Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat Kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah Manajemen Keuangan I dengan pokok pembahasan “Marger, Akuisisi, Dan Financial
Distres”.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Manajemen Keuangan di program
studi Manajemen. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada bapak Ahmad Nur Aziz, M.Pd., M.Ak.. selaku dosen pembimbing mata kuliah
Manajemen Keuangan yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama proses
perkuliahan mata kuliah ini.
Penulis sadar bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangannya. Oleh karna itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan
-perbaikan selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
sekalian.
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................................ i
Daftar Isi ........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 3
C. Tujuan Masalah ...................................................................................................... 3
BAB II PENJELASAN
A. Pengertian Merger .................................................................................................. 4
B. Jenis Merger ........................................................................................................... 4
C. Alasan Khusus Diadakan Merger .......................................................................... 5
D. Peryaratan Merger .................................................................................................. 5
E. Pengendalian Pasca Merger ................................................................................... 6
F. Pengertian Akuisisi ................................................................................................ 6
G. Pengaruh Laba Dari Akuisisi ................................................................................. 6
H. Pengaruh Nilai Pasar Dari Akuisisi ....................................................................... 7
I. Pengertian Financial Distress ................................................................................. 7
J. Perpanjangan dan Komposisi Financial Distress ................................................... 8
K. Reorganisasi Financial Ditress ............................................................................... 8
L. Prediksi Kepailitan Financial Distress ................................................................... 9
M. Penyebab Financial Distress .................................................................................. 9
N. Cara Mengatasi Financial Diatress ........................................................................ 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 11
Daftar Pustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat ini, persaingan antar perusahaan semakin ketat, diakibatkan oleh
batasan dan hambatan usaha yang semakin berkurang, hal tersebut sebagai salah satu
akibat dari adanya revolusi industri 4.0. Revolusi industri membuat berubahnya model
bisnis, menggantikan tenaga karyawan dengan mesin, sehingga jumlah produksi
perusahaan meningkat karena dibantu oleh teknologi. Akibatnya, biaya produksi
perusahaan menjadi rendah sehingga harga barang menjadi relatif lebih murah. Oleh
karena itu, perusahaan harus melakukan suatu strategi yang diharapkan dapat
membawa mereka bertahan dalam persaingan yang sangat kompetitif dan membawa
perusahaan menjadi organisasi yang makmur dan sejahtera.
Salah satu cara untuk bertahan dalam persaingan antar perusahaan tersebut
dengan meningkatkan nilai perusahaan agar dapat terus berkelanjutan dengan
melakukan penggabungan usaha yaitu merger dan akuisisi. Penggabungan usaha
merupakan bentuk penggabungan satu perusahaan dengan perusahaan lain dalam
rangka mendapatkan pengendalian atas aktiva maupun operasional. Bentuk
penggabungan usaha yang sering dilakukan dalam dua dekade terakhir ini adalah
merger dan akuisisi di mana strategi ini dipandang sebagai salah satu cara untuk
mencapai beberapa tujuan yang lebih bersifat ekonomis dan jangka panjang (Annisa
dan Prasetiono, 2010).
Tindakan merger dan akuisisi pada dasarnya dilakukan untuk membuat
perubahan ke arah yang lebih baik pada perusahaan sehingga diharapkan pasar akan
bereaksi terhadap peristiwa tersebut. Publikasi pengumuman informasi merger dan
akuisisi disampaikan kepasar oleh perusahaan dengan maksud untuk memberi sinyal
dengan adanya suatu peristiwa tertentu yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan.
Pengaruh adanya pengumuman merger dan akuisisi tidak hanya berdampak pada
perusahaan yang melakukan merger,perusahaan yang mengakuisisi dan perusahaan
yang diakuisisi tapi juga perusahaan lain yang menjadi persaingan dalam industri yang
sama. Jika pengumuman merger dan akuisisi berpengaruh secara signifikan terhadap
perubahan abnormal return,return saham,dan volume perdagangan artinya
pengumuman tersebut mempunyai kandungan informasi yang dapat digunakan oleh
investor.
Merger dan akuisisi marak dilakukan sejak tahun 1960-an yang dilakukan oleh
perusahaan multinasional di Eropa dan Amerika. Lalu di Indonesia sendiri merger dan
akuisisi mulai dikenal sebelum adanya Undang-Undang No. 1 th 1995 tentang
Perseroan Terbatas. Merger dan akuisisi mulai dilakukan di Indonesia sejak adanya
Undang-Undang No. 8 th 1995 tentang Pasar Modal, yang memuat tentang peleburan,
penggabungan dan pengambil alihan usaha dijelaskan pada pasal 82. Mengenai merger
dan akusisi, dalam Pasal 109 angka 1 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2020 tentang
Cipta Kerja (UU Cipta Kerja) yang mengubah Pasal 1 Undang-Undang Nomor 40 tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT) dikenal dengan istilah 'penggabungan' dan
'pengambilalihan'. Merger dan akuisisi merupakan sebuah langkah restrukturisasi
perusahaan yang dipercaya akan mendatangkan kemakmuran serta keuntungan dalam
waktu singkat. Merger dan akuisisi dilakukan sebagai bentuk upaya untuk memperbaiki
1
kinerja keuangan perusahaan dengan cara yang lebih efektif dan efisien karena tidak
harus membangun bisnis dari nol. Menurut Fahmi (2018: 142) kinerja keuangan adalah
suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah
melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik
dan benar.
Merger dan akuisisi memiliki dampak yang sangat kompleks, karena banyak
pihak yang dirugikan maupun diuntungkan dalam pelaksanaanya. Dampak merugikan
dari adanya merger dan akuisisi salah satunya adalah pemecatan hubungan karyawan
(PHK) besar-besaran yang dilakukan karena digabungkannya beberapa perusahaan
yang mengakibatkan banyaknya pengangguran. Selain itu, akuisisi juga memberikan
dampak negatif bagi perusahaan pengakuisisi apabila strukturisasi melibatkan cara
pembayaran kas maupun pinjaman. Hal-hal lain yang patut dipertimbangkan dalam
pelaksanaan merger dan akuisisi diantaranya adalah nilai yang dihasilkan setelah
kegiatan merger dan akuisisi dilaksanakan. Karena dengan dilakukannya merger dan
akuisisi, diharapkan mampu meningkatkan nilai perusahaan.
Menurut Brigham dan Houston (2004), motif perusahaan melakukan merger
dan akuisisi adalah pertimbangan pajak, pembelian aktiva dibawah penggantiannya,
diversifikasi, nilai residual, dan insentif pribadi manajer. Beberapa alasan perusahaan-
perusahaan yang akan diteliti dalam penelitian ini melakukan merger dan akuisisi
adalah karena adanya masalah kebutuhan modal tambahan, memperluas pangsa pasar,
dan juga menambah nilai perusahaan. Selain itu, alasan lain dilakukannya merger dan
akuisisi oleh perusahaanperusahaan ini adalah mempercepat pertumbuhan perusahaan,
meningkatkan sinergi dan juga dana perusahaan.
Reyner F (2016) menyebutkan permasalahan penurunan kinerja keuangan
menjadi salah satu alasan dilakukannya merger dan akuisisi. Penurunan kinerja
keuangan dapat terjadi karena adanya financial distress. Financial distress atau
kesulitan keuangan adalah suatu situasi dimana arus kas operasi perusahaan tidak cukup
untuk melunasi kewajiban lancarnya (kredit atau bunga). Istilah kesulitan keuangan
mengacu pada masalah likuiditas yang tidak dapat diselesaikan tanpa perubahan ukuran
manajemen atau restrukturisasi perusahaan, hal ini juga menimbulkan terjadinya
fluktuasi kinerja keuangan.
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan perusahaan mengalami financial
distress selain dilihat dari sisi laporan keuangan, salah satunya berasal dari internal
perusahaan yaitu manajemen perusahaan yang kurang berkompeten dalam menjalankan
tanggung jawabnya sehingga berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dan
kebijakan yang ditentukan. Selain penyebab internal, penyebab dari luar atau eksternal
juga dapat menyebabkan perusahaan berada dalam kondisi financial distress sehingga
harus diwaspadai dan diantisipasi. Kondisi tersebut bisa terjadi karena penurunan harga
produk atau jasa yang dihasilkan, penurunan jumlah permintaan, kondisi perekonomian
secara makro baik domestik maupun internasional, dan sebagainya (Rudianto, 2013).
Financial distress juga dapat dikatakan sebagai penurunan kondisi keuangan
perusahaan sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. Perusahaan harus
mewaspadai dan mengantisipasi kondisi seperti ini karena dapat menghambat kegiatan
operasional perusahaan (Octavera & Syafel, 2022).
“Semua kebangkrutan atau dengan istilah apapun, harus dihalangi. Untuk saat
ini tidak ada rasa malu sama sekali untuk menjadi bankrut.” (Alan Abelson, 1991)
2
Sebab utama kegagalan sebuah perusahaan adalah manajemen yang tidak
kompeten. Manajer keuangan perusahaan yang berhasil harus mengetahui hak dan
kewajiban sebagai kreditor dan harus berpartisipasi secara efektif dalam upaya untuk
menagih dari debitur yang mengalami kesulitan keuangan. Manajer keuangan dari
perusahaan yang kurang berhasil harus mengetahui bagaimana menangani masalah jika
timbul masalah keuangan. Manajer yang kurang mampu harus dibebas tugaskan
secepatnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Merger?
2. Apa saja jenis Merger?
3. Apa alasan khusus diadakannya Merger?
4. Apa saja persyaratan-persyaratan dari Merger?
5. Bagaimana pengendalian pasca Merger?
6. Apa yang dimaksud Akuisisi?
7. Bagaimana pengaruh laba terhadap Akuisisi?
8. Bagaimana pengaruh nilai pasar terhadap Akuisisi?
9. Apa yang dimaksud dari Financial Distress?
10. Bagaimana proses perpanjangan dan koposisi Financial Distress?
11. Bagaimana proses reorganisasi Financial Distress?
12. Bagaimana prediksi kepailatan Financial Distress?
13. Apa penyebab terjadinya Financial Distress?
14. Bagaimana cara mengatasi Financial Distress?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahi dan memahami pengertian Merger.
2. Mengetahui dan memhami jenis Merger.
3. Mengetahui dan memahami alasan khusus diadakannya Merger.
4. Mengetahui dan memehami persyaratan persyaratan dari Merger.
5. Mengetahui dan memahami pengendalian pasca Merger.
6. Mengetahui dan memahami pengertian Akuisisi.
7. Mengetahui dan memahami pengaruh laba dari Akuisisi.
8. Mengetahui dan memahami pengaruh nilai pasar dari Akuisisi.
9. Mengetahui dan memahami pengertian Financial Distress.
10. Mengetahui dan memahami proses perpanjangan dan koposisi Financial Distress.
11. Mengetahui dan memahami proses reorganisasi Financial Disrtess.
12. Mengetahui dan memahami prediksi kepailatan Financial Distress.
13. Mengetahui dan memahami penyebab terjadinya Financial Distress.
14. Mengetahui cara dalam mengatasi Financial Distress.
3
BAB II
PENJELASAN
A. Pengertian Merger
Merger adalah suatu proses penggabungan dua perusahaan atau juga lebih
menjadi satu perusahaan,yang mana perusahaan tersebut mengambil dengan cara
menyatukan saham yang berupa aset serta non aset perusahaan yang di merger. Menurut
(Moin, 2003) merger adalah penggabungan antara dua perusahaan atau lebih yang
setelah itu hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum,sementara
yang lainnya menghentikan aktivitasnya atau bubar. Perusahaan yang dibubarkan
tersebut mengalihkan aktiva serta kewajibnnya ke perusahaan yang mengambil alih
sehingga perusahaan yang mengambil alih tersebut akan mengalami peningkatan
aktiva.
Secara definisi (Undang-Undang Republik Indonesia No 40 Tahun 2007
Tentang Perseroan Terbatas.) Pasal 1 butir 9, maka Merger dapat didefiniskan sebagai
perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu Perseroan atau lebih untuk menggabungkan
diri dengan Perseroan lain yang telah ada yang mengakibatkan aktiva dan pasiva dari
Perseroan yang menggabungkan diri beralih kepada Perseroan yang menerima
penggabungan dan selanjutnya status badan hukum Perseroan yang menggabungkan
diri berakhir karena hukum. Apabila perusahaan ingin melakukan merger dan akuisisi
maka pengumuman tentang hal tersebut dapat memberikan informasi yang penting
dalam suatu industri. Pengaruh pengumuman tersebut tidak hanya berdampak pada
perusahaan yang melakukan merger,yaitu perusahaan pengakuisisi (akuisitor) dan
perusahaan yang diakuisisi (target firm) tetapi juga perusahaan lain yang menjadi
pesaing dalam industri yang sama (Rachmawati, Eka Nuraini, 2001).
B. Jenis Merger
Para ahli ekonomi mengklasifikasian merger dalam 4 (empat) kelompok, adalah:
a. Merger Horisontal
Merger Horisontal adalah gabungan dua atau lebih perusahaan yang bergerak dalam
satu bidang usaha yang sama, contohnya adalah merger dua perusahaan minyak
bumi yaitu Chvron dan Gulf Oil.
b. Merger Vertikal
Merger Vertikal adalah gabungan dari perusahaanperusahaan di mana yang satu
bertindak selaku supplier yang lainnya, contohnya adalah perusahaan kimia Du
Pont yang merger dengan perusahaan minyak bumi Conoco karena Du Pont
menggunakan minyak dalam proses kimianya.
c. Merger Kon-Generik (Congeneric Merger)
Merger Kon-Generik (Congeneric Merger) adalah gabungan dari perusahaan-
perusahaan yang mempunyai kesamaan sifat dan tindakan, jadi mencakup
perusahaan-perusahaan yang saling berhubungan tetapi bukan produsen barang
yang sama (horisontal) ataupun yang terkait dalam hubungan suplier-produsen
(vertikal), contohnya adalah pengambilalihan perusahaan Shearson Hammil oleh
American Express pada tahun 1981 dan pengambilalihan Bache & Company oleh
perusahaan asuransi Prudential.
4
d. Merger Konglemerat (Conglomerate Merger)
Merger Konglemerat (Conglomerate Merger) adalah gabungan dari perusahaan-
perusahaan yang tidak ada perkaitannya, 180 Dr. Ir. Agus Zainul Arifin, M.M.
contohnya merger perusahaan minyak bumi Mobil Oil dengan perusahaan
Montgomery Word.
D. Persyaratan Merger
Persyaratan suatu merger mengandung dua unsur penting yaitu (1) siapa yang
akan mengendalikan perusahaan yang telah digabung dan (2) berapa yang harus dibayar
perusahaan pengambil-alih untuk mendapatkan perusahaan sasaran.
Merger dalam penyatun kepentingan juga memiliki persyaratan. Persyaratan Merger
Penyatuan Kepentingan Ada enam kondisi yang harus dipenuhi jika akan menggunakan
metode akuntansi penyatuan kepentingan yaitu: 182 Dr. Ir. Agus Zainul Arifin, M.M.
1. Pemegang saham perusahaan yang diambil-alih harus tetap menduduki posisi
sebagai pemilik dalam perusahaan yang telah disatukan.
2. Basis akuntansi dari aktiva perusahaan yang diambil-alih harus tetap tidak boleh
dirubah.
3. Hanya perusahaan yang berdiri sendiri yang boleh digabungkan, sebelum merger
tiap perusahaan sekurang-kurangnya telah dua tahun mempunyai otonomi penuh
serta paling banyak 10 persen memiliki investasi berupa saham perusahaan lain.
4. Penggabungan harus terjadi dalam satu transaksi, pada penyatuan kepentingan tidak
diizinkan pembayaran yang disyaratkan (pada pembelian dibolehkan).
5
5. Perusahaan pengambil-alih hanya boleh mengeluarkan saham yang identik dengan
saham yang telah beredar sebagai penukaran sekurang-kurangnya 90 persen saham
perusahaan sasaran.
6. Setelah merger, sekurang-kurangnya selama dua tahun perusahaan gabungan itu
dilarang mengeluarkan aktivanya dalam jumlah besar.
F. Pengertian Akusisi
Akuisisi (acqusition) Menurut (PSAK 22 Kombinasi Bisnis) Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu
perusahaan yaitu pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali atas aktiva neto dan
operasi perusahaan yang diakuisisi (acquiree), dengan memberikan aktiva
tertentu,mengakui suatu kewajiban atau mengeluarkan saham. Sedangkan menurut (I
Made Sudana, 2011) akuisisi adalah penggabungan dua perusahaan yang mana
perusahaan akuisitor membeli sebagian saham perusahaan yang diakuisisi,sehingga
pengendalian manajemen perusahaan yang diakuisisi berpindah kepada perusahaan
akuisitor,sementara kedua perusahaan masing- masing tetap beroperasi sebagai suatu
badan hukum yang berdiri sendiri. Akusisi merupakan salah satu jenis merger dimana
salah satu perusahaan mengambil alih kepemilikan perusahaan lain sehingga meskipun
nama target perusahaan tetap ada tetapi kepemilikannya telah beralih kepada
perusahaan yang mengakusisi (Pratama, Andika Putra, 2015).
Secara definisi (Undang-Undang Republik Indonesia no 40 Tahun 2007
Tentang Perseroan Terbatas), maka akuisisi atau pengambilalihan dapat didefiniskan
sebagai perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan
untuk mengambil alih saham Perseroan yang mengakibatkan beralihnya pengendalian
atas Perseroan tersebut. Akuisisi (Acquisiton) adalah suatu penggabungan usaha di
mana salah satu perusahaan, yaitu pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali atas
aktiva neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi (acquiree), dengan memberikan
aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham) (PSAK 22
Revisi 2010, 2010).
6
Dapat disimpulkan, dalam penggabungan usaha terdapat kemungkinan
terjadinya penurunan atau peningkatan EPS bagi perusahaan yang mengakuisisi.
Jumlah peningkatan atau penurunan tersebut merupakan fungsi dari:
(1) rasio dari hargalaba sebelum penggabungan usaha dan
(2) ukuran relatif kedua perusahaan diukur dengan laba total.
Semakin tinggi rasio hargalaba perusahaan yang mengakuisisi sebelum
penggabungan usaha dibandingkan dengan perusahaan yang diakuisisi dan semakin
tinggi laba perusahaan yang diakuisisi dibandingkan dengan laba perusahaan yang
mengakuisisi sebelum penggabungan usaha, semakin besar peningkatan EPS
perusahaan yang mengakuisis.
7
menghasilkan aliran kas yang cukup untuk membuat suatu pembayaran yang
dibutuhkan sesuai kontrak, tetapi financial distress dapat juga membawa suatu yang
dapat mengagalkan suatu kontrak, dan itu mungkin saja dapat melibatkan
restrukturisasi financial diantara perusahaan yang mungkin saja dapat dipaksakan untuk
melakukan likuidasi aktivanya, para kreditornya, dan para investor ekuitasnya.
Biasanya perusahaan dipaksa untuk mengambil tindakan yang ia tidak akan ambil, jika
ia memiliki aliran kas yang cukup.
8
2. Dana baru harus diadakan untuk modal kerja dan rehabilitasi harta perusahaan
3. Semua sumber dan sebab kesulitan manajerial serta operasional harus
diidentifikasikan dan mencari cara untuk menanggulanginya.
Pada dasarnya, reorgassi hanya berupa komposisi atau penjadwalan kembali
kewajiban perusahaan dalam setiap upaya komposisi, dua kondisi harus dipenuhi.
1. Penjadwalan kembali harus adil/wajar (fair) bagi semua pihak
2. Sebagai hasil dari pengorbanan itu, rehabilitasi dan operasi perusahaan yang
menguntungkan harus benar-benar layak (flesible)
9
permintaan, kondisi perekonomian secara makro baik domestik maupun
internasional, dan sebagainya.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan, bahwa salah satu cara untuk bertahan dalam persaingan
antar perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan agar dapat terus berkelanjutan
dengan melakukan penggabungan usaha yaitu merger dan akuisisi.
Merger adalah suatu proses penggabungan dua perusahaan atau juga lebih
menjadi satu perusahaan,yang mana perusahaan tersebut mengambil dengan cara
menyatukan saham yang berupa aset serta non aset perusahaan yang di merger.
Akuisisi (Acquisiton) adalah suatu penggabungan usaha di mana salah satu
perusahaan, yaitu pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali atas aktiva neto dan
operasi perusahaan yang diakuisisi (acquiree), dengan memberikan aktiva tertentu,
mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham.
Permasalahan penurunan kinerja keuangan juga menjadi salah satu alasan
dilakukannya merger dan akuisisi. Penurunan kinerja keuangan dapat terjadi karena
adanya financial distress. Financial distress atau kesulitan keuangan adalah suatu situasi
dimana arus kas operasi perusahaan tidak cukup untuk melunasi kewajiban lancarnya
(kredit atau bunga).
11
DAFTAR PUSTAKA
https://repository.unja.ac.id/44686/7/4.%20BAB%20I.pdf
http://repositori.unsil.ac.id/7478/8/8.%20bab%201.pdf
http://repo.darmajaya.ac.id/7015/2/BAB%20I.pdf
12