dalam Kasmir (2012).

Likuiditas perusahaan sebagai prediktor financial distress yang diukur oleh

Kasmir (2012):
1. Current ratio, Merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh

tempo pada saat ditagih.

2. Working Capital to Total Assets, Merupakan rasio yang mengukur atau

membandingkan modal kerja (aktiva lancar - utang lancar) dengan total aset,

atau bias disebut juga sebagai rasio untuk mengukur likuiditas aset

perusahaan relatif terhadap total kapitalisnya.

Untuk mengukur pengaruh likuiditas terhadap financial distress pada perusahaan

manufaktur, penelitian ini menggunakan bebrapa metode yang relevan

sebagaimana berikut ini :

1. Teori Trade-off

Teori Trade-off mengajukan bahwa perusahaan harus menemukan

keseimbangan yang optimal antara likuiditas dan struktur modal untuk

menghindari risiko keuangan, termasuk financial distress. Menurut teori ini,

perusahaan memiliki kebutuhan akan likuiditas untuk memenuhi kewajiban

jangka pendek, seperti pembayaran utang dan biaya operasional sehari-hari.

Namun, terlalu banyak likuiditas dapat mengurangi tingkat pengembalian

yang diharapkan oleh pemegang saham.

Untuk melihat seberapa berpengaruh likuiditas terhadap financial distress

maka harus di perhatikan hubungan antara likuiditas dan struktur modal

perusahaan. Perusahaan dengan likuiditas yang lebih tinggi mungkin


cenderung menggunakan lebih sedikit utang, karena mereka memiliki

kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek tanpa

mengandalkan pinjaman. Hal ini dapat mengurangi risiko financial distress

2. Teori Pecking Order

Teori Pecking Order menyatakan bahwa perusahaan cenderung

menggunakan sumber pendanaan dengan urutan tertentu, dengan preferensi

terbesar pada dana internal (laba ditahan dan kas internal) dan pendanaan

utang sebagai pilihan berikutnya. Teori ini berimplikasi bahwa perusahaan

dengan likuiditas yang tinggi akan cenderung memiliki risiko financial

distress yang lebih rendah, karena mereka dapat mengandalkan dana internal

untuk memenuhi kebutuhan keuangan mereka.


B. Penelitian Terdahulu

Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang trekait dengan penelitian ini :

No Peneliti (Tahun) Judul Variabel Hasil Penlitian

1 Alien Akmalia (2020) Pengaruh Struktur Struktur Modal, Struktur Ekuitas


Modal, Struktur Aset Struktur Aset, tidak terbukti
Dan Profitabilitas Profitabilitas dan signifikan dalam
mempengaruhi
Terhadap Potensi Financial Distress.
kemungkinan
Terjadinya Financial terjadinya financial
Distress Perusahaan distress pada
Manufaktur. perusahaan
manufaktur.

2 Yola Amanda, Abel Pengaruh Likuiditas, Likuiditas, ikuiditas memiliki


Leverage, Sales Leverage, sales pengaruh negatif
Tasman ( 2019 ) Growth dan Ukuran Growth, Dan dan tidak ada
berpengaruh
Perusahaan Terhadap Financial Distress.
signifikan terhadap
Financial Distress Pada financial distress
Perusahaan Manufaktur perusahaan
yang Terdaftar di Bursa manufaktur
Efek Indonesia (BEI)

C. Kerangka Konseptual

Struktur Modal (X1)

Struktur Kepemlikan Saham


Financial Distress (Y)
(X2)

Likuiditas (X3)
D. Hipotesis Penelitian

1. Pengaruh Strukrr Modal Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan

Manufaktur yang terdaftar di BEI

H0: Tidak ada pengaruh signifikan antara struktur modal dengan financial

distress.

H1: Terdapat pengaruh signifikan antara struktur modal dengan financial

distress.

2. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham Terhadap Financial Distress

Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI

H0: Tidak ada pengaruh signifikan antara Struktur Kepemilikan Saham dengan

financial distress.

H1: Terdapat pengaruh signifikan antara Struktur Kepemilikan Saham dengan

financial distress.

3. Pengaruh Likuiditas Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan

Manufaktur yang terdaftar di BEI

H0: Tidak ada pengaruh signifikan antara Likuiditas dengan financial distress.

H1: Terdapat pengaruh signifikan antara St Likuiditas dengan financial distress


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua jenis variable, yaitu variable independen ( Struktur

modal, struktur kepemilikan saham, ldan likuiditas ) Dan variable dependen

( Financial distress).

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data yang berbentuk

bilangan yang diukur dalam suatu sekala numerik, data tersebut merupakan data

runtut waktu (time series) yaitu data yang secara kronologis disusun menurut waktu

pada suatu variabel tertentu dan disurvei secara terus menerus selama beberapa

periode (Gujarati, 2010:31).

B. Populasi Dan Sampel

1 Populasi

Menurut Sugiyono (2015:92), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas daan karakteristik tertentu

ditetapkan oleh peneliti utuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh struktur modal,

struktur kepemilkan saham, dan likuiditas terhadap financial distress pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2018 -

2022 yang laporan keuangannya dipublikasikan pada periode tahun tersebut.


2 Sampel
Menurut Sugiyono (2015:93), sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pengambilan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Purposive

sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono, 2015:99).

C. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah

menggunakan data primer . Yaitu menggunakan laporan keuangan perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2018- 2022. Adapaun data laporan

keuangan yang diambil berupa laporan neraca, laporan laba rugi, laporan arus

kas dan laporan terkait dengan penelitian.

D. Teknik Analis data

Metode analisis data menggunakan regresi berganda. Analisis regresi linear

berganda digunakan untuk menganalisis dan menguji hubungan antara variabel

independen struktur modal, struktur kepemilikan saham dan likuiditas terhadap

variabel dependen financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar

di BEI. .

Anda mungkin juga menyukai