Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

MERGER DAN AKUISISI

Mata Kuliah : Manajemen Keuangan Lanjutan


Dosen Pengampu : Bapak Darmun, S.E., AK., MM

Disusun oleh Kelompok 2:


1. Fina Tricahyanti (0201219002)
2. Ahmad Yani (0201219015)
3. Nurlani Nurauliah (0201219083)

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI


UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA CIREBON
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini. Dalam
makalah ini kami akan membahas mengenai “Merger dan Akuisisi.” Untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah Manajemen Keuangan Lanjutan.

Makalah ini telah dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari
berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan
makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua.

Cirebon, 04 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................i


DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................4
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................7
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................8
2.1 Bentuk Dasar Akuisisi ...........................................................................................8
2.2 Sinergi ....................................................................................................................9
2.3 Bentuk-Bentuk Kerjasama Kreatif dan Inovatif ....................................................12
2.4 Sumber Sinergi.......................................................................................................15
2.5 Efek Samping Akuisisi Terhadap Keuangan .........................................................17
2.6 Dampak Positif dan Negatif Sesudah Merger dan Akuisisi...................................18
2.7 NPV Dari Suatu Marger.........................................................................................20
2.8 Pengambilalihan Perusahaan .................................................................................23
2.9 Taktik Defensif ......................................................................................................25
2.10 Going Private dan Leverage Buyout ....................................................................25
2.11 Divestasi ...............................................................................................................27
BAB III PENUTUP .......................................................................................................30
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................30
3.2 Saran ......................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................31
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Merger dan akuisisi menjadi trend bisnis di tahun 1990-an di Amerika Serikat, yang dimulai
dari tahun 1992. sejak tahun 1992 perusahaan yang melakukan merger dan akusisi terus
meningkat bahkan jika dibandingkan antara tahun 1996 dan 1995 peningkatan merger dan
akuisisi meningkat hingga 67% Sorensen (2000). Demikian pula di Indonesia dengan adanya
peraturan perundang-undangan yang mempermudah masuknya investor asing, merger, dan
akuisisi, maka pelaksanaan merger dan akuisisi semakin meningkat.
Perubahan yang signifikan dalam lingkungan bisnis seperti globalisasi, regulasi, kemajuan
teknologi komputer, dan telekomunikasi, serta fragmentasi pasar telah menciptakan persaingan
yang sangat ketat. Respon perusahaan-perusahaan terhadap meningkatnya persaingan ini
sangat beragam. Ada yang memilih untuk memfokuskan resources pada suatu segmen tertentu
yang lebih kecil, ada yang tetap bertahan dengan apa yang dilakukannya selama ini dan ada
pula yang menggabungkan diri menjadi suatu perusahaan besar dalam industri. Pilihan yang
terakhir ini merupakan bagian upaya restrukturisasi perusahaan agar sinergi, baik melalui
pencapaian economic of scale dan financial economic, pemanfaatan complementary resources,
dan peningkatan reksi pasar. Merger dan akuisisi menjadi strategi yang dipilih perusahaan
untuk merealisasikan sinergi yang menjanjikan itu.
Merger dan akuisisi merupakan strategi penggabungan usaha yang biasa dilakukan oleh
perusahaan sejak lama. Pada dasarnya pengertian antara merger dan akuisisi berbeda satu sama
lainnya. Merger merupakan suatu penggabungan usaha yang dilakukan dengan cara
menggabungkan diri dengan perusahaan lain, sedangkan akuisisi adalah suatu bentuk
penggabungan usaha yang dilakukan dengan cara mengambil alih perusahaan lain. Merger dan
akuisisi memang berbeda tetapi keduanya mempunyai persamaan dalam konteks
penggabungan usaha. Penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati dan Tandelilin (2001)
berfokus pada persaingan tersebut sehingga membicarakan merger brarti juga membicarakan
akuisisi.
Menurut Hartono (2003) merger dan akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan didasari oleh
alasan-alasan berikut:
1. Economic of scala
perusahaan berusaha mencapai skala operasi dengan biaya rata-rata terendah, yang
mencakup bidang pemasaran, personalia, keuangan serta administrasi.
2. Memperbaiki manajemen
Kurangnya motivasi untuk mencapai laba yang tinggi serta kurangnya keberanian untuk
mengambil resiko sering menyebabkan perusahaan yang kalah dalam persaingan usaha
yang semakin ketat. Dengan merger perusahaan dapat mempertahankan kemakmuran
pemegang saham.
3. Penghematan pajak
Penggabungan usaha yang tidak pernah memperoleh laba dengan perusahaan yang
profitable dapat menyebabkan pajak yang dibayar lebih kecil.
4. Diversifikasi
Risiko yang dihadapi suatu saham dapat dikompensasi oleh saham yang lain, sehingga
risiko saham secara keseluruhan dapat dikurangi.
5. Meningkatkan corporate growt rate
Hal ini dimungkinkan karena pengusaha jaringan pemasaran yang sangat luas. Manajemen
yang lebih baik dan efisien yang lebih tinggi.
Pada umumnya merger dan akuisisi dilakukan untuk menciptakan nilai tambah bagi para
pemegang saham atau untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham, dan untuk
menciptakan sinergi yang lebih besar. Motif sinergi merger dan akuisisi menunjukkan
bahwa transaksi ini dilakukan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi melalui
penggabungan dua atau lebih unit usaha atau perusahaan.
Pengumuman merger dan akuisisi adalah informasi yang sangat penting dalam suatu
industri, karena dua perusahaan akan menyatukan kekuatannya. Pengumuman merger dan
akuisisi sebagi suatu informasi dapat berpengaruh tidak hanya pada kedua perusahaan yang
melakukan merger namun juga perusahaan lain yang menjadi pesaing yang berada dalam
suatu 4 jenis industri yang sama dengan perusahaan pengakuisisi (akuisitor) dan
perusahaan yang diakuisisi (target firm).
Setiap perusahaan mengharapkan merger dan akuisisi yang dilakukan akan berhasil
dan semua tujuan perusahaan tercapai. Untuk mencapai keberhasilan tersebut ada beberapa
kendala potensial yang harus diatasi, salah satunya adalah adanya permasalahan
mengintegrasikan dua atau lebih perusahaan besar dan kompleks yang sering memiliki
kultur, struktur, dan sistem operasi yang berbeda. Keadaan yang dihadapi dalam merger
dan akuisisi memang dapat menggagalkan merger dan akuisisi tersebut, tetapi para
pengambil keputusan juga harus melihat adanya pasar yang kuat untuk merger dan akuisisi
sehingga tidak langsung memutuskan merger dan akuisisi. Para pengambil keputusan
harus benar-benar memahami syarat-syarat agar merger dan akuisisi, berhasil serta
mencari penyelesaian atas masalah potensial yang bisa mengarah pada kegagalan atau
membuat kinerja perusahaan semakin rendah.
Merger dan akuisisi adalah strategi penggabungan usaha yang populer dan penting.
Namun demikian baik bagi perusahaan besar maupun perusahaan kecil, banyak merger
dan akuisisi yang tidak menghasilkan keuntungan financial seperti yang diharapkan oleh
perusahaan pengakuisisi. Hal ini dapat diketahui dari berbagai penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya. Para peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai pengaruh
peristiwa merger dan akuisisi terhadap harga saham dengan tujuan untuk mengetahui
peningkatan tingkat kesejahteraan pemegang saham, baik perusahaan 5 pengakuisisi
maupun perusahaan target, dan juga untuk mengetahui bagaimana reaksi pasar terhadap
berbagai informasi mengenai pengumuman keputusan merger dan akuisisi yang dilakukan
perusahaan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bentuk Dasar Akuisisi
2. Sinergi
3. Bentuk-Bentuk Kerjasama Kreatif dan Inovatif
4. Sumber Sinergi
5. Efek Samping Akuisisi Terhadap Keuangan
6. Dampak Positif dan Negatif Sesudah Merger dan Akuisisi
7. NPV Dari Suatu Marger
8. Pengambilalihan Perusahaan
9. Taktik Defensif
10. Going Private dan Leverage Buyout
11. Divestasi

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui penjelasan dari rumusan
masalah diatas sesuai dengan materi makalah yang berjudul “Merger dan Akuisisi”.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bentuk Dasar Akuisisi
Tiga bentuk dasar akuisisiAda tiga prosedur dasar yang dapat dilakukan perusahaan untuk
mengambil alih perusahaan lain. Tiga cara tersebut adalah:
1. Merger atau konsolidasi
Istilah merger sering digunakan untuk menunjukkan penggabungan dua perusahaan atau
lebih, dan kemudian tinggal nama salah satu perusahaan yang bergabung.
Sedangkanconsolidationmenunjukkan penggabungan dari dua perusahaan atau lebih, dan nama
dariperusahaan-perusahaan yang bergabung tersebut hilang, kemudian muncul nama baru
dariperusahaan gabungan.
Misalkan PT. A mengambil alih PT. B dalam suatu merger. Pemegang saham PT. B setuju
bahwa setiap lembar saham mereka diganti dengan dua lembar saham PT.A.dengan
demikian,setelah merger saham PT. B hilang, dan yang ada hanya saham PT.A. dalam kasus
consolidation, saham PT. A dan B diganti dengan saham PT dengan nama lain (missal PT.C).
Karena perbedaan tersebut tidaklah penting untuk maksud-maksud analisis, kita
nantinyaakan menggunakan istilah merger bagi kedua bentuk penggabungan usaha tersebut.
2. Akuisisi saham
Cara kedua untuk mengambil alih perusahaan lain adalah membeli saham perusahaan
tersebut, baik dibeli secara tunai, ataupun menggantinya dengan sekuritas lain (saham atau
obligasi). Kadang-kadang penawaran langsung dilakukan terhadap pemegang saham
perusahaan yang akan diambil alih.
Apabila perusahaan yang akan diambil alih (misal PT. B) merupakan perusahaan yang telah
terdaftar di bursa efek, maka sesuai dengan keputusan BAPEPAM pada tahun 1995, upaya
penguasaan terhadap 20% atau lebih saham perusahaan tersebut harus dilakukan dengan tender
offer.
Dengan cara ini, perusahaan yang akan mengambil alih (misal PT. A) harus
mengumumkan di media masa (memasang iklan), menjelaskan bahwa PT. A bermaksud
membeli saham PT. B dengan harga tertentu (yang lebih tinggi dari harga pasar),sejumlah
lembar saham tertentu. Apabila jumlah lembar saham yang ditawarkan oleh para pemegang
saham PT. B melebihi jumlah yang akan dibeli oleh PT. A, maka penjatahan akan dilakukan.
3. Akuisisi assets
Suatu perusahaan dapat mengakuisisi perusahaan lain dengan jalan membeli aktiva
perusahaan tersebut. Cara ini akan menghindarkan perusahaan dari kemungkinan memiliki
pemegang saham minoritas, yang dapat terjadi pada peristiwa akuisisi saham.
Akuisisi assets dilakukan dengan cara pemindahan hak kepemilikan aktiva-aktiva yang
dibeli.Meskipundemikian proses hukum pemindahan aktiva-aktiva tersebut dapat menjadi
sangat mahal.

2.2 Sinergi
Sinergi (synergy) berarti bergabung atau bekerja sama akan menciptakan nilai lebih
daripada pemisahan. Dua organisasi yang bekerja bersama menghasilkan nilai lebih signifikan
daripada gabungan nilai masing-masing. Katakanlah, nilai setiap perusahaan adalah 2, maka
sinergi mereka dapat menciptakan nilai lebih dari 4.
a. Jenis sinergi
Igor Ansoff (1993) menyatakan bahwa ada empat jenis sinergi yang seringkali
mempengaruhi keberhasilan implementasi strategi, yaitu:
1. Sinergi Pemasaran:
Sinergi ini dapat tercipta melalui kerjasama antara distribusi, wiraniaga, dan atau gudang
penyimpanan. Misalnya, sebuah lini produk yang lengkap dari produk-produk yang terkait satu
sama lain dapat menciptakan sinergi yang meningkatkan produktivitas wiraniaga. Sinergi
melalui program promosi bersama dapat melipatgandakan keuntungan dengan biaya yang
relatif lebih kecil.
2. Sinergi Operasional:
Sinergi ini dapat diperoleh melalui penggunaan tenaga kerja dan fasilitas bersama atau melalui
pembelian kebutuhan operasional bersama dalam jumlah besar. Dalam hal ini berarti ada
pembagian biaya overhead bersama .
3. Sinergi Investasi:
Sinergi investasi dapat tercipta melalui penggunaan fasilitas produksi dalam pabrik secara
bersama, pembelian persediaan bahan baku secara bersama, penggunaan peralatan dan mesin-
mesin pengolah secara bersama, dan sebagainya.
4. Sinergi Manajemen
Manajemen yang berkompeten merupakan sesuatu yang langka, sehingga penambahan unit
bisnis baru atau produk baru dapat mempertinggi keseluruhan kinerja. Sebagai contoh, pada
saat sebuah perusahaan mengakuisisi perusahaan lainnya, pihak perusahaan pengakuisisi
mengetahui benar SDM yang akan menduduki posisi kunci, rasio untuk menguji kinerja.
Istilah sinergi lazim dalam konteks merger dan akuisisi (M&A). Merger atau akuisisi
menawarkan nilai yang lebih besar dari sinergi dua perusahaan. Itulah sebabnya, seringkali,
dalam akuisisi, pihak pengakuisisi bersedia membayar premi di atas nilai wajar perusahaan
target.
Dalam ruang lingkup yang lebih sempit, sinergi juga dapat terjadi pada tingkat individu
atau divisi. Perusahaan dapat menciptakan sinergi dengan menggabungkan produk atau pasar.
Misalnya, produsen pasta gigi menawarkan produk sikat gigi untuk mendapatkan nilai yang
lebih tinggi.
Kerjasama antara pengembang dengan pemasar dalam mengembangkan web adalah
contoh lain. Pemasar mengembangkan pesan yang komunikatif dan menarik, sementara
pengembang menerjemahkannya ke dalam program. Akibatnya, mereka tidak hanya membuat
konten kreatif tetapi juga komunikatif. Itu membuat semakin banyak pengunjung web.
b. Mengapa itu penting?
Sinergi adalah dasar dari merger, akuisisi, atau aliansi strategis. Tindakan strategis
semacam itu menciptakan ruang lingkup ekonomi dengan mengeksploitasi sumber daya dan
kemampuan masing-masing pihak.
Ambil contoh merger antara produsen mobil dan distributor mobil. Pembuat mobil
memiliki keunggulan dalam mengembangkan produk-produk inovatif. Sementara itu,
distributor memiliki jaringan yang luas dan efektif. Semoga kombinasi keduanya menciptakan
posisi yang kuat di pasar dan menghasilkan laba yang lebih tinggi.
Tapi, memang, mereka tidak selalu berhasil. Beberapa kolaborasi merger gagal karena
perbedaan budaya perusahaan. Itu menimbulkan banyak konflik internal. Kegagalan juga
disebabkan oleh perbedaan strategis, di mana masing-masing pihak mengejar kepentingannya
sendiri.
c. Apa manfaat sinergi?
Sinergi sering melibatkan dua entitas atau bagian dengan sumber daya atau kemampuan
yang saling melengkapi. Ini kemudian membawa manfaat timbal balik, terutama ketika kerja
sama atau kegiatan mendukung tujuan yang sama.
Secara umum, sinergi menciptakan nilai tambah dan memungkinkan pengembalian yang
lebih tinggi dari:
• Penghematan biaya. Misalnya, produsen dapat mengurangi biaya membangun jaringan
distribusi dengan mengakuisisi distributor.
• Peluang pertumbuhan. Perusahaan-perusahaan internasional sering berkolaborasi
dengan perusahaan lokal untuk meraih peluang pertumbuhan. Mereka kemudian
membentuk usaha patungan.
• Posisi pasar yang lebih kuat. Perusahaan mengakuisisi perusahaan yang memproduksi
produk pelengkap. Akuisisi ini memungkinkannya untuk memperluas penawaran
produknya. Akibatnya, itu bisa menghasilkan lebih banyak pendapatan daripada yang
bisa mereka lakukan secara mandiri.
• Meningkatkan posisi tawar. Merger menghasilkan ukuran bisnis yang lebih signifikan.
Itu meningkatkan posisi tawar, tidak hanya untuk pemasok tetapi juga untuk pelanggan.
• Kompetensi yang diperkuat. Ambil, misalnya, pembentukan tim dari divisi pemasaran,
produksi, dan penelitian dan pengembangan. Pembentukan tim meningkatkan
efektivitas dengan berbagi persepsi dan pengalaman, wawasan, dan pengetahuan.
• Pengambilan keputusan yang lebih baik. Membentuk tim dengan beragam pengetahuan
akan menghasilkan lebih banyak ide, solusi lebih kreatif, peningkatan penerimaan
keputusan oleh anggota kelompok
• Manfaat finansial. Menjadi lebih besar mengurangi biaya modal karena, ketika
meminjam uang, perusahaan membayar premi yang lebih kecil daripada perusahaan
kecil.
d. Mengapa sinergi gagal?
Meskipun sinergi itu ideal, namun dalam praktiknya sulit. Perampingan bisnis dan
divestasi sebagian merupakan hasil kegagalannya.
Beberapa alasan kegagalan tersebut adalah:
▪ Bertahan untuk tidak berubah. Merger, misalnya, meningkatkan ketidakpastian tentang
masa depan karyawan inti. Mereka tidak yakin apakah, setelah merger, masih dalam
posisi yang sama atau tidak. Jika merger menempatkan posisinya dalam risiko, mereka
akan cenderung menolak.
▪ Konflik budaya perusahaan. Ini adalah masalah klasik dalam merger dan akuisisi.
Konflik budaya menimbulkan ketidakharmonisan dan mengurangi produktivitas.
▪ Keputusan lebih lambat. Pengambilan keputusan perlu memperhatikan kepentingan
masing-masing kelompok atau entitas. Prosesnya biasanya lebih memakan waktu dan
lebih mahal daripada pengambilan keputusan individu.
2.3 Bentuk-bentuk Kerjasama Kreatif dan Inovatif
a. Merger
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UUPT) menggunakan
istilah “Penggabungan” sebagai pengganti terminologi “Merger”. UUPT memberikan
pengertian penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua Perseroan atau
lebih untuk meleburkan diri dengan cara mendirikan satu Perseroan baru yang karena hukum
memperoleh aktiva dan pasiva dari Perseroan yang menggabungkan diri beralih Karena hukum
kepada Perseroan yang menerima penggabungan dan selanjutnya status badan hukum
Perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum.
Menurut Rr. Dijan Widijowati, merger adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu
perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan
selanjutnya perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar.
Merger memiliki tujuan yaitu:
• Memperbesar modal
• Menyelamatkan kelangsungan produksi
• Mengembangkan jalur produksi
• Menciptakan system pasar monopolisitik.
Merger memiliki manfaat yang besar, baik terhadap perusahaan-perusahaan yang
melakukan merger maupun terhadap konsumen, diantaranya:
➢ Memberikan efisiensi dan peningkatan produktifitas bagi perusahaan yang Melakukan
merger;
➢ Memberikan penyelesaian dalam beragam masalah, seperti masalah kesulitan
keuangan atau masalah ancaman bangkrut (failing firm reasoning);
➢ Dapat meningkatkan utilisasi kapasitas berlebih (idle capacity), menekan biaya
transportasi, dan mengganti manajer berkinerja buruk yang tidak tesedia secara internal;
➢ Dapat memberikan akses modal dalam internal perusahaan;
➢ Dapat memberikan manfaat dalam riset dan pengembangan (research &
development);
➢ Dapat menghasilkan biaya produksi yang lebih rendah, penurunan harga, dan
peningkatan kualitas barang yang menguntungkan konsumen.
b. Konsolidasi
Konsolidasi yang berasal dari kata “consolidation” , yang berarti “melebur”, adalah
perbuatan hukum yang dilakukan oleh 2 (dua) perseroan atau lebih untuk meleburkan diri
dengan cara mendirikan satu perseroan baru yang karena hukum memperoleh aktiva dan pasiva
dari perseroan yang meleburkan diri, selain status badan hukum perseroan yang meleburkan
diri berakhir karena hukum.
Sebagaimana halnya dengan penggabungan, maka peleburan juga bertujuan untuk mencapai
hal-hal berikut:
• Memperbesar jumlah modal;
• Memperbesar sinergi perseroan;
• Menyelamatkan kelangsungan produksi;
• Mengamankan jalur distribusi; dan
• Mengurangi pesaing dan mampu bersaing secara monopolistic.
c. Join Venture
Menurut Engga Prayogi, Joint Venture adalah suatu persetujuan diantara dua pihak atau
lebih, untuk melakukan kerjasama dalam suatu kegiatan. Persetujuan yang dimaksud adalah
kesepakatan atas suatu perjanjian yang berpegangan pada prinsip-prinsip KUH Perdata.
Pesetujuan harus memenuhi syarat dan sah menurut KUH Perdata seperti yang tertuang dalam
Pasal 1320.
Subjek dari joint venture dapat di bagi menjadi dua jenis kerjasama yaitu :
• Antara orang atau badan hukum RI dengan orang atau badan hukum RI.
• Antara orang atau badan hukum RI dengan orang atau badan hukum asing/lembaga
internasional.
Keuntungan dari kerjasama Joint Venture adalah:
✓ badan usaha Indonesia akan mendapat bantuan pendanaan dengan memanfaatkan
modal asing;
✓ badan usaha Indonesia dapat memanfaatkan kemampuan manajemen asing yang sudah
berpengalaman;
✓ badan usaha Indonesia dapat memanfaatkan dan menembus pasar di luar negeri;
✓ bagi pihak asing mempermudah akses ke sumber-sumber local;
✓ pihak asing mempunyai akses untuk masuk ke pasar domestik yang mungkin dimiliki
mitra lokal.
c. Waralaba
Waralaba (Inggris: Franchising; Prancis: Franchise) untuk kejujuran atau kebebasan
adalah hak-hak untuk menjual suatu produk atau jasa maupun layanan. Sedangkan menurut
versi pemerintah Indonesia, yang dimaksud dengan waralaba adalah perikatan dimana salah
satu pihak diberikan hak memanfaatkan dan atau menggunakan hak dari kekayaan
intelektual (HAKI) atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan
suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam
rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa.
Waralaba dapat dibagi menjadi dua:
• Waralaba luar negeri, cenderung lebih disukai karena sistemnya lebih jelas, merek
sudah diterima diberbagai dunia, dan dirasakan lebih bergengsi.
• Waralaba dalam negeri, juga menjadi salah satu pilihan investasi untuk orang-orang
yang ingin cepat menjadi pengusaha tetapi tidak memiliki pengetahuan cukup piranti
awal dan kelanjutan usaha ini yang disediakan oleh pemilik waralaba.
Kriteria tertentu yang dimaksudkan adalah syarat mutlak untuk adanya waralaba, kriteria
tersebut adalah :
✓ Memiliki ciri khas usaha, artinya suatu usaha yang memiliki keunggulan atau
perbedaan yang tidak mudah ditiru dibandingkan dengan usaha lain yang sejenis dan
membuat konsumen selalu mencari ciri khas di maksud. Misalnya sistem manajemen,
cara penjualan dan pelayanan dan sebagainya.
✓ Terbukti sudah memberikan keuntungan, maksudnya bahwa usaha tersebut
berdasarkan pengalaman pemberi waralaba yang telah dimiliki kurang lebih 5 ( lima )
tahun dan telah mempunyai kiat – kiat bisnis untuk mengatasi masalah – masalah dalam
perjalanan usahanya, terbukti masih bertahan dan berkembangnya usaha tersebut
dengan menguntungkan.
✓ Memiliki standar atas pelayanan dan barang dan/atau jasa yang ditawarkan yang dibuat
secara tertulis, dimaksud dengan standar atas pelayanan dan barang dan/atau jasa yang
ditawarkan yang dibuat secara tertulis adalah supaya penerima waralaba dapat
melaksanakan usaha dalam kerangka kerja yang jelas dan sama ( standard operational
procedure ).
✓ Mudah diajarkan dan di aplikasikan, maksudnya usaha tersebut mudah dilaksanakan
sehingga penerima waralaba yang belum memiliki pengalaman atau pengetahuan
mengenai usaha sejenis dapat melaksanakannya dengan baik sesuai dengan bimbingan
operasional dan manajeman yang berkesinambungan yang diberikan oleh pemberi
waralaba.
✓ Adanya dukungan yang berkesinambungan, yaitu dukungan dari pemberi waralaba
kepada penerima waralaba secara terus – menerus seperti bimbingan operasional,
pelatihan, dan promosi.
✓ Hak kekayaan intelektual yang telah terdaftar, adalah HKI yang terkait dengan usaha
seperti merek, hak cipta, paten, dan rahasia dagang, sudah di daftarkan dan mempunyai
sertifikat atau sedang dalam proses pendaftaran di instansi yang berwenang.

2.4 Sumber Sinergi


Motivasi utama perusahaan melakukan merger dan akuisisi adalah menciptakan sinergi.
Sinergi merupakan kondisi yang saling menguntungkan dari peristiwa merger maupun akuisisi.
Sinergi dapat berarti nilai keseluruhan perusahaan setelah merger dan akuisisi yang lebih besar
daripada penjumlahan nilai masingmasing perusahaan sebelum merger dan akuisisi.
Sinergi dihasilkan melalui kombinasi aktivitas secara simultan dari kekuatan atau lebih
elemen-elemen perusahaan yang bergabung sedemikian rupa sehingga gabungan aktivitas
tersebut menghasilkan efek yang lebih besar dibandingkan dengan penjumlahan aktivitas-
aktivitas perusahaan jika mereka bekerja sendiri.
Pengaruh sinergi dapat timbul dari empat sumber:
a. Penghematan operasi, yang dihasilkan dari skala ekonomis dalam manajemen, pemasaran,
produksi atau distribusi;
b. Penghematan keuangan, yang meliputi biaya transaksi yang lebih rendah dan evaluasi yang
lebih baik oleh para analisis sekuritas;
c. Perbedaan efisiensi, yang berarti bahwa manajemen salah satu perusahaan, lebih efisien dan
aktiva perusahaan yang lemah akan lebih produktif setelah merger dan;
d. Peningkatan penguasaaan pasar akibat berkurangnya persaingan (Brigham, 2006).
Bentuk-bentuk sinergi disajikan berikut ini:
1. Sinergi Operasi (operating synergy) terjadi ketika perusahaan hasil kombinasi mencapai
efisiensi biaya. Efisiensi ini dicapai dengan cara pemanfaatan secara optimal sumberdaya-
sumberdaya perusahaan, sehingga dengan adanya merger ataupun akuisisi yang dilakukan
perusahaan maka diharapakan perusahaan dapat memasarkan produknya hingga kapasitas
penuh, dimana yang sebelumnya masih idle akan dapat dioptimalkan untuk mendukung
permintaan pasar. Disini terjadi efisiensi karena pemanfaatan kapasitas produksi yang semula
masih menganggur.
2. Sinergi Finansial (financial synergy) dihasilkan ketika perusahaan hasil merger memiliki
struktur modal yang kuat dan mampu mengakses sumber-sumber dana dari luar secara lebih
mudah dan murah sedemikian rupa sehingga biaya modal perusahaan semakin menurun.
Struktur permodalan yang kuat akan menjamin berlangsungnya aktivitas operasi perusahaan
tanpa menghadapi kesulitan likuiditas. Akses yang semakin mudah terhadap sumber-sumber
dana dimungkinkan ketika perusahaan memiliki ukuran yang semakin besar. Perusahaan yang
memliki struktur permodalan kuat dan size yang besar akan diberi kepercayaan dan
kepercayaan yang positif oleh publik. Kondisi seperti ini akan memberikan dampak positif bagi
perusahaan karena makin meningkatnya kepercayaan pihak lain seperti lembaga-lembaga
keuangan sehingga mereka bersedia meminjamkan dana. Perusahaan yang memiliki
kepercayaan dari publik seperti itu memiliki risiko kebangkrutan yang lebih kecil daripada
yang tidak memiliki kepercayaan publik.
3. Sinergi Manajerial (managerial synergy) dihasilkan ketika terjadi transfer kapabilitas
manajerial dan skill dari perusahaan yang satu ke perusahaan lain atau ketika secara bersama-
sama mampu memanfaatkan kapasitas know-how yang mereka miliki. Manajemen yang
seperti ini mampu bersinergi dalam mengambil keputusan-keputusan strategik. Transfer
kapabilitas terutama sekali terjadi ketika sebuah perusahaan yang memiliki kinerja manajerial
yang lebih baik merger dengan perusahaan lain yang memiliki kinerja manajerial yang kurang
bagus. Perusahaan yang superior dalam suatu industri seringkali memiliki sumberdaya
manajemen yang lebih bagus dibanding perusahaan yang lain di industri yang sama.
Perusahaan yang belum memiliki manajerial yang bagus perlu pembelajaran internal melalui
merger dengan perusahaan lain apabila ingin memiliki keunggulan manajerial.
4. Sinergi Teknologi dapat dicapai dengan memadukan keunggulan teknik sehingga saling
memetik manfaat. Sinergi teknologi dapat terjadi misalnya pada departemen riset dan
pengembangan, departemen disain dan engineering, proses manufacturing, dan teknologi
informasi.
5. Sinergi Pemasaran Perusahaan yang melakukan merger akan memeroleh manfaat dari
semakin luas dan terbukanya produk, bertambahnya lini produk yang dipasarkan, dan semakin
banyak konsumen yang dapat dijangkau.

2.5 Efek Samping Akuisisi Terhadap Keuangan


1.Pertumbuhan Keuntungan
Pertumbuhan keuntungan dari perusahaan yang menggabungkan diri kemungkinan akan
mengalami penurunan apabila perusahaan dengan pertumbuhan keuntungan yangtinggi
mengakuisisi perusahaan lain dengan pertumbuhan keuntungan yang rendah.
2.Diversifikasi
Diversifikasi sering disebut sebagai salah satu manfaat yang diperoleh dari akuisisi suatu
perusahaan oleh perusahaan lain. Variabilitas tingkat pengembalian dapat dipisahkan menjadi
dua bagian:
a. Unsystematic, yang unik untuk setiap perusahaan. Diversifikasi melalui merjer dapat
menghilangkan unsystematic.
b. Systematic karena mempengaruhi seluruh perusahaan dan tidak bisa dihilangkan dengan
melakukan merjer.
Investor tidak perlu untuk membeli saham perusahaan yang terdiversifikasi untuk
mengurangi unsystematic risk tapi cukup dengan membeli saham-saham dari perusahaan-
perusahaan yang industrinya berbeda.
Diversifikasi dapat menghasilkan keuntungan untuk perusahaan pengakuisisi hanya apabila:
a. Diversifikasi menurunkan risiko sistematis dengan biaya yang lebih rendah, sesuatu yang
sulit untuk diperoleh.
b. Diversifikasi mengurangi risiko dan oleh karenanya meningkatkan kapasitas berutang
perusahaan gabungan.

2.6 Dampak Positif dan Negatif Sesudah Merger dan Akuisisi


Dalam banyak literature manajemen ditemukan bahwa dalam melakukan aktivitas merger
dan akuisisi terdapat beberapa risiko yang akan muncul sebagai akibat dari aktivitas tersebut
(David, 1998) :
1. Seluruh kewajiban masing-masing perusahaan akan menjadi tanggungan perusahaan
hasil merger atau akuisisi, termasuk kewajiban pembayaran dan penyerahan produk
kepada vendor yang masih terhutang.
2. Beban operasional, terutama dalam jangka pendek, akan semakin meningkat sebagai
akibat dari proses penggabungan usaha.
3. Perbedaan budaya (corporate culture), sistem dan prosedur yang diterapkan di masing-
masing perusahaan selama ini akan memerlukan penyesuaian dengan waktu yang
relatif lama, dan sebagainya.
Namun selain risiko yang mungkin terjadi, ditemukan bahwa merger dan akuisisi
memberikan banyak manfaat. Beberapa manfaat yang mungkin dihasilkan dari proses merger
dan akuisisi menurut David (1998) antara lain:
1. Meningkatkan efisiensi melalui sinergi yang tercipta diantara perusahaan yang
dimerger atau diakuisisi.
2. Memperluas portofolio jasa yang ditawarkan yang akan berakibat pada bertambahnya
sumber pendapatan bagi perusahaan.
3. Memperkuat daya saing perusahaan, dan lain sebagainya.
Menurut Shapiro (1991 : 933) dalam Christina (2003 : 12), keuntungan atau manfaat akuisisi
adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dalam bisnis sekarang dari tingkat
pertumbuhan internal.
2. Mengurangi tingkat persaingan dengan membeli beberapa badan usaha guna
menggabungkan kekuatan pasar dan membatasi persaingan.
3. Memasuki pasar baru penjualan dan pemasaran sekarang yang tidak dapat ditembus.
4. Adanya bantuan manajerial beberapa manajer-manajer yang mampu mengelola aset
badan usaha.
5. Memperoleh keahlian teknik berupa transfer teknologi yang baru untuk menggantikan
teknologi yang lama.
6. Memperoleh manfaat berupa economies of scale dari badan usaha lain yang mempunyai
kesamaan produk atau pasar, misalnya manfaat dalam produksi, layanan administratif,
riset dan pengembangan, mengeliminasi fasilitas proyek dan operasi yang tidak
bermanfaat.
7. Adanya ketersediaan input dan jaringan pemasaran produk badan usaha dengan
mengakuisisi badan usaha lain yang menjadi sumber input penting bagi produksi dan
memegang peranan penting dalam jaringan pemasaran produk badan usaha.
8. Meningkatkan produktivitas dari aset badan usaha.
9. Mengalihkan aset badan usaha ke industri lain yang mempunyai potensi
pertumbuhan yang baik sehingga tercapai kestabilan pendapatan dan menyebarkan
risiko usaha.
10. Untuk mendapatkan keuntungan dari tax shields yang tidak digunakan.
1. Dampak merger bagi perusahaan
Di samping beberapa alasan yang menjadi penyebab dari merger, tentunya ada dampak yang
berakibat pada aktivitas perusahaan. Dampak ini bisa berupa keuntungan dan juga kerugian.
a. Keuntungan merger, diantaranya :
❖ Meningkatkan pangsa pasar
Ketika perusahaan bergabung, perusahaan baru memperoleh pasar yang lebih besar dan
dapat bersaing dengan kompetitor. Adapun hal tersebut dapat disebabkan karena salah
satu perusahaan telah memiliki pasar yang cukup baik.
❖ Mengurangi biaya operasional
Seperti yang telah kamu ketahui, adapun alasan terjadinya merger adalah dengan tujuan
meningkatkan skala ekonomi. Dengan hal tersebut, perusahaan dapat mengurangi biaya
operasional, seperti mengurangi biaya tenaga kerja secara keseluruhan sambil
mempertahankan tenaga kerja yang lebih kuat dan lebih efektif.
❖ Menciptakan lebih banyak peluang investasi (sumber keuangan)
Terjadinya merger dapat meningkatkan kapasitas keuangan perusahaan baru secara
keseluruhan. Peluang investasi baru mungkin hadir atau perusahaan mungkin dapat
menjangkau audiens yang lebih luas dengan anggaran pemasaran yang lebih besar atau
kemampuan produksi yang lebih signifikan.
b. Kerugian merger, diantaranya :
Peningkatan biaya hukum
Kenyataannya untuk melakukan merger tidaklah semudah yang dibayangkan. Banyak
proses yang harus dilalui seperti urusan hukum dan keuangan. Terjadinya kesepakatan
penggabungan dua perusahaan merupakan transaksi bisnis legal yang seringkali
membutuhkan keterlibatan beberapa pihak profesional. Seperti pengacara yang
berspesialisasi dalam urusan merger serta profesional keuangan yang menangani aset
dan perincian keuangan lainnya. Dan hal ini tentunya membutuhkan biaya yang cukup
tinggi.
Menciptakan perbedaan budaya dan pemecatan
Salah satu kemungkinan buruk yang terjadi akibat merger adalah perbedaan budaya
antara masing-masing perusahaan. Hal ini dapat menyebabkan beberapa gangguan
yang mengakibatkan karyawan harus menyesuaikan diri kembali dan hal ini tentunya
membutuhkan waktu. Namun di samping itu, dampak paling buruk adalah adanya
beberapa tim/divisi yang dihilangkan karena duplikasi kerja atau kinerja yang kurang
optimal. Sehingga akan ada karyawan yang dipecat.
Hilangnya peluang bisnis potensial
Ketika terjadinya merger, maka akan banyak waktu, energi, serta uang yang harus
digunakan dalam proses penggabungan oleh masing-masing perusahaan. Hal ini
tentunya dapat mengubah agenda bisnis dan menimbulkan beberapa dampak. Salah
satu kemungkinannya yaitu hilangnya peluang bisnis potensial yang telah direncanakan
sebelumnya.
2.7 NPV Dari Suatu Merger
Nilai sekarang bersih atau net present value (NPV) perusahaan setelah merger adalah
merupakan selisih pendapatan ekonomis dan biaya.NPV = Gains – Costs = PVAB – ( PVA +
PVB ) – ( Cash – PVB ) Jika NPV positif, maka merger layak dilaksanakan, dan sebaliknya
jikaNPV negatif, maka merger tidak layak dilaksanakan.
Perusahaan yang mengakuisisi harus menjawab dua pertanyaan.
1. berapa nilai target setelah dimasukkan ke dalam pengakuisisi? Perhatikan bahwa nilai ini
mungkin sangat berbeda dari nilai target saat ini, yang tidak mencerminkan sinergi atau
manfaat pajak pasca-merger.
2. berapa yang harus ditawarkan pengakuisisi untuk target? Jelas, harga rendah lebihbaik
untuk pengakuisisi, tetapi target tidak akan menerima tawaran jika terlalu rendah.Dalam
memperkirakan nilai pasca-merger ada dua pendekatan dasar yang digunakandalam penilaian
merger, teknik arus kas diskonto (DCF) dan analisis multi pasar.Pendekatan multi pasar
mengasumsikan bahwa sebuah target secara langsung dapat dibandingkan dengan rata-rata
perusahaan dalam industrinya. Oleh karena itu, prosedur ini memberikan perkiraan kasarnya.
Karena kurang akurat dan lebih jarang digunakan dibandingkan pendekatan DCF, kami akan
fokus pada metode DCF.
Ada tiga metode DCF yang banyak digunakan:
(1) metode penilaian perusahaan,
(2) metode nilai sekarang yang disesuaikan,
(3) metode residual ekuitas, yang juga disebut metode arus kas bebas ke ekuitas.
Namun, dalam banyak situasi, akan ada struktur permodalan tidak tetap dalam beberapa
tahun segera setelah merger Dalam situasi seperti itu, sangat sulit untuk menerapkan model
penilaian perusahaan atau model residual ekuitas dengan benar karena biaya ekuitas dan biaya
modal berubah seiring dengan perubahan struktur modal.
➢ Metode Nilai Sekarang Yang Disesuaikan (APV)
Pendekatan nilai sekarang yang disesuaikan (APV) secara eksplisit menggunakan konsep
inidengan menyatakan nilai operasi sebagai jumlah dari dua komponen:
(1) Nilai tidak bertingkat dari operasi perusahaan (yaitu, seolah-olah perusahaan tidak
memiliki hutang), ditambah
(2) Nilai sekarang dari tabungan pajak bunga, juga dikenal sebagai pelindung pajak bunga:
➢ Arti dan definisi nilai sekarang yang disesuaikan
Nilai Sekarang yang Disesuaikan (APV) dapat digambarkan sebagai Nilai Sekarang
Bersih dari suatu proyek, yang dibiayai secara eksklusif oleh ekuitas, ditambahkan ke Nilai
Sekarang (PV) dari manfaat pembiayaan apapun (efek tambahan dari hutang). Dijelaskan oleh
Investopedia, dengan mempertimbangkan manfaat pembiayaan. Adjusted Present Value terdiri
dari perlindungan pajak seperti yang ditawarkan oleh pengurangan bunga.
➢ Penerapan Nilai Sekarang yang Disesuaikan
Metode APV sangat mirip dengan sistem Arus Kas Diskonto konvensional. Namun, alih-
alih WACC, arus kas didiskontokan dengan biaya aset, dan perlindungan pajak atas biaya
utang. Secara teoritis, metode APV menyatukan dampak pertumbuhan serta pelindung pajak
dari hutang pada biaya ekuitas, risiko sistematis, dan biaya modal. Oleh karena itu, ini menjadi
teknik yang lebih fleksibel untuk mendekati penilaian dibandingkan dengan metode lain.
➢ Calculating the Adjusted Present Value
Menghitung Nilai Sekarang yang Disesuaikan. Nilai sekarang yang disesuaikan dapat
disebut sebagai pengukuran keuangan yang digunakan untuk menentukan nilai investasi
Umumnya, ini menggambarkan prospek profitabilitas proyek dengan mengevaluasi jumlah
arus kas masuk saat ini dan membandingkannya dengan jumlah arus kas keluar saat ini.
Langkah-langkah utama yang terlibat dalam menghitung Nilai Sekarang yang Disesuaikan
meliputi:
Tentukan nilai bersih sekarang dasar dari proyek. Ini dilakukan dengan memperkirakan
biaya ekuitas, umur proyek, biaya awal proyek, dan arus kas untuk operasi minimal satu tahun.
Hitung nilai sekarang dari efek pembiayaan dengan memperkirakan jumlah hutang yang akan
dikeluarkan untuk proyek tersebut, biaya proyek, tingkat bunga hutang dan tarif pajak. Setelah
informasi ini terkumpul, masukkan data ke dalam rumus berikut untuk menghitung nilai
sekarang dari efek pembiayaan. Efek pendanaan = (Tarif Pajak X Hutang yang Ditimbulkan X
Biaya Hutang)/Suku Bunga Hutang.
Sebagai langkah terakhir, tambahkan nilai bersih dasar ke nilai sekarang dari efek pendanaan
sehingga menerima jumlah dari dua angka sebagai nilai sekarang yang disesuaikan. Nilai
sekarang yang disesuaikan mengacu pada nilai sekarang bersih (NPV) dari investasi yang
disesuaikan dengan keuntungan bunga dan pajak dari peningkatan hutang asalkan ekuitus
adalah satu-satunya sumber pembiayaan
Bagaimana cara kerjanya (Contoh):
Perusahaan dapat membiayai proyek atau investasi dengan menggunakan ekuitas pemegang
saham saja (yaitu, tanpa leverage, atau pinjaman, arus kas) Dalam keadaan ini. perusahaan
membayar hutang terkait menggunakan arus kas yang tidak dirata-rata dari ekuitas pemegang
saham. Akibatnya, perusahaan berhak atas pengurangan pajak yang signifikan atas komponen
bunga dari pembayaran ini. Pemotongan pajak ini menempatkan perusahaan pada keuntungan-
keuntungan akhir proyek, karena mereka membantu meningkatkan laba proyek Oleh karena
itu, perusahaan dapat menganalisis profitabilitas proyek tersebut dengan menggunakan nilai
sekarang yang disesuaikan (APV), Ukuran ini mencerminkan NPV proyek atau investasi yang
disesuaikan dengan manfaat pajak dari kewajiban bunga atas hutang yang terkait dengan
proyek atau investasi.
Sebagai ilustrasi, misalkan perusahaan XYZ menginvestasikan $ 1.000 dalam sebuah
proyek, $ 800 di antaranya adalah ekuitas dan $ 200 di antaranya adalah utang. Arus kas
tahunan setelah satu tahun diproyeksikan menjadi S 146 Tarif pajak adalah 25%, dan baik
bunga maupun biaya utang masing-masing 7%, sedangkan laba atas ekuitas adalah 15%.
APV-NPV PV dari keuntungan pembiayaan hutang
NPV--$1000 init invest ($146 am ret./0,15 rel on eq)--$26,67 PV of debt fin adv(0.25 tax rate
($200 debt 0.07 debt int.))/(1-(1/(1+0.07 debt cost)))
= $3.5/0.0655
= $53.44
APV= -$26.67 NPV + $53.44 PV of debt fin, adv.
APV = $26.77
Dalam hal ini, keuntungan pajak bagi perusahaan XYZ untuk pembiayaan dengan ekuitas
saja membuat proyek tersebut menguntungkan yang tercermin dari APV positif. Jika bukan
karena keuntungan ini, proyek tidak akan diterima berdasarkan NPV negatifnya.
2.8 Pengambilalihan Perusahaan
Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang
perseorangan untuk megambil alih saham perseroan, yang mengakibatkan beralihnya
pengendalian atas perseroan tersebut (Pasal 1 Angka 11 Undang -Undang Nomor. 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas (UU No. 40 tahun 2007). Pengambilalihan dilakukan dengan
cara pengambilalihan saham yang telah dikeluarkan dan atau akan dikeluarkan oleh perseroan
melalui direksi perseroan atau langsung dari pemegang saham (Pasal 125 UU No. 40 Tahun
2007). Secara yuridis cara yang ditempuh untuk mengambil alih suatu perusahaan adalah
dengan membeli saham-saham baik sebagian atau seluruhnya dari perusahaan tersebut.
Pengambilalihan perusahaan atau akuisisi dapat dilakukan secara internal atau eksternal,
akuisisi internal adalah akuisisi terhadap perusahaan dalam kelompok sendiri, sedangkan
akuisisi eksternal adalah akuisisi terhadap perusahaan diluar kelompok atau perusahaan dari
kelompok lain. Perusahaan pengakuisisi biasanya perusahaan besar yang memiliki dana yang
kuat, manajemen yang baik, dan jaringan yang luas, serta terkelompok dalam konglomerasi.
Akuisisi dapat terjadi secara terpaksa (unfriendly takeover/hostile takeover) dan
sukarela/ramah (friendly takeover), yang dimaksud dengan akuisisi secara terpaksa atau
(unfriendly takeover/hostile takeover) adalah
perusahaan kecil yang sulit berkembang terakuisisi oleh perusahaan yang lebih besar dan
tergolong perusahaan konglomerasi.
Sedangkan akuisisi sukarela/ramah (friendly takeover) adalah perusahaan kecil yang
memang ingin diakuisisi oleh perusahaan konglomerasi tersebut. Dalam pengambilalihan
perusahaan atau akuisisi terdapat beberapa kelebihan yaitu, perusahaan masih menggunakan
nama lama dan tidak memerlukan surat izin untuk usaha baru, sedangkan kekurangan dari
pengambilalihan perusahaan atau akuisisi yaitu, mudah terjadi duplikasi atau pemborosan dan
kepemilikan perusahaan berubah. Kepentingankepentingan yang perlu diperhatikan dalam
pengambilalihan perusahaan atau akuisisi yaitu, perseroan pemegang saham minoritas,
karyawan perseroan, kreditor dan mitra usaha lainnya dari perseroan, masyarakat dan
persaingan sehat dalam melakukan usaha.
Pengambilalihan perusahaan atau akuisisi adalah suatu perbuatan hukum yang tentunya
akan menimbulkan akibat hukum tersendiri baik terhadap status dari perusahaan PT (Perseroan
Terbatas) tersebut maupun status terhadap pekerja dari perusahaan PT yang bersangkutan.
Karena proses pengambilalihan perusahaan atau akuisisi dilakukan dengan cara pembelian
sebagian atau seluruhnya saham dari perusahaan perseroan yang diambil alih, maka akibat
hukumnya bagi status perusahaan perseroan yang diambil alih adalah beralihnya pengendalian
perseroan tersebut sebesar saham yang dibeli oleh pihak yang mengambil alih.
Dengan beralihnya pengendalian dari perseroan tersebut, maka status pekerja pada perseroan
yang bersangkutan berdasarkan Pasal 61 ayat 2 dan 3 Undang-Undang Nomor. 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, bahwa pada prinsipnya perjanjian kerja antara perusahaan dengan
pekerja atau buruh tidak berakhir secara otomatis karena beralihnya hak atas perusahaan
kecuali jika diperjanjikan lain dalam perjanjian peralihan perusahaan. Berdasarkan Pasal 63
ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, bahwa
hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha akan berakhir apabila pihak pekerja itu sendiri
yang tidak mau lagi bekerja sama dengan pemilik perusahaan yang baru atau sebaliknya
dimana pihak pengusaha yang tidak mau lagi bekerja sama dengan pekerja yang lama.

2.9 Taktik Defensif


Tidak semua perusahaan mau untuk diakuisisi ataupun melakukan merger, berikut uraian
taktik defensive yang pernah diakukan untuk menolak upaya tidak merger dan akuisisi.
1. Anggaran dasar korporasi
Berbagai perusahaan biasanya mengamademen anggaran dasar perusahaan untuk membuat
proses akuisisi menjadi sulit. Contohnya, biasanya 2/3 (67%) dari pemegang saham yang
tercatat harus menyetujui merger tersebut atau mungkin dibuat menjadi 80% untuk
mempersulit proses tersebut.
2. Perjanjian pembelian kembali dan pembatasan
Perjanjian pembatasan adalah kontrak dimana perusahaan penawar setuju untuk membatasi
kepemilikannya dalam perusahaan target.
3. Poison pill dan rencana suara saham
Strategi yang dijalankan dapat berupa :
[1] membuat hutang perusahaan membengkak dan harus segera dibayar jika perusahaan
tersebut mengalami take over oleh major share holder.
[2] manajemen membuat kebijakan dapat membeli kembali saham perusahaan dengan porsi
kepemilikan saham, umumnya mencapai share 50%.
[3] mengeluarkan kebijakan untuk pembuatan saham preferen, yang dapat memberikan
penggantian khusus pada pemegang saham lama jika pengambilalihan terjadi.
4. Transaksi going private dan buyout leverage
Going private ketika saham yang dimiliki public digantikan dengan kepemilikan ekuitas
lengkap oleh kelompok pribadi, sebagai konsekuensinya saham perusahaan ditarik dari pasar
(jika ini adalah saham yang diperdagangkan dibursa maka akan delisting).
5. Alat lain dan jargonnya dalam pengambilalihan korporasi.

2.10 Going Private dan Leverage Boyout


Swastanisasi (going private) adalah mengubah perusahaan publik menjadi milik pribadi
(swasta). Leverage Buyout adalah transasksi going private yang dibiayai dengan hutang. Ciri
LBO adalah pembelian dilakukan dengan kas, bukan dengan saham.
Pembelian terutang (bahasa Inggris: leveraged buyout; LBO) adalah akuisisi (biasanya
perusahaan, tetapi bisa pula aset tunggal seperti real estat) yang harga belinya dibantu oleh
gabungan saham dan utang dan yang arus kas atau aset targetnya dipakai untuk menjamin dan
melunasi utang. Karena utang biasanya memiliki biaya modal yang lebih rendah daripada
saham, imbal balik saham meningkat seiring peningkatan utangnya.Utang tersebut otomatis
menjadi dongkrak untuk menambah imbal balik yang menjadi asal usul istilah LBO.
Going Private adalah aktivitas transformasi perusahaan publik kembali menjadi perusahaan
privat. Sementara, LBO adalah akuisisi perusahaan oleh sejumlah kecil investor, atau pihak
manajemen dengan pendanaan hutang yang relatif besar. Proses turn aroundbisnis dan
improvement terhadap aktivitas bisnis perusahaan menjadi ciri khas utamaaktivitas LBO. LBO
oleh pihak manajemen dikenal juga dengan sebutan management buy out(MGO).
LBO seringkali berdampak pada aktivitas going private. Perusahaan yang menjadi target
LBO umumnya adalah distresscompanyyang mengalami kesulitan keuangan namun masih
potensial untuk dikembangkan karena alasan potensi pertumbuhan industri yang tinggi, operasi
perusahaan masih sehat, ataupun kekurangan modal untuk ekspansi.
Modus operasi LBO adalah:
1. Penggalangan dana, dalam bentuk surat hutang. Modal manajemen dalam mengakuisisi
umumnya hanya 10%, sementara sisanya didanai melalui hutang
2. Menyusun program insentif bagi manajemen. Pengelolaan perusahaan pasca LBO dapat
diserahkan pada top manajer perusahaan yang diakuisisi, atau LBO specialistyang bertugas
untuk melakukan business turn around.Manajemen dapat diberikan optionatau
warrantsuntuk pembelian saham perusahaan.
Seiring dengan peningkatan harga saham perusahaan maka manajemen diuntungkan oleh
kenaikan harga saham tersebut, yang menurut penelitian mencapai sekitar 30% (Weston, et.
al., 2004). Manajemen juga dapat diberikan tambahan insentif dalam bentuk persentase tertentu
dari kenaikan harga saham. Dalam transaksi LBO, investorumumnya menuai keuntungan
transaksi pada tahun ke 3-5. Salah satu aksi LBO yang baru terjadi di Indonesia adalah akuisisi
Apexindo (APEX) oleh Mitra Adiperkasa (MIRA).
Untuk mengakuisisi APEX, MIRA mengeluarkan biaya sebesar Rp6,93 triliun. Untuk
membiayai akuisisi tersebut MIRA menerbitkan hutang senilai USD525 juta yang jatuh tempo
pada 2010 (Danareksa Debt Research, 2009). Pasca akuisi MIRA-pun delistingdari lantai bursa
dan menjadi perusahaan privat.

2.11 Divestasi
Divestasi merupakan aktivitas mengurangi beberapa jumlah aset dalam rangka
memperoleh keuntungan lebih besar di masa mendatang.
Dalam hal ini, bukan berarti divestasi merupakan hal yang merugikan. Sebab tujuan dari
divestasi yaitu mendapatkan keuntungan lebih tinggi dari sebelumnya.
Secara sederhana, contoh divestasi adalah menjumlah sejumlah lot saham ketika harga di
pasar sedang tinggi. Hal ini dilakukan agar investor mendapatkan profit lebih besar. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa strategi divestasi adalah beberapa langkah-langkah
strategis yang dilakukan untuk mengurangi aset agar memperoleh laba semakin besar.
Tujuan divestasi dilakukan, Sudah dibahas sebelumnya, utamanya tujuan strategi divestasi
adalah meraih keuntungan sebesar-besarnya. Namun, tidak hanya itu saja. Terdapat tujuan lain
dari aktivitas divestasi.
Adapun tujuan divestasi adalah berikut ini :
1. Normalisasi Aset
Pertama, tujuan divestasi adalah normalisasi aset. Biasanya suatu aset memiliki beban
biaya tambahan seperti biaya pajak, biaya perawatan, dan sejenisnya. Agar
pengeluaran-pengeluaran tersebut tidak terlalu besar, maka perusahaan perlu
melakukan tindakan pengurangan aset atau disebut divestasi.
2. Mengurangi Beban Kerugian
Tujuan divestasi berikutnya adalah mengurangi beban kerugian. Tidak semua investasi
menghasilkan keuntungan sesuai harapan. Daripada harus menanggung kerugian,
biasanya investor akan melakukan divestasi.
3. Efisiensi Profit Jangka Panjang
Tujuan divestasi terakhir adalah efisiensi profit untuk jangka panjang. Setiap investor
menginginkan profit maksimal, sehingga terkadang perlu melakukan pengorbanan.
Divestasi adalah salah satu pengorbanan paling umum dilakukan.Akan tetapi, biasanya
sebelum melakukan divestasi, investor akan melakukan perhitungan agar tahu sebesar
apa risiko divestasi yang dihadapinya.
a. Dampak Divestasi Bagi Investor
Strategi divestasi adalah strategi yang dapat memunculkan dampak langsung dan tidak
langsung bagi investor. Ada yang berdampak positif, namun ada pula yang berdampak negatif.
Selengkapnya tentang dampak divestasi adalah sebagai berikut.
1. Pengembalian Dana Investasi
Pertama, dampak divestasi adalah modal investasi milik investor dapat kembali dalam
jangka waktu pendek. Sebab begitu investor memutuskan melepas aset, ia pun akan
menerima uang yang diinvestasikan di awal. Akan tetapi, hal ini tidak selamanya baik,
karena jika ingin uang tersebut berputar menjadi profit, investor harus mencari
instrumen investasi lainnya.
2. Pengurangan Pendapatan
Dampak selanjutnya divestasi adalah pendapatan rutin menjadi berkurang. Investor
biasanya akan memperoleh pendapatan rutin berupa dividen atau return tiap periode
tertentu. Akan tetapi, saat divestasi, investor akan kehilangan salah satu sumber passive
income.
Meski demikian, divestasi mungkin malah akan menambah pendapatan jika
instrumen investasi selama ini hanya mengalami kerugian.
3. Hilangnya Hak Atas Sebuah Perusahaan
Dampak divestasi berikutnya adalah hilangnya hak atas sebuah perusahaan. Saat
melakukan penanaman modal, seorang investor akan mendapat sekian persentase
kepemilikan perusahaan. Akan tetapi, saat modal tersebut dicabut, otomatis investor
juga akan kehilangan kepemilikannya.
4. Potensi Redistribusi Kekayaan
Terakhir, dampak divestasi adalah berpotensi redistribusi kekayaan. Maksudnya ialah
hasil keuntungan dari aset yang dikurangi atau terjual, dapat dimanfaatkan untuk
aktivitas produktif lainnya sehingga mampu menghasilkan keuntungan kembali. Akan
tetapi, Anda perlu memastikan analisa divestasi Anda akurat sehingga benar-benar
menghasilkan profit.
b. Macam-Macam Metode Divestasi
Kegiatan divestasi dapat dilakukan dengan beragam metode, antara lain:
1. Metode Direct Selling
Pertama, metode divestasi adalah direct selling. Metode ini merupakan cara divestasi
yang banyak diterapkan oleh banyak kalangan. Sebab cara ini terbilang mudah dan
potensi profit terlihat menjanjikan. Aktivitas direct selling dapat dijumpai pada
kegiatan penjualan saham, unit bisnis, beberapa aset perusahaan dan sejenisnya.
2. Metode Spin-Off
Metode spin-off adalah metode divestasi yang meleburkan suatu divisi menjadi entitas
lain secara terpisah. Maksud dari entitas adalah jenis perusahaan yang masih satu
bagian dengan perusahaan induk. Cara ini akan berpengaruh pada pembagian
pemegang saham entitas, meskipun pemegang saham akan tetap sama dengan
sebelumnya. Selain itu, profit yang didapatkan dari metode spin-off bukan berupa uang
tunai, melainkan efisiensi biaya.
3. Metode Carve-Out
Metode carve-out adalah metode divestasi dimana sebuah cabang dari perusahaan
induk melepaskan diri menjadi sebuah entitas yang terpisah. Sehingga entitas baru tak
ada kaitannya dengan perusahaan sebelumnya. Setelah itu, cabang perusahaan tersebut
akan ditawarkan sahamnya ke masyarakat. Meski demikian, tidak semua cabang
perusahaan dapat di-divestasi menggunakan metode ini. Anda wajib memastikan dulu
cabang perusahaan tersebut punya kemampuan berdiri sendiri dari segi branding di
masyarakat.
4. Metode Tracking Stock
Metode tracking stock adalah strategi divestasi dengan memilih satu unit bisnis paling
menghasilkan keuntungan dan menjual sahamnya ke masyarakat. Sekilas, metode ini
mirip dengan metode carve-out. Akan tetapi, dalam metode tracking stock, perusahaan
induk tidak melepas 100% saham unit bisnis. Kepemilikan terbesar unit bisnis tersebut
tetap ada dalam kuasa perusahaan induk.
c. Contoh Divestasi di Indonesia
Di Indonesia, kegiatan divestasi dapat dijumpai pada perusahaan-perusahaan berskala
besar, dengan berbagai tujuan melatarbelakanginya. Adapun di Indonesia, beberapa contoh
divestasi adalah sebagai berikut :
1. Divestasi PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM)
Pertama, contoh divestasi adalah perusahaan PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM) yang
bergerak di bidang tambang tanah air melakukan penjualan 20% saham kepemilikannya
kepada PT Dairi Prima Mineral di tahun 2018. Langkah ini diambil agar keuangan
perusahaan semakin kuat dan bisa berfokus pada bisnis inti perusahaan.
2. Divestasi Standard Chartered Bank (StanChart)
Selanjutnya, contoh divestasi adalah perusahaan Standard Chartered Bank (StanChart)
menjual saham kepemilikan senilai 45% kepada Bank Permata di tahun 2019. Hal ini
dilakukan sebagai tujuan perusahaan untuk memperoleh modal lebih besar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Merger dan akuisisi merupakan strategi penggabungan usaha yang biasa dilakukan oleh
perusahaan sejak lama. Pada dasarnya pengertian antara merger dan akuisisi berbeda satu sama
lainnya. Merger merupakan suatu penggabungan usaha yang dilakukan dengan cara
menggabungkan diri dengan perusahaan lain, sedangkan akuisisi adalah suatu bentuk
penggabungan usaha yang dilakukan dengan cara mengambil alih perusahaan lain.
.Merger dan akuisisi adalah strategi penggabungan usaha yang populer dan penting.Namun
demikian baik bagi perusahaan besar maupun perusahaan kecil, banyak merger dan akuisisi
yang tidak menghasilkan keuntungan financial seperti yang diharapkan oleh perusahaan
pengakuisisi.

3.2 Saran
Saran dari penulis antara lain :
1. Bagi perusahaan :
a. Bagi perusahaan yang belum berpengalaman dalam melakukan merger dan
akuisisi,sebaiknya perusahaan lebih mempertimbangkan secara matang dalam mengambil
keputusan merger dan akuisisi dengan mempelajari dan meneliti terlebih dahulu kasus-kasus
merger dan akuisisi sebelumnya.
b. Apabila tindakan merger dan akuisisi dilakukan, sebaiknya manajemen lebih fokusterhadap
proses perencanaan, mengingat biasanya terjadi sudut pandang yang berbeda-beda antara
fungsi organisasi dalam menanggapi pengambilan keputusan merger dan akuisisi.
c. Sebaiknya manajemen merencanakan strategi yang kuat dalam menjalankan tindakan merger
dan akuisisi.
d. Lebih selektif dalam pemilihan perusahaan target.
e. Bagi perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi untuk tujuan jangkan panjang,agar
tetap fokus pada tujuan jangka pendeknya.
2. Bagi investor agar lebih berhati-hati dalam menyikapi merger dan akuisisi yang dilakukan
perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA

➢ https://www.e-akuntansi.com/efek-samping-keuangan-dari-
akuisisi/#:~:text=Pertumbuhan%20keuntungan%20dari%20perusahaan%20yang,d
engan%20pertumbuhan%20keuntungan%20yang%20rendah
➢ https://blog.skillacademy.com/merger-
adalah#:~:text=Salah%20satu%20kemungkinan%20buruk%20yang,hal%20ini%2
0tentunya%20membutuhkan%20waktu
➢ http://eprints.undip.ac.id/29463/1/Skripsi005.pdf
➢ https://www.studocu.com/id/document/universitas-islam-indonesia/accounting-
information-system/mkl-prsentasi-manajemen-keuangan/10167535
➢ https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthasemaya/article/download/10494/7556/
➢ https://www.e-akuntansi.com/taktik-defensif/
➢ https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/06/09/divestasi-adalah
➢ http://repository.maranatha.edu/14183/7/0752347_Conclusion.pdf
➢ https://www.academia.edu/18371353/BAB_I_dan_BAB_II_AKUISISI_GOING_
PRIVAT_DAN_DIVESTASI
➢ https://eprints.uny.ac.id/8555/3/BAB%202%20-%2008408144002.pdf
➢ https://cerdasco.com/sinergi/
➢ https://www.coursehero.com/file/p3qinca/Tiga-bentuk-dasar-akuisisi-Ada-tiga-
prosedur-dasar-yang-dapat-dilakukan/
➢ https://repository.unikom.ac.id/64073/1/BENTUK-
BENTUK%20KERJASAMA%20DALAM%20BISNIS.pptx
➢ http://web-suplemen.ut.ac.id/ekma5309/proses2b.htm

Anda mungkin juga menyukai