Anda di halaman 1dari 20

MAKSIMALISASI LABA

Dosen Pengampu:

Endang Susilo Wardani S.pd.I.,MM.Pd

Disusun Oleh:

Achmad Fikih Hidayat 231010500639

Aurellya Habibilah 231010500595

Dina Gipi Anggraini 231010500648

Sandra Devi 231010500652

PRODI MANAJEMEN S1

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PAMULANG

TAHUN AJARAN 2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkatnya kami
dapat menyelesaikan tugas Maksimalisasi Laba yang diberikan oleh Ibu Endang
Susilo Wardani S.pd.I.,MM.Pd

sebagai dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Mikro. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari Teknik penulisan maupun materi
mengingat kemampuan yang kami miliki.

oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Sebelumnya, kami mohon maaf jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.
Semoga dengan penyusunan makalah ini memberikan manfaat bagi pembaca
sehingga dapat menambah pengetahuan dan pemahaman diri. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Tangerang Selatan, 05 Maret 2024

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2
1.4 Manfaat .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 4
2.1 Pengertian Maksimalisasi Laba......................................................................... 4
2.2 Faktor-Faktor Maksimalisasi Laba .................................................................. 6
1. Analisis Pertumbuhan Laba ............................................................................ 7
a. Analisis Fundamental ........................................................................................ 7
b. Analisis Teknikal ............................................................................................... 8
2.3 Macam-Macam Pendekatan Maksimalisasi Laba ........................................... 8
1. Pendekatan Totalitas (Totality Approach) ........................................................ 8
2. Pendekatan Marginal (Marginal Approach) .................................................. 11
3. Pendekatan rata-rata (average approach) ...................................................... 13
BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 16
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 16
B. Saran......................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSAKA .................................................................................................... 17

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Maksimalisasi laba adalah konsep fundamental dalam teori ekonomi mikro
yang membahas perilaku perusahaan. Teori ini menjelaskan bagaimana
perusahaan berusaha mencapai laba sebesar mungkin dengan
mempertimbangkan berbagai faktor seperti biaya, harga pasar, dan tingkat
produksi. Dalam pandangan ekonomi tradisional, tujuan utama perusahaan
adalah untuk mencapai laba maksimal bagi pemegang saham. Keuntungan
ini digunakan untuk mendukung pertumbuhan perusahaan, investasi, dan
pembayaran dividen. Dalam pasar persaingan sempurna, perusahaan akan
berusaha untuk mencapai titik di mana pendapatan tambahan sama dengan
biaya tambahan (MR = MC), karena hal ini akan menghasilkan laba
maksimal. Meskipun maksimalisasi laba dianggap sebagai tujuan utama
perusahaan dalam teori ekonomi tradisional, pendekatan ini telah dikritik
karena dapat mengabaikan aspek sosial, lingkungan, dan keberlanjutan
dalam pengambilan keputusan perusahaan. Perusahaan menggunakan
berbagai strategi untuk mencapai maksimalisasi laba, seperti penetapan
harga yang tepat, pengendalian biaya, inovasi produk, ekspansi pasar, dan
lain sebagainya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian maksimalisasi laba?
2. Apa saja faktor-faktor maksimalisasi laba?
3. Bagaimana contoh kasus maksimalisai laba?
4. Apa saja macam-macam pendekatan dalam memaksimalisasi laba?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi maksimalisasi laba
2. Untuk mengetahui faktor-faktor maksimalisasi laba
3. Untuk mengetahui bagimana maksimalisasi laba
4. Untuk mengetahui macam-macam maksimalisasi laba
1.4 Manfaat
Maksimalisasi laba memiliki sejumlah manfaat yang signifikan bagi
perusahaan dan organisasi. Berikut adalah beberapa manfaat utama:

Pengembangan dan Pertumbuhan: Dengan maksimalisasi laba, perusahaan


dapat mengalokasikan lebih banyak sumber daya untuk investasi dalam
penelitian, pengembangan, dan ekspansi bisnis. Laba yang lebih besar
memungkinkan perusahaan untuk memperluas operasi mereka,
mengembangkan produk baru, atau memasuki pasar baru.

Stabilitas Keuangan: Maksimalisasi laba membantu perusahaan


menciptakan kestabilan keuangan yang lebih besar. Laba yang konsisten
dan substansial memungkinkan perusahaan untuk mengatasi tantangan
keuangan yang mungkin muncul, seperti fluktuasi pasar atau biaya
produksi yang meningkat.

Peningkatan Nilai Pemegang Saham: Salah satu tujuan utama dari setiap
perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai bagi pemegang saham.
Maksimalisasi laba secara konsisten dapat meningkatkan harga saham
perusahaan, memberikan pengembalian yang lebih baik kepada pemegang
saham, dan menarik minat investor potensial.

Kemampuan untuk Memberikan Dividen dan Bonus: Laba yang meningkat


memungkinkan perusahaan untuk memberikan dividen kepada pemegang

2
saham dan bonus kepada karyawan sebagai penghargaan atas kinerja yang
baik. Ini dapat meningkatkan kepuasan pemegang saham dan memotivasi
karyawan untuk terus bekerja dengan baik.
Peningkatan Efisiensi Operasional: Maksimalisasi laba mendorong
perusahaan untuk mencari cara untuk meningkatkan efisiensi operasional
mereka. Hal ini dapat mencakup pengurangan biaya, peningkatan
produktivitas, atau pengoptimalan rantai pasokan. Dengan mengurangi
pemborosan dan meningkatkan efisiensi, perusahaan dapat meningkatkan
laba mereka.
Kemampuan untuk Menghadapi Tantangan dan Persaingan: Laba yang
maksimal memberikan perusahaan sumber daya yang diperlukan untuk
menghadapi tantangan pasar dan persaingan yang mungkin muncul.
Dengan memiliki cadangan keuangan yang kuat, perusahaan dapat
bertahan dalam lingkungan bisnis yang dinamis dan menanggapi
perubahan pasar dengan cepat.

3
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Maksimalisasi Laba


Maksimalisasi laba adalah tujuan utama dari sebuah perusahaan atau organisasi
yang bertujuan untuk menghasilkan keuntungan sebanyak mungkin dari
kegiatan operasionalnya. Konsep ini mendasari strategi dan keputusan bisnis
yang diambil oleh manajemen perusahaan untuk meningkatkan pendapatan,
mengurangi biaya, dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya agar
mencapai laba yang maksimal. Maksimalisasi laba seringkali dianggap sebagai
salah satu prinsip utama dalam teori ekonomi neoklasik dan dalam praktik
bisnis. Namun, ada juga pendekatan lain dalam manajemen perusahaan yang
mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti pertumbuhan jangka panjang,
keberlanjutan, dan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Penting untuk
dicatat bahwa maksimalisasi laba tidak selalu berarti mengabaikan aspek etika,
keberlanjutan, atau tanggung jawab sosial. Banyak perusahaan modern
memperhatikan dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan bisnis mereka serta
memperhitungkan kepentingan berbagai pemangku kepentingan (stakeholders)
dalam proses pengambilan keputusan. Laba merupakan tujuan utama suatu
pengusaha dalam menjalankan usahanya. Proses produksi dilaksanakan
seefisien mungkin dengan tujuan untuk meningkatkan keuntungan. Menurut
Sunaryo laba adalah selisih antaratotal pendapatan dengan total biaya, yang
merupakan insentif bagi produsen untuk melakukan produksi. Keuntungan
inilah yang mengarahkan produsen untuk mengalokasikan sumber daya ke
proses produksi tertentu. Laba atau profit dalam ilmu ekonomi murni
didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seseorang investor sebagai hasil
penanam modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan
penanaman modal tersebut (termasuk didalamnya, biaya kesempatan).
Keuntungan total merupakan penerimaan total (TR) dikurangi dengan biaya

4
total (TC), Keuntungan total akan mencapai maksimum apabila selisih positif
antara TR dengan TC mencapai angka terbesar. Secara sistematis laba dapat
dirumuskan π=TR-TC, perusahaan dapat dikatakan memperoleh keuntungan
apabila selisihnya bernilai positif (n>0) dimana TR harus lebih besar dari pada
TC (TR-TC). Tanpa diperoleh laba, perusahaan tidak dapat memenuhi tujuan
lainnya yaitu pertumbuhan yang terus-menerus (going concern) dan tanggung
jawab sosial (corporate social responsibility). Untuk menjamin agar perusahaan
mampu menghasilkan laba, maka manajemen perusahaan harus merencanakan
dan mengendalikan 2 faktor penentu laba yaitu (1) pendapatan (2) biaya. (Ellys
Delfrina Sipangkar, 2008) Sementara itu laba dalam akuntansi sendiri,
didefinisikan sebagai selisih antara harga penjualan dengan biaya produksi.
Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka
laba diharapkan cukup kaya untuk mempresentasi kinerja perusahaan secara
keseluruhan. Akan tetapi teori akuntansi sampai saat ini belum mencapai
kemantapan dalam pemaknaan dan pengukuran laba. Laba merupakan selisih
antara penerimaan total dan biaya total. Penerimaan total- jumlah yang diterima
dari penjualan produk (qx P). Untuk memaksimalkan laba yang diperoleh setiap
perusahaan bisa dicapai melalui bermacam-macam cara antara lain ialah
melalui efisiensi di semua bidang, seperti produksi, sumber daya manusia,
maupun keuangan. Dalam teori ekonomi mikro, tujuan perusahaan adalah
mencari keuntungan secara teoritis laba adalah kompensasi atau resiko yang di
tanggung oleh perusahaan, semakin besar resiko semakin pula laba yang di
peroleh. Untuk bagian laba terdapat dua jenis laba yaitu laba bisnis (pendapatan
penjualan -biaya exsfilisit dalam menjalankan bisnis), dan laba ekonomi (laba
bisnis biaya modal yang implisit dan masukan lain yang disediakan pemilik dan
pergunakan perusahaan).

5
Eksplisit cost merupakan biaya yang pengeluarannya ada bukti jelas contoh
gaji, listrik,bbm, dan lain-lain sedangkan implisit cost merupakn biaya yang tak
terlihat jelas tetapi tetap harus diakomodir sebagai biaya.

2.2 Faktor-Faktor Maksimalisasi Laba


Menurut Angkoso menyebutkan bahwa pertumbuhan laba dipengaruhi oleh
berapa faktor antara lain:

a. Besarnya perusahaan. Semakin besar suatu perusahaan, maka ketepatan


pertumbuhan laba yang diharapkan semakin tinggi.

b . Umur perusahaan. Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki


pengalaman dalam mengingkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah.

c. Tingkat leverage. Bila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi,


maka manajer cenderung memanipulasi laba sehingga dapat mengurangi
ketepatan pertumbuhan laba.

d. Tingkat penjualan. Tingkat penjualan di masa lalu yang tinggi, semakin


tinggi tingkat penjualan di masa yang akan datang sehingga pertumbuhan laba
semakin tinggi.

e. Perubahan laba masa lalu. Semakin besar perubahan laba masa lalu,
semakin tidak pasti laba yang diperoleh di masa mendatang.

Berdasarkan penelitian terdahulu faktor-faktor yang mempengaruhi


pertumbuhan laba hanya dilihat dari rasio keuangan. Rasio keuangan yang
mempengaruhi pertumbuhan laba pada perusahaan industri barang konsumsi
menurut Angkoso antara lain Debt Ratio dan Return On Equity. Pada
perusahaan manufaktur menurut Widiasih antara lain Gross Profit Margin dan
Leverage. Sedangkan pada KPRI Semarang menurut Haryanti antara lain Total
Asset Turnover, Net Profit Margin dan Return On Investment.

6
1. Analisis Pertumbuhan Laba
Menurut Angkoso ada dua macam analisis untuk menentukan pertumbuhan
laba yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal, tetapi dalam penelitian ini
analisis yang digunakan adalah analisis fundamental.

a. Analisis Fundamental
Analisis fundamental merupakan analisis yang berhubungan dengan kondisi
keuangan perusahaan. Dengan analisis fundamental diharapkan calon investor
akan mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya
menjadi milik investor, apakah sehat atau tidak, apakah menguntungkan atau
tidak dan sebagainya. Hal ini penting karena nantinya akan berhubungan
dengan hasil yang akan diperoleh dari investasi dan risiko yang harus
ditanggung.

Analisis fundamental merupakan analisis historis atas kekuatan keuangan dari


suatu perusahaan yang sering disebut dengan company analysis. Data yang
digunakan adalah data historis, artinya data yang telah terjadi dan
mencerminkan keadaan keuangan yang sebenarnya pada saat dianalisis. Dalam
company analysis para analis akan menganalisis laporan keuangan perusahaan,
salah satunya dengan rasio keuangan. Para analis fundamental mencoba
memprediksikan pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan
mengestimasi faktor fundamental yang mempengaruhi pertumbuhan laba yang
akan datang, yaitu kondisi ekonomi dan kondisi keuangan yang tercermin
melalui kinerja perusahaan.

7
b. Analisis Teknikal
Analisis teknikal sering dipakai oleh investor, dan biasanya data atau catatan
pasar yang digunakan berupa grafik. Analisis ini berupaya untuk memprediksi
pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengamati perubahan laba
di masa lalu. Teknik ini mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan posisi
keuangan perusahaan.

2.3 Macam-Macam Pendekatan Maksimalisasi Laba


1. Pendekatan Totalitas (Totality Approach)
cara Pendekatan totalitas merupakan pendekatan dengan membandingkan
pendapatan total (TR) dan biaya total (TC). Pendekatan total (TC) adalah sama
dengan jumlah unit output yang terjual (Q) dikalikan dengan harga output per
unit (P), maka TR = P.Q. Sedangkan biaya total (TC) adalah samadengan biaya
tetap (FC) ditambah dengan biaya variable (VC), maka TC = FC + VC. Dalam
pendekatan totalitas biaya variable per unit output dianggap konstan sehingga
biaya variable adalah jumlah output (Q) di kalikan dengan biaya variable per
unit (v), maka VC=v.Q. Sehingga dapat disimpulkan bahwa π=P.Q-(FC+v.Q).
Implikasi dari pendekatan totalitas ini adalah perusahaan menempuh. strategi
penjualan maksimum (Maximum Selling). Sebab semakin besar penjualan
semakin besar laba yang diperoleh. Hanya saja sebelum mengambil keputusan,
perusahaan harus menghitung berapa unit output yang harus diproduksi untuk
mencapai titik impas. Kemudian besarnya output tadi dibandingkan dengan
potensi permintaan efektif.

8
Q P TR TC Keuntungan Total
1 5 5 17 -12
2 5 10 18,5 -8,5
3 5 15 19,5 -4,5
4 5 20 20,75 -0,75
5 5 25 22,25 2,75
6 5 30 24,25 5,75
7 5 35 27,5 7,5
8 5 40 32,5 7,5
9 5 45 40,5 4,5
10 5 50 52,5 -2,5

Dari tabel tersebut produsen akan menjual produknya sebanyak 8 unit yaitu
pada saat selisih antara TR dan TC adalah yang paling besar. Dengan tingkat
harga yang terjadi di pasaran sebesar 5, maka produsen akan memperoleh
keuntungan maksimum yaitu sebesar 7,5.

Pendekatan totalitas sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari, karena


memang mudah dan sederhana. Namun cara ini memiliki kelemahan:

a. Dalam praktik sulit membedakan antara biaya tetap dengan biaya variabel.
Misalnya listrik yang digunakan perusahaan ada yang untuk pabrik (dapat
menjadi biaya variabel); ada yang untuk kantor (dapat menjadi biaya tetap).
Atau seorang pegawai dalam perusahaan, terutama perusahaan keluarga, sering
bekerja rangkap untuk kegiatan administratif (biaya tetap) dan produksi (biaya
variabel).

9
b. Pendekatan ini mengabaikan gejala penurunan pertambahan hasil (LDR),
yang menyebabkan baik kurva biaya maupun kurva pendapatan tidak berbentuk
garis lurus. Karena itu pendekatan totalitas hanya dapat dipakai bila usaha yang
dianalisis relatif sederhana, dengan skala produksi tidak besar (massal).

Contoh Kasus:

Emilia adalah seorang dosen di kata Jambi. Sebagai seorang ibu rumah tangga
yang kreatH, dia merencanakan menambah penghasilan keluarga dengan
menjual jajanan anak-anak berupa permen coklat hasil olahannya sendiri.
Produknya dipasarkan ke beberapa sekolah dasar yang ada di sekitar tempat
tinggalnya. Jumlah permintaan potensial (dilihat dari jumlah murid yang diberi
uang jajan) adalah 1.000 orang per hari. Untuk mewujudkan rencananya, dia
hams membeli alat-alat produksi dan mesin cetak sederhana seharga Rp5 juta.
Biaya produksi per biji permen coklat Rp250,00. Harga jual per biji Rp500,00.
Apakah rencana di atas layak dilaksanakan? Untuk menjawabnya, kita dapat
menggunakan rumus dalam Persamaan (7.4).

Biaya pembelian alat produksi dan mesin cetak sederhana adalah biaya tetap
(FC), karena besarnya tidak tergantung jumlah produksi. Biaya variabel per
unit (v) adalah Rp250,00 sedangkan harga jual per unit (P) adalah Rp500,00
Untuk mencapai titik impas, jumlah output (permen coklat) yang harus terjual
(Q*) adalah:

Q* 5.000.000/ (500-250)=20.000 biji permen.

Untuk mencapai titik impas, permen coklat yang harus terjual 20.000 biji.
Apakah target ini terlalu berat? Sangat tergantung dari optimisme Ibu Emilia.
Jika dia bersikap pesimis, misalnya dengan mengatakan hanya sekitar 10% dari
permintaan potensial yang terjangkau, berarti setiap hari hanya dapat menjual
100 permen. Sehingga 20.000 biji permen akan terjual dalam waktu 200 hari.
Tetapi bila dia yakin minimal 50% potensi pasar terjangkau atau 500 biji

10
permen coklat per hari, 20.000 biji permen akan terjual hanya dalam waktu 40
hari. Setelah 20.000 biji permen, penjualan selanjutnya memberi keuntungan
Rp250,00 per biji, karena itu makin banyak permen yang dapat dijual, makin
besar laba yang diperoleh.

Pendekatan totalitas sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari, karena


memang mudah dan sederhana. Namun cara ini memiliki beberapa kelemahan:

a). Dalam praktik sulit membedakan antara biaya tetap dengan biaya variabel.
Misalnya listrik yang digunakan perusahaan ada yang untuk pabrik (dapat
menjadi biaya variabel); ada yang untuk kantor (dapat menjadi biaya tetap).
Atau seorang pegawai dalam perusahaan, terutama perusahaan keluarga, sering
bekerja rangkap untuk kegiatan administratif (biaya tetap) dan produksi (biaya
variabel).

b). Pendekatan ini mengabaikan gejala penurunan pertambahan hasil (LDR),


yang menyebabkan baik kurva biaya maupun kurva pendapatan tidak berbentuk
garis lurus (lihat kembali Bab 5 dan Bab 6. Karena itu pendekatan totalitas
hanya dapat dipakai bila usaha yang dianalisis relatif sederhana, dengan skala
produksi tidak besar (massal).

2. Pendekatan Marginal (Marginal Approach)


Analisis marginal ini mirip dengan analisis mencari kepuasan maksimum.
Analisis ini mendasarkan pada satu konsep yaitu keuntungan marginal yakni
tambahan keuntungan total sebagai akibat tambahan satu unit output. Untuk
mencari jumlah output yang menghasilkan keuntungan maksimum dapat
digunakan patokan sebagai berikut "Jika keuntungan. marginal masih positif
dengan menambah satu unit output maka output harus ditambah dan apabila
keuntungan marginal negative dengan menambah satu unit output maka output
harus dikurangi sampai keuntungan atau laba marginal= 0".

11
Dalam pendekatan marginal perhitungan laba dilakukan dengan membadingkan
biaya marginal (MC) dan pendapatan marginal (MR). Laba maksimum akan
tercapai pada saat MR=MC. Suatu perusahaan akan menambah keuntungannya
apabila menambah produksinya pada saat MR>MC yaitu hasil penjualan
marginal (MR) melebihi biaya marginal (MC). Dalam keadaan ini pertambahan
produksi dan penjualan akan menambah keuntungannya. Dalam keadaan
sebaliknya, yaitu apabila MR<MC, mengurangi produksi dan penjualan akan
mmenambah untung. Maka keuntungan maksimum di capai dengan keadaan di
mana MR=MC berlaku. sehingga n=TR-TC.

Q P=MR MC Keuntungan Total


1 5 - -12
2 5 1,5 -8,5
3 5 1 -4,5
4 5 1,25 -0,75
5 5 1,5 2,75
6 5 2 5,75
7 5 3,25 7,5
8 5 5 7,5
9 5 8 4,5
10 5 12 -2,5

Pada table d atas dicari kondisi pada saat MR=MC dimana pada kondisi
tersebut jumlah output yang dihasilkan adalah 8 unit dan tingkat keuntungan
yang diperoleh adalah sebesar 7,5

12
3. Pendekatan rata-rata (average approach)
Dalam pendekatan ini perhitungan laba per unit dilakukan dengan
membandingkan antara biaya produksi rata-rata (AC) dengan harga jual output
(P). Laba total adalah laba per unit dikalikan dengan jumlah output yang
terjual. Dapat dijelaskan secara matematis π=(P-AC).Q. Dari persamaan ini
perusahaan akan mencapai laba bila harga jual per unit output (P) lebih tinggi
dari biaya rata-rata (AC). Perusahaan hanya mencapai angka impas bila P sama
dengan AC.

Keputusan untuk memproduksi atau tidak didasarkan perbandingan besarnya P


dengan AC. Bila P lebih kecil atau sama dengan AC, Perusahaan hanya
mencapai angka impas bila P=AC. Keputusan untuk memproduksi didasarkan
pada perbandingan antara P dengan AC. Bila P lebih kecil atau sama dengan
AC maka perusahaan tidak mau memproduksi. Implikasi pendekatan rata-rata
adalah perusahaan atau unit laba usaha harus menjual sebanyak-banyaknya
(maximum Selling) Agar laba (π) makin besar.

Contoh Kasus:

PT Tani Makmur ingin menanam singkong di Lampung. Produk singkong akan


dibeli di lahan oleh produsen tapioka seharga Rp150,00 per kilogram. Setiap
hektar diperkirakan menghasilkan singkong minimal 25 ton. Berdasarkan studi
pendahuluan, biaya produksi seperti di bawah ini:

 Biaya persiapan lahan: Rp500.000,00 per hektar.


 Biaya penanaman dan perawatan (termasuk pupuk dan obat-obatan)
serta tenaga kerja: Rp1.000.000,00 per hektar.
 Biaya panen (pencabutan, pemotongan): Rp.10,00 per kg.

Jika perusahaan menargetkan keuntungan sebesar Rp 1.000.000.000,00 pada


musim tanam mendatang, berapa hektar singkong yang harus ditanam?
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghitung biaya rata-rata per

13
kilogram singkong, sampai siap dijual di lahan. Karena yang sudah ketahui
hanya biaya panen per kg, kita harus menghitung biaya rata-rata kilogram
persiapan lahan dan penanaman. Dari data-data di atas diketahui bahwa biaya
persiapan lahan, penanaman dan perawatan adalah Rp. 1.500.000,00 per hektar.
Jika per hektar lahan menghasilkan 25 ton singkong, maka biaya rata-rata
persiapan, penanaman dan perawatan adalah Rp.60,00 per kilogram. Sehingga
biaya rata-rata

per kilogram (AC) adalah Rp.60,00 + Rp10,00 sama dengan Rp70,00.

Karena harga jual singkong (P) adalah Rp150,00 per kilogram, maka =

π = (PAC).Q (7.6)

1.000.000.000= (150-70).Q

Q = (1.000.000.000: 80) kg

= 12.500.000 kg

= 12.500 ton

Jumlah singkong yang harus dihasilkan untuk mencapai laba Rpl miliar adalah
12.500 ton. Karena per hektar menghasilkan 25 ton, maka jumlah yang harus
ditanam adalah 500 hektar. Sama halnya dengan pendekatan totalitas,
pendekatan rata-rata juga banyak dipakai karena sederhana. Namun pendekatan
ini pun mengabaikan gejala penurunan pertambahan hasil (LDR). Contoh di
atas, menunjukkan bahwa perhitungan AC berdasarkan skala produksi satu
hektar. Padahal banyak perbedaan mendasar antara memproduksi satu hektar
dengan 500 hektar. Pada skala produksi satu hektar atau barangkali sampai
sepuluh hektar, perusahaan tidak mengalami masalah-masalah berarti dikaitkan
dengan kebutuhan SDM, teknologi produksi maupun manajemen. Dalam arti

14
kualitas SDM yang dibutuhkan tidak perlu tinggi, lahan bisa dikelola dengan
eknologi sederhana dan pengelolaan usaha cukup dengan manajemen keluarga.

Tetapi jika skala produksi ditingkatkan sampai 500 hektar, pengolahan tanah
hams menggunakan peralatan modem, perusahaan membutuhkan insinyur dan
tenaga keuangan yang mampu mengelola usaha bernilai ratusan juta atau
miliaran rupiah. Jika perusahaan harus menggunakan kredit sebagai sumber
pendanaan, maka organisasi perusahaan harus bersifat formal. Dengan kata lain
jenis dan kompleksitas kegiatan maupun pembiayaan makin banyak dan
meningkat, jika skala produksi ditambah. Karena itu perhitungan AC yang
akurat seharusnya dalam skala produksi 500 hektar. Angka biaya rata-rata (AC)
pada skala produksi 500 hektar bisa lebih besar atau lebih kecil dari AC pada
skala produksi satu hektar. Jika perusahaan menikmati skala produksi ekonomis
(economies of scale), maka biaya rata-rata (AC) akan lebih kedl dari Rp70,00
per kg (AC pada skala produksi satu hektar). Begitu juga sebaliknya.

15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai pemaksimalan laba, maka dapat
diambil kesimpulan seperti berikut:
1. Menurut Sunaryo keuntungan (laba) adalah selisih antara total
pendapatan dengan total biaya, yang merupakan insentif bagi produsen
untuk melakukan produksi. Pada intinya tujuan dari memaksimalkan
laba adalah mencari keuntungan bagi perusahaan tersebut yang sedang
produksi.
2. Adapun pendekatan-pendekatan yang ada di memaksimalkan laba
sebagai berikut:
a. Pendekatan Totalitas (Totality Approach)
Pendekatan totalitas merupakan pendekatan dengan cara
membandingkan pendapatan total(TR) dan biaya total (TC) maka TC =
FC + VC.
b. Pendekatan Marginal (Marginal Approach) yaitu hasil tambahan hasil
penjualan yang diperoleh perusahaan dari menjual perunit lagi barang
yang di produksi.
C. Pendekatan Rata - rata
Dalam pendekatan ini perhitungan laba per unit dilakukan dengan
membandingkan antara biaya produksi rata-rata (AC) dengan harga
jual output (P). Laba total adalah laba per unit dikalikan dengan
jumlah output yang terjual. Maka π=(P-AC).Q.

B. Saran
Sesuai dengan kesimpulan diatas, Penulis menyarankan setiap
Mahasiswa/i dapat memahami makalah Memaksimumkan Laba dan
Pasar Persaingan Sempurna

16
DAFTAR PUSAKA

Riyandari, A. (2010). Memaksimumkan Laba (Pendapatan Maksimum).


[Online]. Tersedia: http://riyandari.blogspot.co.id/2010/05/memaksimumkan-
laba-pendapatan-maksimum.html

Ade, N. (2013). Makalah Memaksimalkan keuntungan. [Online]. Tersedia :


http://adenovitpunya.blogspot.co.id/2013/05/makalah-memaksimalkan-
keuntungan.html

Gunawan, kaberet, 2010, Ekonomi Mikro, nora media enterprise, Kudus

Sukirno, sadono, 2002, Pengantar Teori Ekonomimikro, PT Raja Gafindo


Persada, Jakarta

Soeratno, 2011, Ekonomi Mikro Pengantar Edisi 3, Bagian Penerbitan Sekolah


Tinggi Ilmu

Ekonomi YKPN Yogyakarta, Yogyakarta

17

Anda mungkin juga menyukai