Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN

“PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN : PUSAT LABA”

DISUSUN OLEH:

Indah Amalia TH (20.11.1001.3408.030)

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Titin Ruliana, S.E, MM, AK

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA

2023
DAFTAR ISI

MAKALAH SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN ................................................. 1


KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................................... 4
1.2 Perumusan Masalah.................................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penulisan.......................................................................................................... 5
BAB II ....................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 6
2.1 Pengertian Pusat Laba ................................................................................................... 6
2.2 Delegasi Wewenang (Delegation of authory) ............................................................... 7
2.3 Divisionalisasi ................................................................................................................. 8
2.4 Unit Usaha Sebagai Pusat .............................................................................................. 9
2.5 Pusat Laba Lainnya ................................................................................................ 10
2.6 Mengukur Profitabilitas Pusat Laba .......................................................................... 12
BAB III.................................................................................................................................... 16
KESIMPULAN ...................................................................................................................... 16
BAB IV .................................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17
4.1 Pertanyaan dan Jawaban ............................................................................................ 17
4.2 Sumber/ Referensi Tugas............................................................................................. 17
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT, Karena berkat rahmat dan
hidayah dari Allah SWT, Saya dapat menyelesaikan Makalah Sistem Pengendalian Manajemen
yang berjudul “Pusat Pertanggungjawab: Pusat Laba” ini dengan tepat waktu. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi orang lain, dan dapat digunakan sebagai sumber refrensi yang
sekiranya bisa menjadi ilmu yang bermanfaat.

Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Samarinda, 25 Maret 2023

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perusahaan adalah suatu organisasi yang melakukan berbagai maccam jenis kegiatan
yang bertujuan untuk memperoleh laba dan mencapai pertumbuhan dalam jangka panjang.
Dalam dunia usaha dewasa ini, khususnya di Indonesia telah memacu tingkat persaingan yang
semakin ketat dibidang jasa, dagang dan industry. Proses menganalisis perusahaan, disamping
dilakukan dengan melihat laporan keuangan perusahaan, juga bisa dilakukan
denganmenggunakan analisis rasio keuangan.

Dari sudut pandangan investor,salah satu indikator penting untuk menilai prospek
perusahaan di masa yang akan datang adalah dengan melihat sejauh mana
pertumbuhanproftabilitas perusahaan. Laba perusahaan dalam hal ini dapat dilakukandijadikan
sebagai ukuran dari efsiensi dan efektiftas dalam sebuah unitkerja dikarenakan tujuan utama
dari pendirian perusahaan adalah untukmemperoleh laba yang sebesar-besarnya dalam jangka
pendek maupun jangka panjang.

Oleh karena itu, laba suatu perusahaan khususnya padapusat laba atau unit usaha yang
menjadikan laba sebagai tujuanutamanya merupakan alat yang baik untuk mengukur prestasi
pimpinanatau manajer atau dengan kata lain efsiensi dan efektiftas dariperusahaan dapat dilihat
dari laba yang diraih unit tersebut Pengukuranlaba dalam suatu pusat laba melibatkan penilaian
berkaitan denganbagaimana pendapatan dan pengeluaran diukur. Dalam hal
pendapatan,pilihan metode pengakuan pendapatan sangatlah penting.

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini yaitu :

1. Apa yang dimaksud dengan pusat laba?


2. Apa pertimbangan manejer dalam mendelegasikan tangung jawab?
3. Apa saja keuntungan dan kesulitan divisionalisasi?
4. Apa saja batasan- batasan dari unit bisnis sebagai pusat laba?
5. Apa saja contoh pusat laba lainnya?
6. Bagaimana mengukur profitabilitas?
1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penulisan makalah ini adalah untuk :

1. Mengetahui apa itu pusat laba.


2. Mengetahui pertimbangan manejer dalam mendelegasikan tangung jawab.
3. Mengetahui keuntungan dan kesulitan divisionalisasi.
4. Mengetahui batasan- batasan dari unit bisnis sebagai pusat laba.
5. Mengetahui contoh pusat laba lainnya.
6. Mengetahui bagaimana mengukur proftabilitas.

1.4 Manfaat Penulisan

Bagi penulis :

a. Dapat memberikan dan memperluas pengetahuan dan pengalaman yang sangat


berharga dalam mengembangkan teori ilmu manajemen serta berguna untuk
mengaplikasikan teori yang selama ini diterima di dalam perkuliahan
b. untuk memenuhi syarat sebagai mahasiswa yang mempunyai kewajiban untuk
menyelesaikan makalah ini.

Bagi Pembaca :

a. Untuk memberikan informasi dan membantu para pelaku bisnis,baik pihak internal
maupun eksternal perusahaan untuk menilaikondisi perusahaan dan prospeknya di
masa yang akan datangsebelum mereka mengambil keputusan.

Bagi pihak lain:

a. Dapat memberikan tambahan pengetahuan dan informasi yang mampu menjadi dasar
atau acuan untuk penulisan selanjutnya yang lebih baik.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pusat Laba

Pusat laba merupakan pusat pertanggungjawaban dimana kinerja finansialnya diukur


dalam ruang lingkup laba, yaitu selisih antara pendapatan dan pengeluaran. Laba merupakan
merupakan ukuran kinerja kinerja yang berguna berguna karena laba memungkinkan pihak
manajemen senior dapat menggunakan satu indikator yang komprehensif dibandingkan harus
menggunakan beberapa indikator. Keberadaan suatu pusat laba akan relevan ketika
perencanaan dan pengendalian laba mengaku kepada pengukuran unit masukan dan keluaran
dari pusat laba yang bersangkutan.

a. Manfaat pusat laba yaitu :

1. Keputusan operasional dapat dilakukan lebih cepat lebih cepat karena tidak
memerlukan pertimbangan dari kantor pusat.
2. Kualitas keputusan cenderung lebih baik, karena dilakukan oleh orang yang benar-
benar mengerti tentang keputusan tersebut.
3. Manajemen kantor pusat bebas dari urusan dari rutin operasional rutin dan bias lebih
focus pada keputusan yang lebih luas.
4. Kesadaran laba (Profit Consciousness) lebih meningkat pada manajer pusat
laba,karena ukuran prestasinya ukuran prestasinya adalah laba.
5. Pengukuran prestasi pusat laba lebih luas daripada hanya pengukuran pada pusat
pendapatan dan pusat biaya yang terpisah.
6. Manajer pusat laba lebih bebas berkrerkreasi.

Apabila kegiatan-kegiatan fungsional itu dilaksanakan oleh unit-unit kerja dalam


lingkup satu organisasi sendiri, maka proses tersebut kita sebut sebagai “divisionalisasi”.
Secara umum maksud adanya dari divisionalisai adalah untuk mendelegasikan otoritas kerja
yang lebih besar kepada para manajer operasional.

Beberapa pertimbangan umum yang perlu diingat tentang organisasi antara lain adalah :

1. Setiap perusahaan pada dasarnya dapat diorganisasikan ke dalam unit-unit kerja


organisasi fungsional pada tingkat-tingkat tertentu.
2. Perbedaan antara organisasi fumgsional dengan organisasi divisional hanya dapat
dilakukan melalui perjanjian, oleh karena pada dasarnya kedua hal itu identic, serupa
tapi tak sama (contium)
3. Otoritas (wewenang) penuh untuk dapat menghasilkan suatu tingkat keuntungan tidak
pernah didelegasikan kepada suatu segmen dari usaha.

2.2 Delegasi Wewenang (Delegation of authory)

Pertanggungjawaban dapat didelegasikan ke bawah didalam suatu organisasi sejauh


informasi-informasi yang relevan tersedia ada beberapa keuntungan yang kita dapatkan dengan
cara ini. Pertama, pengambilan keputusan dapat dilakukan lebih cepat oleh pihak-pihak yang
lebih dekat dengan aktivitas tersebut dibandingkan dengan pemgambilan keputusan oleh
manajer yang lebih tinggi yang tidak terlibat secara langsung dengan kegiatan-kegiatan itu.
Kedua, banyak informasi yang khas tentang suatu aktivitas tertentu hanya diketahui oleh pihak-
pihak yang dekat dengan aktivitas-aktivitas tersebut. Ketiga, bahwa setiap pengambilan
keputusan biasanay tidak dilakukan atas analisis data yang “tepat” karena data-data yang trpat
biasaya tidak pernah tersedia.

Banyak sekali jenis keputusan manajemen yang terlibat dalam mengusahakan


keputusan yang optimum dalam hal mengatur besarnya biaya dan besarnya laba. Tambahan
beban iklan adalah salah satu contohnya. Sebelum jenis-jenis keputusan seperti itu dapat kita
delegasikan dengan aman kepada para manajer yang lebih rendah, harus diusahakan dulu
adanya dua kondisi sebagai berikut. :

1. Manajer harus memiliki akses ke informasi relevan yang tersedia.


2. Harus ada semacam cara yang dapat kita pakai mengukur tingkat efektifitas suatu
pengambilan keputusan mereka tersebut.

Kedua macam kondisi ini merupakan pembatas dalam usaha pendelegasian


wewenang untuk pertanggungjawaban laba.
2.3 Divisionalisasi

A. Keuntungan-keuntungan divisionalisasi.

1. Kecepatan dalam pengambilan keputusan operasional akan dapat ditingkatkan karena


banyak keputusan yang tidak usaha kita sampaikan terlebih dahulu kepada pihak
atasan untuk mendapatkan pertimbangannya.
2. Kualitas dari kebanyakan keputusan dapat lebih ditingkatkan lagi karena keputusan-
keputusan tersebut langsung dibuat oleh pihak-pihak yang lebih kenal dengan situasi
dari kondisi lingkungan.
3. Pihak manajemen di kantor pusat akan “terbebas dari tugas pengambilan keputusan
sehari-hari” dan oleh karenanya akan dapat lebih mengkonsentrasikan kegiatan
mereka untuk aktivitas-aktivitas yang lebih tinggi.
4. Kesadaran akan laba (profit consciousness) akan dapat ditingkatkan.
5. Aspek pengukuran prestasi kerja lebihdiperluas.
6. Manajer-manajer lini yang tidak terlampau dibatasi oleh ketentuan-ketentuan yang
terlampau ketat dari pihak atasannya akan dapat lebih bebas untuk menggunakan
inisiatif ataupun imajinasinya.
7. Divisi dalam hal ini dapat menjadi suatu arena pelatihan yang istimewa untuk para
manajernya oleh karena divisi dapat dianggap sebagai suatu organisasi independen
dalam skala yang lebih kecil.
8. Apabila perusahaan tersebut menerapkan strategi diversifikasi usaha, maka sistem
divisionalisasi ini akan dapat digunakan untuk pengkhususan bakat dan pengalaman
dari berbagai situasi.
9. Divisionalisasi akan dapat dipakai oleh pihak manajemen puncak untuk mengetahui
informasi yang menyeluruh tentang komposisi komponen laba dari perusahaannya
secara keseluruhan.

B. Kesulitan-kesulitan dalam penerapan divisionalisasi

1. Dengan adanya sistem desentralisasi dalam proses pengambilan keputusan, pihak


manajemen puncak dapat mengalami berkurangnya beberapa mcaam pengendalian.
2. Untuk mengelola jalannya divisi dibutuhkan seorang manajer yang cakap, sedangkan
orang-orang seperti ini akan sangat sukar didapatkan dari dalam organisasi fungsional
oleh karena langkahnya peluang untuk dapat mengembangkan suatu kemampuan
manajemen umum bagi mereka-mereka yang selalu berkecimpung dalam satu bidang
manajemen fungsional tertentu.
3. Unit-unit organisasi yang dulunya bekerjasama sebagai unit-unit fungsional, mungkin
justru akan melakukan kompetisi antar satu dengan yang lainnya.
4. Suasana perpecahan (friction) mungkin akan meningkat.
5. Terdapat kecenderungan yang seolah-olah lebih mementingkan keuntungan dalam
jangka pendek dengan mengorbankan keuntungan-keuntungan jangka panjang
6. Tidak ada sistem yang memuaskan yang dapat memastikan bahwa setiap divisi
dengan cara optimasi keuntungan divisinya akan dapat menghasilkan optimasi
keuntungan perusahaan secara keseluruhan
7. Apabila manajemen pusat lebih memiliki kemampuan ataupun lebih memiliki
informasi yang komprehensif dibandingkan dengan kemampuan rata-rata para
manajer divisinya, maka kualitas daripada beberapa keputusankeputusan tersebut
mungkin menjadi berkurang.
8. Usaha penerapan metode divisionalisasi ini mungkin akan mengakibatkan adanya
tambahan biaya karena tambahan tenaga manajemen dan tenaga staf.

2.4 Unit Usaha Sebagai Pusat

Hampir semua unit bisnis diciptakan sebagai pusat laba karena manajer
yang bertanggung jawab atas unit tersebut tersebut memiliki memiliki kendali atas
perkembangan produk, proses produksi,, dan pemasaran. Para manajer manajer tersebut
berperan untuk mempengaruhi pendapatan dan beban sedemikian rupa sehingga dapat
dianggap bertanggung jawab atas laba bersih. Meskipun demikian wewenang seorang
manajer dapat dibatasi dengan berbagai cara, yang sebaiknya dicerminkan dalam desain
dan operasi pusat laba. Hal utama yang harus dipertimbangkan adalah adanya batasan atas
wewenang manajer unit bisnis. Batasan dapat muncul dari unit bisnis lain maupun dari
manajemen korporat.

A. Batasan Dari Unit Bisnis Lain

Salah satu masalah utama terjadi ketika suatu unit bisnis harus berurusan dengan
unit bisnis lain. Batasan dari unit bisnis lain akan semakin tidak terlihat apabila keputusan
produk, keputusan pemasaran dan keputusan perolehan dilakukan oleh satu unit bisnis,
disamping itu terdapat sinergi antar unit bisnis. Jia seorang manajer unit bisnis
mengendalikan ketiga aktivitas tersebut, biasanya tidak akan ada kesulitan dalam
melaksanakan tanggung jawab laba dan mengukur kinerja. Pada umumnya semakin
terintegrasi suatu perusahaan maka akan semakin sulit melakukan tanggung jawab pusat
laba tunggal untuk ketiga aktivitas tersebut dalam lini produk yang ada.

B. Batasan dari manajemen korporat

Batasan dari manajemen korporat dikelompokkan menjadi 3 bagian,


yaitu batasan-batasan batasan-batasan yang timbul dari: pertimbangan-pertimbangan
strategis, karena adanya keseragaman dan dari nilai ekonomis sentralisasi. Hampir semua
perusahaan mempertahankan beberapa keputusan terutama, keputusan financial, pada
tingkat korporat, setidaknya untuk aktivitas domestic. Akibatnya, salah satu batasan utama
atas unit bisnis berasal dari pengendalian korporat terhadap terhadap investasi baru. Unit
bisnis yang ada harus ada harus bersaing satu sama satu sama lain untuk mendapatkan
bagian dari dana yang tersedia.

C. Batasan Atas Wewenang Unit Bisnis

Untuk memahami sepenuhnya manfaat dari konsep pusat laba, manajer unit bisnis
akan memiliki otonomi seperti presiden dari suatu perusahaan independen. Dalam pratik
sehari-hari, otonomi semacam semacam ini tidak pernah ada. Jika suatu perusahaan
perusahaan dibagi menjadi unit-unit yang sepenuhnya independen, maka perusahaan
tersebut akan kehilangan manfaat dari sinergi dan ukuran yang ada. Lebih jauh lagi, jika
semua wewenang yang diberikan oleh dewan direksi kepada CEO didelegasikan ke
manajer unit bisnis, maka berarti bahwa manajemen senior melepaskan tanggung jawabnya
sendiri. Akibatnya, struktur unit bisnis mencerminkan trade off antara otonomi unit bisnis
dan batasan perusahaan. Efektivitasnya suatu organisasi unit bisnis sangat bergantung pada
hal tesebut.

2.5 Pusat Laba Lainnya

Perusahaan multibisnis biasanya terbagi ke dalam unit-unit bisnis dimana setiap


unit diperlakukan sebagai unit penghasil laba yang independen. Tetapi subunit yang ada
dalam unit bisnis tersebut dapat saja terorganisir secara fungsional misal aktivitas operasi
pemasaran, manufaktur, dan jasa yang dijadikan sebagai pusat laba. Tidak ada prinsip-
prinsip tertentu yang menyatakan bahwa unit tertentu yang merupakan pusat laba
sementara dan yang lainnya bukan.
❖ Unit-Unit Fungsional

Biasanya, perusahaan multibisnis terbagi kedalam unit bisnis, dimana unit- unit
bisnis diperlakukan sebagai unit penghasil laba yang independen. namun, sub unit yang
ada dalam unit bisnis tersebut dapat saja terorganisasi dengan baik. Tidak ada prinsip
tertentu yang menyatakan bahwa jenis unit tertentu yang merupakan pusat laba sementara
yang lain bukan. Keputusan manajemen untuk pusat laba haruslah berdasarkan pengaruh
yang dilaksanakan manajer unit.

1. Pemasaran

Aktivitas pemasaran dapat dijadikan sebagai pusat laba dengan membebankan biaya
dari produk yang terjual. Harga transfer ini memberikan informasi yang relevan
kepada manajer pemasaran dalam membuat trade off pendapatan/pengeluaran yang
optimal, dan praktek standar untuk mengukur manajer pusat laba berdasarkan
profitabilitasnya akan memberikan evaluasi akan memberikan evaluasi terhadap trade
off yang dibuat.

2. Manufaktur

Aktivitas manufaktur biasanya merupakan pusat beban, dimana manajemen


dinilai berdasarkan berdasarkan kinerja versus biaya standard anggaran overhead.
overhead. Tetapi, ukuran ini dapat menimbulkan masalah, karena ukuran tersebut
tidak mengindikasikan sejauh mana kinerja manajemen atas seluruh aspek dari
pekerjaannya.

3. Unit pendukung dan pelayanan

Unit Pendukung Pelayanan (pemeliharaan iharaan, TI, transportasi, teknik, konsultan,


layanan konsumen dan aktivitas pendukung). Beban yang digunakan merupakan
pertimbangan utama, jadi manajer harus mampu menentukan biaya pelayanan yang
ekonomis meskipun berasal dari pemasok luar.

❖ Organisasi Lainnya

Yang dimaksud dengan organisasi lainnya dalam hal ini adalah kantor cabang.
Suatu perusahaan dengan operasi cabang yang bertanggung jawab atas
pemasaran produk di produk di wilayah geografis wilayah geografis tertentu tertentu
seringkali seringkali menjadi pusat menjadi pusat laba secara alamiah.
2.6 Mengukur Profitabilitas Pusat Laba

Terdapat dua ukuran profitabilitas, yaitu kinerja manajemen dan kinerja ekonomis.

1. Pengukuran prestasi manajemen atau pengukuran prestasi personel

Dimaksudkan untuk menilai tingkat kinerja manajer suatu pertanggungjawaban


dalam mencapai mencapai tujuan. Pengukuran ini dilakukan dengan maksud untuk proses
perencanaan, pengkoordinasian, pengendalian kegiatan, dan pemberian pemberian
motivasi kerja para manajer pusat laba. Penilaian ini hanya sebatas pada pendapatan dan
biaya yang memang dapat dipengaruhi atau dikendalikan oleh manajer pusat laba yang
diukur. Untuk menyatakan tingkat keberhasilan suatu pusat laba, maka hasil pencapaiannya
dibandingkan dengan standar atau anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Penyimpangan yang terjadi diantaranya akan menunjukkan seberapa baik prestasi atau
kinerja yang dicapai.

2. Pengukuran prestasi ekonomi

Manajer pusat pertanggungjawaban tidak hanya dinilai sebatas pada pendapatan


dan biaya yang dapat dikendalikan saja akan tetapi juga meliputi pendapatan dan biaya
dari alokasi. Pengukuran kinerja ekonomi ini menekankan pada prestasi manajer pusat
pertanggungjawaban sebagai suatu kesatuan ekonomi. Laporan ini dilakukan dalam
frekuensi yang lebih jarang dibandingkan dengan pengukuran prestasi manajemen.

A. Jenis Jenis Ukuran Kinerja

Kinerja ekonomis suatu pusat laba selalu diukur dari laba bersih
(yaitu, pendapatan yang tersisa setelah seluruh biaya, termasuk porsi yang pantas
untuk overhead korporat, dialokasikan kepusat laba).

Meskipun demikian kinerja manejer pusat laba dapat di evaluasi berdasarkan lima ukuran
profitabilitas:

a. Margin Kontribusi

Margin Kontribusi merupakan selisih antara total pendapatan/penjualan dengan


total biaya variabel, baik biaya variable yang terkendali maupun biaya variabel yang tidak
terkendali oleh manajer pusat laba yang bersangkutan. Konsep laba ini bermanfaat untuk
perencanaan dan pembuatan keputusan pusat laba dalam jangka pendek, misalnya analisis
biaya volumen- laba. Konsep laba ini tidak dapat digunakan untuk penilaian prestasi
manajer maupun prestasi ekonomi suatu pusat laba.

Margin Kontribusi = Pendapatan Bersih – Biaya Variabel

Gambar 1. Laporan laba rugi kontribusi.

b. Laba Langsung

Laba langsung divisi dihitung dengan cara mengurangkan pendapatan divisi dengan
semua biaya yang langsung terjadi dalam divisi yang bersangkutan, tanpa memperhatikan
terkendali atau tidak, variabel maupun tetap. Dalam konsep laba ini tidak memperhatikan
alokasi biaya oleh kantor pusat. Konsep ini cocok untuk menilai profitabilitas suatu divisi
dalam jangka panjang. Dalam jangka panjang divisi dapat menghasilkan laba langsung
sebagai bentuk kontribusi suatu divisi kepada perusahaan secara keseluruhan. Laba yang
diukur dengan konsep ini tidak mencerminkan prestasi manajer divisi dan prestasi
ekonomi divisi.

c. Laba yang Dapat Dikendalikan

Laba terkendalikan divisi dihitung dengan cara mengurangkan pendapatan divisi


dengan biaya-biaya yang terkendalikan oleh manajer divisi yang bersangkutan. Biaya
terkendalikan divisi ini meliputi biaya variabel terkendali dan juga biaya tetap terkendali
oleh divisi. Dalam konsep ini termasuk biaya yang dialokasikan, selama biaya tersebut
memang dapat dikendalikan oleh divisi atau pusat laba yang bersangkutan. Misalnya biaya
pelatihan, biasanya dialokasikan ke divisi atau pusat laba. Biaya pelatihan pelatihan
tersebut tersebut dapat merupakan merupakan biaya terkendali apabila divisi atau pusat
laba memiliki wewenang untuk menentukan jumlah kaaryawan yang dikirim untuk
mengikuti pelatihan.

d. Laba sebelum Pajak

Laba bersih divisi sebelum pajak dihitung dengan cara pendapatan divisi
dikurangi dengan biaya langsung divisi dan dikurangi lagi dengan biaya dari kantor pusat.
Konsep laba ini mencerminkan prestasi ekonomi divisi. Sebagai suatu kesatuan ekonomi,
divisi menikmati jasa yang diberikan oleh kator pusat, oleh karena itu biaya jasa dari kantor
pusat tersebut perlu dialokasikan ke divisi. Konsep pengukuran ini dapat diperbandingkan
dengan perusahaan lain yang sejenis dan sebagai dasar analisis ekonomi tentang
profitabilitas divisi atau pusat laba. Beberapa alasan lain atas penggunaan konsep laba ini
sebagai penilaian.

Laba Sebelum Pajak (EBT) = Beban Bunga + Pendapatan Bunga - EBIT

e. Laba bersih sesudah pajak

Konsep ini digunakan untuk menilai prestasi ekonomi divisi. Divisi dapat
dikenai pajak apabila merupakan kesatuan ekonomi yang berdiri sendiri. Namun demikian
konsep laba ini jarang digunakan, karena:

• Jika persentase pajak setiap divisi besarnya sama, maka laba divisi sesudah pajak
merupakan pajak merupakan persentase tetap dari laba dari divisi sebelum pajak.
• Keputusan yangberhubungan dengan pajak biasanya dilakukan oleh kantor pusat.

Laba Bersih = Total Pendapatan - Total Pengeluaran

B. Pendapatan

Dalam beberapa kasus dua atau lebih pusat laba dapat berpartisipasi dalam suatu
usaha penjualan yang sukses. Idealnya, setiap pusat laba harus diberikan nilai yang sesuai
atas bagiannya dalam transaksi tersebut.
C. Pertimbangan Manajemen

Jika para manajer dapat mempengaruhi jumlah pajak yang dibayarkan oleh unit
mereka, maka mereka harus dinilai berdasarkan penghasilan unit setelah pajak dan pos-
pos yang jelas tidak dipengaruhi harus dieliminasi, seperti fluktuasi dalam nilai tukar
mata uang.

Contoh Kasus Laba Bersih

Misalnya sebuah toko roti hendak menghitung laba bersihnya pada bulan Januari 2022.
Selama bulan itu, UMKM ini mencatatkan total penjualan Rp 9.000.000. Biaya produksi
roti pada bulan itu sebesar Rp 2.000.000. Biaya operasional toko mencapai Rp 1.500.000
Toko roti itu mencatat pengeluaran berupa bunga pinjaman sebesar Rp 1.000.000 yang
merupakan biaya non-operasional. Lalu ada pajak yang harus dibayar sebesar Rp 500.000.
Apakah toko roti itu meraih laba? Berapakah laba bersihnya?

Dari hitungan di atas diketahui toko roti tersebut mendapatkan laba bersih sebesar Rp
4.000.000 pada periode Januari 2022. Sebagai catatan, hitungan di atas hanya
menunjukkan rincian sederhana rumus laba bersih. Dalam pembukuan, setiap biaya itu
masih bisa dirinci lagi sesuai dengan catatan perusahaan.
BAB III

KESIMPULAN

Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya diukur


berdasarkan laba (selisih antara pendapatan dan beban) yang diperoleh. Pusat laba dapat
dibentuk dengan struktur divisionalisasi, yang memungkinkan unit utama bertanggungjawab
terhadap produksi dan pemasaran sekaligus. Pusat laba dibentuk dengan keputusan expense
and revenue trade-off. Keputusan ini ditentukan dengan 2 kondisi, yaitu Manajer memiliki
akses ke informasi yang relevan dalam membuat keputusan dan terdapat ukuran efektivitas atas
trade-off yang dibuat manajer.

Seluruh pusat tanggung jawab diibaratkan sebagai suatu kesatuan rangkaian yang
mulai dari pusat tanggung jawab yang sangat jelas. Manajemen harus memutuskan apakah
keuntungan dari delegasi tanggung jawab laba akan dapat menutupi kerugiannya, sebagaimana
dibahas berikut ini. Seperti halnya pilihan-pilihan desain system pengendaian maajemen,
dalam ini tidak ada batasan-batasan yang jelas.

Perusahaan multibisnis biasanya terbagi ke dalam unit-unit bisnis dimana setiap unit
diperlakukan sebagai unit penghasil laba yang independen. Tetapi subunit yang ada dalam unit
bisnis tersebut dapat saja terorganisisr secara fungsional missal aktivitas operasi pemasaran,
manufaktur, dan jasa yang dijadikan sebagai pusat laba.
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

4.1 Pertanyaan dan Jawaban

1. Apa saja yang digunakan sebagai alat pengukuran kinerja pusat laba?

Jawab : Apa saja yang digunakan sebagai alat pengukuran kinerja pusat laba?

Anthony dan Govindarajan (2005) mengatakan bahwa ada lima ukuran profitabilitas yaitu,
margin kontribusi, laba langsung, laba yang dapat dikendalikan, laba sebelum pajak, dan laba
bersih yang dapat digunakan sebagai dasar ukuran kinerja pusat laba.

2. Dalam pusat pertanggungjawaban laba kesulitan apa yang paling sering ditemukan dalam
perusahaan?

Jawab : Kelemahan pusat laba adalah: 1) Manajemen kantor pusat kehilangan kendali
menegenai keputusan yang telah didelegasikan. 2) Manajer pusat laba cenderung hanya
memperhatikan laba jangka pendek. 3) Organisasi yang pada awalnya bekerja sama antara
fungsi satu dengan lainnya menjadi saling bersaing.

3. Kapan pusat laba dibutuhkan?

Jawab : Pusat laba akan dapat diterapkan dengan baik apabila perusahaan melakukan
divisionalisasi, dimana suatu divisi organisasi bertanggungjawab atas kegiatan produksi
maupun pemasaran dari produk yang dihasilkan. Dalam hal ini manajer divisi menetapkan
harga jual, strategi pemasaran dan kebijakan produksi.

4.2 Sumber/ Referensi Tugas

https://www.academia.edu/24444808/makalah_pusat_laba
http://repository.uhn.ac.id/bitstream/handle/123456789/2301/Henrik%20Hasudungan%20Sil
alahi.pdf?sequence=1
https://www.scribd.com/document/399358202/Makalah-Pusat-Laba
file:///C:/Users/Lenovo/Downloads/pdf-makalah-analisis-biaya-volume-laba_compress.pdf
https://finance.detik.com/solusiukm/d-6290808/rumus-mencari-laba-bersih-dan-laba-
kotor#:~:text=Rumus%20Laba%20Bersih,-
Laba%20Bersih%20%3D%20Laba&text=Laba%20Bersih%20%3D%20Total%20Pendapata
n%20%2D%20Total,biaya%20pajak%20dari%20pendapatan%20usaha.
Buku 1 :
Buku 2 :

Anda mungkin juga menyukai